i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Maha Esa karena atas
berkah, rahmat, hidayah, dan karunia yang diberikan sehingga Makalah yang
berjudul “Dimensi Sosial Budaya Lingkungan Pertanian dan Perladangan” ini
dapat terselesaikan dengan baik untuk memenuhi tugas mata kuliah
walaupun masih banyak kekurangan didalamnya.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Mata
Kuliah Antropologi lingkungan dan teman-teman yang mengambil mata kuliah
ini karena telah berkontribusi dalam memberikan arahan dan masukan
kepada penulis mengenai beberapa kegiatan dan gambaran dimensi sosial
budaya yang ada di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Karena referensi yang sangat terbatas dan penulis tidak
melakukan kontak langsung dengan masyarakat yang bersangkutan .Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan demi perbaikan untuk
penulisan-penulisan kedepannya. Selain itu, penulis berharap dapat
memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang hidup dalam
lingkup budayanya (culture area) masing-masing. Budaya yang beraneka ragam ini
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk (plural
societies) yakni masyarakat yang tersusun dan terbagi ke dalam sub sistem yang
berdiri sendiri serta terkait dalam ikatan yang bersifat primordial (primordial ties).
Kemajemukan masyarakat Indonesia itu di tandai oleh adanya kelompok bangsa
(ethnic group) yang mempunyai cara-cara hidup (tradisi) atau kebudayaan yang
berlaku dalam masyarak:at suku bangsanya sendiri-sendiri.
Setiap suku bangsa memiliki tatanan sendiri yang menyangkut pengaturan
dalam kelompoknya yaitu sebagai norma yang dipegang bersama (held norm).
Norma-norma yang dimak:sud adalah seperti budaya tradisi kelompok suku yang
senantiasa diimplikasikan dalam kehidupan kelompoknya masing-masing. Misalnya
adalah penuturan (term of addres), ritus perkawinan, bercocok tanam dan bahkan
dalam segala aspek kehidupan kelompoknya terdapat norma-norma yang mengatur
dan berlaku luas dalam kelompok itu.
Disamping itu, kondisi masyarakat yang bukan lagi terisolir berdasarkan
kawasan atau teritori dimana individu telah dapat bergaul dan berbaur dengan
individu lainny~ telah pula menciptakan hubungan antara etnis yang berbeda
kebudayaannya yang secara tidak langsung telah membentuk atau menciptakan
akulturasi (aculturation) antar etnik yang berbeda itu. Hal ini telah mendorong
teijadinya perubahan-perubahan (changes) dalam masyarakat, baik yang
menyangkut tatanan hidup dan budaya tradisi sebagai tuntutan terhadap norma
hidup yang universal.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat itu dapat mengenai nilai-nilai sosial
(social value), norma-norma sosial (social norm), pola-pola prilaku (pattern of
1
behavior), susunan lembaga kemasyarakatan (social institution), lapisan-lapisan
dalam masyarakat (social stratification), dan kekuasaan atau wewenang (autority). Y
akni sebagai dampak persentuhan antar etnik yang berbeda untuk mencari harmoni
dan integrasi antar kelompok maupun teijadinya perubahan sosial (social change)
yang tak dapat dihempang perkembangannya
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting
dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam
sumbangannya terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan
dalam negeri. Kesadaran terhadap peran tersebut menyebabkan sebagian besar
masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian mereka meskipun negara
telah menjadi negara industri. Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan
pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional yang strategis untuk tetap
memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan pangan, dalam
kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka panjang
mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian.
Pembahasan dan penanganan masalah alih fungsi lahan pertanian yang
dapat mengurangi jumlah lahan pertanian, terutama lahan sawah, telah berlangsung
sejak dasawarsa 90-an. Akan tetapi sampai saat ini pengendalian alih fungsi lahan
pertanian belum berhasil diwujudkan. Selama ini berbagai kebijaksanaan yang
berkaitan dengan masalah pengendalian konversi lahan sawah sudah banyak
dibuat.
Ladang berpindah atau dikenal juga dengan perladangan bergilir (Shifting
Cultivation) merupakan suatu bentuk sistem pertanian tradisional yang telah
dipraktekan sejak zaman purba Sebelum Masehi dan telah lama dipraktekkan di
beberapa Daerah di Indonesia antara lain Kalimantan, Sulawesi, Papua, Sumatera,
Banten dan Jawa Barat.
