MODUL PERKULIAHAN
Manajemen Dan
Audit Energi
Audit Energi pada Bangunan
Komersial
03
Akhmad Wahyu Dani, ST, MT
Fakultas Teknik Teknik Elektro
Audit Energi pada Bangunan Komersial
Pendahuluan
Tujuan audit energi pada bangunan gedung untuk mengetahui intensitas penggunaan
energi serta mencari peluang penghematannya. Pelaksanaan audit energi pada bangunan
gedung mencakup :
➢ Audit sistem kelistrikan
➢ Audit sistem pencahayaan
➢ Audit sistem HVAC
➢ Audit sistem air panas
➢ Audit sistem plumbing
➢ Audit sistem transportasi (elevator, eskalator, dll)
Dari seluruh sistem diatas, ketiga sistem pertama yang paling umum dilakukan pada audit
energi di bangunan gedung. Sebab ketiga sistem tersebut relative selalu ada dan sebagai
pengguna energi yang besar.
Dari pelaksanaan audit energi dihasilkan penilaian terhadap suatu bangunan berdasarkan
nilai-nilai pembanding acuan penggunaan energi diantaranya :
➢ Indeks Konsumsi Energi (IKE), kWh/m2.thn : yaitu intensitas penggunaan energi per
satuan luas bangunan dalam setahun. Dimana IKE standar yang sering digunakan
adalah hasil penelitian ASEAN-USAID dan diterapkan pada SNI 05-3052-1992
sebesar :
o Perkantoran : 240 kWh/m2.thn
o Pusat belanja : 330 kWh/m2.thn
o Hotel/ apartemen : 300 kWh/m2.thn
o Rumah sakit : 380 kWh/m2.thn
Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang
sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara khusus, yang
dirancang untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung
pada besar dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari audit itu sendiri.
Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua
hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik yang lebih
komplek diperlukan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Survei manajemen energi.
Surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan manajemen
yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi
proyek konservasi.
2. Survei energi (teknis)
Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari
pemakai energi yang penting (misalnya boiler dan sistem uap) serta instrumentasi
yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilakukan dengan menggunakan
sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu pada
pengalamannya dalam mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan
observasi yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara
cepat.
AEA sangat berguna untuk mengenali sumber – sumber pemborosan energi dan Tindakan
- tindakan sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi energi dalam jangka
pendek.
Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau cacatnya
insulasi, kebocoran uap dan udara-tekan, peralatan yang tidak dapat digunakan, kurangnya
kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan bakar di dalam peralatan
pembakar. AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang sempurnanya pengumpulan
dan penyimpanan analisa data, dan area dimana pengawasan manajemen perlu diperketat.
Hasil yang khas dari AEA ialah seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah
Bagi pemerintah daerah yang tertarik untuk melakukan audit energi, Direktorat Jendral
Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) – Kementrian ESDM
melalui Program Kemitraan Konservasi Energi (ECPP) memberikan fasilitas audit energi
secara cuma-cuma. Setiap tahun, Dirjen EBTKE memiliki kuota jumlah gedung/instansi
Proses Perencanaan Program Penghematan Energi perlu dimulai dari analisa terhadap
hasil audit energi yang telah dilakukan.
Dimana
Δ IKE : selisih intensitas energi Gedung dengan standar Permen 13 tahun 2012 (kWh/m 2/
bulan)
Total area gedung, dalam meter persegi (m2)
Tarif listrik adalah tarif dari PLN.
