Anda di halaman 1dari 33

TUGAS SOSIOLOGI

“PEMBERDAYAAN PETANI BAKUMPAI DI KABUPATEN


BARITO KUALA”

OLEH: KELOMPOK 2

AULIA ZAHRA (03)


FERRY ANDRIAN DWIKUKUH (07)
MUFHTI WHAFUTAH SHAFA (16)
SIMBOLON LAMHOT GE (30)

SMA NEGERI 14 BANDUNG


JALAN YUDHAWASTU PRAMUKA IV
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kata pengantar
Alhamdullilah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Permberdayaan Petani Bakumpai di Kabupaten Barito Kuala” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Nurlaelasari Sp.d pada mata pelajaran Sosiologi. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pemberdayaan masyarakat lokal bagi para
pembaca juga kami pribadi.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini, masih jauh dari kata sempurna
baik dalam segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengarapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
mejadi bahan evaluasi bagi kamu agar bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan
datang.

Bandung,24 November 2019

Penulis
Daftar Isi

Kata pengantar................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar belakang masalah.....................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Pengertian Komunitas........................................................................................6
Pengertian menurut para ahli............................................................................6
2.2 Pemberdayaan Masyarakat Tradisioanal...........................................................7
2.3 Sejarah masyrakat Petani Bakumpai.................................................................7
2.4 Cara Petani Bakumpai mengolah lahan pertanian mereka................................8
2.5 Insiator Pemberdayaan.....................................................................................13
2.6 Strategi Pemberdayaan Petani Bakumpai........................................................15
2.7 Evaluasi dalam pemberdayaan Petani Bakumpai............................................16
2.8 Komunitas Petani Muda..................................................................................17
2.9 Inisiator Komunitas Petani Muda....................................................................17
2.10 Strategi yang dilakukan komunitas petani muda...........................................18
2.10 Evaluasi yang dilakukan komunitas petani muda..........................................19
BAB III.........................................................................................................................20
PENUTUPAN..............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

kesadaran akan perlunya pemberdayaan masyrakat tradisional mendapat


perhatian yang lebih besar karena ada nya wacana global tentang kegagalan
pembangunan dinegara-negara dunia ketiga, oleh semakin merosotnya kualitas
lingkungan alam, oleh semakin cepatnya kepunahan pengetahuan-pengetahuan
yang menjadi basis asaptasi berbagai komunitas lokal, serta oleh romantisme lokal
serta budaya dan kebutuhan akan jatidirnya ditengan arus globalisasi. Selain itu,
kesadaran untuk kembali kepada kearifan lokal saat ini karena sering terjadi
perubahan iklim yang tidak menguntungkan bagi manusia.
Menyangkut perubahan iklim bagi kalangan petani. Misalnya terjadi gagal
panen karena tidak bisa memprediksi musim hujan dan kemarau secara tepat,
sehingga mempengaruhi aktivitas pertanian. Jika petani mengalami persoalan
dengan hasil pertaniannya, dampak yang dirasakan dapat meluas di kalangan
masyarakat. Akhir-akhir ini masyarakat kota Banjarmasin mengalami kenaikan
harga beras yang cukup tinggi. Padahal, kota Banjarmasin penerima hasil pertanian
dari dua kabupaten yang merupakan lumbung padi yakni Banjar dan Barito Kuala.
Pertanian di kabupaten Barito Kuala antara lain dilakukan petani Bakumpai yang
merupakan bagian dari suku-bangsa Dayak. Padahal selama ini, suku-bangsa Dayak
lebih umum dikenal sebagai peladang berpindah bukan pertanian menetap. Oleh
karena itu, kearifan lokal kaitannya dengan pertanian menjadi pembahasan menarik
petani Bakumpai di kabupaten Barito Kuala.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan komunitas ?

2. Apa yang dimaksud pemberdayaan masyarakat tradisional?

3. Bagaimana sejarah masyarakat Petani Bakumpai?

4. Bagaimana cara Petani Bakumpai mengolah lahan pertanian mereka?

5. Siapa saja inisiator Pemberdayaan Petani Bakumpai di Kabubaten Barito Kuala?

6. Bagaimana strategi dalam pemberdayaan Petani Bakumpai di Kabupaten Barito


Kuala?

7. Apa saja evaluasi yang dilakukan dalam dalam pemberdayaan Petani Bakumpai?

8. Apa yag dimaksud dengan komunitas modern?

9. Apa itu komunitas Petani muda ?

10. Siapa saja inisiator dalam komunitas petani muda ?

11. Apa saja strategi yang dilakukan oleh komunitas petani muda ?

12. Apa saja evaluasi yang dilakukan oleh komunitas petani muda?
1.3 Tujuan

1. Untuk mngetahui apa yang dimaksud dengan komunitas

2. Untuk mengetahui apa itu pemberdayaan masyarakat tradisional

3. Untuk mengetahui sejarah masyarakat Petani Bakumpai

4. Untuk mengetahui cara Petani Bakumpai mengelola lahan petaniannya

5. Untuk mengetahu siapa saja inisiator dam pemberdayaan Petani Bakumpai

6. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan dlam pemberdayaan Petani
Bakumpai

