Anda di halaman 1dari 7

Pengadilan Hubungan Industrial merupakan Pengadilan Khusus yang berada pada lingkungan pradilan

umum,dan Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial dijelaskan dalam Pasal 57 UU
NO.2 Tahun 2004 sebagai berikut :
“Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan Industrial adalah Hukum Acara Perdata yang
berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,kecuali yang diatur secara khusus dalam
Undang-Undang ini.”
Adapun secara ringkas prosedur berperkara di Pengadilan Hubungan Industrial dapat penulis simpulkan
sebagai berikut :
1. Pengajuan Gugatan
· Ditulis dalam bahasa Indonesia
· Mencantumkan Tempat dimana surat permohonan gugatan dibuat.
· Mencantumkan tanggal pembuatan surat gugatan
· Diajukan dalam 6 (enam ) Rangkap
· Jenis Perkara (Persilisihan Hak/Perselisihan PHK,Perselisihan Kepentingan atau Antar SP )
· Ditanda tangani oleh Penggugat/Kuasa Hukumnya diatas Meterai Rp.6.000,-( enam ribu rupiah)
· Identitas Para Pihak yang berperkara
· Identitas Kuasa hukum apabila Menggunakan Kuasa Hukum
· Posita (Dalil-dalil yang digunakan dalam surat gugatan yang merupakan dasar atau alasan dari adanya
suatu tuntutan dari pihak Penggugat),tentang Objek Perkara,Fakta Hukum,Kualifikasi Perbuatan
tergugat,Uraian kerugian,serta bunga dan Denda atas perbuatan Tergugat.
· Petitum ( Tuntutan pokok dari Penggugat yang dimohonkan oleh Penggugat kepada Ketua Pengadilan
Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri agar Tergugat dihukum sesuai dengan Petitum,yang diajukan
oleh Penggugat.

2. Pendaftaran
· Surat Kuasa Rangkap 4 (empat) dan Surat gugatan Rangkap 6 (enam) didaftarkan di Panitera Pengadilan
Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri diwilayah Hukum masing-masing Penggugat ; ( Surat Kuasa
Perlu apabila menggunakan Kuasa Hukum)
· Surat Gugatan harus dilampiri Anjuran ( Risalah Penyelesaian melalui Mediasi atau Konsiliasi)
· Registrasi sesuai dengan Perkara
· Apabila Jumlah Gugatan diatas Rp.150.000.000,- ( Seratus Lima Puluh Juta rupiah),maka Biaya Ongkos
Perkara ditanggung oleh Penggugat dan terlebih dahulu membayar Panjar Ongkos Biaya Perkara kepada
Panitera Pengadilan Negeri,dengan membawa Surat Kuasa dan Surat Gugatan tersebut,dan setelah diberikan
oleh Panitera Formulir setoran Bank dan Jumlah biaya Perkara yang harus dibayar kemudian disetorkan ke
Rekening Bank Pengadilan Negeri tersebut,dan bukti setorannya dibawa/diserahkan kembali kepengadilan
Negeri tersebut sebagai bukti bahwa Penggugat telah membayar Ongkos Biaya Perkara,lembar Pertama bukti
setoran tersebut untuk Pengadilan dan Lembar kedua untuk Penggugat.
· Apabila Jumlah Gugatan dibawah Rp.150.000.000,- ( Seratus Lima Puluh Juta rupiah),maka Biaya
Ongkos Perkara ditanggung oleh Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 58 UU Nomor 2 Tahun 2004 yang
tersebut diatas.
· Setelah membayar Ongkos Biaya Perkara,bukti pembayarannya dibawa ke Panitera Pengadilan
Hubungan Industrial untuk untuk mendapatkan Nomor Registrasi Perkara.
· 7 (Tujuh) hari kerja setelah menerima gugatan,Ketua Pengadilan Negeri menetapkan Majelis Hakim,satu
orang Hakim Ketua dan dan dua orang Hakim Ad-Hoc,satu hakim Ad-Hoc yang Pengangkatannya diusulkan
Serikat Pekerja dan Satu hakim Ad-Hoc yang Pengangkatannya diusulkan organisasi Pengusaha. (Pasal 88
ayat (1,2) UU No.2 Tahun 2004)
· Pemanggilan Sidang kepada Para Pihak.
· 7 (Tujuh) hari kerja setelah Ketua Pengadilan Negeri menetapkan Majelis Hakim,maka Ketua Majelis
hakim harus sudah melakukan sidang Pertama.( Pasal 89 ayat (1) UU No.2 Tahun 2004)
3. Pemeriksaan Prapersidangan /syarat-syarat Formil
Ø Sebelum Pemeriksaan Pokok Perkara oleh Majelis Hakim,maka terlebih dahulu majelis Hakim
memeriksa gugatan dan syarat-syarat formil dari Penggugat,apabila terdapat kekurangan maka Hakim
meminta untuk menyempurnakan Gugatan dan melengkapi kekurangan syarat-syarat yang dimaksud.
Ø Syarat-syarat Formil yang harus dilengkapi oleh Pekerja/Serikat Pekerja apabila menggunakan
Pengurus Serikat Pekerja sebagai Kuasa Hukum dari Pekerja/Penggugat adalah :
Ø Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Pengurus Organisasi dari Perangkat Organisasi Pekerja yang
bersangkutan.
Ø Kartu Tanda Anggota Serikat Pekerja yang bersangkutan.( Penggugat/Pekerja dan Pengurus Serikat Pekerja
yang menjadi Kuasa Hukumnya)
Ø Bukti Pencatatan Serikat Pekerja dari Dinas Tenaga Kerja sesuai Perangkat Organisasi yang bersangkutan.
(Pengurus Serikat Pekerja didalam Perusahaan,Pengurus Cabang ditingkat Kabupaten/Kota dan selanjutnya)
Ø Surat Kuasa Khusus yang asli sebagaimana yang didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial.

