Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

GASIFIKASI BATU BARA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penyediaan Energi

Dosen Pengajar : Ir. Yunus Tonapa

Oleh :

Nama : FIDIHANA NOVIYANTI

NIM : 121411043

Kelas :3B

Prodi : D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga tinggi dari minyak dan gas bumi membuat peningkatan teknologi yang baru seperti
halnya gasifikasi batu bara. Gasifikasi batubara adalah proses untuk mengubah batubara
menjadi fuel gas yang kaya akan CO dan H2. Hal ini bukan lagi teknologi baru. Gas yang
dihasilkan dari karbonisasi coking coal telah digunakan sebagai penerangan sejak tahun
1792. Proses original yang sama dengan coking ini adalah proses yang mengubah non-
coking coal yang didemonstrasikan pada tahun 1860. Tetapi pada akhirnya tidak dipakai lagi
karena CO merupakan gas beracun lebih beracun dari pada CO2 karena kecepatan CO
mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan dengan CO2. Pada akhir tahun 1880
produksi kimia dari proses gasifikasi didemonstrasikan dalam pembuatan amoniak.
Teknologi ini berkembang sangat cepat ke daerah Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.

Proses gasifkasi telah dikenal sejak abad lalu untuk mengolah batubara, gambut. Atau
kayu menjadi bahan bakar gas yang kini mulai dimanfaatkan. Pada tahun-tahun terakhir ini
terjadi peningkatan harga gas alam, sehingga gasifikasi batu bara merupakan alternatif dan
layak secara ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan Gasifikasi?
 Apa saja tahapan-tahapan dari proses gasifikasi?
 Bagaimana jenis reaktor yang digunakan dalam proses gasifikasi?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

 Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyediaan Energi


 Memperoleh pengetahuan mengenai ProsesGasifikasi dan Teknologi Gasifikasi Batu
Bara

1.4 ManfaatPenulisanMakalah
1. Dapatmengetahuipengertiangasifikasibatubara.
2. Dapatmengetahuiteknologidarigasifikasibatubara.
3. Dapatmengetahuijenis-jenis reaktor gasifikasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gasifikasi

Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti


batubara, minyak bumi maupun biomassa kedalam bentuk karbon monoksida (CO), metana
(CH4), dan Hidrogen (H2) dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur
tinggi dengan jumlah oksigen yang diatur. Pada proses gasifikasi, jumlah udara yang
diperlukan lebih rendah dibandingkan dengan jumlah udara yang dibutuhkan di proses
pembakaran.

Perbedaan gasifikasi dengan pembakaran terletak pada jumlah oksigen yang


digunakan dalam proses serta produk yang dihasilkan. Proses pembakaran menggunakan
oksigen melebihi kebutuhan stoikiometrik dan produk yang dihasilkan berupa energi panas
dan gas yang tidak terbakar. Sementara itu, proses gasifikasi sangat bergantung pada reaksi
kimia yang terjadi pada temperatur diatas 700 0C.

Tujuan dari proses gasifikasi adalah mengubah unsur-unsur pokok dari bahan bakar
yang digunakan kedalam bentuk gas yang lebih mudah dibakar, sehingga hanya menyisakan
abu dan sisa-sisa material yang tidak terbakar (inert).

Perbedaan antara proses Gasifikasi dengan pembakaran

Perbedaan Gasifikasi Pembakaran

Meningkatkan nilai tambah dan


Membangkitkan panas atau
Tujuan kegunaan dari sampah atau material
mendestruksi sampah
dengan nilai rendah

Konversi kimia dan termal Pembakaran sempurna


Jenis Proses menggunakan sedikit oksigen atau menggunakan udara berlebih
tanpa oksigen (oksigen)

Komposisi gas kotor CO2, H2O, SO2, NOx dan


H2, CO, H2S, NH3 dan partikulat
sebelum dibersihkan partikulat
Komposisi gas bersih H2 dan CO CO2 dan H2O