7. Untuk mengetahu apa saja evaluasi yang dilakukan dalam pemberdayaan Petani
Bakumpai

8. Untuk mengetahui apa itu komunitas modern

9. Untuk mengetahui apa itu komunitas petani muda

10. Untuk megetahui siapa saja inisiator dalam komunitas petani muda

11. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh komunitas petani muda

12. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan komunitas petani muda


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunitas

Komunitas adalah kesatuan hidup manusia secara bersama-sama yang memilih atau
menempati wilayah tertentu , dalam kurun waktu tertentu. Definisi ini merujuk pada
perkumpulan masyrakat yang harus mensyaratkan kehidupan bersama tanpa adanya
perbedaan pandangan.

Bahasa Inggris “Community” hakekatnya hampir sama dengan masyarakat, akan


tetapi arti komunitas lebih erat dibandingkan dengan masyarakat. Lantaran dalam
komunitas haruslah ada persamaan visi dan misi, sebagai latar belakang pembentuk
komunitas.

Pengertian menurut para ahli

Adapun definisi para ahli, mengenai komunitas ini antara lain adalah sebagai berikut;

George Hillery Jr.

Pengertian komunitas adalah kelompok sosial masyarakat yang tinggal di wilayah dan
daerah yang sama untuk melakukan hubungan sosial dan kontak sosial. Komunitas
dalam definisi ini berarti memiliki pandangan untuk tinggal secara bersama dan
kontinu (ajeg).

Christensson dan Robinson

Definisi komunitas adalah kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah geografis


yang sama untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sosial, ekonomi, dan tindakan
lainnya sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat. Arti ini memeberikan
pandangan bahwa komunitas harus memiliki tujuan yang sama.

Fairi

Arti komunitas adalah pertemuan face to face (tatap muka) dalam masyarakat dalam
jumlah kecil atau besar untuk bersama-sama membentuk keterikatan sosial yang
intens. Dengan harapan akan lebih mudah mendapatkan apa yang diinginkan.
2.2 Pemberdayaan Masyarakat Tradisioanal

Pemberdayaan masyarakat sendiri adalah proses pembangunan dimana masyarakat


berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan
kondisi diri sendiri. Sedangkan masyarakat tradisional adalah kelompok masyarakat
yang dalam kehidupan sehari-harinya masih memegang teguh nilai-nilai leluhur yang
diwariskan dari dari satu generasi ke genarasi lain. Jadi pemberdayaan masyarakat
tradisional adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyrakat
tradisional serta memampukan dan memandirikan masyarakatnya tanpa
menghilangkan nilai-nilai leluhurnya

2.3 Sejarah masyrakat Petani Bakumpai

Secara etimologis, bakumpai adalah julukan bagi suku dayak yang mendiami daerah
aliran sungai barito. bakumpai berasal dari kata ba (dalam bahasa banjar) yang artinya
memiliki dan kumpai yang artinya adalah rumput. Dari julukan ini, dapat dipahami
bahwa suku ini mendiami wilayah yang memiliki banyak rumput. menurut legenda,
bahwa asal muasal Suku Dayak Bakumpai adalah dari Suku Dayak Ngaju yang
akhirnya berhijrah ke negeri yang sekarang disebut dengan negeri Marabahan.

Pada mulanya mereka menganut agama nenek moyang yaitu kaharingan, hal ini dapat
dilihat dari peninggalan budaya yang sama seperti Suku Dayak lainnya, seperti
(Batatenga|bubur bahandang), mempercayai adanya nilai magis pada beras kuning
(Behas Bahenda), mempercayai bahwa burung elang (burung antang) dapat membawa
sebuah berita kematian, kekuatan rohani/batin disebut dengan istilah (batekang
hambaruan), dan adanya tradisi (tampung tawar).
kemudian, pada suatu hari mereka menjumpai akan wilayah itu seseorang yang
memiliki kharismatik, yang apabila dia berdiri di suatu tanah, maka tanah itu akan
ditumbuhi rumput. Orang tersebut tidak lain adalah Nabiyullah Khidir as.

Di dalam cerita mereka kemudian masuk agama Islam dan berkembang biaklah
mereka menjadi suatu suku. suku bakumpai adalah julukan bagi mereka, karena
apabila mereka belajar agama di suatu daerah dengan gurunya khidir, maka
tumbuhlah rumput dari daratan tersebut, sehingga kemudian mereka dikenal dengan
suku bangsa bakumpai.

Suku Dayak Bakumpai dahulunya memiliki suatu kerajaan yang lebih tua
dibandingkan dengan kerajaan daerah Banjar, akan tetapi karena daya magis yang luar
biasa akhirnya kerajaan ini berpindah ke Sungai Barito dan rajanya dikenal dengan
nama Datuk Barito.

