Anda di halaman 1dari 17

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Konservasi Energi


Hemat energi adalah upaya penggunaan energi melalui penerapan yang
efisien dan rasional tanpa mengurangi konsumsi energi yang sangat dibutuhkan
untuk mendukung pembangunan negara. Tujuan dari penghematan energi adalah
untuk menghemat sumber daya alam yang tersedia untuk berbagai sumber energi.
Oleh karena itu, kebijakan teknologi dan penggunaan energi harus dilaksanakan
dan dipilih secara efisien dan rasional. Hal ini memungkinkan kemampuan untuk
menyediakan energi [5].
Penghematan energi pada kulit gedung di dalam gedung merupakan
langkah menuju efisiensi energi untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Oleh karena
itu, tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Kulit luar suatu bangunan adalah
bagian bangunan yang menutupi bangunan, seperti dinding dan atap yang tembus
cahaya atau buram. Ini berarti bahwa sebagian energi panas melewati elemen [6].
Penghematan energi listrik dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
antara lain pendekatan teknis dan pendekatan perilaku. Secara konseptual,
implementasi penghematan daya dilakukan dengan menyediakan alat tambahan
untuk melakukan penghematan atau efisiensi daya secara otomatis. Pendekatan
perilaku dapat ditempuh melalui peningkatan kesadaran dan kemandirian,
termasuk penghematan dan penghematan energi listrik. Konservasi energi melalui
pendekatan perilaku untuk mencapai efisiensi dan produktivitas adalah tahap
pernyataan kebijakan [7]. Berdasarkan Peraturan Presiden (Inpres) Nomor 9
Tahun 1982, Pemerintah Republik Indonesia disebut-sebut mulai mengumumkan
kebijakan terkait konservasi atau penghematan energi. Inpres tersebut dikeluarkan
dengan fokus pada peralatan kantor dengan perlengkapannya, penerangan gedung,
kelistrikan dan kendaraan dinas. Pasal 70, Pasal 10 (1) Keputusan 2009 mengatur
bahwa orang perseorangan, perusahaan, dan badan usaha yang bergerak di bidang
penyediaan energi wajib melaksanakan konservasi energi. Proses ini terdiri dari
audit energi yang dapat menghitung konsumsi energi dari satu atau lebih
bangunan dan membandingkan hasil audit dengan standar yang ada. Untuk dapat

5
menemukan solusi untuk menghemat konsumsi energi ketika konsumsi energi
melebihi standar yang ada.

2.2 Audit Energi


Audit energi adalah cara untuk menghitung konsumsi energi suatu bangunan
dan memahami peluang penghematan [8]. Tujuannya adalah untuk menentukan
konsumsi energi (IKE) listrik. Oleh karena itu, bangunan dapat diklasifikasikan
sebagai sangat efisien, normal, atau mewah. Selain itu, perlu untuk
mengidentifikasi peluang untuk menghemat energi tanpa mengorbankan
produktivitas dan kenyamanan penduduk. Nilai tambah audit energi, yaitu:
1) Memahami besaran intensitas konsumsi energi (IKE)
2) Mengurangi pemborosan energi, namun tetap nyaman
3) Efisien penggunaan energi listrik
4) Memberikan pandangan tentang peluang konservasi energi terkait penghematan
energi listrik [9].
Berbagai jenis audit energi, antara lain:
1. Audit Berkelanjutan
Audit Berkelanjutan. Sering disebut sebagai mini-audit. Fokus utama dari
audit berjalan adalah pada bidang pemeliharaan dan penghematan yang tidak
memerlukan biaya investasi yang signifikan
2. Pemeriksaan pendahuluan
Pemeriksaan hanya dilakukan di daerah-daerah penting. Audit terdiri dari
analisis mesin, analisis status, perhitungan konsumsi energi, perhitungan
pemborosan energi, dan beberapa saran
3. Investigasi terperinci
Semua bagian yang mengkonsumsi energi listrik dikenakan audit energi
untuk menghemat sebanyak mungkin.
4. Rencana Pengelolaan Energi dan Langkah-Langkah Pelaksanaan
Audit energi yang dilakukan merupakan sarana pengelolaan energi. Secara
umum, pemeriksaan ini sesuai dengan pemeriksaan terperinci. Namun, audit ini
dilaksankan secara berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup lama

