Anda di halaman 1dari 11

NAMA : DEDEK KARLINA

NIM : 061740411496
KELAS : 6 EGA

PRAKTEK TEKNOLOGI BIOENERGI

1. SNI BIODIESEL (SNI-04-7182-2006)


PARAMETER & SATUANNYA SNI BIODIESEL (SNI-04-7182-2006)

Mssa jenis pada 400C (kg/m3) 850-890


Viskositas kinematik pada pada 400C 2.3-6.0
(mm2/s) (cSt)
Titik nyala (0C) Min. 100
Kadar air (%-volume) Maks. 0.05
Angka asam (mg-KOH/g) Maks. 0.80
Angka Iod (g iod/100) Maks. 115
Angka Setana Min. 51

Manfaat dari Biodiesel :


i. Biodiesel merupakan salah satu energi baru terbarukan yang menjadi alternatif
pengganti bahan bakar minyak jenis solar/diesel.
ii. Biodiesel terobosan baru yang bahan baku utamanya berasal dapat berasal dari
limbah hewani maupun nabati yang mengandung trigliserida sehingga
pembuatannya dapat mengurangi beban lingkungan karena limbah.
iii. Mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, sulfur
dan hujan asam.
iv. Tidak menambah jumlah gas karbon dioksida, karena minyak berasal dari
tumbuhan/nabati.
v. Energi yang dihasilkan mesin diesel lebih sempurna dibandingkan solar hingga yang
menggunakan biodiesel tidak mengeluarkan asap hitam berupa karbon atau CO 2,
sedangkan mesin yang menggunakan solar mengeluarkan asap hitam.
2. Dasar Teori dan Prosedur Pembuatan Sabun.
Dasar Teori

Sabun adalah satu senyawa kimia tertua yang pernah di kenal .Sabun di buat
dari campuran senyawa alkali (NaOH, KOH) dan minyak (Trigliserida).
Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus gliserol.
Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus asam
karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom
karbon yang berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari
ikatan rangkap dua dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon
memiliki gugus asam karboksilat yang melekat, maka dinamakan trigliserida.

Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau


kalium hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan
atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut saponifikasi. Atom
oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung
dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak
inilah yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida
akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak
tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai. Reaksi tersebut
sebagai berikut :
Gambar 1. Reaksi Saponifikasi

Trigliserida biasanya disebut juga fat atau lemak jika berbentuk padat pada suhu
kamar, dan disebut minyak (oil) bila pada suhu kamar berbentuk cair. Trigliserida
tidak larut dalam air, hal ini dapat dibuktikan bila kita mencampurkan air dan
minyak, akan terlihat keduanya tidak akan bercampur. Sabun disebut sodium stearat
dengan rumus kimia C17H35COO– Na+ dan merupakan hydrocarbon rantai panjang
dengan 10 sampai 20 atom Carbon. Dapat digunakan untuk membersihkan karena
bersifat polar, merupakan komponen ionik yang larut dalam air dan tidak larut dalam
larutan organik, yaitu minyak.

Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam
lemak yang berbeda. Apabila semua ikatan karbon dalam asam lemak terdiri dari
ikatan tunggal disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua atom karbon
berikatan dengan ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak
jenuh dapat dikonversikan menjadi asam lemak jenuh dengan menambahkan atom
hydrogen pada lokasi ikatan rangkap. Jumlah asam lemak yang tak jenuh dalam
pembuatan sabun akan memberikan pengaruh kelembutan pada sabun yang dibuat.

Sifat-sifat Sabun :

a. Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
b. Sabun + air → larutan koloid
c. Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri dari
molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
d. Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap sebagai
sabun kalsium/ natrium.
e. Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali.
f. RCOONa + HCl → RCOOH + NaCl
g. Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat,
yang aktif sebagai pencuci (ZAP)
h. Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa,
RCOOH, dan ion-ion RCOO-, OH-, dan Na+
i. Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat
hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-nya 14, 15,
dan 17

Bahan baku pembuatan sabun

Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun.
Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan
mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam
pembuatan sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).

a. Minyak atau Lemak


Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan
adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur
ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Ralph J. Fessenden, 1992).
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun
di antaranya, minyak kelapa sawit, lemak hewani, minyak zaitun dan lainnya.

b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol, monoethanolamine,
dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau
yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang
paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan
dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na 2CO3
(abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak
(Ralph J. Fessenden, 1992).
Metodologi Pembuatan Sabun ( Sumber : Laporan Akhir Pembuatan Sabun Cair
Dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) oleh Septono Sanny Putro & Wahyu Putri
Utami )
a. Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang diperlukan yaitu :