Dari daerah Marabahan ini kemudian mereka menyebar ke hulu Sungai Barito.
Dari cerita rakyat, bahwa ada suatu daerah di Kabupaten Murung Raya yaitu Muara
Untu pada mulanya hanyalah suatu hutan belantara yang dikuasai oleh bangsa Jin
bernama Untu. Kemudian ada dari Suku Bakumpai yang hijrah kesana dan mendiami
daerah tersebut yang bernama Raghuy. sampai sekarang jika ditinjau dari silsilah
orang yang mendiami muara untu, mereka menamakan moyang mereka Raghuy.

Dalam hal matapencaharian, masyarakat Dayak Bakumpai umumnya mengandalkan


aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian biasanya mereka lakukan di lahan gambut.
Masyarakat Dayak Bakumpai cenderung mencari lahan pertanian baru untuk
mengganti lahan pertanian lama. Hal itu tentunya berbeda dengan Suku Dayak lain
yang kebanyakan lebih memilih untuk tetap memberdayakan lahan yang lama. Selain
itu, aktivitas pertanian yang mereka lakukan biasanya hanya untuk memproduksi satu
jenis komoditas tertentu, yaitu padi. Hal itu mereka lakukan karena kebutuhan mereka
hanya untuk memenuhi urusan pangan saja. Namun demikian, pertambahan jumlah
penduduk yang diiringi dengan peningkatan kebutuhan pangan “menuntut” mereka
untuk melakukan perluasan lahan pertanian yang lebih masif

2.4 Cara Petani Bakumpai mengolah lahan pertanian mereka

Petani Bakumpai mengenal musim yang secara garis besar dibagi dua
macam, yakni wayah pandang (musim kemarau) dan wayah danum (musim air).
Wayah pandang berlangsung antara bulan November hingga April, masa pancaroba
pada bulan Mei, sedangkan Wayah danum berlangsung antara bulan Juni hingga
Oktober. Perbedaan musim ini akan mempengaruhi aktivitas pertanian yang
dilakukan.
Aktivitas pertanian petani Bakumpai seperti pengolahan lahan, pemilihan
varietas padi, persemaian, proses penanaman padi, pemeliharaan tanaman,
pemanenan dan pasca panen dibagi ke dalam beberapa musim, yaitu : wayah
manunggal, wayah malacak, wayah maimbul, dan wayah getem.

Sebelum masyarakat bertani terlebih dahulu membuka lahan pertanian.


Pertama kali dilakukan adalah mandirik, yakni memotong rumput, menebang pohon
hingga lahan menjadi bersih. Masa kerja ini tergantung luasnya lahan yang akan
digarap. Setelah itu, pekerjaan selanjutnya dinamakan marangai, yakni mengangkat
pohon-pohon yang ditebang ke pinggir lahan atau dikumpulkan di tengah lahan
untuk dibakar.

Lahan yang akan ditanami berada di sekitar desa dan berada di tepi sungai
Barito. Sebelum paung dimasukan ke dalam lobang persemaian, terlebih dahulu
rumput-rumput kumpai (Scirpus grossus L) dibersihkan menggunakan pisau lantik
atau tajak. Dua jenis alat pembersih ini dapat memotong rumput dengan cepat dan
rata.

Setelah lahan dibersihkan, manugal dilakukan oleh dua orang dengan


pembagian kerja memasukan paung dan membuat lobang. Satu orang bekerja
membuat lobang tanah, tempat paung dimasukan dengan tuntu (tongkat) yang
ujungnya dibuat agak lancip, sedangkan yang satu orangnya bertugas memasukan
paung. Benih padi yang disebut dengan tugal dalam bentuk rumpun padi akan
tumbuh sekitar satu bulan. Ukuran tinggi tugal sekitar 40cm, lingkarannya 10cm.

Fase kedua, adalah wayah malacak yang dilakukan sekitar bulan Desember.
Setelah benih padi menjadi tugal, kemudian digali dengan parang dengan cara
diiris-iris ukuran persegi empat yang disebut lacak. Irisan lacak tersebut
dikumpulkan dalam satuan yang disebut babasung, supaya memudahkan membawa
ke sawah. Satu basung terdiri dari 30 hingga 40 irisan lacak. Setelah lacak diambil,
petani Bakumpai pun berangkat ke lahan pertanian. 12 Basung lacak diperkirakan
dapat ditanami untuk lahan seluas 20 burungan (1 hektar = 35 burungan).

Mengingat lahan pertanian terletak jauh dari desa dan perlu tinggal selama
dua hingga tiga hari untuk mengerjakan lahan sawah seluas satu hektar, terlebih
dahulu petani Bakumpai mempersiapkan keperluan untuk konsumsi dan
transportasi. Beberapa hari sebelum lacak diambil, petani Bakumpai
mempersiapkan keperluan berangkat seperti mencari kayu api untuk memasak,
beras, serta bahan sembilan pokok (sembako) lainnya hingga uang untuk berbagai
keperluan. Oleh karena itu, sebelum petani berangkat malacak akan bekerja untuk
mengumpulkan uang untuk kesiapan keberangkatan dan selama kegiatan malacak,
karena kalau sudah berada di sawah pekerjaan lain hanya sampingan dan sedikit
kemungkinan untuk mendapatkan uang.