6
[10]. Adapun tujuan kegiatan Audit Energi menurut ISO 50001 [11] antara lain
yaitu:
• Pengetahuan nilai intensitas konsumsi energi dan profil konsumsi energi
operasional eksisting suatu fasilitas/bangunan industri selama periode tertentu
• Identifikasi jenis alternatif penghematan energi dan penghematan energi dalam
rangka pengelolaan energi industri.
• Pilih jenis penghematan energi alternatif terbaik seperti yang direkomendasikan
oleh rencana pengelolaan energi industry [11]. Berdasarkan ISO 50001 [11]
Adapun Tingkat Audit Energi secara garis besar terbagi menjadi 3 tingkat:
• Tingkat I - Penaksiran selintas
Merupakan penaksirandengan energi suatu sistem menganalisa rekening energi
sistem / melakukan survey sederhana atas sistem
• Tingkat II- Survey dan Analisis Energi
Meliputi suatu survey sistem yang mendetail dan Analisa energi pada setiap
bagian dalam sistem. Tingkatan audit akan menganalisa, menghasilkan analisis
penghematan serta analisa biaya dari semua tindakan penghematan praktis yang
memenuhi kriteria pengelola serta pembahasan mengenai prosedur operasi dan
pemeliharaan.
• Tingkat III- Analisis mendetail atas modifikasi padat modal
Adapun langkahr Audit Energi menurut ISO 50001 [10] meliputi:
• Langkah I- Mendapatkan data umum suatu bangunan/gedung.
1. Data umum bangunan (fitur, penghuni, dll.)
2. Data arsitektur dan cetak biru dan sistem mekanik dan elektrikal (M & E)
3. Data pemasangan M & E
• Langkah II-Pengumpulan data awal
• Langkah III -Analisis konsumsi energi dan daftar opsi (ECO)
• Langkah IV-Analisis dan Rekomendasi ECO
Langkah pertama dalam menerapkan manajemen energi adalah audit energi.
Audit energi ini mencakup analisis profil konsumsi energi, identifikasi
pemborosan energi, dan pengembangan tindakan pencegahan. Audit energi dapat
digunakan untuk memperkirakan energi yang dikonsumsi dan melihat potensi
penghematan [12].

7
Audit energi terperinci (AET) dilakukan oleh AEA dan dapat memakan
waktu beberapa minggu tergantung pada jenis dan kerumitan instalasi. Data
pabrik, di sisi lain, dikumpulkan dari data yang ada, peralatan genggam yang
mengukur parameter operasi utama yang dapat digunakan tim untuk memeriksa
keseimbangan energi dan panas bahan pabrik proses. Pengujian yang sebenarnya
dilakukan dan alat yang dibutuhkan tergantung pada jenis fasilitas yang diselidiki
dan tujuan, ruang lingkup dan tingkat pendanaan program manajemen energi [13].
Audit energi mudah dilakukan saat menggunakan listrik gedung. Data yang
dibutuhkan adalah total luas bangunan, tingkat penerangan dalam ruangan,
intensitas listrik terpasang, konsumsi energi, dan biaya energi bangunan. Prosedur
audit yang dilakukan adalah seperangkat rekomendasi tindakan [14]. Efisiensi
energi didefinisikan dalam segala cara, teknologi, dan prinsip yang
memungkinkan penggunaan energi lebih efisien dan berkontribusi untuk
mengurangi permintaan energi global [15].

