Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN TEKNIS AUDIT ENERGI

BIMBINGAN TEKNIS
INDUSTRI MATERIAL DASAR LOGAM
DALAM RANGKA PENINGKATAN
EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI

DIREKTORAT INDUSTRI MATERIAL DASAR LOGAM


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2013
Pedoman Teknis

1. Pedoman Umum

2. Pedoman Penilaian Partisipasi Industri

3. Pedoman Teknis Studi Kelayakan

4. Pedoman Teknis Tim Aksi Energi (EAT)

5. Pedoman Teknis Sistem Manajemen Informasi (SMI) IECIS-1

6. Pedoman Teknis Membangun Kemampuan Pemerintah Provinsi/Lokal

7. Pedoman Teknis Audit Energi


1. PENDAHULUAN

Proses manajemen energi yang efektif haruslah berdasarkan pada tujuan yang telah
ditetapkan dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Untuk memberi batasan suatu program manajemen energi di
industri, perlu untuk menentukan secara teliti jenis dan jumlah energi yang digunakan di
setiap tingkat proses manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur pencatatan
penggunaan energi secara sistimatis dan berkesinambungan. Pengumpulan data segera
diikuti dengan analisa dan pendefinisian kegiatan konservasi energi yang akan
dilaksanakan.
Gabungan antara pengumpulan data, analisa data dan definisi kegiatan konservasi
disebut sebagai audit energi.

1.1 Jenis Audit Energi

Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang
sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara khusus, yang dirancang
untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung pada besar
dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari audit itu sendiri.
Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua
hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik yang lebih
komplek diperlukan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Survei manajemen energi, dimana surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk
memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi
yang mempengaruhi proyek konservasi.
2. Survei energi (teknis)
Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari
pemakai energi yang penting (misalnya boiler dan sistem uap) serta instrumentasi yang
berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilaksanakan dengan menggunakan
sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu pada
pengalamannya dalam mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan observasi
yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara cepat.

AEA sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber pemborosan energi dan tindakan-
tindakan sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi energi dalam jangka
pendek. Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau
cacatnya insulasi, kebocoran uap dan udara-tekan, instrumentasi yang tidak dapat
digunakan, kurangnya kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan bakar di
dalam peralatan pembakar. AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang sempurnanya
pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area dimana pengawasan manajemen
perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA ialah seperangkat rekomendasi tentang
tindakan berbiaya rendah yang segera dapat dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih
ekstensif untuk menguji dengan lebih teliti area pabrik yang terpilih.
Audit energi terinci (AET) biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan membutuhkan
beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Selain mengumpulan
data pabrik dari catatan yang ada, instrumentasi portable digunakan untuk mengukur
parameter operasi yang penting yang dapat membantu team mengaudit energi dalam neraca
material dan panas pada peralatan proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta instrumen
yang diperlukan bergantung pada jenis fasilitas yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas
dan tingkat pembiayaan program manajemen energi. Jenis uji yang dijalankan selama audit
energi terinci mencakup uji efisiensi pembakaran dan pengukuran suhu dan aliran udara
pada perlatan utama yang menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya
yang disebabkan oleh berbagai peralatan listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang
masih didalam spesifikasi.

1.2 Tujuan Audit Energi

Setelah mendapatkan hasil uji, auditor energi menganalisa hasil tersebut melalui suatu
kalkulasi dengan menggunakan materi pendukung yang ada (misalnya tabel, bagan).
Kemudian gunakan hasil uji tersebut untuk menyusun neraca energi, dimulai untuk setiap
peralatan yang diuji dan selanjutnya untuk instalasi pabrik seluruhnya. Dari neraca energi,
dapat ditentukan efisiensi peralatan dan menentukan ada tidaknya peluang penghematan
biaya energi. Setelah itu pengujian setiap peluang secara lebih rinci, perkiraan biayanya
dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan.
Dalam beberapa hal, auditor energi tidak dapat memberikan rekomendasi mengenai suatu
investasi khusus, mengingat resikonya atau karena total investasinya terlalu besar. Dalam
hal ini, auditor energi akan memberikan suatu rekomendasi mengenai studi kelayakan
(misalnya penggantian boiler, perubahan tungku pembakaran, penggantian sistem uap air
dan perubahan proses). Hasil akhir AET akan berupa laporan terinci yang memuat
rekomendasi disertai dengan manfaat dan biaya terkait serta program pelaksanaannya.
Secara umum cukup sulit untuk menyimpulkan besarnya penghematan yang dapat
diidentifikasi melalui audit energi. Namun begitu, penghematan biasanya mendekati
jumlah yang cukup berarti, sekalipun melalui audit energi yang paling sederhana. Sebagai
petunjuk kasar, audit energi awal diharapkan dapat mengidentifikasi penghematan sebesar
10 persen, yang umumnya dapat dicapai melalui tindakan house keeping pada instalasi
pabrik atau tindakan lain yang memerlukan investasi modal kecil. Audit energi terinci
seringkali dapat mencapai penghematan sebesar 20 persen atau lebih untuk jangka
menengah dan panjang.

