Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individu

“TEORI CAUSAL LOOP, BLACK BOX DAN MODEL SYSTEM”

NAMA : ADE WIRA RIYANTIKA PUTRA


NIM : P03 2222 014
MATA KULIAH : PEMODELAN LINGKUNGAN
DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAZAIRIN ZUBAIR, MS.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
“Sistem Perencanaa Gedung Apartemen Dengan Energi Angin”

➢ Diagram Black Box ENVIRONMENTAL INPUTRS:

• UU No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi


• UU No. 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan
• PerMen ESDM No. 30 Tahun 2006
• PerMen ESDM No. 30 Tahun 2009

UNCONTROLLED INPUTS: DESIRED OUTPUT:


• Kecepatan angin • Terpenuhinya kebutuhan
• Kondisi alam (cuaca dan iklim) listrik apartemen
• Biaya konstruksi dan investasi • Energi yang lebih ekonomis
yang besar • Bangunan dengan green
MODEL SYSTEM energy
Sistem Perencanaan Gedung • Peningkatan Kualitas
Apartemen Dengan Energi Angin lingkungan
CONTROLLED INPUTS:
• Mengurangi ketergantungan
• Jumlah kebutuhan energi terhadap bahan bakar fosil
• Perkembangan teknologi
• Jumlah Penghuni
• Ketersediaan sumber energi
UNDESIRED OUTPUT:
MANAGEMENT CONTROL:
• Kurangnya pasokan energi
• Pengelolaan Gedung listrik
• Pengelolaan Gedung dan Mintenance • Pencemaran Suara
• Pelatihan Tenaga Terampil (SDM) • Kegagalan investasi
• Benefit dan Monitoring Evaluation (BME)
+ Lapangan

➢ Teori Causal Loop


Kerja +
Industri
+ Energi
Krisis Energi - Angin +
Pendapatan
Energi Kesejahteraan
- + Masyarakat
Perkapita
terbarukan
+ +
angin
+ + +
Pencemaran
+ Kebutuhan
Ruang Investasi
Inovasi Udara
Teknologi

+ +
+ -
+ Ruang
Pencemaran Terbuka
Suara Hijau

+ +
Energi yang
ekonomis Kualitas +
Regulasi Lingkungan
Pembangunan
Pemerintah
Hunian
+
+
+
+
Penerapan Energi
Angin Pada Gedung
➢ Model System
Penerapan Energi
Angin Pada
Gedung

F(t)
32
Pemerintah Industri
Pembangunan
(2) (3)
F(t) Hunian
F(t) 23 F(t)
21 13
F(t) F(t)
Krisis Energi 12 Teknologi
31
Pencemaran
(Input) (1) Suara
Nama : Ade Wira RiyanTika Putra
NIM : P032222014
Mata Kuliah : Pemodelan Lingkungan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hazairin Zubair, MS
Tugas : Mencari 1 Bacaan Mengenai Analisis Banjir di Perkotaan
Faktor : Drainase
Program Studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup
Fakultas : Pasca Sarjana Universitas Hassanudin

ANALISIS SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR


PADA KAWASAN MAPOLDASU MEDAN
A. Latar Belakang
Kota pada dasarnya merupakan desa yang berkembang, dan dalam perkembanganya,
terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun sosial budaya masyarakatnya, hingga
menjadikan kota lebih dinamis. Kota sering diartikan sebagai keseluruhan unsur-unsur
bangunan, jalan dan sejumlah manusia di suatu tempat tertentu, kesatuan dari keseluruhan
unsur-unsur tersebut, pada akhirnya akan menentukan corak terhadap manusianya.
Perkembangan suatu kota secara fisik, dicirikan oleh meningkatnya jumlah sarana dan
prasarana dan infrastrukturnya yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan
berubahnya penggunaan tanah. Perubahan penggunaan tanah yang pada awalnya bersifat
pedesaan, kini berubah menjadi wilayah urban (perkotaan).
Secara umum, sistem drainase dapat didefenisikan sebagai rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan sistem
drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain),
saluran pembawa (convenyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima
(receiving waters). Di sepanjang sistem drainase sering dijumpai bangunan lainnya, seperti
gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun,
kolam tando, dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap, sebelum masuk kebadan air
penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem
tercampur. Hanya air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukan ke bahan air
penerima, sehingga tidak merusak lingkungan.
Pengembangan saluran drainase merupakan hal yang tidak mudah, pendekatannya
harus memperhatikan aspek–aspek sosial dan teknis, dengan harapan akan memberikan
kenyamanan bagi kehidupan penghuni perkotaan. Secara umum drainase dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air
hujan, rembesan maupun dari air irigasi dari suatu kawasan, sehingga fungsi kawasan/ lahan
tidak terganggu.

B. Drainase
1. Pengertian
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris drainage mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, secara umum
drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mengurangi kelebihan air, yang
berasal dari hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/ lahan,
sehingga fungsi kawasan/ lahan tidak terganggu. Drainase juga diartikan sebagai usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya sanitasi. Jadi, menyangkut tidak
hanya air permukaan tapi juga air tanah

2. Fungsi Drainase
Fungsi dari dibuatnya saluran drainase antara lain yaitu mengeringkan, mengalirkan,
menguras, dan membuang genangan air sehingga tidak ada lagi akumulasi air tanah;
menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal; mengendalikan erosi tanah;
kerusakan jalanan dan bangunkan yang ada; mengendalikan air hujan yang berlebih
sehingga tidak terjadi bencana banjir. Oleh karena itu untuk mendapatkan sistem aliran
yang baik, drainase perlu diatur serta ditata sesuai dengan standarisasi yang telah
ditetapkan agar sesuai peruntukannya dengan wilayah masing-masing. Pola perilaku
masyarakat juga perlu ditingkatkan dalam upaya pengefektifan sistem jaringan drainase
agar dapat berfungsi dengan baik.