Pekerjaan malacak hampir sama dengan manugal, perbedaannya selain pada ukuran
tugal dan lacak juga pada lokasi dan waktu tanamnya. Menyiapkan lahan sebagai
tempat tugal ditanam dengan cara dibersihkan menggunakan tajak. Rumput yang
sudah dipotong untuk sementara dibiarkan tergeletak di atas lahan, sehingga menjadi
bacam (busuk dan berbau). Setelah itu barulah lacak ditanam yang cara
melakukannya mirip dengan manugal, bedanya kalau benih tugal masih dalam
bentuk padi, sedangkan lacak sudah menjadi rumpun padi. Waktu menanam lacak
dapat berlangsung dari seminggu hingga setengah bulan, tergantung pada
ketersediaan tugal. Setelah lacak ditanam petani Bakumpai kembali ke desa dan
beraktivitas seperti biasa. Petani bakumpai akan kembali ke sawah setelah usia lacak
15 hari untuk melakukan perawatan yakni membersihkan rumput di sekitar lacak.

Setelah malacak, petani kemudian membersihkan lahan sawah disebut


manatak yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret. Tajak menjadi alat utama
untuk manatak selain dapat memotong rumput dengan cepat, juga dapat membalik
rumput tersebut. Setelah selesai manatak, rumput dibiarkan di sawah atau disebut
mambacam hingga dua minggu. Sambil manatak, petani Bakumpai memeriksa
bantangan dari kemungkinan adanya hama tikus yang bersarang. Setelah itu,
yiawang yakni rumput diangkat dan diletakan di atas bantangan (pembatas sawah),
atau tetap dibiarkan di atas sawah sebagai pupuk. Bantangan dimanfaatkan juga
untuk menanam singkong, terong, hingga rambutan dan kelapa.

Dalam mengolah lahan yang dilakukan turun temurun, kearifan lokal


didapatkan dari cara memanfaatkan rumput yang ditebas untuk dijadikan pupuk
alami. Alat yang digunakan petani Bakumpai untuk memotong rumput, tidak
sampai membalikan permukaan tanah yang mempengaruhi kadar keasaman. Selain
itu, dalam penelitian Patrice Levang (2003 : 184) di Barambai Kabupaten Barito
Kuala, yang membandingkan dengan cara pengolahan petani Jawa yang
2
menggunakan cangkul, ternyata penyiapan lahan dengan parang memerlukan
tenaga kerja yang jauh lebih sedikit.

Fase ketiga, wayah maimbul dilakukan setelah manatak sekitar bulan


Februari dan Maret. Cara maimbul berbeda dengan manugal dan malacak,
menggunakan alat disebut tantajuk bentuknya bulat panjang, sedikit melengkung
dan ujungnya dibuat runcing untuk melobangi tanah, sedangkan untuk pegangan
tangan dibuat bercabang dua. Sebelum padi lacak ditanam terlebih dahulu dipotong
ujungnya, dibagi-bagi hingga 15 batang padi setiap lobang. Pekerjaan maimbul
kalau dilakukan dua orang akan selesai paling cepat 10 hari. Apabila mengupah
tenaga kerja, setiap orang dibayar Rp. 25.000,- perhari termasuk memberi makan
pengupah. Cara demikian akan mempersingkat waktu kerja, sehingga dapat
diselesaikan antara 2 hingga 3 hari.

Setelah selesai maimbul petani menunggu masa panen hingga bulan


September, terdapat jeda 5 atau 6 bulan. Masa jeda itulah petani Bakumpai kembali
ke desa. Namun petani akan kembali ke sawah 2 hingga 3 kali sampai masa panen
untuk membersihkan bantangan menggunakan pestisida merk “Roundup” atau
“Rambo” dari rumput-rumput yang tumbuh mengganggu padi. Selain itu, menjaga
sawah agar terhindar dari serangan hama tikus dengan memasang racun.

Setelah wayah maimbul, fase keempat saatnya musim panen atau wayah
gatem yang berlangsung sekitar bulan Juli hingga bulan September. Jika wayah
gatem tiba, petani Bakumpai membawa anak istrinya dari desa ke tana sehingga
desa menjadi sepi karena kebanyakan ikut serta memanen padi. Ini dilakukan untuk
mengantisipasi terlambat memanen padi, karena batang padi akan patah (jipuk)
sehingga menyulitkan panen. Bagi yang mampu

mendatangkan tenaga upahan dengan membayar upah Rp. 7000,- untuk 1 balek
atau 20 liter padi yang belum bersih.