2. METODOLOGI PELAKSANAAN

Adalah pemahaman tujuan pekerjaan, yaitu untuk melakukan identifikasi potensi


penghematan energi pada sarana/fasilitas produksi dan peralatan pengguna energi, yang
bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan energi & potensi penghematan energi.
Sehingga sasaran-sasaran yang akan dicapai, seperti :
 Menurunnya intensitas penggunaan energi di industri.
 Meningkatnya peran serta industri dalam program konservasi energi.
 Meningkatnya effisiensi penggunaan energi dalam berproduksi.
 Berkurangnya ketergantungan terhadap BBM.
 Berkurangnya pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan.
 Meningkatnya daya saing produk.

Agar dapat terwujud secara benar dan terarah, maka perlu dilakukan pendekatan-
pendekatan yang memenuhi kapasitas dan kebutuhan dari hal – hal yang menjadi output/
keluaran pekerjaan. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan asesmen
energi antara lain adalah:

1. Goal Seek Method. Intensitas Konsumsi Energi (IKE), merupakan parameter utama yang
harus dicari dan ditentukan, baik pada sistem proses produksi maupun pada peralatan
utility (boiler, chiller, compressor, pompa, dll). Dengan besaran/nilai IKE tersebut dapat
dikembangkan menjadi formulasi dan simulasi analisis peluang penghematan energi.
2. Pareto Chart; merupakan grafik yang dapat dijadikan alat/tools untuk menentukan
permasalahan utama atau identifikasi masalah inti. Mekanisme pendekatan masalah
menggunakan pareto chart, sebagai berikut :

 Menentukan karakteristik kualitas, disini dikatakan bahwa peralatan pengguna energi


terbesar sebagai yang utama untuk diidentifikasi dengan anggapan bahwa prosentase
penghematan yang akan diperoleh memiliki nilai energi yang besar meskipun untuk
sementara belum diketahui berapa persen potensi hemat energi yang akan didapat,
meskipun prosentase potensi yang diperoleh kecil apabila dikalikan dengan kapasitas
yang besar, maka nilai yang diperoleh cukup signifikan.
 Untuk memperoleh bobot pengguna energi terbesar, maka dilakukan stratifikasi objek
peralatan.
 Hasil stratifikasi, diperoleh sebaran objek (peralatan pengguna energi) mulai pengguna
energi terbesar hingga ke peralatan pengguna energi yang terkecil.
3. Metode 5W + 1H, digunakan untuk mencari akar masalah (sumber pemborosan yang dapat
dikonversi menjadi potensi / peluang hemat energi) pada peralatan pengguna energi yang telah
ditentukan dari hasil pareto chart. Mekanisme pendekatan masalah menggunakan metode 5W +
1H, sebagai berikut :

 Where; dimana sumber yang berpotensi terjadinya pemborosan energi.


 What; apa yang menyebabkan hingga terjadinya pemborosan energi.
 Why; mengapa hal itu terjadi;
 Who; siapa yang menjadi trigger (aktor utama) terjadinya potensi pemborosan energi
pada peralatan yang sedang diteliti. Analisa berdasarkan 5M (Man/Manpower,
Machine, Material, Methode, Mother Nature / lingkungan kerja).
 When; kapan terjadi, dapat didiskusikan dengan operator apakah kejadiannya bersifat
siklus, tidak menentu ataukah ada pengaruh dari proses operasi peralatan lain.
 How; Bagaimana mengatasi akar masalah (sumber pemborosan yang dapat dikonversi
menjadi potensi/peluang hemat energi) tersebut.