 Pemanas stirrer
 termometer 100oC
 gelas beaker 400 mL
 erlenmeyer 250 mL
 pendingin bola
 kertas saring corong kaca
 klem + statif buret buret
 kertas pH universal
 mixer

Bahan yang digunakan antara lain :

 minyak goreng bekas (minyak jelantah)


 KOH
 arang aktif
 alkohol 96% (pelarut)
 gliserin
 pewarna makanan
 pewangi
 aquadest

b. Prosedur Pembuatan Sabun


1. Pemurnian Minyak Goreng Bekas
ii. Proses penghilangan kotoran minyak goreng bekas
1. menimbang 200 g minyak goreng bekas yang akan dimurnikan
kemudian memasukkannya ke dalam gelas beaker 500 mL.
2. memisahkan minyak dari kotoran dengan menyaringnya
menggunakan kertas saring.
iii. Proses netralisasi
1. membuat larutan KOH 15 g/ 100 mL larutan, yang dibuat dengan
melarutkan 7,5 g KOH dalam 50 mL aquades.
2. memanaskan minyak goreng pada suhu ± 70 ºC, kemudian
menambahkan larutan KOH 15 g/100 mL larutan hingga netral (pH
7).
3. mengaduk campuran dengan menggunakan stirrer selama 10 menit,
kemudian menyaring dengan kertas saring untuk memisahkan
kotoran.
iv. Proses pemucatan (bleaching)
1. memanaskan minyak goreng hasil netralisasi sampai suhu 70 ºC
2. mengambil minyak goreng sebanyak 100 g dari hasil
penghilangan kotoran.
3. memasukkan arang aktif granul sebanyak 7,5% berat
dari 100 g minyak goreng hasil penghilangan kotoran.
4. mengaduk larutan dengan stirrer selama 30 menit.
5. kemudian menyaring dengan menggunakan kertas saring
untuk minyak dengan arang aktifnya.

2. Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)


a. menimbang sampel masing - masing sebanyak 5 g kedalam labu
erlenmeyer 250 mL.

b. menambahkan alkohol 96% sebanyak 25 mL (yang telah


dinetralkan dengan KOH 0,1 N),
c. memanaskan sampel hingga mendidih kemudian meneteskan fenoftalein 3 tetes.
d. menitrasi dengan KOH 0,1 N tetes demi tetes melalui buret hingga muncul
warna merah jambu, yang tidak akan berubah selama 15 detik.

3. Proses Pembuatan Sabun Cair


a. merangkai alat seperti pada gambar.
3 keterangan :
2 1. pemanas

4 2. erlenmeyer

1
3
3. sumbat
penutup
1

4. magnetic stirrer
Gambar 3.2 Rangkaian alat pembuatan sabun cair

b. memasukan minyak jelantah yang sudah jernih sebanyak 50 g ke dalam


erlenmeyer kemudian menambahkan larutan KOH (20, 30, 40 dan 50 g/100
mL larutan) sebanyak 25 mL.
c. memanaskan minyak jelantah hingga suhu (40, 50, 60 dan 70 oC) dan
mengaduknya dengan stirrer selama (50, 60, 70 dan 80 menit).
d. menambahkan 10 mL gliserin dan 20 mL alkohol 96% lalu mengaduknya
selama 5 menit, kemudian menambahkan aquadest sebanyak 50 mL lalu
mengaduknya selama 5 menit.
e. mendinginkan sabun cair yang sudah jadi kemudian menambahkan pewarna
0,01% dari berat sabun cair dan pewangi 0,02% dari berat sabun cair,
dilanjutkan dengan pengadukan selama 5 menit.

3. Analisis & Prosedur Penganalisis Proses Pembuatan Sabun.

A. Pemeriksaan Bilangan Penyabunan


1. menimbang 5 g larutan sampel dan memasukkanya ke dalam erlenmeyer.
2. menambahkan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol kemudian direfluks selama 30
menit.
3. mendinginkan dan menambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein kemudian
menitrasi dengan larutan HCl 0,5 N hingga warna merah muda hilang dan
mencatat volume HCl 0,5 N yang terpakai
keterangan :
1. pemanas
2. erlenmeyer
3. pendingin balik
4. klem
5. statif
3

6. magnetic stirrer
Gambar 3.3 Rangkaian alat refluks untuk analisa bilangan
penyabunan Hasilnya dihitung dengan rumus:

keterangan :
Vb = volume blanko (mL)

Vt = volume titrasi (mL)

N = normalitas HCl (0,5 N)

BM = berat molekul KOH (56,1 g/mol)

M = berat sampel (g)

