Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS AUDIT ENERGI UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI BANGUNAN

MAIN OFFICE PT. KNSS


Muhammad Abdurrob Al Qosam
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana

Jakarta
E-mail: abdurrobalqosam@yahoo.com

ABSTRACT
Pada masa sekarang ini, teknologi semakin berkembang pesat dari waktu ke waktu, menjadikan banyak peralatan-peralatan tambahan dengan besaran daya tertentu yang dapat
menunjang dan mempermudah pekerjaan manusia yang dimana penggunaan daya listrik akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga peran pengguna energi listrik di Indonesia
akan semakin mendominasi dalam biaya operasional suatu sistem. Besarnya peran tersebut mengharuskan untuk menjaga kelestarian dan stabilitas sumber energi supaya manfaat energi
listrik tetap dapat dirasakan di masa depan, mengingat energi listrik merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sehingga perlu adanya langkah strategis atau
inovatif untuk menunjang penyediaan listrik secara optimal dalam menerapkan kebijakan energi nasional.
P audit energi dengan mengacu pada SNI dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Adapun langkah-langkah untuk melakukan audit energi di bangunan perkantoran yaitu: Adudit energi
awal yang mana data-data historis bangunan di audit untuk mengetahui nilai IKE bangunan tersebut. Kemudian dilakukan audit energi rinci setelah diketahui besar IKE awal yang
kemudian dilakukan pengenalan, analisis, dan saran implementasi peluang hemat energi (PHE). Sehingga menghasilkan beberapa rekomendasi guna meningkatkan efisiensi terhadap
pemakaian energi listrik.
Berdasarkan hasil audit energi, diketahui jumlah pemakaian terbesar pada bangunan adalah beban AC dengan jumlah 75 % dari total penggunaan energi listrik. Sedangkan
temperatur sudah sesuai dengan tingkat kenyamanan (SNI), serta pencahayaan yang dinilai masih kurang dari standar SNI. Sehingga perlu dilakukan usaha penghematan dengan
mengurangi pemakaian AC dalam keseluruhan dengan menetapkan temperatur standar ruangan, dan penggantian terhadap unit lampu hemat energi (penghematan daya sebesar 982 Watt)
atau dengan menambahkan unit lampu guna memenuhi tingkat pencahayaan tiap ruangan yang sesuai standar SNI.

Kata Kunci: Audit Energi, Listrik, Intensitas Konsumsi Energi (IKE), Potensi Hemat Energi (PHE), Pencahayaan, dan Pendinginan Ruang.

I. PENDAHULUAN adalah konservasi energi. Konservasi energi adalah peningkatan efisiensi energi yang
digunakan atau proses penghematan energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi

Pada masa sekarang ini dimana teknologi semakin berkembang pesat dari yaitu suatu metode untuk mengitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan,

waktu ke waktu, menjadikan banyak sekali peralatan-peralatan baru yang menunjang serta yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standar yang ada untuk kemudian

mempermudah pekerjaan manusia sehari-hari. Penggunaan daya listrik merupakan unsur dicari solusi penghematan konsumsi energi jika tingkat konsumsi energinya melebihi

penting untuk menunjang berbagai kegiatan, mulai dari cakupan rumah tangga, perhotelan, standar baku yang ada.

perkantoran, hingga industri skala kecil maupun besar. Konservasi energi dalam arti lain berarti menggunakan energi secara efisien

Rata-rata pertumbuhan konsumsi daya listrik di Indonesia mencapai 12.000 dengan tidak menurunkan fungsi energi itu sendiri namun memiliki tingkat ekonomi yang

GWh per tahunnya dan pada akhir tahun 2017 konsumsi daya listrik di Indonesia mencapai rendah, dapat diterima oleh masyarakat serta tidak pula mengganggu lingkungan. Sehingga

232.000 GWh yaitu sekitar 1.000 KWH per Kapita. Sedangkan sumber daya alam yang dengan konservasi energi ini kita menghemat pemakaian listrik dari keketidaktepatan

menjadi bahan baku dalam proses pembangkitan listrik yaitu semakin berkurang, dan tidak penggunaannya, misalnya kita menghemat pemakaian terhadap beban lampu yang sering

menutup kemungkinan akan habisnya sumber daya alam. kali membuang energi pada saat tidak digunakan namun dibiarkan tetap menyala. Banyak