Produk padatan Arang atau kerak (slag) Abu

Temperatur(oC) 700-1500 800-1000

Tekanan Lebih dari 1 atm 1 atm

2.2 Tahapan Proses Gasifikasi

Gasifikasi terdiri dari empat tahapan terpisah: pengeringan, pirolisis, oksidasi/pembakaran


dan reduksi. Keempat tahapan ini terjadi secara alamiah dalam proses pembakaran. Dalam
gasifikasi keempat tahapan ini dilalui secara terpisah sedemikian hingga dapat menginterupsi
“api” dan mempertahankan gas mudah terbakar tersebut dalam bentuk gas serta mengalirkan
produk gasnya ke tempat lain. Salah satu cara untuk mengetahui proses yang berlangsung
pada gasifier jenis ini adalah dengan mengetahui rentang temperatur masing-masing proses,
yaitu:

 Pengeringan: T > 150 °C


 Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 700 °C
 Oksidasi/pembakaran: 700 < T < 1500 °C
 Reduksi: 800 < T < 1000 °C
Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan
proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).

2.2.1 Pengeringan

Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap
dari proses oksidasi.

2.2.2 Pirolisis

Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak
terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang
diserap dari proses oksidasi. Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi
parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai
secara lambat pada T 700 °C. Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi temperatur,
tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada
temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, seperti lignin
pada biomassa dan volatile matters pada batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan
komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic
hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO,
CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang.

2.2.3 Oksidasi (Pembakaran)

Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan bakar
dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi gas
bakar dengan reaksi endotermik. Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi
terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang
dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan
substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang secara
berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang
terjadi pada proses pembakaran adalah:

C + O2 CO2 + 393.77 kJ/mol karbon

Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang terkandung dalam
bahan bakar membentuk kukus. Reaksi yang terjadi adalah:

H2 + ½ O2 H2O + 742 kJ/mol H2

2.2.4 Reduksi (Gasifikasi)

Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh
panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses ini
adalah gas bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan empat reaksi yang
umum telibat pada gasifikasi.

C + H2O H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon

CO2 + C 2CO – 172.58 kJ/mol

CO + H2O CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol

C + 2H2 CH4 + 74.90 kJ/mol karbon


2.3 Teknologi Gasifikasi Batu Bara

Proses gasifikasi batubara adalah salah satu pengolahan batu bara yang bertujuan untuk
mengkonversi secara termo-kimia bahan batubara padat menjadi bahan gas, sehingga mudah
terbakar. Proses gasifikasi pada dasarnya merupakan proses pirolisa pada suhu sekitar 150 –
900°C, diikuti oleh proses oksidasi gas hasil pirolisa pada suhu 900 – 1400 °C, serta proses
reduksi pada suhu 600 – 900 °C. Baik proses pirolisa maupun reduksi yang berlangsung
dalam reaktor gasifikasi terjadi dengan menggunakan panas yang diperoleh dari proses
oksidasi. Gasifikasi batubara berlangsung dalam keadaan kekurangan oksigen. Dengan kata
lain, gasifikasi batubara boleh dipahami sebagai reaksi oksidasi parsial batubara
menghasilkan campuran gas yang masih dapat dioksidasi lebih lanjut (bersifat bahan bakar).
Gasifikasi batubara merupakan proses yang dapat digunakan untuk menghasilkan gas sintetis
(syn-gas) dari bahan bakar padat. Dengan pemanasan dalam gasifier, bahan baku batubara
akan terurai menjadi gas hidrogen, methana, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen,
polutan dan abu. Komponen syn-gas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi
adalah hidrogen, methan dan karbon monoksida.
Teknologi gasifikasi dapat dikelompokkan berdasarkan konfigurasi aliran dari unit
gasifiernya, antara lain :

1. Fixed bed
2. Fluidized bed
3. Entrained flow
4. Molten bath

1. Fixebed
Pada konfigurasi ini, batubara diumpankan dari atas kemudian perlahan-lahan
turun kebawah dan dipanaskan oleh gas panas dari arah bawah. Batubara melewati
zona karbonisasi kemudian zona gasifikasi, akhirnya sampai pada zona pembakaran
pada bagian bawah gasifier tempat reaktan gas diinjeksi. Sistem ini diilustrasikan
pada Gambar 1 berikut ini :
Gambar1.fixed bed gasifier

Reaksi kimia yang terjadi dalam fixed bed gasifier, yaitu :