Persiapan dilakukan petani Bakumpai sebelum berangkat manggetem


(memanen) berbeda dengan beberapa aktivitas bertani sebelumnya, terutama
menyangkut barang-barang yang akan dibawa. Sebab masa panen adalah pekerjaan
yang dilakukan sepenuhnya, sehingga semula keperluan harus dipersiapkan
selengkapnya. Keperluan alat panen, seperti ranggaman (ani-ani) mudah
didapatkan di pasaran, tapi keperluan untuk menyimpan padi, seperti ambin yakni
sejenis keranjang yang ditaruh di punggung, kemudian palundu (karung yang
terbuat dari purun) atau karung-karung buatan untuk menyimpan padi. Selain itu,
segala keperluan dapur, hingga kayu bakar juga turut dibawa termasuk uang untuk
membeli segala keperluan yang masih harus dilengkapi.

Pada saat memanen, petani Bakumpai biasanya mengerjakan lahan masing-


masing. Apabila ada yang sudah selesai mengerjakan, mereka akan membantu
saudaranya agar panen selesai (bahandep). Aktivitas memanen dengan
menggunakan ani-ani, hingga saat ini sangat jarang petani Bakumpai menggunakan
arit. Setiap tangkai padi yang dipotong segera dimasukan ke dalam ambin yang
menempel di belakang petani. Setelah padi dalam ambin terasa penuh, kemudian
dimasukan ke dalam karung. Begitulah seterusnya hingga beberapa karung terisi
padi, kemudian disimpan ke bawah hubung.

Padi yang sudah terkumpul kemudian dijemur, kemudian untuk


merontokannya dengan cara di-ihik (diinjak-injak). Sebelumnya, digelar tikar
plastik di atas padi. Pekerjaan maihik cukup dilakukan dua orang, setelah padi
rontok dipisahkan lagi antara padi yang berisi

dan kosong (hampa) dengan cara dimasukan ke dalam pompa padi. Prinsip
kerja pompa padi adalah menerbangkan padi yang hampa dan padi yang berisi akan
masuk ke dalam wadah tertentu.

Selama wayah getem interaksi antar petani Bakumpai yang membutuhkan


uang dapat menjual padi hasil panennya untuk mencukupi kekurangan. Namun, jika
masih ada persediaan beras atau padi musim panen lalu, itulah yang dijual agar
tidak mengganggu hasil panen.

Hasil panen kemudian dibawa pulang ke desa dengan kelotok, baik milik
pribadi ataupun mencarter. Begitu tiba di desa, kebersamaan terjalin di masyarakat
dengan cara tetangga sekitar rumah membantu mengangkat padi ke dalam rumah.
Hasil panen tahun 2010 ini menurut Norhan (45th) dalam satu borongan hanya
menghasilkan 40-60 balek (satu balek

= 20 liter) padi. Hal ini karena keadaan air tidak menentu, sehingga banyak anak
padi mati terendam saat musim tanam.
Pola kearifan lokal yang dimiliki petani Bakumpai, ternyata tidak hanya
terletak pada kemampuan mereka dalam mengolah lahan, tetapi jika dicermati
terdapat suatu siklus kehidupan antara pertanian dan aktivitas kerja lainnya.
Misalnya, dalam mengolah lahan yang dilakukan turun-temurun, kearifan lokal
didapatkan dari cara memanfaatkan rumput yang ditebas untuk dijadikan pupuk
alami. Alat yang digunakan petani Bakumpai untuk memotong rumput, tidak
sampai membalikan permukaan tanah yang mempengaruhi kadar keasaman.

Pembagian lahan dalam bentuk borongan yang dibatasi oleh bantangan,


yang sebenarnya membuat blok-blok sawah sehingga dapat mengurangi
kemungkinan padi rusak pada seluruh lahan misalnya akibat gangguan hama.
Bantangan selain ditanami berbagai jenis tanaman, dari jenis sayur-mayur hingga
pohon-pohon yang menghasilkan buah dapat menjadi jebakan alami bagi
bersarangnya hama tikus. Begitu pula pada saat pembukaan lahan, dengan adanya
sistem bantangan atau borongan, pembakaran lahan tidak dilakukan dalam areal
luas, melainkan dilakukan pada wilayah tertentu saja.

Kalau dilihat pada fase bertani untuk menanam parei tahunan yakni padi
yang hanya dipanen sekali setahun, terdapat masa-masa jeda bagi petani Bakumpai

Fase
Fase Fase Fase ketiga keempat
pertama pertama manatak wayah
wayah wayah februari- getem juli-
manugal malacak maret september
bulan 10 bulan 12