4. Metode pengamatan dan pengukuran; untuk melihat efektifitas, dan performansi operasi
peralatan eksisting. Data-data primer (pengamatan langsung dan hasil pengukuran) dan
data sekunder (log-sheet dan hasil wawancara) sangat diperlukan untuk membantu di dalam
analisa Neraca Massa dan Energi (Mass & Heat Balance). hasil pengukuran yang diambil
berdasarkan pertimbangan peningkatan efektifitas dan effisiensi peralatan (menghindari
terjadinya penurunan performa akibat efek kegiatan effisiensi energi).

3. PROSEDUR DAN TEKNIS PELAKSANAAN

3.1 Prosedur

Rincian prosedur yang akan dipakai akan bervariasi menurut ruang lingkup audit yang
diusulkan serta menurut ukuran dan jenis fasilitas. Prosedur berikut ini secara umum biasa
digunakan untuk pekerjaan audit energi.
Langkah 1: Perencanaan keseluruhan proyek. Tindakan ini mencakup penentuan
tujuan audit, pembagian fasilitas pabrik menjadi bagian pelaksanaan atau cost center,
pemilihan anggota team audit serta pemberian tanggung jawabnya, dan pemilihan
instrumen yang diperlukan.
Langkah 2: Melakukan survei awal dan komunikasi dengan industri obyek.
Langkah 3: Melakukan diskusi dan in house training terhadap team pendamping
industri obyek.
Langkah 4: Pengumpulan data pemakaian energi dan data produksi yang diambilkan
dari bagian atau cost center tertentu (form data sheet, data historis, dan lain-lain).
Langkah 5: Mengadakan uji coba sistem/peralatan untuk mendapatkan data
tambahan mengenai unjuk kerja dari peralatan khusus serta unit-unit atau cost center
tertentu.
Langkah 6: Penghitungan neraca energi, intensitas energi dan efisiensi.
Langkah 7: Mengidentifikasi peningkatan prosedur manajemen energi dan
penghematan energi.
Langkah 8: Mengidentifikasi peningkatan pemeliharaan dan prosedur
pengoperasian, perkiraan penghematan energi yang dapat diperoleh, pemberian tanggung
jawab kepada petugas untuk melaksanakan semua tindakan penting.
Langkah 9: Mengidentifikasi peluang penghematan low/no cost, medium cost dan
high cost, analisis finansial, perkiraan jadwal pelaksanaan, waktu dan tahapan
pelaksanaan.
Langkah 10: Membuat laporan audit energi.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kegiatan

Audit energi merupakan aktivitas/kegiatan teknis yang sistematis, bertujuan untuk mencari
potensi / peluang penghematan energi (PHE) pada suatu fasilitas pengguna energi (mesin /
peralatan yang terdapat di suatu plant). Output Audit energi, berupa laporan peluang
penghematan energi pada suatu cost centre (pusat-pusat biaya energi) yang dapat dicapai
setelah dilakukan pengamatan, pengukuran, dan analisa energi (perhitungan &
pertimbangan) energi.
Fokus audit energi adalah mengidentifikasi dan mengukur serta menghitung
penyimpangan / Anomali dari penggunaan energi, yang umumnya terjadi apabila energi
tersebut berinteraksi dengan mesin (peralatan yang menggunakan energi), manusia, dan
metode yang berada dalam suatu sistem proses (proses produksi, dll). Dengan demikian
fokus operasi Audit energi mencakup ;
 Mesin, melakukan pengukuran dan penilaian kinerja operasi mesin.
 Manusia, melakukan pengamatan dan evaluasi karakteristik manusia yang sedang
berinteraksi dalam suatu proses produksi.
 Metode, melakukan pengamatan dan evaluasi optimalisasi metode yang digunakan
dalam suatu sistem produksi.
 Material, melakukan pengamatan dan evaluasi material dalam system produksi
(produktifitas)
 Mother Nature, mengamati kondisi lingkungan kerja (apakah mendukung performance
operator atau tidak).

Di dalam pelaksanaannya, tahapan yang dilakukan disesuaikan dengan technical


approach, dimana data dan informasi merupakan input (data driven) yang akan diproses
dengan metode, tools / alat, serta teknik-teknik pemecahan masalah untuk mendapatkan
hasil audit energi yang akurat.
Gambar 1. Tahapan pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor industri

Secara garis besar teknis pelaksanaan kegiatan audit energi di sektor industri ini adalah sebagai
berikut :

1. Survei awal industri


Kegiatan survei ini bertujuan untuk mendapatkan data awal, penyampaian technical
message dan rencana kerja ke industry yang akan diaudit. Diharapkan dari kunjungan ini
terjalin komunikasi, kordinasi kerja dan sinergi antara pihak industry dengan auditor.