Ladang bergilir ini dilakukan secara turun temurun berdasarkan pengalamam
masyarakat tradisional dalam membuka lahan, mengolah lahan dan bercocok tanam
hingga panen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini sangat erat kaitannya
dengan tradisi budaya masyarakat tersebut dan kegiatan ladang berpindah ini masih
dilakukan di beberapa Daerah pedalaman di Indonesia.
2
ISI
3
didalam suatu lingkungan yang serba berpranata. Hal yang sama dikatakan oleh
Narwoko dan Suyatno (2011), segala tindak tanduk atau perilaku manusia
senantiasa akan diatur menurut cara-cara tertentu yang sudah disepakati bersama
(Sinaga, 2016).
B. Lingkungan
Lingkungan adalah suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih kompleks dan rill.
Lingkungan hidup menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan
ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dapat dikatakan lingkungan
merupakan suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupannya,
dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih kompleks dan rill.
1. Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada
proses pertumbuhan dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti
sempit dinamakan pertanian rakyat. Sedangkan pertanian dalam artian luas
meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, perkebunan, dan
perikanan. Secara garis besar pengertian pertanian dapat diringkas menjadi
empat komponen yang tidak terpisahkan. Keempat komponen tersebut meliputi
proses produksi, petani atau pengusaha petani, tanah tempat usaha dan usaha
pertanian ( Soetriono et al, 2006).
Hendrik (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa partisipasi petani
dalam pengelolaan lingkungan pertanian seperti melakukan pengolahan tanah
konservasi, menggunakan pupuk organik, melakukan rotasi tanaman,
4
memanfaatkan sisa tanaman sebagai penutup tanah, keterlibatan dalam
penanaman pohon dan partisipasi dalam kegiatan berwawasan lingkungan
tergolong rendah-sedang 88,03% yang terdiri dari 33,33% tergolong pada tingkat
partisipasi rendah, dan 54,70% tergolong pada tingkat partisipasi kategori
sedang, sedangkan yang tergolong pada tingkat partisipasi tinggi hanya 11,97%.
Selanjutnya, Waha et al (2018), menemukan bahwa rumah tangga dengan
keragaman pertanian yang lebih tinggi cenderung lebih berhasil dalam
memenuhi kebutuhan konsumsi mereka daripada rumah tangga dengan
keragaman yang lebih rendah, terlepas dari ukuran lahan, kepemilikan ternak,
dan pendapatan di luar pertanian. Namun, ketersediaan pangan pada skala
rumah tangga hanya meningkat hingga tingkat keanekaragaman tertentu.
Dengan demikian, sistem pertanian yang lebih beragam dapat berkontribusi
pada ketahanan pangan rumah tangga.
2. Perladangan
Perladangan didefinisikan sebagai sistem pertanian yang bercocok tanam
berpindah-pindah dari satu bidang tanah atau ladang ke bidang tanah yang lain
ditandai dengan pembukaan lahan melalui penebangan dan pembakaran, dan
kemudian menanami lahan dengan cara yang tidak berkelanjutan. Pendapatan
utama dari perladangan umumnya hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga petani, tetapi sebagian juga dijual ke pasar. Istilah
perladangan biasanya digunakan di daerah teropis.
5
disosiasif. Bentuk asosiasif adalah interaksi sosial yang cenderung menimbulkan
dampak untuk saling bekerjasama, saling menghargai dan saling memberi dan
menerima. Adapun bentuk disosiasif menimbulkan persaingan, pertentangan dan
pertikaian.