2.5 Insiator Pemberdayaan

a) Pemerintah
Pemerintah memiliki peran penting dalam pemberdayaan masyrakat karena
pemerintah bertanggung jawab atas nasib, masa depan, dan kesejahteraan rakyat.
Pemerintah melakukan pemberdayaan melalui badan-badan pemerintahan baik pusat
maupun daerah. Dalam pemberdayaan Petani Bakumpai ini, pemerintah mengadakan
program optimalisasi lahan sub optimal ini merupakan sistem pertanian melalui
pengaturan tata kelola air dengan pembangunan saluran irigasi, pintu air, pompa air
dan lain-lain Melalui upaya optimalisasi tersebut maka waktu tanam tidak lagi
bergantung pada musim. Tak hanya itu, petani mendapatkan bantuan pestisida dan
beragam alsintan. Dalam pengerjaannya, petani akan dikawal pemerintah mulai dari
pengelolaan tanam, menanam dan pasca panen yang terjamin

b) Swadaya

Selain pemerintah lembaga swasta juga memliki tanggung jawab dalam menjalankan
pemberdayaan masyrakat. Lembaga swadaya sangat dibutuhkan dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Lembaga yang turut serta dalam Pemberdayaan Petani
Bakumpai adalah LPPM IPB yang merupakan Lembaga Penelitian dan Pengabdi
kepada masyarakat. Tim LPPM IPB dapat melakukan pengembangan bidang pertanian
dan perikanan di Kabupaten Barito Kuala. Dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan,
disepakati untuk tahun 2018 LPPM IPB dan Kabupaten Barito Kuala akan
bekerjasama untuk mengembangkan padi IPB-3S, pengembangan koperasi di SPR
Wanaraya, pengembangan kegiatan perikanan darat dan laut untuk pemanfaatan
wilayah perairan di Kabupaten Barito Kuala agar lebih produktif. Kepala LPPM IPB (Dr.
Prastowo) menyampaikan, dalam kolaborasi tersebut terdapat 3 muatan yang harus
dilakukan secara bersama-sama yaitu semangat konsolidasi, semangat integrasi, dan
pemahaman konsep bisnis dari hulu ke hilir

c) Masyarkat

Selain dari lembaga pemerintah dan swasta masyrakat juga memiliki


peranan pemtimg dalam pemberdayaan Masyrakat agar kehidupan masyarakat
tersebut terus berjalan. Dalam masyarakat Petani Bakumpai yang memiliki jeda
waktu lama dari tanam ke panen petani Bakumpai tidak mengalami masa istirahat
sebab mereka tidak hanya tergantung pada usaha bertani. Ada beberapa pekerjaan
yang sangat mendukung dan menopang kehidupan petani Bakumpai selama jeda
waktu tersebut.
Siklus kehidupan petani Bakumpai yang tidak hanya ditunjang dengan pertanian
sebagai pekerjaan utama, juga berbagai aktivitas lain seperti mencari rotan, mencari
ikan, menebang pohon, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat dilakukan karena
petani Bakumpai memiliki dua jenis lahan, untuk bertani dan untuk bekerja untuk
mendukung pertanian. Lahan pertanian berada di tempat terpisah, sehingga kalau
bertani aktivitas fokus untuk satu pekerjaan. Sebagai modal untuk bertani, petani
Bakumpai bekerja di areal desa yang disebut padang. Di sini terjadi siklus saling
mendukung, bekerja modal bertani dan hasil pertanian untuk kebutuhan makanan
pokok.

2.6 Strategi Pemberdayaan Petani Bakumpai

Pulau Kalimantan yang didominasi lapisan tanah rawa (lebak dan pasang surut) sudah
dikenal sebagai sentra pertanian tanaman pangan. Perlahan tapi pasti, adanya upaya
optimalisasi lahan rawa dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan seperti yang
terjadi di Barito Kuala.

Kabupaten Barito Kuala merupakan daerah penghasil beras terbesar di Kalimantan


Selatan, dengan kontribusi mencapai sekitar 16,23 persen. Namun, area persawahan
Barito Kuala sebagian besar berada di lahan rawa lebak, menjadikan produktivitas
padinya lebih rendah karena indeks pertanaman yang masih dibawah 3. pemerintah
Indonesia menerapkan program transmigrasi pada tahun 1970. Pemerintah
mendatangkan penduduk dari Jawa, Bali, dan Madura untuk mengelola lahan
pertanian melalui program P4S (Proyek Pengembangan Pertanian Pasang Surut).
Program transmigrasi tersebut tentu menambah keanekaragaman asal petani di
Kabupaten Barito Kuala. Sementara itu, keanekaragaman asal petani juga diiringi oleh
pengalaman mereka yang berbeda-beda dalam melakukan aktivitas pertanian di lahan
gambut. Seringkali, pengalaman yang mereka bawa dari daerah asal tidak sesuai
dengan karakter lahan gambut yang harus dikelola. Petani transmigran juga dikenal
lebih minim pengalaman dalam mengolah lahan gambut jika dibandingkan petani
lokal.
Di samping menambah keanekaragaman petani, program transmigrasi secara
langsung berpengaruh pada penggunaan teknologi semacam traktor, pupuk, dan
ameliorant oleh petani transmigran. Petani transmigran yang jumlahnya tidak sedikit,
banyak menggunakan traktor karena mereka tidak memiliki tenaga yang cukup untuk
mengolah lahan pertanian gambut. Mereka juga menggunakan pupuk kimia dan
ameliorant untuk mencapai hasil produksi optimal dalam usaha pertaniannya.
Penggunaan produk teknologi tersebut sebelumnya tidak dikenal oleh petani lokal –
petani Dayak Bakumpai. Sebelumnya, petani Dayak Bakumpai banyak menggunakan
abu gambut untuk meningkatkan pH tanah dan menambah unsur hara tanah. Produk
teknologi pertanian yang dibawa petani transmigran nyatanya berbeda dengan
kearifan lokal yang selama ini dipegang oleh petani Dayak Bakumpai.