Peran masyarakat sangatlah penting guna mengurangi pemakaian listrik upaya yang dapat dilakukan dalam konservasi energi listrik, upaya tersebut dapat dilakukan

dengan merubah pola konsumtif yang semakin besar menjadi peduli terhadap energi listrik. baik pada sisi penyedia daya listrik ataupun pada sisi pengguna listrik itu sendiri. Pada

Mengurangi membeli barang elektronik yang tidak dibutuhkan dan mengedepankan fungsi skripsi ini, usaha konservasi energi listrik yang dibahas adalah pada sisi pengguna nya

dari peralatan elektronik yang digunakan akan mempengaruhi konsumsi daya listrik di (konsumen) dan salah satu teknik konservasi energi listrik adalah dengan audit energi atau

Indonesia. Penyesuaian dengan tepat pada perumahan dan perkantoran dapat membantu pemeriksaan tingkat penggunaan energi listrik.

mengurangi pemakaian energy.

II. LANDASAN TEORI


2.1 Indeks Konsumsi Energi (IKE)

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan


Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 2009 bagian
untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). IKE
Keempat Pasal 12 tentang Konservasi dalam Pemanfaatan Energi, yaitu upaya sistematis,
merupakan parameter utama yang harus dicari dan ditentukan. IKE adalah besar energi
terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta
yang digunakan suatu bangunan gedung perluas area yang dikondisikan dalam satu bulan
meningkatkan efisiensi dalam penggunaannya. Sehingga pemakaian energi listrik 2
atau satu tahun. Satuan IKE adalah kWH/m per tahun (SNI 03-6196-2000). Kemudian
diharapkan dapat dilakukan efisien dan berdampak baik terhadap perilaku masyarakat
dari nilai IKE yang didapatkan, maka dapat dikembangkan menjadi formulasi dan simulasi
Indonesia yang cenderung boros dan konsumtif menjadi peduli dan sensitif akan
analisis peluang hemat energi (PHE).
pentingnya penghematan energi. Salah satu cara untuk melakukan efisiensi energi listrik

1
IKE kWh total (2.1) c. Pengamatan terhadap prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan
¿
Luas bangunan dalam bangunan tersebut,
d. Survei energi teknis, yaitu meninjau secara sistematis tentang bagaimana en-
ergi yang digunakan. Ini termasuk pemeriksaan fisik bangunan dan peralatan,
Hasil IKE dari audit dibandingkan dengan standar IKE sesuai degan jenis nya seperti pada
yang dapat berkisar dari pemeriksaan visual yang sederhana hingga peneli-
Tabel 1 di bawah:
tian yang sepenuhnya terinstrumentasi, dan
e. Survei energi manajemen, yaitu meninjau manajemen energi dan kriteria
Tabel 1 Target nilai IKE
pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energi.
No Jenis Bangunan Target nilai IKE
2
(kWh/m .tahun)
2.2.2 Audit Energi Rinci
1 Perkantoran 250

2 Mall 450 Audit energi rinci ini dilakukan ketika intensitas konsumsi energi (IKE) bangunan

3 Hotel atau Apartemen 350 melebihi nilai standar nya. Yang dilakukan pada audit energi rinci ini yaitu dengan

(Green Building Council Indonesia, 2011) menggunakan alat ukur yang dipasang untuk menemukan besarnya konsumsi pada masing-
masing sistem, sehingga menghasilkan rekomendasi akan mengerucut kepada cara-cara

2.2 Pengertian Audit Energi untuk dilakukan penghematan energi supaya nilai IKE sama dengan standar atau

Audit energi merupakan suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi seberapa diharapkan dapat lebih kecil dari nilai standar.