1. Masyarakat Pertanian
Dilihat dari segi fisik, lingkungan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu
pemukiman yang semua bangunkan dengan berbagai macam tipe dan strukturnya,
yang dgunakan untuk proses produksi bidang pertanian. Bangunan yang dimaksud
untuk produksi tanaman pertanian (rumah kaca, hidroponik , dan sebagainya),
produksi ternak (kandang dan sebagainya), bangunan untuk penyimpanan dan
penanganan pasca panen (gudang pertanian dan sebagainya), bangunan untuk
menyimpan alat dan mesin pertanian, perbengkelan, serta bangunan pertanian
lainnya
2. Masyarakat Perladangan
Pertanian ladang merupakan jenis usaha pertanian yang memanfaatkan
lahan kering, artinya dalam pengolahan tidak memerlukan banyak air,
dipraktekkan terutama oleh masyarakat tradisional, masyarakat adat, suku-suku
pedalaman, masyarakat di wilayah terpencil, pegunungan dan perbatasan hutan
yang disebut endogenous people. Peladang dari masyarakat terpencil umumnya
perupakan petani subsisten dengan penghidupan yang sederhana yang sering
dikategorikan sebagai petani miskin. Pertanian ladang ada dua jenis berikut ini:
pertanian ladang berpindah atau bergilir dan pertanian ladang tetap
1. Masyarakat Pertanian
Masyarakat agraris atau petani adalah masyarakat yang melakukan kegiatan
ekonomi dan memenuhinya dengan bekerja di bidang pertanian. Adapun
karakteristik dari masyarakat pertanian yaitu :
6
a. Memiliki IKatan Kekeluargaan Yang Erat
Masyarakat agraris dikenal memiliki ikatan kekeluargaan yang erat dan
memiliki kesadaran untuk saling bahu-membahu dan saling membantu satu
sama lain. Sikap saling menghargai dan rasa tanggung jawab yang besar juga
menjadi ciri dari kelompok masyarakat agraris. Tanggung jawab itu berkaitan
dengan terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
7
kecenderungan para petani untuk mencukupi kebutuhan keluarganya terlebih
dulu sebelum memproses atau menjual sisanya ke luar. Namun kalau petani
yang enggak memiliki usaha taninya sendiri, mereka akan menjual jasa
pertanian dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari upah jasa yang dilakukannya.
8
Sedangkan menurut geografer asal Amerika Serikat, Karl Josef Pelzer, beberapa
karakteristik peladangan ditandai dengan tidak adanya pembajakan lahan,
sedikitnya tenaga kerja dibandingkan dengan cara bercocok tanam yang lain, tidak
menggunakan tenaga hewan ataupun pemupukan, dan tidak adanya konsep
kepemilikan tanah pribadi. Sementara menurut geografer, E. H. G. Dobby,
perladangan merupakan "tahapan istimewa dalam evolusi dari berburu dan meramu
sampai pada bercocok tanam yang menetap".
Di sisi lain, Clifford Geertz, seorang antropolog Amerika Serikat, menyatakan
bahwa ekosistem peladangan meniru keadaan alam sekitar, yang dicirikan secara
sistemis dengan:
1. Ekosistem meniru keadaan hutan tropis dalam artian tingkat generalisasi
yang dicapainya. Ekosistem generalisasi (generalized ecosystem) yang
dimaksud yaitu suatu ekosistem yang terdapat beragam spesies sehingga
energi yang dihasilkan oleh sistem itu dibagikan di antara berbagai spesies
yang jumlahnya relatif besar, masing-masing dengan individu yang
jumlahnya relatif kecil. Sebaliknya, kalau sistem itu adalah sistem dengan
jumlah spesies yang relatif kecil, masing-masing dengan individu yang
jumlah relatif lebih besar, maka disebut dengan ekosistem khusus
(spesialized ecosystem). Secara lebih teknik dapat dikatakan kalau
perbandingan antara jumlah spesies dengan jumlah organisme dalam
komunitas biotik disebut dengan indeks diversitas maka ekosistem umum
adalah suatu ekosistem yang bercirikan suatu komunitas dengan indeks
diversitas tinggi. Sementara, ekosostem khusus bercirikan komunitas dengan
indeks diversitas yang rendah.
2. Perbandingan kuantitas zat makanan yang tersimpan dalam bentuk-bentuk
yang hidup (yaitu komunitas biotik) dengan zat makanan yang tersimpan di
dalam tanah (yaitu substratum fisis) pada kedua ekosistem itu sangat tinggi.
Meskipun seperti hutan tropis yang terdapat banyak variasi, pada umumnya
tanah tropis itu secara ekstensif menjadi laterit. Oleh karena curah hujan di
sebagian besar kawasan tropis yang lembap dan banyak turun hujan serta
jauh lebih besar daripada penguapan, cukup banyak air murni yang hangat
9
merembas ke dalam bumi. Hal ini semacam proses pelarutan (leaching
process) yang efeknya menghanyutkan basa dan silijat yang mudah larut,
dan meninggalkan campuran oksida besi dan lempung yang stabil.