2.3 Intensitas Konsumsi Energi (IKE)


Audit energi menggunakan parameter Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
untuk pelaksanaannya. IKE membantu menentukan konsumsi energi sistem
bangunan [16].
Intensitas penggunaan energi (IKE) digunakan sebagai indikator utama
penghematan energi bangunan. IKE menunjukkan konsumsi energi bulanan (kwh)
per meter persegi (m2), seperti yang ditunjukkan pada persamaan (1) di bawah
ini:

………… (2.1)
Menurut pedoman konservasi energi dan pengawasan di lingkungan
Depdiknas (2004) nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik dapat diketahui
sebagai berikut [17]:
1) 4,17 – 7,92 kWh / m² /bln, kriteria sangat efisien.
2) 7,92 − 12,08 kWh /m² /bln, kriteria efisien.
3) 12,08 – 14,58 kWh /m² /bln, kriteria cukup efisien.
4) 14,58 – 19,17 kWh /m² /bln, kriteria cukup boros.

8
5) 19,17 – 23,75 kWh /m² /bln, kriteria boros.
6) 23,75 – 37,5 kWh /m² /bln, kriteria sangat boros.

Satuan IKE yaitu kWh/m2 per tahun. Negara lain seperti ASEAN dan APEC
telah menetapkan pemakaian IKE. Menurut hasil eksperimen ASEAN-USAID
tahun 1987, target intensitas konsumsi listrik Indonesia :
1. Kantor : 240 kWh/m2 per tahun
2. Mall / Pasar : 330 kWh/ m2 per tahun
3. Hotel / apartemen : 300 kWh/ m2 per tahun
4. Rumah sakit : 380 kWh/ m2 per tahun.
Bangunan dianggap hemat energi jika nilai IKE kurang dari batas bawah yang
ditentukan. Oleh karena itu, syarat-syarat tersebut harus dipatuhi secara prosedural
dalam pelaksanaan dan pemeliharaannya. Jika nilai IKE berada di antara batas
bawah dan baseline, bangunan dianggap sangat efisien dan harus disetel untuk
meningkatkan kinerja. Oleh karena itu, jika Anda ingin membuat bangunan
menjadi sangat mewah antara standar dan langit-langit, Anda perlu melakukan
beberapa perubahan. Jika Anda melebihi batas, Anda harus meningkatkan atau
menggantinya. Audit energi sistem penerangan untuk menentukan penerangan
ruangan harus disesuaikan dengan jenis kegiatan di dalam ruangan [9]. Salah satu
cara untuk mengurangi energi yang terbuang adalah dengan menggunakan Energy
Conservation Opportunities (PHE). Implementasi opsi hemat energi dilakukan
pada langkah akuisisi data, penghitungan besaran IKE selanjutnya, dan
pembuatan profil penggunaan energi gedung [13]. Illuminance adalah jumlah
cahaya yang dibutuhkan untuk menerangi suatu ruang. Parameter ini dinyatakan
dalam lux. Illuminance meter adalah exposure meter [10]. Pedoman pelaksanaan
dan pemantauan konservasi energi di lingkungan Departemen Pendidikan (Diknas
Teknologi Audit Energi: 2006) memberikan tabel nilai standar IKE dalam
menentukan kinerja konservasi energi pada gedung perkantoran dan komersial
sebagai berikut:

9
Tabel 2.1 Standard Nilai IKE

2.4 Sistem Pencahayaan


Gelombang elektromagnetik yang memiliki bermacam-macam gelombang
dengan frekuensi dan panjang gelombang berbeda, akan tapi keseluruhan
gelombang tersebut memiliki nilai kecepatan rambat yang sama dikatakan cahaya.

Gambar 2.1 Spektrum gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 yang terlampir menjelaskan jika pancaran cahaya dengan


gelombang yang berbeda diperoleh warna yang berbeda. Peninjauan dari
frekuensi, warna tampak yang terlihat oleh mata merupakan warna ungu, biru,
hijau, kuning, merah dan orange [18].
Upaya penghematan pencahyaan dan sumber cahaya dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan keduanya melalui kontrol pencahayaan, dimana cahaya
bisa lebih mudah diatur serta disesuaikan sesuai keperluan. Hal tersebut
berpengaruh penting agar pencahayaan di dalam ruang bisa dimanfaatkan secara
efektif [19].