2. Pelatihan (in-house training)


Sebelum melakukan audit energi, sebaiknya pihak auditor memberikan pelatihan (in-house
training) mengenai teknik konservasi energi kepada staf/personel yang diusulkan oleh
pihak industry obyek. Kegiatan pelatihan (in-house training) ini ditujukan untuk
memberikan bimbingan kepada SDM industri dalam melakukan pengelolaan energi,
teknik-teknik konservasi energi pada peralatan pengguna energi, dan merealisasikan
potensi/peluang konservasi energi. Cakupan kegiatan pelatihan (in-house training) ini
antara lain:
1. Memberikan materi mengenai pengelolaan energi dan teknik-teknik konservasi energi
2. Memberikan evaluasi kepada peserta pelatihan guna menentukan SDM yang akan turut
serta mengikuti audit energi bersama dengan konsultan
3. Membentuk tim pendamping audit energi (team Industri Obyek).

3. Melakukan asesmen energi


Setelah melaksanakan pelatihan (in-house training), selanjutnya adalah melakukan
asesmen energy. Tahapan yang perlu dilakukan di dalam pelaksanaan asesmen energi ini
adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi budaya hemat energi dan upaya-upaya konservasi energi


Di dalam pelaksanaan audit energi identifikasi budaya hemat energi dan upaya-upaya
konservasi energi dilakukan dengan cara wawancara guna mengevaluasi penghematan
energi yang telah dilakukan oleh industri.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data pada pelaksanaan audit energi ditujukan untuk mendapatkan


informasi mengenai kondisi performa peralatan pengguna energi dan teknologi yang
digunakan serta kondisi operasi proses pada masing-masing peralatan pengguna energi.
Data yang terkumpul berupa data sekunder dan primer.
Data sekunder ini diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai spesifikasi design
peralatan pengguna energi dan kondisi operasi pada masing-masing unit, yang akan
digunakan untuk mendukung analisis data primer dan evaluasi selanjutnya.

Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder yang dikumpulkan pada setiap industri yang dilakukan assesmen energi antara
lain mencakup :
 Informasi umum industri, deskripsi proses, plot plan, plant Layout
 Data desain peralatan utama;
 Informasi mengenai data-data kegiatan modifikasi yang pernah dilakukan, baik dalam
rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun konservasi energi;
 Pasokan dan distribusi penggunaan energi (Energy Reference and Energy Balance) untuk
keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama.
 Profil konsumsi energi. Data histories penggunaan energi (harian, bulanan dan tahunan)
untuk keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama.
 Profil konsumsi material, produksi dan limbah. Data histories penggunaan material
proses, produksi dan produk limbah yang dihasilkan (harian, bulanan dan tahunan) untuk
keseluruhan plant dan masing-masing proses/peralatan utama.
Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dan pengukuran lapangan guna untuk
mendapatkan informasi data teknis dan operasi aktual serta spesifikasi peralatan yang
berkaitan dengan operasional peralatan pengguna energi di industri. Kegiatan pengumpulan
data primer ini diawali dengan walk-trough ke lapangan mengetahui kondisi operasi
peralatan pengguna energi serta menentukan titik-titik pengukuran yang diperlukan. Data
operasi aktual pada masing-masing unit antara lain meliputi: input & output, spesifikasi
peralatan, konsumsi energi, kondisi operasi (temperatur, tekanan, flow rate) serta
faktor/parameter lain yang turut menentukan operasi yang akan dikumpulkan berdasarkan
data logsheet peralatan pengguna energi.

Dalam pengumpulan data primer ini dilakukan juga wawancara dengan pihak manajemen,
operator dan atau penanggung jawab bidang energi menyangkut kegiatan pola
pengoperasian pabrik, modifikasi atau retrofitting / revamping yang pernah dilakukan, baik
dalam rangka peningkatan efisiensi, reliabilitas, kapasitas maupun konservasi energi. Untuk
memudahkan dalam pengumpulan data primer, dalam survei lapangan ini dilakukan dengan
menggunakan kuisioner yang mana pengisiannya akan dipandu oleh konsultan sehingga
semua pertanyaan yang ada pada kuisioner dapat dijawab oleh responden.
Data dan parameter proses pada kondisi operasi aktual yang tidak tercatat dari logsheet
pabrik ataupun ruang kendali (control room) tetapi diperlukan dalam evaluasi, dapat
diperoleh dengan cara melakukan pengukuran langsung (load survey) dan parameter-
parameter pengoperasian seperti: tekanan, suhu, laju alir (flow rate) yang diukur dengan
menggunakan alat ukur portable.