efektif dan efisien dari pemakaian energi listrik pada suatu bangunan. Dengan mengetahui Kegiatan audit energi rinci ini yaitu dengan penelitian dan pengukuran konsumsi en-

efisiensifitas dan efektifitas suatu pemakaian energi, maka akan didapat kesimpulan bahwa ergi listrik. Dilakukan ketika nilai IKE lebih besar dari standar nya, sehingga diketahui pro -

tempat tersebut dapat dibilang intensitas konsumsi energi listrik nya cukup atau melebihi fil atau pola konsumsi energi listrik pada bangunan yang lebih spesifik terhadap tiap-tiap

standar pada bangunan tersebut. Sehingga dengan adanya audit energi yang dilakukan yaitu sistem mana saja yang ditemukan cukup besar. Langkah selanjutnya dalam audit energi

diharapkan dapat mengevaluasi pemakaian atau konsumsi energi listrik pada bangunan rinci adalah sebagai berikut:

tersebut serta mencoba untuk mendapatkan peluang-peluang penghematan energi. Terdapat


beberapa tahapan melakukan audit energi yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi Peluang Hemat Energi (PHE)

- Survey data di lapangan serta melakukan pengukuran, Jika nilai IKE melebihi nilai standar, maka terdapat kemungkinan untuk bisa

- Analisis peluang penghematan, dilakukan penghematan pada sisi tertentu, maka dari itu identifikasi peluang hemat energi

- Analisa keuangan, dapat dilakukan. Setelah peluang hemat energi didapatkan, maka langkah selanjutnya

- Implementasi audit, serta adalah menganalisa peluang hemat energi tersebut.

- Evaluasi dan pengembangan.


2. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE)
Jika peluang hemat energi telah teridentifikasi, maka perlu ditindaklanjuti dengan
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau berkala sesuai dengan jadwal yang
analisa peluang hemat energi, yaitu dengan membandingkan potensi perolehan konsumsi
sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan untuk
energi dan biaya yang harus dibayarkan untuk pelaksanaan penghematan energi pada
mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi selama selang
bangunan yang direkomendasikan.
waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat dilakukan.
Pelaksanaan penghematan energi ini tentunya tetap mempertimbangkan kenyamanan dan
(Abdurarachim, 2002). Untuk melakukan audit energi, terdapat tiga konsep audit energi
efisiensi penghuni bangunan. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk bahan
yaitu survey energi, audit energi awal untuk mengetahui Intensitas Konsumsi Energi (IKE).
analisa peluang hemat energi antara lain:
Jika hasil audit energi awal sudah mencukupi, maka jenis audit yang kedua yaitu audit
a. Mengurangi pemakaian energi dengan efektif dan efisien (daya listrik be-
energi rinci tidak perlu dilakukan lagi karena audit energi rinci dilakukan jika nilai
ban dan waktu operasi beban
Intensitas konsumsi Energi (IKE) bangunan melebihi terget nilai IKE yang di standar kan.
b. Memperbaiki kinerja peralatan,
c. Penggunaan sumber energi yang lebih murah dengan tetap memerhatikan
2.2.1 Audit Energi Awal
kualitas nya.

Audit energi awal bertujuan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi penggunaan energi III. METODOLOGI
serta mengidentifikasi peluang penghematan yang mungkin dilakukan. Hasil dari audit Secara garis besar dalam peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran

energi awal ini berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran atau kehilangan energi adalah multimeter, lux meter, kWh meter, clamp meter, humidity logger. Dengan

seperti isolasi yang tidak bagus, ataupun alat ukur yang tidak bekerja serta rekomendasi mengambil tempat yaitu pada area bangunan gedung main office PT. KNSS. Data-data

mengenai perbaikan ringan yang perlu dilakukan. Adapun metode atau langkah audit energi yang digunakan adalah data kuantitatif & data kualitatif.

awal ini antara lain: Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-angka atau data yang dapat

a. Pengumpulan data pemakaian energi, dihitung seperti data pemakaian daya listrik beserta perhitungan pembayarannya, jumlah

b. Pengamatan mengenai kondisi dan penggunaan dari peralatan maupun energi lampu penerangan, dan peralatan listrik lainnya.

listrik dan memeriksa kondisi sistem kelistrikannya. Serta melakukan pen- Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung, data ini termasuk data

dataan terhadap alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi. gambar-gambar mengenai bangunan seperti gambar konstruksi gedung, gambar diagram