3. Arsitekturnya umumnya yang keduanya sama-sama berstruktur "pelindung"
(closedcover). Di ladang, daun-daun dari tanaman yang ditanam tentu saja
jauh lebih rendah, tetapi daun yang berdekatan ini tetap terlihat seperti
payung. Hal itu terjadi sebagian karena tanaman tidak ditanaman secara
berbanjar dan terbuka, melainkan karena struktur botani yang rapat, padat,
dan berserakan tidak teratur. Sebagian lain dari hal itu dikarenakan
penanaman semak dan pohon-pohonan yang beraneka ragam (kelapa,
pinang, nangka, pisang, pepaya, dan sekarang di kawasan yang lebih
komersial: karet, lada, dan kopi, dan sebagian lagi karena ada beberapa
batang pohon yang tidak ditebang. Dengan cara yang demikian, tanah tidak
terkena air hujan dan panas matahari secara berlebihan. Bagaimanapun
juga, penyiangan merupakan pekerjaan yang melelahkan karena mataharai
yang sampai ke lantai ladang dapat ditekan pada tingkat yang jauh lebih
rendah daripada sistem pertanian terbuka (open field).
10
E. Perbedaan Masyarakat Pertanian dan Masyarakat Perladangan
Perbedaan masyarakat yang berprofesi sebagai Petani dan Petani ladang
sangatlah kontras dimana perbedaan tersebut dapatlah dilihat pada karakteristik dari
Pertanian dan Karakteristik Perladangan, namun yang paling jelas perbedaan dari
keduanya yaitu dijelaskan pada sub-bab ini yang mana perbedaan dari Masyarakat
Pertanian dan Masyarakat perladangan yaitu :
11
Peralatan yang mereka gunakan pun ada kepilikan individu maupun milik
kelompok.
• Masyarakat Perladangan : Pada masyarakat perladangan ini berbanding
terbalik dengan masyarakat pertanian, sebab penggunaan peralatan dalam
pengolahan lahan asih secara tradisional, ini diseabkan juga selain lokasi
mereka dalam pengolahan lahan ladang yang pedalaman ini juga berkaitan
dengan cara mereka dalam mengelola lahan yang tidak menetap pada satu
tempat sehingga ini juga mempengaruhi hasil dari pengolahan lahan sebab
cara dan peralatan yang mereka guakan masih secara tradisional.
4. Hasil
• Masyarakat Pertanian : Dari aspek hasil, masyarakat pertanian memiliki
hasil yang lebih sehingga selain digunakan untuk kebutuhan sehari-hari hasil
yang didapatkan dari pengolahan lahan juga dapat dijual sehingga dapat
menunjang perekonomian keluarga, yang mana hasil tersebut sejalan
dengan pengolahan lahan yang dikelolah sebab lahan yang dikelola sangat
luas.
• Masyarakat Perladangan : Berbeda dengan masyarakat pertanian,
masyarakat petani ladang berbanding terbalik sebab dalam mengelola lahan
12
mereka hanya memikirkan untuk dapat dinikmati pribadi sehingga hasil yang
mereka dapatkan tidak dapat menunjang perekonomian keluarga karena
lahan yang mereka Kelola juga sangat terbatas.
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada makalah ini membahas mengenai system kebudayaan yang ada pada
masyarakat Pertanian dan masyarakat Perladangan, dimana masyarakat pertanian
lebih baik dalam social budaya dari pada masyarakat yang berprofesi sebagai petani
ladang. Selain aspek social dari aspek ekonomi juga masyarakat yang berprofesi
sebagai petani lebih unggul dari pada masyarakat yang berprofesi sebagai petani
ladang. Namun dari aspek kerusakan yang diakibatkan oleh aktifitas kedua profesi
ini masyarakat perladangan lebih menimbulkan dampak yang lebih besar
B. Saran
Perlunya pemberian pemahaman mengenai dampak yang ditimbulkan akibat
aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat pertanian ladang sehingga mengurangi
kerusakan lingkungan yang menjadi tempat pembukaan lahan dan membuat
pertanian lebih maju dan berkembang sehingga hasil yang didapatkan juga tidak
semata hanya kepentingan keluarga.
14