Pada Mei 2018, pemerintah menunjuk Kabupaten Barito Kuala sebagai daerah
percontohan nasional optimalisasi lahan suboptimal. Karena permasalahan utama ada
dalam tata kelola air, pemerintah menerapkan sistem pertanian melalui pengaturan
tata kelola air dengan pembangunan saluran irigasi, pintu air, pompa air, dan lain-lain.

2.7 Evaluasi dalam pemberdayaan Petani Bakumpai

Program transmigrasi yang dilakukan pemerintah kurang efektif dalam pemberdayaan


Petani Bakumpai. Minimnya pengalaman ditambah dengan penggunaan produk
teknologi yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan gambut di Barito Kuala
menyebabkan petani transmigran sering mengalami kegagalan dalam melakukan
aktivitas pertanian lahan gambut. Akibatnya, banyak di antara mereka yang lebih
memilih untuk kembali ke tempat asalnya. Karakteristik lahan gambut di sana
sudah kadung terkontaminasi produk teknologi yang dibawa petani transmigran.
Kedatangan petani transmigran telah meningkatkan jumlah penduduk di Barito Kuala
yang berdampak pada pembukaan lahan pertanian baru dalam jumlah besar akibat
kenaikan kebutuhan pangan. Lahan-lahan baru sudah terlanjur dibuka dengan
menjadikan produk teknologi sebagai patron utamanya.  

Dengan kata lain, telah terjadi penyempitan lahan gambut besar-besaran ketika
program transmigrasi diterapkan oleh pemerintah.  Sementara itu, keberadaan
kearifan lokal yang selama ini dipegang petani lokal pun perlahan-lahan tersingkir
karena iming-imingproduk teknologi yang dinilai lebih praktis.Pemanfaatan lahan
gambut secara serampangan mengancam kelangsungan hidup petani Dayak
Bakumpai. Warisan program “transmigrasi” yang digalakan pemerintah memicu
terjadinya penggunaan produk teknologi seperti traktor, pupuk kimia, dan ameliorant
yang bertentangan dengan kearifan lokal mereka. Pembangunan yang terlalu
berorientasi pada profit dan teknologi terbukti gagal mendefinisikan hakikat azali
kesejahteraan. Kualitas alam merosot karena punahnya pengetahuan-pengetahuan
yang menjadi basis adaptasi komunitas lokal, hilangnya romantisme dan budaya lokal
yang menjadi jati diri masyarakat setempat. Kesadaran akan perlunya kembali pada
kearifan lokal perlu mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan mengingat
muncul wacana global tentang kegagalan pembangunan. Dalam kaitannya dengan
petani Dayak Bakumpai dan kelestarian lahan gambut: Tatas, Beje, dan Tajak  perlu
didengungkan kembali.

Sedangkan progam optimalisasi yang baru diranvang 1 tahun kebelakang masih dalam
proses dan ditargetkan lahan rawa tersebut bisa di produtifkan paling lambat 10 tahun.

2.8 Komunitas Petani Muda

Degradasi sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat signifikan baik dari
segi minat sumber daya manusia mauoun juga penyempitan lahan yang menggerus
dunia pertanian. Dari hal tersebut tentu perlu disikapi oleh para penggiat pertanian
terutama petani muda yang banyak meninggalkan sektor pertaniandan memilh sektor
lain. Padahal sektor pertanian sangat membuka peluang yang besar jika
dikembangkan secara baik dan terarah. Dan sampai kaoan pun manusia akan
tergantung dengan sektor pertanian.

Salah satu terobosan penguatan bagi petani muda adalah Komunitas Petani Muda.
Petani muda adalah sebuah gerakan tentang optimisme generasi muda Indonesia
dibiang pertanian. Mereka mengajak serta mendorong anak-anak muda untuk terjun
langsung dalam menjaga kelestarian petani. Barawal dari inisiatif kecil mereka dalam
menjaga dan merawat ladang persemaian, bagi tumbuhnya semangat, antusiasme, ide-
ide, besar yang mengakar kuat sesama pegiat pertanian seleurh Petani Indoenesia.
2.9 Inisiator Komunitas Petani Muda

A. Pemerintah

Mungkin untuk saat ini Komunitas Petani Muda masih menjadi komunitas yang
independen belum bekerjasama dengan pemerintah dalam menciptkan petani muda
indonesia yang berkualitas. Mungkin untuk kedepannya pemerintah dapat bekerja
sama dengan komunitas seperti ini denga tujuan melestarikan petani di Indonesia

B. Swasta

Untuk lembaga swasta komunitas ini bekerja sama dengan PT. Indmira yang
merupakan produsen pupuk organik, dan bahan-bahan perbaikan ekosistem yang
mempunyai lembaga riset dan pengembangan. Indmira banyak sekali membantu
komunitas ini dalam hal memberikan pengetahuan terhadap para petani muda dalam
acara workshop atau seminat yang memang sering diadakan oleh Komunitas Petani
Muda ini.