4. Pemeriksaan Persidangan
· Pembacaan Gugatan
Setelah kedua belah pihak hadir pada persidangan yang ditetapkan,maka Majelis Hakim membuka sidang dan
menyatakan terbuka untuk umum,dan selanjutnya Majelis Hakim memberi Nasehat dan menganjurkan terlebih
dahulu agar kedua belah pihak melakukan Perdamaian.
Apabila kedua belah Pihak tetap pada pendiriannya untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan melalui
Majelis Hakim,maka proses pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan Pembacaan Gugatan oleh
Penggugat,namun dalam prakteknya pembacaan gugatan jarang dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat
bahwa Gugatan dianggap telah dibacakan.

· Penyampaian Jawaban
Jawaban dari Tergugat merupakan bantahan-bantahan atas gugatan dari Penggugat,yang bertujuan
meyakinkan Majelis Hakim bahwa apa yang dituduhkan atau yang digugat oleh Penggugat kepada Tergugat
adalah tidak benar sehingga dalil-dalil gugatan dari penggugat tidak dapat diterima atau gugatannya ditolak.

· Penyampaian Replik
Replik merupakan jawaban balasan Penggugat terhadap jawaban Tergugat yang isinya bantahan-bantahan atas
dalil-dalil jawaban dari Tergugat sehingga Gugatan semakin Kuat dan dapat diterima oleh Majelis Hakim.Yang
perlu harus diingat dalam jawab menjawab didalam perkara disidang Pengadilan adalah setiap yang dianggap
tidak benar harus dibantah,karena apabila dalil Jawaban Tergugat tidak dibantah maka Dalil tersebut dianggap
benar oleh Majelis Hakim,maka gugatan penggugat yang menjadi lemah bahkan tidak dapat diterima atau
gugatan ditolak.

· Penyampaian Duplik
Duplik adalah jawaban kedua dari Tergugat yang merupakan bantahan-bantahan atas Replik dari Penggugat
yang bertujuan menguatkan Jawaban Tergugat agar gugatan Penggugat tidak diterima atau ditolak oleh Majelis
Hakim.

· Pembuktian
Pembuktian adalah Penyajian alat-alat bukti yang sah menurut Hukum kepada Majelis hakim yang memeriksa
suatu Perkara yang bertujuan untuk meyakinkan Hakim tentang suatu peristiwa atas dalil-dalil yang diutarakan
didalam Gugatan Penggugat maupun didalam Jawaban Tergugat.

Bahwa didalam UU Nomor 2 Tahun 2004 tidak dijelaskan secara jelas tentang Pembuktian,namun sesuai
yang dijelaskan dalam Pasal 57 UU NO.2 Tahun 2004 bahwa Hukum Acara yang berlaku didalam Pengadilan
Hubungan Industrial adalah Hukum Acara Perdata sebagaimana yang berlaku pada Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum,sehingga segala yang tidak diatur secara Khusus di UU Nomor 2 Tahun 2004
,maka yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata.
Penyajian alat bukti yang biasa didalam Persidangan ada dua jenis alat Bukti yang merupakan berpengaruh
dan bersifat menentukan terhadap kebenaran suatu Peristiwa yaitu :
1) Bukti Surat
Sebelum menyampaikan bukti surat kepada Majelis Hakim,yang harus dilakukan terlebih dahulu agar Bukti
surat tersebut diterima dipersidangan adalah seluruh Bukti Surat yang akan dijadikan alat bukti di
hadapan Majelis Hakim, terlebih dahulu harus dilegalisir di Kantor Pos setelah setiap bukti Surat tersebut
ditempeli Materai Rp.6.000,- (enam ribu rupiah ),melegalisir Bukti Surat tersebut lebih baik dilakukan
sebelum tanggal hari sidang yang ditentukan .
2) Keterangan Saksi
Keterangan Saksi adalah keterangan seseorang yang disampaikan secara lisan didepan Hakim pada
persidangan tentang apa yang telah dilihat,didengar atau dialami sendiri terhadap suatu peristiwa atau
kejadian.
Sebelum Saksi diperiksa oleh hakim,maka saksi tersebut harus terlebih dahulu di Sumpah sesuai dengan
kepercayaan Masing-masing,karena keterangan seorang saksi yang tidak disumpah tidak dapat dijadikan
sebagai alat bukti.