Gambar 1.1.Reaksikimia yang terjadidalamfixed bed gasifier

Pada proses gasifikasi dengan fixed bed gasifier


Ada 4 zona reaksi yaitu :
1. Zona devolatilisasi
Pada zona ini terjadi penguapan uap air dan zat-zat volatil yang terkandung dalam
batubara.
2. Zona Gasifikasi
Pada zona ini uap air yang dialirkan dan CO2 yang terbentuk dari pembakaran
sempurna bereaksi dengan batubara pada suhu tinggi membentuk gas sintesis yang
terdiri dari CO, H2 dan N2.
3. Zona Pembakaran
Pada zona ini oksigen yang masuk bereaksi dengan sebagian batubara
membentuk CO2 dan H2O yang diperlukan dalam reaksi gasifikasi.
4. Zona abu
Zona ini adalah tempat penampungan abu yang dihasilkan, baik hasil reaksi
pembakaran maupun reaksi gasifikasi.

2. Fluidized bed
Dalam fluidized bed gasifier, reaktor gas digunakan untuk membuat fluidisasi
material batubara. Untuk menghindari sintering dari abu, fluidized bed gasifier
dibatasi beroperasi pada temperatur non-slagging.

Gambar 2.fluidized bed

Batubara dimasukkan dari bagian samping sedangkan oksidannya dari arah


bawah. Oksidan (O2 dan uap) selain berperan sebagai reaktan pada proses, juga
berfungsi sebagai media lapisan mengambang dari batubara yang digasifikasi. Dengan
kondisi penggunaan oksidan yang demikian maka salah satu fungsi tidak akan dapat
maksimal karena harus melengkapi fungsi lainnya atau bersifat komplementer.

3. Entrained flow
Batubara dialirkan kedalam gasifier secara cocurrent atau bersama-sama
dengan agen gasifikasi atau oksidan berupa uap air dan oksigen, bereaksi pada
tekanan atmosfer. Pada entrained gasifier, batubara dihaluskan sampai ukuran kurang
dari 0,1 mm diumpankan dengan reaktan gas ke dalam chamber dimana reaksi
gasifikasi terjadi seperti halnya sistem pembakaran bahan bakar berbentuk serbuk.
Residence time partikel padatan yang singkat dalam sistem fase entrained
memerlukan kondisi operasi dibawah slagging untuk mencapai laju reaksi dan
konversi karbon yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa operasi non-slagging pada
entrained gasifier baik sekali hanya untuk proses hidrogasifikasi.

Gambar 3. Entrained gasifier


4. Molten bath
Molten bath mirip dengan sistem fluidized bed dimana reaksi terjadi dalam
medium yang tercampur merata dari inersia panas tinggi. Temperatur operasi
tergantung pada tipe bath : untuk slag dan molten metal bath diperlukan temperatur
tinggi (1400–1700oC), tetapi temperatur 1000oC dapat digunakan molten salt. Reaktan
gas dapat diinjeksi dari atas seperti jet kemudian berpenetrasi kedalam permukaan
bath, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6, atau dapat diumpankan ke bottom bath
Gambar 4. Molten bath gasifier

Fixed bed gasifier termasuk dalam kategori sistem aliran counter current,
fluidized bed dan molten bath gasifier dapat dianggap sebagai reaktor tanki pengaduk
kontinyu dan entrained gasifier sebagai sistem aliran co-current.
Aliran counter current dalam reaktor fixed bed, pemindahan volatile matter
yang dihasilkan dari gasifier tanpa melewati zona gasifikasi temperatur tinggi atau
zona pembakaran. Karakteristik komposisi produk gas pada fixed bed gasifier yaitu
adanya uap tar (bila digunakan antrasit atau devolatilisasi char/coke sebagai bahan
baku) dan yield metana yang tinggi. Residence time yang paling lama terdapat pada
fixed bed gasifier dimana kecepatan gas dibatasi untuk menghindari semburan serbuk
batubara ke dalam aliran produk gas. Sedangkan residence time terpendek terdapat
dalam entrained gasifier.
Perbedaan residence time padatan diantara tipe gasifier merupakan hal
substansial. Pada fixed bedresidence time padatan biasanya beberapa jam. Sedangkan
pada fluidized bed atau molten bath pada umumnya sekitar 1 jam. Pada fluidized bed,
char yang tidak terkonversi dikumpulkan dan diumpankan ke gasifier lainnya atau ke
pembakar. Sedangkan pada entrained kecuali untuk hidrogasifikasi, umumnya
beroperasi pada temperatur slagging untuk mencapai laju reaksi dan konversi karbon
yang tinggi. Residence time yang pendek pada entrained membuat kontrol pada
kondisi operasi gasifikasi lebih sulit dan perlu adanya kekonsistensian umpan
batubara, merupakan hal yang harus diperhatikan.
2.4 Reaktor Gasifikasi