2
satu garis kelistrikan gedung untuk mengetahui struktur bangunan serta pola aktivitas pada Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan terhadap kWh untuk area main
masing-masing ruangan dalam gedung. office PT. KNSS, maka diketahui total kWh dalam satu tahun (hasil perhitungan terhadap
Beberapa langkah dilakukan untuk audit energi pada gedung Main Office PT data tercatat dengan teori pendekatan) adalah sebesar 717.462 kWh. Maka perhitungan
Krakatau Nippon Steel Sumikin dengan mengacu pada standarisasi SNI-03-6196-2000 jumlah IKE seperti di bawah ini:
tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung sesuai penjelasan pada Bab II 717.462
IKE= =230 kWh/m2. tahun
tentang audit energi. 3.116
IV. HASIL DAN ANALISA
4.1 Hasil Audit Energi Awal Dari perbandingan jumlah IKE pada audit energi awal dan audit energi akhir didapat nilai
yang hamper sama. Artinya, data historis bangunan yang ada adalah benar atau sesuai
Pemakaian energi di area main office PT. KNSS dengan penggunaan energi dengan hasil pengukuran dan pencatatan.
terbesar adalah penggunaan energi listrik (64,28 %), dan diikuti dengan penggunaan air 4.2.2 Peluang Hemat Energi (PHE)
(34,53 %), kemudian penggunaan bahan bakar solar (1,19 %).

Berdasarkan penjelasan pada perhitungan dan analisa di atas, maka dapat


Tabel 2 Prosentase pemakaian energi diketahui beberapa hal mengenai peluang hemat energi dari data pengamatan, pengukuran
Prosentase maupun perhitungan tingkat konsumsi energi tiap unit beban pada area bangunan main
Energi Total biaya/tahun (Rp)
(%) office PT. KNSS.

Listrik Rp 620.895.260 64,28 A. PHE Beban Pencahayaan

Solar Rp 11.450.000 1,19


Suatu sistem pencahayaan yang bagus yaitu dapat dilihat dari aspek kualitas,
Air Rp 333.536.380 34,53
aspek kuantitas, dan aspek efisiensi konsumsi energi listrik nya. Maka dari itu, ada
Total Rp 965.881.640 100 beberapa langkah untuk mengetahui banyaknya lampu di suatu ruangan serta penempatan
Menilai dari pemakaian terbesar adalah energi listrik, maka untuk titik lampunya. Hal tersebut akan berguna untuk mencapai aspek-aspek pencahayaan yang
pembahasan audit energi akan diprioritaskan pada energi listrik. Sehingga analisa sesuai (mengacu pada standarisasi tingkat pencahayaan SNI 03-6197-2011 untuk tingkat
penghematan energi yang didapatkan dari audit energi ini akan berguna bagi pihak pencahayaan dan SNI 03-6575-2001 untuk daya pencahayaan maksimum per jenis
manajemen PT. Krakatau Nippon Steel Sumikin untuk melakukan penghematan terhadap ruangan).
pemakaian energi listrik sehingga menjadi perusahaan hemat energi. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengetahui jenis armatur
Dari data konsumsi energi listrik serta luasan bangunan, maka dapat dihitung lampu yang dapat secara efektif menerangi suatu ruangan. Armatur ini merupakan rumah
besarnya intensitas konsumsi energi di main office PT. KNSS dalam periode pengambilan lampu yang berfungsi mengendalikan cahaya yang dipancarkan lampu, yaitu dengan
data bulan April 2017 sampai April 2018. Adapun perhitungan IKE adalah sebagai berikut: persamaan sebagai berikut:
(sumber: SNI 03-6196-2000, 2000)

Ftotal = ExA (4.1)


710.750 ¿ 228,1 kWh . tahun K p x Kd
IKE= 2
3.116 m
Ntotal = F total (4.2)

F1 x N
Standar pemakaian energi pada gedung atau bangunan perkantoran adalah
2
250 kWh/m .tahun (Green Building Council Indonesia, 2011). Maka dapat dilihat bahwa
dimana:
nilai IKE di area main office PT.KNSS, masuk dalam kategori efisien.
Ftotal = Fluks luminous total (lumen)
4.2 Hasil Audit Energi Rinci
Ntotal = Jumlah lampu yang dibutuhkan
Usaha audit energi rinci perlu dilakukan untuk menilai tingkat efektifitas dan
E = Tingkat pencahayaan (lux)
efisiensi dalam tiap-tiap ruangan yang ada di area bangunan main office PT. KNSS. Selain 2
A = Luas bidang kerja (m )
itu untuk mendapatkan besar IKE akhir yang lebih kecil dari besar IKE awal. Sehingga
Kp = koefisien penggunaan (0,84)
hasil audit energi ini dapat dijadikan saran untuk pihak manajemen untuk setidaknya sudah
Kd = koefisien penyusutan (0,8)
menjalankan peran sebagai perusahaan hemat energi.
F1 = Fluks luminous satu lampu (lumen)
N = Jumlah lampu dalam satu armatur
4.2.1 Pengukuran, Perhitungan, dan Pengamatan

Kemudian untuk mengetahui daya listrik yang dibutuhkan dalam penggunaan


Pengukuran yang dilakukan mencakup beberapa titik pengukuran, yaitu
lampu harus terlebih dahulu diketahui berapa jumlah lampu yang diperlukan, yaitu dengan
pengukuran arus (A), pengukuran dan pencatatan total daya listrik terpakai (kWh),
persamaan sebagai berikut:
sehingga dari data pengukuran tersebut dapat diitung jumlah IKE pada audit energi rinci.
Total arus mengalir pada beban pencahayaan dan beban unit AC adalah 338
Nlampu = N armatur x N (4.4)
A, dengan arus pada AC sebesar 254,6 A dan arus pada pencahayaan sebesar 83,4 A.
Sehignga dapat diketahui konsumsi energi listrik terbesar yaitu pada beban unit AC.

3
Wtotal = N lampu x W 1 (4.5) Gedung Ruangan Jenis Lampu
Aktual Rekomendasi
Unit Rekomendasi Saran Tambahan
Lux
Lampu Kebutuhan Lampu Lampu

dimana: Technical & QC Staff TL-D 2x36 22 15 -7


310
Room
Essential 2x18 8 14 6
Nlampu = Jumlah lampu
Essential 1x18 7 12 5
Lobby & Corridor 200
Narmatur = Jumlah armatur Essential 2x18 19 12 -7
Receptionist Essential 1x18 4 210 13 9
Wtotal = Daya total yang dibutuhkan (Watt) Pantry Essential 1x18 2 150 3 1
Toilet Essential 1x18 9 100 5 -4
W1 = Daya tiap lampu (Watt)
TL-D 2x36 2 1 -1
Central Filing Room 180

Main Office Lantai Dasar


Essential 1x18 4 4 0
Terdapat beberapa gabungan jenis lampu dalam satu ruangan, sehingga Staff Locker Room
Essential 2x18 6 110 3 -3
(Men)
jumlah kebutuhan lampu masing-masing harus disesuaikan, untuk mengetahui jumlah Staff Locker Room
Essential 2x18 3 110 2 -1
(Women)
masing-masing lampu yang berbeda dalam satu ruangan, yaitu dengan persamaan sebagai
Essential 1x18 4 14 10
Prayer Room 400
berikut: Essential 2x18 4 7 3
TL-D 2x36 4 2 -2
Meeting Room 101 290
Essential 1x18 8 14 6
Ntotal F (4.6) TL-D 2x36 2 1 -1
¿ total ×%N lampu
Meeting Room 102 260
Essential 1x18 4 7 3

F1× N Meeting Room 103


TL-D 2x36
Essential 1x18
2
4
370
1
9
-1
5
TL-D 2x36 2 1 -1
Meeting Room 104 295
Essential 1x18 2 4 2
%Nlampu N ×100 % (4.7) TL-D 2x36 2 1 -1
¿ lampu 1 Meeting Room 105
Essential 1x18 2
295
4 2
N lampu Medical Room Essential 2x18 6 225 3 -3
HR, Admin, Finance TL-D 2x36 25 13 -12
300
Staff Room
Essential 2x18 24 30 6
dimana: Essential 1x18 6 8 2
Lobby & Corridor 213
Essential 2x18 34 22 -12
%Nlampu = Persentase jumlah lampu dalam satu
Pantry Essential 1x18 2 195 3 1
ruangan Toilet Essential 1x18 11 120 7 -4
Main Office Lantai 1

TL-D 2x36 2 2 0
Nlampu1 = Jumlah lampu per jenis aktual Central Filing Room 250
Essential 1x18 4 3 -1
Sehingga, kebutuhan lampu yang sesuai pada tiap ruangan dapat diketahui dan TL-D 2x36 2 1 -1
Meeting Room 201 270
Essential 1x18 4 7 3
kemudian dibandingkan total konsumsi energi untuk pencahayaan pada kondisi actual
TL-D 2x36 2 1 -1
Meeting Room 202 300
dengan hasil perhitungan kebutuhan lampu yang sesuai (direkomendasikan). Essential 1x18 2 5 3
TL-D 2x36 2 1 -1
Meeting Room 203 315
Essential 1x18 4 8 4
TL-D 2x36 2 1 -1
Tabel 3 Tabel Kebutuhan Lampu Meeting Room 204 300
Essential 1x18 4 8 4
Meeting Room 205 Essential 2x18 20 350 18 -2
IT Staff & Server
TL-D 2x36 12 310 8 -4
Room
Work room TL-D 2x36 30 310 24 -6
Maintenance

TL-D 2x36 4 4 0
Meeting Room CO1 350
Office

Essential 1x18 6 13 7
TL-D 2x36 4 3 -1
Meeting Room CO2 300
Essential 1x18 6 11 5
Ruang Sholat Essential 2x18 28 107,5 18 -10
Essential 1x18 2 2 0
Ruang Imam 125
Essential 2x18 2 2 0
Masjid

Tempat Wudlu Pria Essential 2x18 4 29,5 1 -3


Tempat Wudlu
Essential 2x18 4 50,5 1 -3
Wanita
TL-D 2x36 9 14 5
Tempat Makan 210
Essential 2x18 5 19 14
Dapur TL-D 2x36 6 350 6 0
Ruang Makan

Penyimpanan bahan
TL-D 2x36 2 280 2 0
makanan
TL-D 2x36 1 1 0
Kantor 200
Essential 1x18 2 2 0
Ruang Loker Essential 2x18 3 110 1 -2

Dari Tabel 3 di atas area bangunan main office PT. KNSS memiliki potensi
untuk dilakukan penghematan energi pada beban pencahayaan, diantaranya:
a. Melakukan sosialisasi kepada karyawan akan pentingnya dilakukan
penghematan energi serta keuntungan dan kerugian bila kita melakukan
usaha-usaha penghematan.
b. Memaksimalkan sumber cahaya alami pada siang hari yaitu dengan
membuka gorden pada jendela-jendela tiap ruangan untuk meminimalisasi
penggunaan lampu di siang hari. Pemanfaatan cahaya matahari dapat
dilakukan pada rentang waktu dari pukul 08:00 pagi sampai pukul 16:00
sore.

4
AC Terpasang
c. Menambahkan saklar gantung untuk masing-masing unit lampu guna Rekomendasi Saran Tambahan
Gedung Ruangan
Total PK Besar PK AC PK AC
memperkecil konsumsi listrik lampu jika satu saklar keseluruhan/sebagian
lampu. Technical & QC Staff 12 13 1
Room
d. Menjadikan gedung hemat energi dengan suatu sistem otomasi, seperti sensor 2 1 -1

Main Office Lantai Dasar


pendeteksi orang pada ruangan meeting, kamar mandi, ruang tunggu, dan
Lobby & Corridor 6 9 3
Receptionist 3 3 0
ruangan-ruangan yang sesekali digunakan. Central Filing Room 2 1 -1
e. Penggantian jenis lampu TLD/Downlight ke jenis lampu yang lebih hemat Prayer Room 3 3 0
Meeting Room 101 3 3 0
energi yaitu lampu LED. Meeting Room 102 2 1 -1
f. Rekomendasi penggantian unit lampu ini dapat dilakukan di seluruh ruangan Meeting Room 103 2 1 -1
Meeting Room 104 2 1 -1
yang ada supaya mengurangi total konsumsi energi listrik untuk beban
Meeting Room 105 2 1 -1
pencahayaan. Medical Room 2 1 -1

B. PHE Beban AC HR, Admin, Finance 12 13 1


Staff Room
6 4 -2

Main Office Lantai 1


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penggunaan unit AC pada tiap-tiap Lobby & Corridor 3 9 6
Central Filing Room 2 1 -1
ruangan, bahwa terdapat ruangan dengan tingkat kelembapan yang berada di bawah
Meeting Room 201 2 1 -1
standart SNI. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi ruangan yang secara fungsi Meeting Room 202 2 1 -1
Meeting Room 203 2 1 -1
berkelembapan tinggi (contohnya pada ruangan dapur dengan nilai 66%, atau hal tersebut
Meeting Room 204 2 1 -1
diakibatkan kelalaian karyawan yang kurang memerhatikan kondisi pintu yang dibiarkan Meeting Room 205 4 4 0
terbuka. Sedangkan tingkat temperatur sudah sesuai standart SNI, namun sering terjadi Server Room 12 3 -9
IT Staff Room 4 3 -1
penyetelan temperatur yang berlebihan sehingga berakibat pada menurunnya performa AC. 16 15 -1
Maintenanc

Work room
e Office

Selain itu, penggunaan unit AC harus sesuai dengan luas ruangan supaya tidak terjadi 1,5 1 -0,5
Meeting Room CO1 4 3 -1
pemborosan penggunaan unit AC.
Meeting Room CO2 4 3 -1
Untuk memilih AC yang sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien, Ruang Sholat 16 18 2
Masjid

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dari faktor luas ruangan, ukuran dan Ruang Imam 2 1 -1
Ruang Takmir 1 1 0
posisi jendela, jumlah orang dalam ruangan, jumlah beban dan jumlah lampu yang Tempat Makan 14 13 -1
Ruang Makan

terpasang dalam ruangan. Selain itu daya listrik AC yang akan dipasang supaya tetap hemat Dapur 6 4 -2
Penyimpanan bahan
energi, serta PK kompresor nya. Sehingga, untuk mengetahui kebutuhan AC yang sesuai 2 1 -1
makanan
dapat dihitung dengan persaman di bawah ini: Kantor 2 1 -1

Dari Tabel 4 di atas area bangunan main office PT. KNSS memiliki potensi
NPK-AC = T (4.8)
P x Lx x 0,06 untuk dilakukan penghematan energi pada beban unit AC, diantaranya:
3 a. Potensi pemborosan sangat jelas diketahui dari jumlah konsumsi unit AC
pada tiap ruangan yang dimana menggunakannya secara berlebihan. Untuk
dimana: mencegahnya yaitu cara penggunaan AC pada ruangan dengan mematikan
NPK-AC = Jumlah PK AC yang sesuai sebagian AC supaya konsumsi menjadi lebih rendah. Karena pada dasarnya
P = Panjang ruangan (m) setelah dilakukan survei lapangan bahwa dengan menggunakan setengah unit
L = Lebar ruangan (m) AC dari total jumlah AC pada suatu ruangan sudah mencukupi kebutuhan
T = Tinggi ruangan (m) temperatur ruangan yang nyaman.
b. Pengurangan unit AC diperlukan atau dengan menmatikan beberapa unit AC
Dari persamaan di atas, maka hasil perhitungan kebutuhan PK dari AC pada
pada ruangan yang direkomendasikan untuk mengurangi jumlah PK AC nya.
tiap ruangan sebagaimana di jelaskan pada Tabel 4 bahwa hal tersebut dilakukan untuk
c. Penyetelan temperatur ruangan sebaiknya di serahkan kepada petugas office
mengetahui potensi pemborosan yang terjadi pada kolom rekomendasi dan dibandingkan
boy atau karyawan khusus yang menangani kestabilan energi (energy
dengan penggunaan nya secara aktual yang ada di lapangan.
security) untuk menyiapkan dan mengatur temperatur ruangan sehingga pada
penggunaannya dapat di kontrol dan akan berpengaruh terhadap penghematan
Tabel 4 Tabel Kebutuhan AC
energi.
d. Pembersihan tiap-tiap komponen dari unit AC secara berkala sehingga dapat
bekerja dengan optimal.

V. PENUTUP
1. Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) untuk area bangunan main office PT.
2 2
KNSS adalah 228,1 kWh/m .tahun (standar IKE perkantoran 250 kWh/m .tahun)
yaitu masih dalam kategori efisien.
2. Hasil pengukuran konsumsi listrik adalah 2318,57 kWh per hari, 115.326 kWh per
bulan dan 717.462 kWh per tahun. Sehingga nilai IKE hasil perhitungan pada audit
2
energi rinci adalah sebesar 230 kWh/m .tahun.

5
3. Penggunaan listrik di main office PT. KNSS terbilang kurang efektif pada beban
pencahayaan (232,45 lux pencahayaan rata-rata), dimana standar nya adalah 350
lux untuk perkantoran. Hal tersebut dapat diukur juga dari nilai jumlah daya per
2 2
luas ruang yaitu dalam jangka 6-10 Watt/m dari standar nya 15 Watt/m sehingga
tingkat kenyamanan berkurang.
4. Penggunaan energi pada beban AC terbilang boros, karena jumlah terpasang
dengan yang dibutuhkan berlebih sehingga dibutuhkan pengurangan atau
mematikan beberapa unit AC pada ruangan yang memiliki kelebihan jumlah PK
AC dari yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Agung dan Dadang, 2017. “Analisis Audit Energi Untuk Pencapaian
Efisiensi Energi Di Gedung AB, Kabupaten Tangerang, Banten “,
Jurnal Teknik Mesin, Vol.9.
[2]. Badan Standard Nasional. (2000). SNI-03-6197-2000: Konservasi energi
pada sistem pencahayaan. Jakarta: Author.
[3]. Badan Standard Nasional. (2000). SNI-03-6196-2000: Prosedur Audit Energi
pada Bangunan Gedung. Jakarta: Author.
[4]. Badan Standard Nasional. (2000). SNI-03-6390-2000: Konservasi energi
sistem tata udara pada bangunan gedung. Jakarta: Author.
[5]. Badan Standard Nasional. (2001). SNI-03-6572-2001: Tata Cara
Perancangan Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung.
Jakarta: Author.
[6]. Badan Standard Nasional. (2001). SNI-03-6575-2001: Tata Cara
Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Gedung. Jakarta: Author.
[7]. Daeng, 2012. “Evaluasi IKE Listrik Melalui Audit Awal Energi Listrik di
Kampus Polines”, ISSN: 2252-4908, Vol. 1 No. 1.
[8]. Daru, Gardina. Analisis Pemborosan Konsumsi Energi Listrik pada Gedung
Kelas Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Skripsi, Program
Sarjana Tenik Elektro UI, Depok, 2012.
[9]. Dirjen Ketenagalistrikan Keemntrian Energi & SDM. (2017). Statistik
ketenagalistrikan 2016. Jakarta: Author.
[10]. Green Building Council Indonesia (2012). Greenship untuk Gedung Baru
Versi 1.1, Versi 1.2: Ringkasan Kriteria dan Tolok Ukur. Jakarta:
Author.
[11]. Kementrian Perindustrian, 2011. Pedoman Teknis Audit Energi: Audit Energi
dalam Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 di
Sektor Industri (Fase 1). Jakarta: Kementrian Perindustrian.
[12]. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (2016). Nomor 28
Tahun 2016: Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT. PLN.
Menteri Energi dan SDM RI.
[13]. Peraturan Pemerintah RI (2014). Nomor 79 Tahun 2014: Kebijakan Energi
Nasional. Presiden RI.
[14]. Rianto, Agus. Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi
Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere
Semarang. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik Elektro UNNES,
Semarang, 2007.
[15]. Wahyudi, Agung. 2017. “Analisis Perbandingan Efisiensi Energi pada
Gedung P Kabupaten Tangerang dan Gedung Tower UMB Jakarta”.
Jurnal Teknik Mesin, Vol.06, No. 3.

Anda mungkin juga menyukai