Merujuk pada mandat Inpres No. 13 Tahun 2011, penghematan energi di gedung-gedung
pemerintahan ditargetkan dapat mencapai sebesar 20% terhadap baseline penggunaan
energinya. Pemerintah Daerah dapat menentukan target-target penghematan secara
bertahap sebagai upaya mempertahankan semangat dan motivasi dalam pelaksanaan
program penghematan energi. Misalnya, penetapan target awal sebesar 5% akan lebih
baik mengingat potensi keberhasilan yang cukup besar dibandingkan dengan target awal
sebesar 20%. Di akhir masa program penghematan energi yang pertama (misalnya setelah
pelaporan 6 bulan pertama), keberhasilan pencapaian target tersebut akan meningkatkan
semangat dan motivasi Tim Gugus Tugas dan pegawai Pemerintah lainnya untuk
melanjutkan program penghematan energi tersebut.
Tabel 8 Rekomendasi Program Penghematan Energi untuk pelaksanaan Jangka Pendek dan
Jangka Panjang
Inisiatif Lanjutan
Selain ditentukan oleh komitmen pimpinan organisasi dalam membentuk tim Gugus Tugas
dan menyusun rencana program, tingkat keberhasilan penghematan energi juga
dipengaruhi oleh peran pegawai lain (pengguna gedung) dalam berperilaku hemat energi.
Untuk itu, mengetahui dan meningkatkan kesadaran pegawai pemerintah terhadap perilaku
hemat energi perlu untuk dilakukan, melalui:
Tabel 12 Jenis Muatan Informasi dalam Media Komunikasi Berdasarkan Tingkat Kesadaran Hemat
Energi Pegawai
Meluncurkan Program
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penghematan energi di Kantor
Pemerintah adalah dengan menginformasikan program penghematan energi kepada
seluruh pegawai kantor. Hal ini bertujuan untuk mengajak semua pegawai turut serta dalam
mendukung program tersebut. Patut diingat dan disampaikan kepada semua pegawai
bahwa keberhasilan program tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab tim Gugus
Tugas, melainkan tanggung jawab semua pegawai, dengan berperilaku hemat energi.
Kegiatan ini biasa disebut sebagai peluncuran program, yang dapat dilakukan dengan:
1. Pengumuman program saat upacara bendera
Checklist Umum
Beberapa contoh tindakan di bawah ini merupakan beberapa perilaku hemat energi atau
langkah-langkah dalam mendukung program penghematan energi dalam gedung
perkantoran secara umum. Checklist di bawah ini dapat digunakan sebagai acuan bagi Tim
Gugus Tugas untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap
suksesnya program penghematan energi di gedung kantor terkait.
Tabel 13 Checklist Kegiatan Penghematan Energi di Gedung Kantor
Tabel 14 Checklist Kegiatan Penghematan Energi untuk Ventilasi dan AC Split di Gedung Kantor
c. Checklist Printer
Checklist berikut dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan
penghematan energi pada printer di kantor Anda.
h. Checklist Plug-In
Checklist berikut dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan
penghematan energi pada peralatan Plug-In di kantor Anda.
Monitoring/Pengawasan
Pengawasan terhadap pelaksanaan program penghematan energi ini dilakukan dalam
rangka proses perbaikan program penghematan energi untuk periode selanjutnya. Dalam
tahap ini perlu dilihat:
1. Penurunan penggunaan listrik, meliputi tenaga listrik (kWh) dan biaya listrik (Rp)
2. Program yang berhasil dijalankan
3. Program yang belum berhasil dijalankan
4. Kendala pelaksanaan program
Dalam Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2012, telah dikembangkan sebuah format
sederhana yang dapat digunakan oleh instansi pemerintah untuk memantau penggunaan
listrik pada tahun berjalan. Pemantauan tersebut dilakukan dengan membandingkan
penggunaan listrik terhadap Baseline, yaitu tagihan listrik dan pemakaian rata-rata listrik
selama 6 bulan sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri ini (Januari – Juni 2012) atau 6
bulan sebelum dilakukannya kegiatan penghematan.
Tahapan dan format pemantauan sederhana berikut dapat digunakan sebagai acuan.
Catatan:
*) Luas lantai bangunan gedung perkantoran yang digunakan untuk aktivitas kerja, tidak
termasuk aula dan area parkir.