Pengukuran dilakukan pada kondisi beban operasi normal dengan memperhatikan prosedur
operasi yang dijalankan, meliputi: pengukuran temperatur, kelembaban, tekanan, flow rate,
kondisi kelistrikan (tegangan, arus, daya, faktor daya, dan lain-lain), serta parameter-
parameter lainnya yang diperlukan untuk dianalisis.

3. Analisis Data dan Peluang Penghematan Energi

Dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci besarnya potensi penghematan energi yang
dapat dilakukan dan menyusun rekomendasi langkah-Iangkah penghematan energi
berdasarkan kriteria; tanpa biaya, biaya rendah, biaya sedang dan biaya tinggi yang dapat
ditindaklanjuti oleh pihak industri.

Kegiatan analisis data meliputi:


 Analisis sumber energi dan konsumsi energi pada peralatan pengguna energi;
 Mass and Heat Balance; untuk menghitung seberapa besar utilitas penggunaan
energi dan losses energi pada suatu sistem proses dan masing-masing peralatan
pengguna energi; Losses energi ini kemudian dianalisa untuk dipertimbangkan
berapa biaya (khusus yang bersifat medium dan high cost implementasi) yang
harus dikeluarkan untuk mengkonversi losses tersebut menjadi potensi hemat
energi.
 Menganalisis/inventarisasi konsumsi energi terhadap produk yang dihasilkan atau
intensitas energi terhadap alur proses maupun peralatan pengguna energi sebagai
parameter untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan energi;
 Menganalisis performance dan efisiensi peralatan pengguna dan penghasil energi;
 Menentukan benchmark intensitas energi;
 Identifikasi potensi konservasi energi guna mengetahui tingkat efisiensi peralatan
pengguna energi;
 Menganalisis secara teknik dan ekonomi untuk mengetahui kelayakan potensi
konservasi energi;
 Rekomendasi langkah-langkah implementasi potensi / peluang konservasi energi
disusun berdasarkan skala prioritas biaya implementasi (no cost / low cost,
medium cos, dan high cost).

4. Studi Kelayakan (Feasibility Study)

Berbagai peluang penghematan energi yang diperoleh selanjutnya didiskusikan dengan


pihak industri. Dari berbagai peluang penghematan energi tersebut kemudian dipilih
beberapa peluang untuk dianalisis kelayakannya. Panduan pelaksanaan Studi
Kelayakan dapat dilihat di Pedoman Teknis Studi Kelayakan, Kementerian
Perindustrian-ICCTF, 2011.

5. Diskusi
Penyelenggaraan diskusi dilakukan untuk memaparkan dan membahas hasil-hasil audit
energi beserta rekomendasinya dengan pihak industry dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan audit energi tersebut.

6. Menyusun laporan

Saat laporan disiapkan, semua data yang terkumpul dan perhitungan yang dibuat
dimasukkan ke dalam laporan tersebut. Temuan-temuan serta saran-saran dibahas dan
beberapa saran dikemukakan untuk segera dijalankan dan beberapa lainnya diberikan
untuk pengkajian lanjutan yang lebih rinci.

3.3 BASELINE DEVELOPMENT


Baseline energi merupakan suatu persamaan linier sederhana yang menggambarkan
hubungan tingkat produksi terhadap energi yang dibutuhkan. Adanya Perbaikan/
improvement dapat berpengaruh pada nilai intercept dan slope dari garis baseline energi.
CHART CONTROL IKE (IMR METHOD)

3000

y = a + bx
2500

2000

kWh
1500
Slope

1000

Intercept

2500 3000 3500 4000 4500 5000


ton

Gambar 2. Grafik pengendalian Intensitas Konsumsi Energi (IMR method)

 Apabila industri mengganti peralatan dengan yang lebih hemat, maka garis
intercept akan turun;
 Apabila industri melakukan pola operasi yang efisien, maka sudut garis
slope akan turun;

Sehingga secara agregat garis baseline akan berubah (lebih turun dan lebih landai),
sehingga untuk mendapatkan suatu tingkat produksi energi yang dibutuhkan, kWh
lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian, disini akan terjadi efisiensi
energi.