10
Untuk menciptakan pencahayaan yang baik, persepsi manusia terhadap
cahaya di ruang angkasa memiliki beberapa aspek:
1. Teori relativitas kecerahan
Nilai mutlak dari kecerahan adalah kecerahan
2. Homeostasis kecerahan
Homeostasis kecerahan adalah kemampuan otak untuk mengabaikan perbedaan
cahaya dalam kondisi tertentu.
3. Konsistensi warna
Kemampuan otak untuk melawan perbedaan warna yang disebabkan oleh cahaya
yang berbeda disebut keteguhan warna.
4. Fenomena penglihatan warna lainnya
Warna-warna hangat seperti merah, jingga, dan kuning dirasakan di dekat mata.
Tapi warna-warna dingin seperti biru, hijau dan abu-abu gelap melangkah lebih
jauh. Anda dapat membuat ruangan lebih luas atau lebih kecil dengan memilih
warna dinding
5. Efek Foreground
Kemampuan otak untuk membedakan antara sinyal visual dan gangguan
penglihatan. Ketika ini menjadi sulit atau tidak mungkin, visibilitas menghalangi.
6. Teori Gestalt
Otak terbiasa mencari pola-pola yang dapat dipahaminya. Pencarian otak untuk
memahami keseluruhan dari bagian-bagian individu adalah teori Gestalt. Sebuah
desain pencahayaan yang sukses bukanlah ketika setiap bagian dirancang dengan
baik, tetapi ketika komposisi desain secara keseluruhan bermakna dan konsisten
secara keseluruhan tanpa gangguan [20]. Untuk menggunakan pencahayaan, Anda
perlu merencanakan lingkungan kerja Anda. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan hal-hal berikut:
• Berapa banyak pencahayaan buatan yang digunakan
• Tingkat pencahayaan yang dibutuhkan
• Distribusi dan variasi pencahayaan yang dibutuhkan di seluruh interior
• Arah cahaya
• Warna yang digunakan dalam ruangan dan efek warna cahaya
• Tingkat silau objek/lingkungan yang diterangi [21].

11
Standar ini ditujukan untuk penerangan gedung agar memperoleh sistem
penerangan yang beroperasi secara optimal sehingga penggunaan energi dapat
disederhanakan tanpa mengubah perubahan hemat biaya dalam fungsi gedung,
kenyamanan penghuni, dan produktivitas tenaga kerja. Memberikan spesifikasi
pedoman. Berdasarkan SNI 03-6197-2011 untuk sistem pencahayaan hemat
energi., terlampir pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan rata-rata, rederansi dan temperature warna yang
direkomendasikan [22]

Temperatur Warna
Intensitas Kelompok
Warm Cool white
Pencahayaan renderasi Daylight
white 3300 K-
(Lux) warna >5300 K
<3300 K 5300 K
Rumah sakit atau balai pengobatan

R. Tunggu 200 1/2  

R. Rawat Inap 250 1/2  

R. Operasi 300 1  

Laboratorium 500 1/2  

R. Rehabilitas 250 1  
R. Koridor
200 1/2  
Siang
R. Koridor
50 1/2  
Malam
R. Kantor
350 1/2  
Staff
Toilet 200 2 

Ketersediaan fasilitas medis merupakan faktor penting dalam memberikan


perawatan pasien. Pencahayaan di ruang rawat inap dapat memberikan dampak
yang signifikan terhadap kenyamanan dan proses penyembuhan pasien selama
perawatan. Untuk memastikan bahwa penglihatan setiap orang disesuaikan