B. Masyarakat

Berawal dari inisiaitf Andhika Mahardika, Atin Saraswati, dan Ismi Nuari yang
khawatir akan minimnya minat anak muda terhadap sektor pertanian akhirnya mereka
membuat berbagai macam program untuk menarik minat anak muda terhadap bidang
pertanian

2.10 Strategi yang dilakukan komunitas petani muda

Komunitas petani muda banyak melakukan event maupun seminar untuk menarik
minat dan kalangan muda terhadap pertanian. Petani Muda dan IAAS Indonesia LC
UGM, berkolaborasi dengan para penggiat petani muda di sekitar kita dalam festival
pertanian yang bertajuk Waluku Festival. Waluku Festival merupakan sebuah acara
yang mewadahi pelaku usaha dan penggiat bidang pertanian untuk mengenalkan
produk maupun komunitasnya ke generasi muda.

Tujuan kami dalam Waluku Festival, yaitu: untuk menumbuhkan minat masyarakat
terutama generasi muda mengenai bidang pertanian dan ilmu terkait, meningkatkan
kesadaran masyarakat terutama generasi muda terhadap isu pertanian di Indonesia.
Selain itu, Waluku Festival juga memiliki tujuan untuk mewadahi generasi muda
untuk memperluas jaringan kerjasama dengan penggiat bidang pertanian.

Dalam festival ini juga digelar talkshow yang yang menghadirkan cerita pembicara
yang sudah berpengalaman di bidang pertanian. Mereka berharap dengan pendekatan
seperti ini anak muda bisa lebih tertarik dalam bidang pertanian.

Workshop ini juga mengadakan beberapa pelatuhan skill dibidang pertanian seperti,
bertani hidroponik dan pengolahan hasil pertanian. Ini bisa menjadi bekal untuk pera
anak muda untuk memulai usaha nya di bidang pertanian suatu saat nanti

2.10 Evaluasi yang dilakukan komunitas petani muda

Melihat ramainya peminat dalam waluku festival yang sudah berlangsung 3 tahun
terakhir membuat komunitas petani muda terus melangsungkan event ini dan
melakukan perbaikan dan improvisasi dari tahun ke tahun dilihat dari banyak nya
minat anak muda yang antusias dengan event ini disimpulkan bahwa cara ini bagus
untuk menarik minat anak muda terhadap bidang pertanian.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Komunitas adalah kesatuan hidup manusia secara bersama-sama yang memilih atau
menempati wilayah tertentu , dalam kurun waktu tertentu. Definisi ini merujuk pada
perkumpulan masyrakat yang harus mensyaratkan kehidupan bersama tanpa adanya
perbedaan pandangan. Pemberdayaan masyarakat sendiri adalah proses pembangunan
dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk
memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Sedangkan masyarakat tradisional adalah
kelompok masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya masih memegang teguh
nilai-nilai leluhur yang diwariskan dari dari satu generasi ke genarasi lain. Jadi
pemberdayaan masyarakat tradisional adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat masyrakat tradisional serta memampukan dan memandirikan masyarakatnya
tanpa menghilangkan nilai-nilai leluhurnya

masyarakat Dayak Bakumpai umumnya mengandalkan aktivitas pertanian. Aktivitas


pertanian biasanya mereka lakukan di lahan gambut. Masyarakat Dayak Bakumpai
cenderung mencari lahan pertanian baru untuk mengganti lahan pertanian lama. Hal
itu tentunya berbeda dengan Suku Dayak lain yang kebanyakan lebih memilih untuk
tetap memberdayakan lahan yang lama. Selain itu, aktivitas pertanian yang mereka
lakukan biasanya hanya untuk memproduksi satu jenis komoditas tertentu, yaitu padi.
Hal itu mereka lakukan karena kebutuhan mereka hanya untuk memenuhi urusan
pangan saja. Namun demikian, pertambahan jumlah penduduk yang diiringi dengan
peningkatan kebutuhan pangan “menuntut” mereka untuk melakukan perluasan lahan
pertanian yang lebih masif.

3.2 Saran

Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris harus tetap di pertahan kan karena itu
merupakan identitas bangsa Indonesia. Pemerintah juga harus ikut berperan aktif
dalam mensejeahterakan hidup petani di seluruh penjuru indonesia dengan
memberikan fasilitas yang menunjang. Kita juga sebagai anak muda harus turut serta
dalam melestarikan pertanian karena bagaimanapun bangsa Indonesia sampai saat ini
masih bergantung pada sektor pertnian.
LAMPIRAN
POSTER

Anda mungkin juga menyukai