Anda di halaman 1dari 40

AUDIT ENERGI

UNTUK INDUSTRI

Regulasi - Teknik - Safety

TRAINING
D I V I S I O N
KEBIJAKAN DAN REGULASI KONSERVASI ENERGI

1. Undang-Undang No. 30/2007 tentang Energi


2. Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi
3. Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
4. Instruksi Presiden No. 13/2011 tentang Penghematan Energi dan Air
5. Peraturan Menteri ESDM No. 13/2012 tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik
6. Peraturan Menteri ESDM No. 14/ 2012 tentang Manajemen Energi
7. Peraturan Menteri ESDM No. 01/ 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak
8. Peraturan Menteri ESDM No. 06/2011 tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi Untuk Lampu Swabalast
9. Keputusan Menteri ESDM No. 4051K/07/MEM/2013 tentang Catur Dharma Energi

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN STANDAR KOMPETENSI MANAJER DAN AUDITOR ENERGI
10. Peraturan Menteri ESDM No. 13 dan No. 14 tahun 2010 tentang Standar Kompetensi Manajer Energi
11. Keputusan Menteri Nakertrans No. 321 dan 323/MEN/XII/2011 tentang Standar Kompetensi Kerja Indonesia
untuk Manajer Energi (SKKNI Manajer Energi)
12. Keputusan Menteri Nakertrans No. 614/MEN/IX/2012 tentang Standar Kompetensi Kerja Indonesia untuk
Auditor Energi (SKKNI Auditor Energi)

13. Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
(RAN-GRK)
UU NO. 30/2007 TENTANG ENERGI

Psl 19:1 Setiap warga negara berhak memperoleh energi

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah berkewajiban


Psl 20:1 menyediakan energi melalui diversivikasi, konservasi, dan
intensifikasi sumber energi dan energi

Konservasi Energi Nasional menjadi tanggung jawab


Psl 25:1 Pemerintah, Pemerintah daerah, Pengusaha dan Masyarakat
PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI

1 2 3 4 5

Tanggung Jawab
Pemerintah Kemudahan,
Pelaksanaan Pembinaan dan
Pusat/Daerah, Standar dan Label Insentif dan
Konservasi Energi Pengawasan
Pengusaha dan Disinsentif
Masyarakat

Pengguna energi ≥ 6.000 TOE, wajib Label tingkat efisiensi energi berisi
melakukan konservasi energi melalui informasi mengenai tingkat penggunaan
MANAJEMEN ENERGI energi suatu peralatan pemanfaat energi
PERMEN ESDM NO.14/2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI

Mewajibkan pengguna energi > 6,000 TOE* pertahun untuk


menerapkan MANAJEMEN ENERGI antara lain :
1. menunjuk manajer energi,
2. menyusun program konservasi energi,
3. melaksanakan AUDIT ENERGI secara berkala,
4. melaksanakan rekomendasi hasil audit energi,
5. melaporkan pelaksanaan konservasi energi kepada Pemerintah

 6000 TOE setara dengan 251,400 giga joule (GJ) atau 69,780 mega watt hour
(MWh).
 Jumlah pengguna energinya tidak terlalu banyak, tetapi total konsumsi
energinya mencapai sekitar 60% dari penggunaan energi di sektor industri.
PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI

INSENTIF : Pasal 17-21


yaitu tindakan yang bersifat mendorong (Carrot = Umpan) :
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi kemudahan kepada pengguna energi
dan produsen peralatan hemat energi di dalam negeri yang melaksanakan konservasi energi
untuk memperoleh:
– akses informasi mengenai teknologi hemat energi dan spesifikasinya, cara/langkah
penghematan energi, dan
– layanan konsultansi mengenai cara/langkah penghematan energi.

kemudahan dan insentif dapat berupa :


• Pembebasan pajak bagi pemanfaat/peralatan hemat
energi,
• Pembebasan/pengurangan bea masuk untuk bahan
baku/suku cadang yang akan digunakan untuk
memproduksi pemanfaat dan peralatan hemat energi,
• Menyediakan dana suku bunga rendah untuk investasi
konservasi energi,
• Memberikan audit energi gratis melalui kemitraan.
PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI

DISINSENTIF : Pasal 22-26


yaitu tindakan yang bersifat memaksa (stick):
Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak melaksanakan konservasi energi
melalui manajemen energi dikenakan disinsentif oleh Menteri, Gubernur, ata
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing

disinsentif dapat berupa :


 peringatan tertulis
 pengumuman di media massa
 denda dan/atau
 pengurangan pasokan energi.
PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI

Stick (cambuk) :
AUDITOR ENERGI WAJIB BERSERTIFIKAT

Pasal 13
(1) Audit energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3) huruf c dilakukan
oleh auditor energi internal dan/atau
lembaga yang telah terakreditasi.
(2) Manajer energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (3) huruf a dan
auditor energi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), wajib memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PERATURAN TERKAIT STANDAR KOMPETENSI
MANAJER DAN AUDITOR ENERGI

• Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 tahun 2010 tentang Ketentuan dan Penerapan Standar
Kompetensi untuk Manager Energi untuk Industri;
• Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 tahun 2010 tentang Ketentuan dan Penerapan Standar
Kompetensi untuk Manager Energi untuk Sub Sektor Bangunan;
• Kepmen Nakertrans Nomor Kep. 323/MEN/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub
Sektor Jasa Konservasi Energi Bidang Manajemen Energi Sub Bidang Bangunan Gedung Untuk
Jabatan Kerja Manajer Energi Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia;
• Kepmen Nakertrans Nomor Kep. 321/MEN/XII/2011 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub
Sektor Jasa Konservasi Energi Bidang Manajemen Energi Sub Bidang Industri Untuk Jabatan
Kerja Manajer Energi Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia;
• Kepmen Nakertrans Nomor 614 Tahun 2012 tentang Penetapan Rancangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Sub
Sektor Jasa Konservasi Energi Bidang Manajemen Energi Untuk Jabatan Kerja Auditor Energi
Industri dan Bangunan Gedung Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia;
SKKNI AUDITOR ENERGI - INDUSTRI

AUDIT ENERGI INDUSTRI

1. Kelompok Unit Kompetensi Umum


NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 JPI.AI01.001.01 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)

2. Kelompok Kompetensi Inti


NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
1 JPI.AI02.001.01 Menyiapkan Proses Audit Energi
2 JPI.AI02.002.01 Melakukan Survey Lapangan
3 JPI.AI02.003.01 Melakukan Analisis Data Survey Lapangan
4 JPI.AI02.004.01 Membuat Laporan Audit Energi

11
12
Pengertian Umum

Audit Energi
Kegiatan yang dimaksud untuk :
mengidentifikasi dimana dan berapa energi
digunakan, identifikasi & kwatifikasi losses
serta berapa potensi penghematan yang
mungkin diperoleh dalam suatu fasilitas
pengguna energi.

Efisiensi+
Produktivitas
Tujuan audit energi adalah
untuk menentukan cara yang terbaik
untuk mengoptimalkan penggunaan
energi per satuan output dan
menurunkan biaya operasi/biaya
Biaya Energi produksi persatuan produk .
Mengapa Audit Energi diperlukan ?

 Kompleksitas peralatan pengguna energi

 Prosedur pemeriksaan energi lebih komprehensif

 Identifikasi penghematan energi dapat dilakukan


secara cermat

 Accountability terhadap pengelolaan energi lebih baik

 Program manajemen energi lebih terarah

14
4 Pertanyaan Dasar

Ada 4 pertanyaan dasar yg harus dapat dijawab dalam Audit Energi


baik di bangunan kantor, komersial atau fasilitas publik, yakni :

Berapa banyak energi yang telah


digunakan, dan dimana sajakah
dimanfaatkannya?
Berapa banyak energi yang seharusnya
digunakan pada kondisi operasi yang
ada saat ini?
Berapa penghematan energi yang
dapat diperoleh jika kondisi operasi
diperbaiki (dioptimalkan)?
Seberapa aman/sehat bagi manusia dan
lingkungan pemanfaatan energi tersebut?

15
Obyek Audit Energi

 Power system distribution


 Power system studies (load
POWER
 Steam system distribution flow, stability, power quality)
 Reducing heat and steam
lost, and increasing
condesing water recovery

STEAM ENERGY
SYSTEM PROCESS
OPTIMIZATION AUDIT

 Develop operation running


load scenario
 Boiler  Develop and calculate
 Turbine optimum energy balance
EQUIPMENT and cost
 Compressor
 etc
Audit Equipment

1. Performance:
Power pompa (HP) = 2.361 x (Pd – Ps) x Sp.Gr x Liq.Flow/3960

HP = 2.361 x ( 894.7 – 24.7 ) x 1 x 308 /3960 =160


Efisiensi = 100 x 160 x 0.746 / 237 = 50,4%
Audit Equipment

2. Benchmark:

Pump Curve
3. Gap Analysis, teknik
4. Analisis ekonomi
5. Rekomendasi, Energy Eficiency Plan
Obyek Audit Energi di LNG Plant

Electric.