12
dengan tingkat yang tepat untuk aktivitas di dalam ruangan, intensitas cahaya
perlu disesuaikan. Cahaya yang menghadap ke arah mata dapat menyebabkan
silau. Untuk menciptakan ruang pandang yang nyaman, Anda perlu mengatur arah
cahaya dan efek pantulan atau pembiasan [19]. Sementara itu daya listrik
maksimum untuk pencahayaan terlampir dalam tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Daya listrik maksimum untuk pencahayaan [22]
Daya pencahayaan maksimum
Fungsi ruangan (W/m2) (termasuk rugi-rugi
ballast)
Rumah sakit/balai pengobatan
R. Tunggu 12
R. Rawat Jalan 10
R. Rawat Inap 12
R. Operasi 10
Laboratorium 15
R. IGD 15
R. Tindakan 15
R. Rehabilitasi 10
R. Pemulihan 8
R. Koridor Siang 9
R.Koridor Malam 3
R. Kantor Staff 10
Toilet 7

Rumus untuk menghitung jumlah sumber penerangan yang diperlukan (n)


pada suatu ruangan adalah [18]:

nxΦxdxμ
E= …………………… (2.2)
A
dan
Φ = Afficacy x daya …………………(2.3)

13
Dimana:
E = Tingkat pencahayaan (lux)
n = Banyak lampu
Φ = Tingkat sumber cahaya (lumen)
μ = konstanta nilai efisiensi ruang
d = faktor reflektor
A = luas ruang (m2)
Rendemen penerangan pada tabel yang terlampir di bawah berfungsi bagi
armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu di suatu ruangan. Penentuan efisiensi
penerangan harus diperhitungkan [23]:
a. Rendemen armaturnya (v)
b. Faktor refleksi dindingnya (rw), faktor refleksi langit-langitnya (rp) dan
faktor refleksi bidang pengukurannya (rm)
c. Indeks ruangannya
Berikut efisiensi penerangan di keadaan baru, terlampir pada tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Efisiensi Penerangan untuk Keadaan Baru [23]

Faktor refleksi, seperti (rw) dan (rp), dinyatakan sebagai bagian yang
dipantulkan dari fluks cahaya dan diterima oleh dinding dan langit-langit, dan
kemudian diproyeksikan ke bidang kerja. Koefisien reflektansi semu rm dari
permukaan kerja ditentukan oleh pantulan dari lantai dan pantulan bagian dinding
antara permukaan kerja dan lantai.Biasanya, rm dianggap 0,1. Langit-langit dan

14
dinding yang cerah memantulkan 50-70. % Dan warna gelap adalah 10-20%.
Faktor pantulan dipengaruhi oleh warna dinding, langit-langit, dan lantai. Faktor
pantulan dalam hal warna sesuai dengan seberapa banyak warna tertentu yang
dipantulkan ruangan. Misalnya, warna putih memantulkan sebagian besar cahaya,
sedangkan warna yang lebih gelap memantulkan lebih sedikit cahaya [23].
Adapun besaran refleksi cahaya dari permukaan dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut [24]:
Tabel 2.5 Permukaan refleksi dan besaran refleksi cahaya

Pemantulan cahaya terjadi karena adanya medan yang memantulkan


cahaya ke dalam medan, dan faktor pemantulan sangat mempengaruhi warna
medan. Pada ruang pendidikan, pantulan cahaya dapat dilihat pada dinding,
langit-langit, lantai, dan papan tulis [25]. Dinding jendela direkomendasikan
untuk memiliki tingkat reflektansi yang tinggi sehingga kontras antara kaca terang
dan sekitarnya berkurang. Nilai reflektansi cahaya (LRV) adalah ukuran seberapa
banyak cahaya tampak yang dipantulkan oleh suatu permukaan. LRV memiliki
rentang nilai dari 0% hingga 100%. Tidak ada cahaya di nol dan 100% cahaya
dipantulkan dengan sempurna di cermin. Rata-rata, hitam memiliki nilai
reflektansi cahaya (LRV) sekitar 5%, sedangkan putih memiliki nilai reflektansi
cahaya sekitar 85%.