· Kesimpulan / Konklusi
Setelah Proses Pembuktian dilakukan,maka Hakim menanyakan kepada kedua belah pihak apakah masih
menambah alat bukti atau tidak,dan apabila proses pembuktian sudah selesai maka Hakim memberikan
kesempatan kepada kedua belah pihak untuk menyampaikan Kesimpulan atau Konklusi yang bertujuan untuk
menyampaikan pendapat para pihak,baik Penggugat maupun Tergugat tentang terbukti tidaknya suatu gugatan
berdasarkan alat bukti,sudut pandang,dan kepentingan masing-masing pihak,sehingga dengan adanya
Kesimpulan/Konklusi ini dapat mempermudah Hakim dalam mengambil keputusan terhadap perkara yang
sedang diperiksa dipersidangan.

5. Putusan
Pengambilan Putusan oleh Majelis Hakim Dalam Pengadilan Hubungan Industrial diatur dalam Pasal 100 s/d
104 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 sebagai berikut :
Pasal 100
“Dalam mengambil putusan,Majelis Hakim mempertimbangkan hukum,perjanjian yang ada,kebiasaan,dan
keadilan.”
Pasal 101

1. Putusan Mejelis Hakim dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum.


2. Dalam hal salah satu pihak tidak hadir dalam sidang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), Ketua Majelis Hakim memerintahkan kepada PaniteraPengganti untuk menyampaikan pemberitahuan
putusan kepada pihak yang tidak hadir tersebut.
3. Putusan Majelis Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagaiputusan Pengadilan
Hubungan Industrial.
4. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berakibat putusan Pengadilan
tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Pasal 102
1) Putusan Pengadilan harus memuat:

a. kepala putusan berbunyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG


MAHA ESA ;
b. nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman atau tempat kedudukan para pihak yang
berselisih;
c. ringkasan pemohon/penggugat dan jawabatan termohon/tergugat yang jelas;
d. pertimbangan terhadap setiap bukti dan data yang diajukan hal yang terjadi dalam persidangan
selama sengketa itu diperiksa;
e. alasan hukum yang menjadi dasar putusan;
f. amar putusan tentang sengketa;
g. hari, tanggal putusan, nama Hakim, Hakim Ad-Hoc yang memutus, nama Panitera, serta
keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
2) Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dapat menyebabkan
batalnya putusan Pengadilan Hubungan Industrial.

Pasal 103
Majelis Hakim wajib memberikan putusan penyelesaian perselisihan hubunganindustrial dalam
waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja terhitungsejak sidang pertama.

Pasal 104
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal103 ditandatangani oleh
Hakim, Hakim Ad-Hoc dan Panitera Pengganti.
Berikut ini contoh gugatan PHI:

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Hubungan Industrial
Jawa Barat Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung
Di Bandung

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini :
- Maju Terus
- Pantang Mundur

Pengurus Serikat Buruh Tak Gentar yang kesemuaanya berkewarganegaraan Indonesia beralamat di Desa Kali
Jaya No.56, berdasarkan Sk Pencatatan :123/SK/Disnaker/BKS/V/2011 berdasarkan surat Kuasa khusus
tertanggal 3 mei 2011 bertindak mewakili untuk dan atas nama :

Nama : Buruh Melawan


Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. XX Gg.Monyet No.1 Rt.002/Rw 003, Bekasi
Pekerjaan : Buruh

Selanjutnya disebut sebagai pihak PENGGUGAT


Dengan ini mengajukan gugatan Perselisihan PHK terhadap :
Nama : Tega Sekali
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl.Kaya Raya No.7 Rt.003/Rw 015, Jakarta
Pekerjaan : Pengusaha