Steam
Fuel Gas Utillity
Obyek Audit Energi di Amoniak Plant

As Row Mat. Amoniak


Amoniak Plant
Nat. Gas Proses
AS fuel

CO2

Flue Gas
Electricity Steam

BFW
Utilitas Steam

Fuel
WHB

Fuel

Kw

Comb Aie
Gas Turbine Generator
Jenis Audit Energi

SURVEI • (Walk-Through Audit) untuk


ENERGI identifikasi permasalahan

• (Preliminary Audit) untuk audit


AUDIT AWAL seluruh unit produksi guna
mengungkap ECO

• (Full Audit) mengevaluasi ECO yang


AUDIT RINCI memerlukan investasi tinggi
Fungsi Audit Energi Dalam Manajemen Energi

KOMITMEN MANAJEMEN

INFORMASI LAIN RENCANA AUDIT ENERGI


STRATEGIS (P)

MASUKAN IMPLEMENTASI
KOREKSI (A) (D)

MONITORING
(C)
Prosedur Umum Pelaksanaan Audit Energi

analisis data
survei menyusun
presentasi laporan akhir

menyiapkan survei
audit energi lapangan menyusun draft laporan
laporan dan diskusi

rekomendasi untuk
implemetasi
Rincian Prosedur Pelaksanaan Audit Energi

1. PERSIAPAN
 Informasi/referensi untuk menunjang kegiatan audit
 Menentukan lingkup kegiatan (obyek & langkah-langkah)
 Menentukan metodologi (penggambilan data dan analisis)
 Membentuk tim dan menyiapkan peralatan (audit dan K3)
 menyusun rencana kegiatan (jadwal) dan biaya

2. PENGUMPULAN DATA
 Isian Kuesioner ( data umum dan manajemen energi )
 Data hasil diskusi dan wawancara
 Data teknis (disain peralatan, single line diagram, P&ID, dll)
 Data operasi ( log sheet, data laporan, Print data DCS )
 Data pengamatan pengukuran langsung
 Data pendukung (lab. analisis, skedul maintenance, dll)
 Verifikasi dan klarifikasi data
Rincian Prosedur Pelaksanaan Audit Energi

3. ANALISIS / EVALUASI DATA


 Penyusunan Baseline penggunaan energi
 Benchmarking Indeks Pemakaian Energi
 Analisis teknis (konsumsi energi/spesifik, neraca masa dan energi,
distribusi dan pola pemakaian energi, efisiensi/kinerja sist. dan
peralatan,
 Identifikasi peluang penghematan energi
 Analisa kelayakan teknis peluang penghematan
 Analisis kelayakan ekonomis (IRR, payback period, dsb) peluang
penghematan yang layak secara teknis
 Diskusi dengan Tim Pendamping untuk rekomendasi peluang
penghematan (ECO)
Rincian Prosedur Pelaksanaan Audit Energi

4. LAPORAN

 Laporan Hasil Pengumpulan Data


data teknis operasi peralatan serta data hasil pengukuran

 Laporan Hasil Analisis


Profile konsumsi energi, heat and material balance, ECO yang layak

 Rekomendasi
rekomendasi implementasi sesuai dengan urutan prioritas yaitu low
and no cost, medium cost dan high cost.
Pengukuran dalam Audit Energi

Pengukuran terhadap parameter operasi dari fasilitas energi


diperlukan untuk analisis energi

Mengapa diperlukan pengukuran ?


 Instrumen yang ada belum mencukupi
 Instrumen yang ada tidak akurat
 Untuk mengetahui kinerja operasi alat/sistem
 Untuk keperluan analisis/evaluasi

Jenis Instrumentasi :
 Instrumen portabel dan akurat
.
 Tidak boleh menghentikan operasi untuk pemasangan
Parameter Pengukuran

 Temperatur, untuk mengetahui apakah kandungan thermal-nya


sudah sesuai dengan keperluan atau yang diharapkan

 Tekanan, untuk menjaga dan memonitor keamanan operasi suatu


peralatan, memperkirakan kondisi abnormal suatu aliran, dan juga
secara tidak langsung memberi indikasi terhadap sifat-sifat thermalnya

 Laju alir (Flowrate), untuk mengetahui kapasitas thermalnya

 Humidity, sangat diperlukan terutama pada industri dimana humidity


merupakan parameter yang menentukan kwalitas produksi

 Pembakaran, gas buang O2, CO2, CO & HC (% dry vol)