B. Pemeriksaan Uji Banyak Busa


1. memasukan larutan sabun cair (hasil penyabunan) dan aquadest ke
dalam gelas beaker 250 mL dengan perbandingan 3:1 (v/v) lalu ditutup
dengan plastik dan karet.
2. mengaduk larutan selama 30 detik dan 60 detik dengan menggunakan
alat mixer 600 rpm.
3. mencatat tinggi busa setelah 30 detik (To) dan 60 detik (Ts).
4. membandingkan dari tinggi busa pada setiap larutan sabun pada 60
detik dan 30 detik.
5. hasilnya dapat dihitung dengan rumus : Tb = Ts / To

keterangan :
Tb : tinggi busa sabun (cm)
Ts : tinggi busa sabun pada detik ke 60 (cm)

To : tinggi busa sabun pada detik ke 30 (cm)

C. Pemeriksaan Berat Jenis Sabun Cair


1. menimbang berat piknometer kosong (A).
2. menimbang berat piknometer + aquadest (B).
3. menimbang berat piknometer + sabun (C).
4. mengukur suhu aqudest.
5. hasilnya dapat dihitung dengan rumus :

keterangan :
berat jenis aquadest pada suhu 28 0C = 0,996233 g/mL (Perry,1996).

D. Pemeriksaan Viskositas Sabun Cair


1. mengambil 10 mL sabun cair dengan menggunakan pipet ukur.
2. memasukkan sabun tersebut kedalam viskometer Ostwald.
3. mengukur viskositas dengan mencatat waktu yang dibutuhkan sabun untuk mengalir.
4. hasilnya dapat dihitung dengan rumus :
berat jenis sabun ( ρ ) × waktu(t)
viskositas (µ)=
berta jenis air ( ρ ) × waktu ait (t)

keterangan : viskositas aquadest pada suhu 28 0C = 0,8360 x 10-2 g/mL·s (Perry,1996).

E. Pemeriksaan Kadar Air pada Sabun Cair


1. menimbang berat cawan petri kosong (A).
2. menimbang 5 gram sabun cair dalam cawan petri
kemudian mengovennya pada suhu 105oC hingga kering.
3. menimbang berat cawan petri + sabun yang sudah kering (B).
4. hasilnya dapat dihitung dengan rumus:

keterangan:
A = Berat cawan petri kosong (g)
B = Berat cawan petri + sabun yang sudah kering (g)

F. Pemeriksaan Alkali Bebas (dihitung sebagai KOH,%)


1. menimbang 10 g sabun cair dan memasukkanya ke dalam
erlenmeyer 250 mL.
2. menambahkan alkohol 96% netral sebanyak 25 mL ke dalam
sabun cair, kocok hingga bercampur.
3. menambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein kemudian
menitrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga warna merah
jambu/lembayung hilang dan mencatat volume HCl 0,1 N yang
terpakai.
4. Hasilnya dapat dihitung dengan rumus:

V × N × BM
Alaki Bebas (% ¿ = 100 %
M × 1000

V= volume titrasi HCl (mL)

N = normalitas HCl (0,1N)

BM = berat molekul KOH (56,1 g/mol)

M= berat sabun cair (g)


G. Pemeriksaan Jumlah Asam Lemak
1. menimbang 10 g sabun cair, memasukkanya ke dalam gelas
beaker 250 mL dan menambahkan 50 mL aquadest.
2. menambahkan 3 tetes indikator jingga metil.
3. menambahkan H2SO4 20% berlebih hingga semua asam lemak
terbebaskan dari kalium yang ditunjukkan oleh perubahan warna
menjadi merah.
4. memasukannya ke dalam corong pisah kemudian menambahkan
heksana sebagai pelarut sebanyak 100 mL.
5. mengocok corong pisah kurang lebih 15 menit, kemudian
mendiamkannya hingga terbentuk 2 lapisan.
6. mengeluarkan air yang merupakan lapisan bawah dari corong pisah.
7. membilas pelarut dengan aquadest sampai tidak bersifat asam
(dilihat dengan kertas pH).
8. memisahkan pelarut dengan cara menyulingnya hingga terpisah
dari asam lemak.
9. menimbang cawan porselen kosong (W1).
10. mengoven asam lemak dalam cawan porselen pada suhu 105oC.sampai
terbebas dari pelarut heksana.
11. menimbang cawan porselen + asam lemak yang diperoleh (W2)
12. Hasilnya dapat dihitung dengan rumus:
W 1−W 2
Jumlah Asam Lemak (% ¿= ×100 %
Berat Sabun Cair

Anda mungkin juga menyukai