Gambar 2.2 Skala LRV

15
2.5 Lampu LED

Light emitting diodes (LED) memiliki masa pakai yang sangat lama,
sekitar 50.000 hingga 100.000 jam, dan mengkonsumsi energi listrik yang sangat
sedikit yaitu sekitar 3 hingga 100 watt, tetapi dilihat dari efisiensi dan lumen yang
relatif tinggi, cahaya yang dihasilkan sangat terang. Untuk menentukan jumlah
energi listrik yang dikonsumsi lampu, kalikan total daya dengan waktu lampu
menyala. Dengan asumsi ada 22 hari kerja normal dalam sebulan, ini
menunjukkan konsumsi daya lampu per bulan [27]. Lampu LED memiliki
keunggulan hemat energi dan memiliki umur yang panjang. Namun banyak
perusahaan/penguasa yang masih menggunakan lampu TL-T8 karena lampu TL-
T8 memiliki biaya awal yang lebih murah dibandingkan lampu TL LED. Biaya
awal pemasangan bohlam LED adalah tiga kali lipat biaya pemasangan bohlam
TL-T8. Selain itu, lampu LED 24 kali lebih mahal daripada lampu TL-T8 [28].
Selain itu, lampu LED 9,6 watt dapat menghasilkan cahaya yang sama
dengan lampu TL 13,6 watt. Penggunaan lampu LED merambah ke penerangan
luar ruangan di perkotaan, jalan umum, taman, jembatan, tempat rekreasi,
penerangan dalam ruangan di toko, kantor, rumah, bahkan penerangan
transportasi seperti kereta api dan pesawat. [29]. Bentuk lampu LED sama
dengan semua bentuk lampu non LED (lampu tradisional). Selain itu, rumah
lampu LED sesuai dengan rumah lampu tradisional seperti lampu TL, dan
sekarang ada lampu LED TL [30].
Lampu LED adalah terobosan baru dalam teknologi pencahayaan hemat
energi. Bohlam LED dapat menggantikan bohlam TL untuk penerangan dalam
ruangan. Lampu LED adalah dioda semikonduktor yang memancarkan cahaya
ketika arus listrik mengalir. Dibandingkan dengan lampu lain, lampu LED
memiliki masa pakai paling lama hingga 100.000 jam [31].
Salah satu upaya penghematan daya untuk penerangan gedung adalah
penggunaan lampu hemat energi. Terdapat lampu yang tergolong hemat energi
yaitu lampu TL (tube lamps) yang disebut dengan self-balancing lamp, lampu
fluorescent yang merupakan lampu CFL (compact fluorescent lamps), dan second
LED (light emitting diodes) [32].

16
2.6 Lampu CFL

Lampu neon menggunakan prinsip lampu neon, dan setelah memaparkan


bahan mineral ke sinar ultraviolet, mereka bereaksi dengan gas di dalam lampu
untuk menghasilkan sinar ultraviolet. Selanjutnya, sinar ultraviolet bereaksi
dengan zat berpendar, yaitu senyawa mineral yang menutupi bagian dalam bola
lampu. Lampu neon lebih efisien daripada lampu pijar. Ini karena metode
penyinaran lampu neon tidak hanya menggunakan transformasi energi dengan
pemanasan elektron, tetapi juga emisi gas kimia [33]. CFL (Compact Fluorescent
Lamp) adalah jenis lampu fluorescent yang diproduksi sebagai alternatif dari
lampu pijar / lampu tungsten. Dibandingkan dengan bohlam tungsten, bohlam
CFL menggunakan lebih sedikit energi untuk penerangan yang sama dan tidak
boros dibandingkan bohlam pijar. Ada berbagai jenis bohlam CFL, antara lain
bohlam CFL tipe esensial, yaitu bohlam CFL tipe lurus, CFL tipe tornado, yang
merupakan bohlam CFL tipe spiral, dan bohlam CFL tipe PL (PL-S, PL-). C dan
PL-L. Serangkaian lampu CFL, lampu terdiri dari tabung pelepasan kaca, penjepit
tabung refleksi, pelat pemasangan, komponen ballast elektronik, rumah
polikarbonat, alas sekrup Ecison, jalur pelepasan, pelapis berpendar, elektroda,
jumper, pin alas, dan kapasitor penekan RF. Telah. Starter, unit tunggal
terintegrasi ke dalam rakitan lampu CFL [34].