Yang dalam hal ini di gugat dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan sekaligus Direktur Utama PT. Angin
Ribut, Jl.Raya kali malang No.8 Bekasi sehinggal oleh karena itu berhak untuk mewakili dan bertindak atas
nama PT.Angin Ribut, Jl.Raya kali malang No.8 Bekasi;
Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT:
Adapun duduk perkarany adalah sebagai berikut :

1. Bahwa pada tanggal 30 Maret 2011 Serikat Buruh Tak Gentar melakukan Pendidikan dan Pelatihan
Advokasi di Sekretariat serikat jl.Desa kali Jaya No.56;
2. Bahwa kegiatan serikat tersebut pada poin 1 sudah di beritahukan sebelumnya kepada Tergugat dengan
surat pemeberitahuan No.12/SB Tak Gentar yang di lampiri surat permohonan dispensasi kegiatan serikat;
3. Bahwa pada tanggal 6 april 2011 PENGGUGAT yang di tugaskan oleh SB Tak Gentar sebagai peserta
pelatihan advokasi meminta ijin meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti kegiatan SB dan ijin tersebut di
berikan oleh Super Visor atasan PENGGUGAT
4. Bahwa pada tanggal 11 april 2011 TERGUGAT menjatuhkan sangsi SP.3 yang berbuntut pada PHK
karena kesalahan berat kepada PENGGUGAT dengan alasan meninggalkan pekerjan yang dapat
mengakibatkan kerusakan mesin dan membahayakan pabrik; nyata dan terang alasan TERGUGAT mengada-
ada dan hal ini bertentanga dengan
Pasal 28 UU SP/SB
Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak
membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota
dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara :
a. Melakukn Pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau
melakukan mutasi;
b. Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;
c. Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;
d. Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh.

5. Atas penjatuhan sangsi yang di lakukan oleh TERGUGAT maka PENGGUGAT di damping oleh
Pengurus SB Tak Gentar menyatakan menolak PHK; dan perundingan bipartite antara PENGGUGAT dan
TERGUGAT-pun dilaksanakan dan tidak menemui titik temu;

6. Bahwa pada tanggal 12 april PENGGUGAT meminta pihak Dinas Ketenagakerjaan Kab.Bekasi untuk
memediasikan perselisihannya dengan surat No.34.SB Tak Gentar,
7. Bahwa pada tanggal 19 april 2011 mediasi antara PENGGUGAT dan TERGUGAT dilakukan namun
demikian tetap juga tidak membuahkan hasil karena masing-masing pihak tetap pada pendiriannya;
Pasal 151 ayat (3):
“Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan
persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial”

Pasal 155 ayat (1) , (2), (3)


(1) Pemutusan Hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 151 ayat (3) batal
demi hukum”
(2) Selama putusan lembaha penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik
pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya.
(3) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
berupa tindakan skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan
kerja dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh.

8. Bahwa pada tanggal 25 april 2011 mediator mengeluarkan anjuran dan selanjutanya maediator juga
mengeluarkan risalah anuran pada tanggal 1 mei 2011;

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dengan ini PENGGUGAT mengajukan permohonan kepada Pengadilan
Hubungan Industrial Jawa Barat untuk berkenan memberikan putusan sebagai berikut :

Dalam Provisi
Menghukum Tergugat untuk membayar upah selama proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial ini
sampai dengan putusan Pengadilan Hubungan Industrial ini mempunyai kekuatan hukum tetap, kepada Para
Penggugat
April dan May : Upah Penggugat : Rp. 1.500.000,- X 2 (dua) bulan = Rp.3.000.000,-

Dalam Pokok Perkara

1.Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya


2.Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja yang telah dilakukan oleh TERGUGAT adalah tanpa ijin
oleh karenanya batal demi hukum;
3.Memerintahkan TERGUGAT mempekerjakan kembali PENGGUGAT pada pekerjan dan posisi yang
sama di peruhaan milik TERGUGAT, terhitung sejak putusan Pengadilan Hubungan Industrial ini di
bacakan walaupun Tergugat melakukan Upaya Hukum ke tingkat Kasasi
4.Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom), terhadap setiap keterlambatan
Tergugat dalam melaksanakan putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap, sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) terhadap setiap hari keterlambatan
5.Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun ada upaya verzet,
kasasi; perlawanan dan/atau peninjauan kembali (uitvoerbaar bij Voorraad).
6.Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul akibat adanya perselisihan
hubungan industrial ini.

Apabila Majelis Hakim berkehendak lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikianlah Gugatan perselisihan PHK dalam hubungan Industrial ini kami ajukan, dan atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Bekasi , 16 Mei 2011
Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat,

Maju Terus,

Pantang Mundur

Anda mungkin juga menyukai