4. PERANGKAT PENGUKURAN ENERGI

Beberapa alat pengukuran konsumsi energi yang sering dipergunakan dalam pelaksanaan
asesmen energi antara lain adalah:
 Power Analyzer
Secara umum, analisis daya digunakan untuk menjelaskan fluktuasi beban kVA yang
terhubung dengan beban yang sebenarnya.
 Clamp Pada Tester Power
Penjepit pada tester daya adalah pengukur perangkat listrik untuk menentukan
Tegangan, Arus, Tegangan / arus puncak, efektif / reaktif / daya nyata (satu-fase atau
3-fase), Faktor Daya, Reaktivitas, sudut fasa, Frekuensi, deteksi Fase (3 - tahap),
Tegangan / level harmonisa arus (sampai 20)
 Lux meter
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan / tingkat kuat cahaya
iluminasi.

 Pengukuran Kelembaban
Kelembaban meter adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan
untuk mengukur tingkat kelembaban.
 Anemometers
Anemometers adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran udara.
 Manometer
Manometer adalah alat audit energi yang digunakan untuk mengukur
perbedaan tekanan antara dua titik pengukuran. Manometer biasa digunakan
dalam pipa distribusi (udara, air dan gas), peralatan seperti kompresor dan
pompa.
 Sound meter
Sound meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan
dalam desibel (dB). Sound meter digunakan pada hampir semua peralatan
industri, seperti memutar mesin dan pipa distribusi. Sound meter dapat
membantu memberikan diagnosis dini kebocoran dan menentukan tingkat
kesehatan kerja.
 Pengukuran Putaran
Kecepatan pengukuran yang digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi
objek dengan rotasi unit per menit (RPM).
 Analyzer Gas Buang
Audit energi instrumen yang digunakan untuk mengukur gas buang untuk
mendapatkan efisiensi pembakaran bahan bakar.
 Meter Aliran Air
Instrumen audit energi yang digunakan untuk mengukur aliran air.
 Detektor Kebocoran
Instrumen audit energi yang digunakan untuk mendeteksi lokasi kebocoran
dari sistem distribusi gas.
LAMPIRAN

APPENDIX

Tabel 1. Contoh susunan pelaporan audit energi di industri

EXECUTIVE SUMMARY
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Target Pencapaian
1.3 Lingkup Audit
1.4 Metodologi dan Teknis Pelaksanaan Audit

BAB II DESKRIPSI PABRIK


2.1 UMUM
2.1.1 Informasi Umum Pabrik
2.1.2 Layout dan Deskripsi Proses
2.1.3 Plant Layout
2.2 DESKRIPSI PROSES UTAMA
2.2.1 Process #1 (SEBUTKAN), dst
2.2.2 Faktor-Faktor Pengaruh Proses
2.3 POTRET DAN POLA PENGGUNAAN ENERGI
2.3.1 Sumber-Sumber Energi
2.3.2 Distribusi Energi
- Bahan Bakar
 Referensi energi
- Energi Listrik
 Referensi energi
- Energi Panas (Uap)
 Referensi energi
2.3.3 Profile Konsumsi dan Intensitas Energi
- Total Pabrik
- Proses Utama
- Fasilitas Pendukung
2.4 SISTEM MONITORING ENERGI
2.4.1 Sensors dan Peralatan Ukur
2.4.2 Monitoring & Reporting
2.4.3 Organisasi Energi
2.4.4 Histori Pelaksanaan Konservasi Energi
BAB III IDENTIFIKASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI
3.1 PROSES UTAMA 1,2,3 DST.
3.2 UTILITAS
- Pembangkit listrik
- Pembangkit Uap
- Sistem Refrigerasi dan AC
- Pompa dan Kompresor
- Lainnya (sebutkan)
3.3 SISTEM PENERANGAN
3.4 SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK
3.5 LAINNYA (SEBUTKAN)
BAB IV ANALISIS PELUANG KONSERVASI ENERGI
4.1 PROSES UTAMA 1,2,3 DST.
4.2 UTILITAS
- Pembangkit listrik
- Pembangkit Uap
- Sistem Refrigerasi dan AC
- Pompa dan Kompresor
- Lainnya (sebutkan)
4.3 SISTEM PENERANGAN
4.4 SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK
4.5 LAINNYA (SEBUTKAN)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 KESIMPULAN
5.2 REKOMENDASI

Anda mungkin juga menyukai