2.7 Lampu TL

Lampu TL (tubular lamp) adalah jenis lampu pelepasan gas berbentuk


tabung yang mengandung uap air raksa bertekanan rendah. Lampu fluorescent
atau TL adalah jenis lampu yang mengandung sedikit merkuri dan gas argon dan
menutupi seluruh permukaan tabung kaca lampu dengan bubuk berpendar
bertekanan rendah. Tabung ini memiliki dua elektroda di setiap ujungnya, dan
elektroda yang dimaksud adalah filamen sederhana. Ketika lampu dinyalakan,
arus listrik mengalir melalui elektroda dan elektron dalam elektroda bergerak dari
ujung tabung yang satu ke ujung yang lain [34].

17
2.8 Lampu Halogen

Lampu halogen adalah lampu pijar. Bola lampu mengandung filamen tungsten
yang mirip dengan bola lampu biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampu
adalah trisula yang mengandung gas halogen. Suhu dinding bola lampu menjaga
molekul tungsten teroksihalogenasi dalam keadaan uap. Molekul pindah ke
filamen panas di mana mereka hancur oleh suhu tinggi. Atom tungsten
dikembalikan ke zona pendinginan filamen, bukan tempat atom menguap.
Retakan biasanya terjadi di dekat persimpangan filamen tungsten dan timah
molibdenum, menyebabkan suhu turun tajam.
Kriterianya adalah:
• Efektivitas-18 lumens / watt
• Indeks perubahan warna-1A
• Suhu warna-hangat (3000K-3200K)
• Masa pakai lampu-2-4000 jam [35]

2.9 Lampu Pijar

Lampu pijar yang menghasilkan cahaya dengan cara memanaskan serat


atau filamen pijar, maka suhu yang dipancarkan oleh lampu ini relatif tinggi.
Glow fiber adalah kawat logam tipis yang memiliki ketahanan terhadap lewatnya
arus listrik. Filamen mengubah energi listrik menjadi panas dan kecemerlangan.
Lampu pijar mengandung gas dengan kumparan serat melingkar, dan gas yang
umum digunakan adalah gas argon. Hasil analisis penelitian, menyelidiki
pengaruh jenis dan bentuk lampu terhadap iluminasi dan pemborosan energi
melalui perhitungan nilai efisiensi pencahayaan yang dilakukan pada Tabel 2.6
dan mengukur lampu berdasarkan intensitas tingkat pencahayaan di tiga titik
peningkatan. Kamar seperti yang dijelaskan sebelumnya [33].

18
Tabel 2.6 Pengaruh jenis lampu pada intensitas pencahayaan serta energi buangan.

Lampu pijar adalah lampu yang paling tidak efisien karena prinsip
pengoperasian utama lampu pijar. Artinya, nyala api dibuat dengan memanaskan
elektron dalam filamen tungsten. Oleh karena itu, sebagian energi listrik yang
datang diubah menjadi panas dan sebagian kecil diubah menjadi energi cahaya.
Karena prinsip pengoperasian lampu LED, lampu LED adalah lampu yang paling
efisien dengan melepaskan energi dari elektron yang mengalir keluar dari dioda
daripada penerangan dengan memanaskan elektron. Oleh karena itu, lebih banyak
energi cahaya yang dihasilkan [33]. Penguapan dapat dicegah dengan adanya gas
inert. Oleh karena itu, semakin besar berat molekul, semakin mudah untuk
menekan penguapan. Konduktivitas rendah penting karena gas yang terkandung
dalam bohlam dapat menghilangkan panas dari filamen. Lampu yang diisi gas
biasanya memiliki sekering di bagian timahnya. Sifat-sifatnya adalah:
• Efektivitas 12 lumen/W
• Indeks perubahan warna-1A
• Warna suhu hangat (2500K-2700K)
• Masa pakai lampu-1-2000 jam [35]