Reaktor gasifikasi dapat dibagi kedalam 5 jenis, antara lain:

 Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft


Pada reaktor tipe ini, zona pembakaran (sumber panas) terletak di bawah bahan bakar
dan bergerak keatas seperti tampak pada Gambar 2.4.1. Dalam gambar tersebut,
tampak bahwa gas panas yang dihasilkan mengalir keatas melewati bahan bakar yang
belum terbakar sementara bahan bakar akan terus jatuh ke bawah. Kekurangan dari
reaktor ini adalah produksi asap yang berlebihan dalam operasinya.

Gambar 2.4.1 Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft

 Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft


Pada tipe ini sumber panas terletak dibawah bahan bakar seperti tampak pada Gambar
2.4.2. Aliran udara bergerak ke zona gasifikasi di bagian bawah yang menyebabkan
asap pirolisa yang dihasilkan melewati zona gasifikasi yang panas. Hal ini membuat
tar yang terkandung dalam asap terbakar, sehingga gas yang dihasilkan oleh reaktor
ini bersih.
Gambar 2.4.2 Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft

 Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft


Prinsip kerja reaktor jenis ini sama dengan prinsip kerja reaktor gasifikasi downdraft.
Perbedaannya terletak pada arah aliran udara dan zona pembakaran yang dibalik
sehingg bahan bakar berada pada bagian bawah reaktor dengan zona pembakaran
diatasnya.

Gambar 2.4.3 Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft


 Reaktor gasifikasi Tipe Crossdraft
Pada reaktor ini, aliran udara mengalir tegak lurus dengan arah gerak zona
pembakaran. Reaktor ini memungkinkan operasi yang berkesinambungan apabila
memiliki sistem pengeluaran abu yang baik.

 Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed


Berbeda dengan reaktor jenis sebelumnya, pada reaktor gasifikasi tipe ini bahan bakar
bergerak didalam reaktor. Sebuah fan bertekanan tinggi diperlukan untuk
menggerakkan bahan bakar yang sedang digasifikasi. Reaktor gasifikasi tipe ini
sangat cocok untuk keperluan industri karena mahalnya ongkos yang dikeluarkan
untuk sistem seperti ini.
BAB V

PENUTUP

Gasifikasi batubara adalah salah satu pengolahan batu bara yang bertujuan untuk
mengkonversi secara termo-kimia bahan batubara padat menjadi bahan gas.Teknologi
gasifikasi dapat dikelompokkan berdasarkan konfigurasi aliran dari unit gasifiernya.
Konfigurasi yaitu :Fixed bed, Fluidized bed, Entrained flow danMolten bath.

DAFTAR PUSTAKA

 Bilad, M. Roil. 2010. “Teknologi Gasifikasi Biomassa Alternatif Solusi Bahan Bakar
Oven Tembakau Bagian 1” . http://www.sasak.org/universitas-ks/teknologi-tepat-
guna/teknologi-gasifikasi-biomassa-alternatif-solusi-bahan-bakar-oven-tembakau-
bagian-1-konsep-dasar/12-01-2010 [diakses tanggal 31 Oktober 2014]
 Susanto, Prof. Dr. Herri. “Sekilas Teknologi Gasifikasi”. http://esptk.fti.itb.ac.id/herri/
[diakses tanggal 31 Oktober 2014]
 Cahyono, Danan Eko. 2012. “Gasifikasi-Pyrolisis-Pembakaran”.
http://santosorising.blogspot.com/2012/07/gasifikasi-pyrolysis-pembakaran.html
[diakses tanggal 31 Oktober 2014]
 Anonim. “Gasifikasi” http://id.wikipedia.org/wiki/Gasifikasi [diakses tanggal 31
Oktober 2014]

Anda mungkin juga menyukai