3. Sistem Drainase
Menurut Suhardjono (2013) sistem drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi
air yang berlebihan, baik itu air permukaan maupun air bawah tanah. Air yang berlebihan
yang umumnya berupa genangan disebut dengan banjir. Sedangkan menurut Abdel
Dayem (2005) drainase adalah suatu proses alami, yang diadaptasikan manusia dengan
tujuan mereka sendiri, mengarahkan air dalam ruang dan waktu dengan memanipulasi
ketinggian muka air. Sistem drainase telah diperlukan sejak beberapa abad yang lalu,
seperti tahun 300 SM ruas jalan pada masa tersebut dibangun dengan elevasi lebih tinggi
dengan maksud agar menghindari adanya limpasan dijalan (Long, 2007).

4. Sistem Drainase Perkotaan


Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi: pemukiman, kawasan industri dan perdagangan, sekolah,
rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya, lapangan olah raga, lapangan parkir, instalasi
militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut/ sungai serta
tempat lainnya merupakan bagian dari sarana kota (H.A. Halim Hasmar: 2011).
Sedangkan menurut (SK SNI T-07-1990-F) Drainase perkotaan adalah drainase di
wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air permukaan, sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Dengan
demikian kriteria desain drainase perkotaan memiliki ke-Khususan, sebab untuk
perkotaan ada tambahan variable design seperti : keterkaitan dengan tata guna lahan,
keterkaitan dengan master plan drainase kota, keterkaitan dengan masalah sosial
budaya (kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara fungsi drainase kota)
dan lain-lain.
Sistem drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu:
1. Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro yaitu sistem saluran /badan air yang menampung dengan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase makro ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-
sungai. Perencanaan darainase makro ini umumnya dipakai dengan priode ulang
antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan
dalam perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap dainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan disekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota
dan lain sebagainya dimana debit air yang didapat ditampung tidak terlalu besar. Pada
umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 atau
10 tahun tergantung pada tar guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
pemukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.

C. Studi Kasus
Secara administratif Kota Tarakan terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan. Kota ini
terdiri dari empat kecamatan, yaitu Kecamatan Tarakan Tengah, Tarakan Barat, Tarakan
Timur dan Tarakan Utara. Kota Tarakan berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Pulau
Bunyu (Kabupaten Bulungan) di bagian utara, Laut Sulawesi dan pesisir pantai kecamatan
Tanjung Palas (Kabupaten Bulungan) di sebelah selatan. Di sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Pulau Bunyu (Kabupaten Bulungan) dan Laut Sulawesi, serta di sebelah
barat berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Sesayap (Kabupaten Bulungan). Kota
Tarakan mempunyai luas 677,53 km2 yang secara geografis terletak pada 3°14'23" - 3°26'37"
Lintang Utara dan 117°30'50" - 117°40'12" Bujur Timur yang beriklim tropis dengan suhu
udara minimum 24,1 °C dan maksimum 31,1 °C, kondisi ini membuat Kota Tarakan memiliki
Kelembapan rata-rata ±84%. (Badan Pusat Statistik Kota Tarakan, 2020).
Kota Tarakan merupakan kawasan padat penduduk yang mengalami banyak perubahan
tata guna lahan, lahan hijau untuk resapan beralih menjadi kawasan kedap air. Berdasarkan
penelitian terdahulu dari Faizal, R dkk (2019) menyatakan bahwa evaluasi menggunakan
software SWMM diperoleh sistem drainase di Tarakan terutama di Jalan Mulawarman
terdapat beberapa saluran yang tergenang yaitu pada saluran 2, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 12, 13, 14.
Hal ini dipengaruhi oleh dimensi saluran drainase tidak dapat menampung limpasan air yang
ada serta tebalnya endapan sedimen yang menutupi saluran drainase sehingga daya
tampung berkurang, akibatnya jika terjadi hujan maka akan menimbulkan genangan air di
beberapa titik di Kota Tarakan. Salah satu daerah pusat kota yang rawan banjir adalah di
Jalan Cendrawasih Kecamatan Tarakan Barat yang merupakan kecamatan terpadat dan
terbanyak penduduknya serta menjadi pusat perekonomian di Kota Tarakan. Berdasarkan
hasil survey tahun 2012 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tarakan, Jalan
Cendrawasih Kecematan Tarakan Barat Kelurahan Karang Anyar Pantai termasuk Kawasan
Banjir dengan luas area banjir 19,1 ha. Banjir ini bukan hanya merendam pemukiman tetapi
juga pertokoan dan akses jalan yang menimbulkan kerugian ekonomi.

D. Upaya Penanggulangan
upaya yang perlu dilakukan terhadap sistem jaringan drainase agar dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga tidak menjadi faktor dominan pada bencana banjir yaitu:
a. Sistem jaringan drainase harus dibuat sesuai dengan standar baku mutu yang telah
ditetapkan
b. Sosialisasi peningkatan mutu pekerjaan konstruksi drainase
c. Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar terutama
bagaimana
cara memelihara saluran drainase agar dapat berfungsi dengan baik.
d. Peran pemerintah dalam mengelola serta memantau terhadap faktor-faktor penyebab
terjadinya bencana banjir.

Anda mungkin juga menyukai