2.10 Particle Swarm Optimization (PSO)


Teknik optimasi berbasis kecerdasan gerombolan dikatakan sebagai
algoritma yang diilhami perilaku yang menggantikan algoritma genetika. Oleh
karena itu, ini biasa disebut sebagai metode berbasis evolusi. Dalam praktiknya,
kecepatan partikel. PSO sering diperbarui terlalu cepat, mengabaikan nilai
minimum fungsi tujuan. Oleh karena itu, algoritma standar PSO perlu direvisi
atau ditingkatkan. Rektifikasi dapat dilakukan dengan menambahkan inersia dan
memperlambat. Secara umum, nilai dari dipilih agar kecepatan partikel menurun
seiring dengan bertambahnya jumlah iterasi. Nilai yang ditampilkan bervariasi
secara linier dalam kisaran 0,9 hingga 0,4 [33]. Masalah optimasi dapat
diselesaikan dengan solusi kecerdasan buatan. Beberapa teknik untuk

19
memecahkan masalah optimasi kecerdasan buatan menggunakan teknik optimasi
segerombolan partikel (PSO).
Particle swarm Optimization (PSO) adalah metode komputasi evolusioner
di mana populasi. PSO menggunakan algoritma pencarian untuk memulai dengan
populasi acak atau partikel dengan nama berbeda. Dalam metode komputasi
evolusioner lainnya, fraksi partikel PSO dikaitkan dengan kecepatan. Partikel
bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan dinamis dan kemudian
menyesuaikan menurut perilaku historisnya. Oleh karena itu, partikel memiliki
kebiasaan bergerak menuju trace area setelah nilai melewati proses tracing yang
lebih baik. Baris-baris matriks adalah partikel, atau algoritma genetika adalah
kromosom dengan nilai variabel. Pada setiap partikel berpindah dari letak awal
menuju letak yang lebih baik dengan sebuah kecepatan. Algoritma vektor
kecepatan PSO digunakan untuk memperbarui posisi setiap partikel, dan
kemudian posisi yang diperbarui ditambahkan ke vektor kecepatan partikel.
Tingkat regenerasi dipengaruhi oleh dua solusi, solusi terbaik global yang sesuai
dengan biaya terendah yang diperoleh dari partikel dan solusi lokal terbaik yang
sesuai dengan biaya terendah di set awal, jika solusi terbaik lokal memiliki biaya
lebih rendah daripada solusi global saat ini. solusi, maka solusi terbaik lokal
diganti dengan solusi global terbaik [2009]:
a. Bangunkan posisi awal beberapa partikel dan kecepatan awal secara acak
b. Analisa fitness beberapa partikel partikel ditinjau dari posisinya.
c. Tunjuk partikel yang memiliki nilai fitness terbaik. Kemudian tentukan
sebagai Gbest. Bagi setiap partikel, Pbest awal memiliki nilai yang sama
dengan posisi awal. Lakukan lagi tahapan berikut hingga stopping criteria
tercapai, lalu
d. Pbest dan Gbest sekarang digunakan, diperbarui kecepatan pada setiap
partikel memakai rumus (8). Kemudian kecepatan baru yang diperoleh,
lakukan upgrade posisi setiap partikel memakai rumus (9).
e. Analisa fitness padasetiap partikel.
f. Pilih partikel yang fitness terbaik, tentukan sebagai Gbest. Bagi setiap
partikel, pilih Pbest dengan melakukan perbandingan posisi sekarang dengan
Pbest dari iterasi sebelumnya.

20
g. Memeriksa stopping criteria. Apabila memenuhi, stop. Apabila tidak,
mengulang ke tahap 1 [37].

21

Anda mungkin juga menyukai