 Listrik, untuk mengetahui kemungkinan pengurangan penggunaan


energi listrik
Parameter Utama Sasaran Audit Energi

1. Konsumsi Energi (kWh, KKal, MMBTU, dst)


2. Konsumsi Energi Spesifik (kWh, KKal/sat produk, dst)
3. Efisiensi/Heat Rate Peralatan dan Sistem (%, kal/kWh, dst)
4. Distribusi Energi dan Heat & mass Balance
5. Menurunkan Kebocoran/Pemborosan Energi
6. Pemanfaatan Panas Terbuang/Recovery Energi
7. Optimasi Operasi Peralatan/Sistem (mengatasi botle neck )
8. Status Manajemen Energi
9. Rekomendasi Peluang Penghematan Energi
Analisa Data Sekunder : Parameter Berpengaruh pada Konsumsi Energi

Tampak pada gambar terdapat 2(dua) komponen utama dari


konsumsi energi:
1. Energi yang terkait langsung dengan output/produksi/jasa (mP).
2. Energi yang tidak terkait langsung dengan output/jasa (e).
Konsumsi energi total suatu unit kerja merupakan jumlah dari kedua komponen
tersebut dan dengan jelas dapat dituliskan sebagai persamaan garis lurus :
E = e + mP.
Analisa Data Sekunder : Benchmarking

Benchmarking adalah salah satu cara untuk memperkirakan peluang


penghematan energi dengan membandingkan intensitas energi atau
heat rate dengan suatu acuan tertentu, dengan satuan yang biasa
digunakan.
misal : pabrik pemintalan menggunakan kWh/bale, pabrik semen
menggunakan kCal/kg Clingker, pabrik gula menggunkan kg steam/ton
cane, refinery ?
INTENSITAS ENERGI
TERENDAH
TOP BENCHMARKING

Dalam melakukan assesmen


peluang penghematan energi,
kita harus familiar dengan
seberapa baik kita telah BENCHMARKING RATA-RATA
berbuat secara relatif terhadap
industri sejenis. BENCHMARKING KITA
PERBAIKAN
POSISI SEKARANG
Alat Ukur Audit Energi untuk Industri

ALAT UKUR GAS BUANG,


PEMBAKARAN, EFISIENSI BURNER
Variabel2 yang diukur :
 % O2 (dry volume)
 % CO2 (dry volume)
 % CO (dry volume)
 % SOx (dry volume)
 % NOx (dry volume)
 Temperatur gas buang
 Excess air
 % Efisiensi pembakaran

Electronic Combustion, Burner and Flue Gas Analyzer


Keselamatan Kerja

UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja


1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
Keselamatan Kerja

Team Audit Energi Industri

team audit harus menyiapkan diri,


terkait dengan K3
Keselamatan Kerja

Melaksanakan Prosedur K3
yang berlaku di objek industri

Menangani situasi darurat


yang akan dihadapi

Menyesuaikan perilaku kerja


di lokasi tempat kerja
Melaksanakan Prosedur K3 yg berlaku di Objek Industri

Prosedur K3 K3 diikuti sesuai Kejadian mencurigakan


diidentifikasi peraturan dicatat
• Kewajiban • Membuat JSA • Lokasi yang
membikin JSA, • Mengikuti berpotensi
ijin kerja safety mengeluarkan
bahaya?? induction gas beracun,
• Kewajiban setiap pindah belum
safety lokasi dipasang
induction??? • Berjalan sensor
• Tanda dilokasi • Lubang yang
keselamatan industri sesuai tidak tertutup
kerja?? dengan tanda • dll
• dll • dll
Menangani Situasi Darurat

Situasi Darurat Prosedur keadaan Rincian situasi darurat


ditentukan darurat diikuti dilaporkan
• Mengidentifikasi • Jika terjadi • Membuat laporan
dan mengetahui keadaan darurat tertulis kepada
tangga darurat, segera mengikuti pihak yang
lampu/sirene penangan situasi berwenang
emergency, area darurat yang terkait dengan
evakuasi pada telah situasi darurat
tiap-tiap lokasi diidentifikasi dan yang dihadapi
pengambilan data ditentukan
audit
Menangani Situasi Darurat

Kebersihan Perlengkapan K3 Perilaku


lingkungan digunakan disesuaikan
disesuaikan
• Menggunakan • Menyesuaikan
• Menggunakan APD sesuai perilaku
masker pada dengan lokasi dengan
lokasi yang pengambilan lingkungan
berdebu data, pakai pekerjaan
airplug pada
loaksi yg
bising,
gunakan
sarung tangan
listrik pada
saat
pengukuran
listrik,dll
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai