Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi
kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun
dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan penerangan dan proses produksi yang melibatkan
barang-barang elektronik dan alat-alat/mesin industri. Mengingat begitu besar
dan pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit
listrik terutama yang berasal dari sumber daya yang masih terbatas, maka
untuk menjaga sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah tepat
yang dapat menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan
terjangkau, upaya nyata dalam mengatasi masalah energi listrik adalah
penghematan energi listrik.
Sebagai upaya nyata dari proses penghematan energi listrik adalah
manajemen energi dan salah satu diantaranya adalah audit energi. Sama
halnya konsumsi energi listrik di gedung PT. PENERBIT ERLANGGA,
dianggap mempunyai konstribusi yang cukup besar dalam pembayaran
tagihan listrik, sehingga diperlukan audit energi sebagai upaya dalam
penghematan energi listrik.
Biaya tagihan listrik di gedung PT. PENERBIT ERLANGGA adalah
sekitar Rp 91.200.000,- per tahun atau sekitar Rp 7.800.000,- per bulannya,
sehingga perlu dilakukan pengamatan kembali terhadap intensitas konsumsi
energi listrik dari data historis pemakaian energi gedung terebut apakah masih
hemat dan efisien atau belum.
Efisensi energi di gedung PT. PENERBIT ERLANGGA bisa
ditingkatkan jika semua rekomendasi peluang peningkatan efisiensi yang
diperoleh dari hasil audit energi dilaksanakan dan diawasi secara menyeluruh
dan teliti, dengan dilaksanakan audit energi ini bisa menurunan biaya tagihan
listrik ditahun berikutnya dan sumber daya energi listrik menjadi tidak
terbatas, maka penulis menyusun proposal ini dengan judul ANALISIS

AUDIT

ENERGI

SEBAGAI

UPAYA

PENINGKATAN

EFISIENSI

PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG PT.


PENERBIT ERLANGGA).
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana historis penggunaan energi listrik pada gedung PT.
PENERBIT ERLANGGA?
b. Bagaimana upaya penghematan biaya energi tanpa mengurangi
tingkat kenyamanan pada gedung PT. PENERBIT ERLANGGA?
c. Bagaimana upaya mengefisiensikan penggunaan energi listrik pada
gedung PT. PENERBIT ERLANGGA?
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk melakukan audit energi yang
diharapkan:
a. Dapat diketahui besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada
gedung PT. PENERBIT ERLANGGA.
b. Dapat mencegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat
kenyamanan gedung yang berarti pula penghematan biaya energi.
c. Dapat mencari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan
efisiensi penggunaan energi.
1.5. Manfaat Penelitian
Melalui proposal yang berjudul ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK
(APLIKASI PADA GEDUNG PT. PENERBIT ERLANGGA) penulis
mengharapkan beberapa manfaat yang dapat berguna. Manfaat yang
diharapakan penulis antaralain:
a. Memberikan informasi mengenai cara audit energi bagi lembaga
terkait pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
b. Menjadi acuan bagi lembaga yang bersangkutan

untuk

mempertahankan penggunaan energi yang efisien.


c. Dapat menjadi sumber data dan informasi bagi lembaga terkait.
d. Sebagai media pembelajaran bagi penulis selama masa pendidikan.
e. Sebagai wujud bakti pengabdian kepada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Energi Listrik dan Daya Listrik
2.1.1. Energi listrik

Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan


listrik/energi yang tersimpan dalam arus listrik dengan satuan Amper (A)
dan tegangan listrik dengan satuan Volt (V) dengan ketentuan kebutuhan
konsumsi daya listrik dengan satuan Watt (W) untuk menggerakkan motor,
lampu penerangan, memanaskan, mendinginkan atau menggerakkan
kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan bentuk energi yang
lain.
Energi yang dihasilkan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti
air, minyak, batu bara, angin, panas bumi, nuklir, matahari, dan lainnya.
Energi ini besarnya dari beberapa Joule sampai ribuan hingga jutaan Joule.
2.1.2. Daya listrik
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam
rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan
banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik
menimbulkan kerja. Peranti mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai
bentuk yang berguna, seperti panas (seperti pada pemanas listrik), cahaya
(seperti pada bola lampu), energi kinetik (motor listrik), dan suara
(loudspeaker). Listrik dapat diperoleh dari pembangkit listrik atau
penyimpan energi seperti baterai.
2.2. Manajemen Energi
Manajemen energi adalah suatu penerapan ilmu manajemen di bidang
energi untuk meningkatkan efektifitas pemakaian energi oleh manusia
maupun oleh perusahaan industri.
Sistem manajemen energi dimulai dari sistem pengolahan energi hingga
pemakaian energi tersebut. Dalam sistem pengolahan energi manusia harus
bisa mengolah suatu energi primer menjadi bentuk energi lain tanpa harus
mengorbankan energi lain, sehingga dari pengolahan tersebut dapat
dihasilkan beberapa macam bentuk energi yang berdaya guna untuk manusia

maupun untuk kepentingan industri. Dalam sistem pendistribusian energi juga


harus dituntuk dengan manajemen energi, sehingga biaya yang diperlukan
sedikit/hemat dan energi yang didistribusikan utuh sampai ditempat tujuan.
Dalam pemanfaatan/penggunaan energi ilmu manajemen energi dapat
diterapakan supaya dalam penggunaan energi tidak berlebihan dan dapat
seminimal mungkin, sehingga diperoleh keuntungan yang besar. Selain itu
upaya pengelolaan energi tersebut agar tidak mencemari/merusak lingkungan
sekitar.
2.3. Konservasi Energi
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi
jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan
penggunaan energi secara efisien di mana manfaat yang sama diperoleh
dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi
konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat
menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan,
keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasiorganisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan
penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat
meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan
energi.
Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan
energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan
energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi
akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan
dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi.
Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam
memilih metode produksi energi. Selain itu, dengan mengurangi emisi,
penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah atau
mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan
5

digantinya sumber-sumber tak dapat diperbaharui dengan sumber-sumber


yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara paling
ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang
lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.

2.4. Pengertian Audit Energi


Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya
konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk
penghematannya. Tujuan suatu audit adlah untuk mengungkapkan peluangpeluang yang ada bagi penghematan energi atau ECO (Energy Conservation
Opportunities), yang kemudian dianalisa untuk menentukan ECO mana saja
yang diikutsertakan dalam penghematan penggunaan energi.
Beberapa isitilah yang digunakan dalam pelaksanaan audit energi pada
bangunan gedung, diantaranya:
a. Konsumsi energi bangunan adalah besarnya energy yang dibangunkan
oleh bangunan gedung dalam periode waktu tertentu dan merupakan
perkalian antara daya terpakai dan waktu pemakaian. Secara teoritis
dapat dijabarkan dalam persamaan berikut:
K e = Dt x W p
(2.1)
Dimana :
K e = Konsumsi daya energi bangunan pada gedung (kWh)
Dt

= Daya terpakai pada bangunan gedung (kW)

W p = Waktu pemakaian (jam)


b. Intensitas konsumsi energi bangunan gedung adalah pembagian antara
konsumsi energi bangunan gedung dengan satuan luas total bangunan
gedung. Secara teoritis dapat dijabarkan dalam persamaan berikut:
Ke
IKE = Lb
(2.2)
Dimana:
6

IKE = Intensitas konsumsi energy bangunan gedung (kWh/m)


K e = Konsumsi energi bangunan gedung (kWh)
Lb

= Luas total bangunan gedung (m)

Sebagai target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik


Indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh
ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan
dengan rincian sebagai berikut:
IKE untuk perkantoran (komersial)
: 240 kWh/ m per tahun
IKE untuk pusat belanja
: 330 kWh/ m per tahun
IKE untuk hotel/apartemen
: 300 kWh/ m per tahun
IKE untuk rumah sakit
: 380 kWh/ m per tahun
c. Biaya energi listrik bangunan gedung merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh suatu bangunan yang berkaitan dengan besarnya
konsumsi energi listrik yang digunakan dalam periode waktu tertentu,
yang dinyatakan dalam persamaan:
B
Be
= Ke
(2.3)
Dimana:
B e = Biaya energi listrik bangunan gedung (Rp/kWh)
B

= Biaya yang dikeluarkan oleh suatu bangunan gedung (Rp)

K e = Konsumsi energi bangunan gedung (kWh)

2.5. Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung


2.5.1. Audit energi awal
Kegiatan yang dilakukan pada saat audit energi awal adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan penyusunan data energi bangunan gedung.
Data-data tersebut antara lain:
a. Dokumentasi bangunan terdiri dari:
Denah bangunan gedung.

Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.

Kurva satu garis listrik

b. Pembayaran rekening listrik bulanan


c. Tingkat hunian bangunan (occupancy rate)
2. Menghitung besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) Gedung.
2.5.2. Audit energi rinci
Audit energi rinci dilakukan bila nilai IKE lebih besar dari nilai
target yang ditentukan. Jika dari hasil perhitungan IKE ternyata sama atau
lebih kecil dari pada IKE yang ditargetkan, audit energi rinci masih dapat
dilakukan untuk memperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Kegiatan yang
dilakukan dalam audit energi rinci adalah:
1. Penelitian Konsumsi Energi
2. Pengukuran Energi
3. Identifikasi Peluang Hemat Energi
4. Analisis Peluang Hemat Energi.
2.6 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik dan Standar
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik adalah pembagian antara
konsumsi energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas
bangunan gedung.
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya
di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu
bangunan gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan berAC dan bangunan tidak ber-AC.
Tabel 1. IKE Bangunan Gedung Tidak ber-AC
Kriteria
Efisien
(0,84-1,67)
kWh/ m per bulan

Keterangan
a) Pengelolaan gedung dan peralatan energi
dilakukan dengan prinsip konversi energi
listrik
b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan
sesuai dengan prosedur
c) Efisiensi penggunaan

energi

masih

mungkin ditingkatkan melalui penerapan


sistem manajemen energi terpadu
8

a) Penggunaan energi cukup efisien namun


Cukup Efisien
(1,67-2,5)
kWh/ m per bulan

masih memiliki peluang konservasi energi


b) Perbaikan efisien melalui pemeliharaan
bangunan dan peralatan energi masih
dimungkinkan
a) Audit energi

Boros
(2,5-3,34)
kWh/ m per bulan

perlu

dilakukan

untuk

menentukan langkah-langkah perbaikan


sehingga

pemborosan

energi

dapat

dihindari
b) Desain bangunan maupun pemeliharaan
dan

pengoperasian

gedung

belum

mempertimbangkan konservasi energi


a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian
Sangat Boros
(3,34-4,17)
kWh/ m per bulan

dan pemeliharaan tidak mengacu pada


penghematan energi
b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas
semua

instalasi/peralatan

penerapan

manajemen

energi
energi

serta
dalam

pengelolaan bangunan
c) Audit energi adalah langkah awal yang
perlu dilakukan

Tabel 2. Kriteria IKE Bangunan Gedung ber-AC


Kriteria
Sangat Efisien

Keterangan
a) Desain gedung sesuai standar tata cara

(4,17-7,92)

perencanaan teknis konservasi energi


b) Pengoperasian peralatan energi dilakukan

kWh/ m per bulan

dengan prinsip-prinsip manajemen energi


a) Pemeliharaan gedung dan peralatan energi
dilakukan sesuai prosedur
Efisien

b)

Efisiensi

penggunaan

energi

masih

(7,93-12,08)
kWh/ m per bulan

mungkin ditingkatkan melalui penerapan


sistem manajemen energi terpadu
a) Penggunaan energi cukup efisien melalui
pemeliharaan bangunan dan peralatan

Cukup Efisien
(12,08-14,58)
kWh/ m per bulan

energi masih memungkinkan


b) Pengoperasian dan pemeliharaan gedung
belum

mempertimbangkan

prinsip

konservasi energi
a) Audit energi perlu dipertimbangkan untuk
Agak Boros
(14.58-19,17)
kWh/ m per bulan

menentukan

perbaikan

efisiensi

yang

mungkin dilakukan
b) Desain bangunan maupun pemeliharaan
dan

pengoperasian

gedung

belum

mempertimbangkan konservasi energi


a) Audit energi perlu dipertimbangkan untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan
Boros

sehingga

(19,17-23,75)

dihindari

kWh/ m per bulan

pemborosan

b) Instalasi

energi

peralatan

dan

dapat
desain

pengopeasian dan pemeliharaan tidak


mengacu pada penhematan energi
a) Agar ditinjau ulang atas

semua

Sangat Boros

instalasi/peralatan energi serta penerapan

(23,75-37,5)

managemen

kWh/ m per bulan

energi

dalam

pengelolan

bangunan
b) Audit energi adalah langkah awal yang
perlu dilakukan

2.7.

Faktor Daya
Faktor daya adalah suatu perbandingan antara daya aktif (P) dan daya
komplek (S), atau umumnya faktor daya disebut juga cos

Secara teoritis

factor daya dapat dinyatakan dengan persamaan:


10

Cos =

P
S

PLN mempunyai ketentuan bahwa minimal factor daya pada bangunan


gedung sebesar 0.85, jika dibawah angka tersebut maka dikenakan denda
kVAr. Pada pemakaian arus bolak balik (AC) terjadi pergeseran fasa antara
tegangan dan arus, namun terkadang pergeseran fasa tersebut sama dengan
nol, yaitu apabila beban bersifat resistif misalnya lampu pijar. Beban listrik
yang banyak digunakan pada bangunan gedung umumnya beban yang bersifat
induktif misalnya motor-motor listrik, lampu TL dan sebagainya, yang
mengakibatkan tegangan dan arus tidak sefasa seperti pada gambar dibawah.
I Cos
V

I Sin

I
Gambar 2.1. Tegangan dan arus pada beban induktif

Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa arus yang menghasilkan energi
adalah I Cos , dengan demikian semakin besar sudut semakin kecil nilai
Cos , akibatnya I Cos akan semakin kecil dibandingkan dengan I dan ini
merupakan suatu kerugian. Berdasarkan pada hubungan segitiga daya bahwa
dari PLN (kVA) terdiri atas dua komponen, yaitu:
a. Komponen daya nyata (P) yang dihasilkan daya terpakai Watt (W)
b. Komponen daya reaktif (Q) yang tidak menghasilkan daya terpakai
Volt Ampere reaktif (VAr)
Faktor daya (Cos ) yang rendah mengakibatkan beberapa kerugian,
a.
b.
c.
d.
e.

berupa:
Meningkatkan rugi-rugi hantar (FR)
Kapasitas daya kompleks (S) terpasang terbuang percuma (kVA)
Dikenai denda biaya faktor daya (kVAr)
Biaya pemeliharaan alat meningkat
Biaya listrik meningkat.
Oleh karena itu nilai faktor daya (Cos ) yang rendah perlu diperbaiki

dengan menggunakan atau memasang kapasitor yang dipasang paralel dengan


beban. Hal ini penting karena merupakan salah satu faktor dalam upaya
penghematan energi listrik.

11

2.8.

Audit Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung


Kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan

sangat

mempengaruhi kenyamanan penghuni yang berada diruangan tersebut. Rasa


nyaman dapat diperoleh apabila suhu ruangan berkisar antara 24oC26oC dan
dengan kelembaban udara antara 5070%, untuk mencapai kondisi yang
diinginkan tersebut maka digunakan peralatan penyejuk udara misalnya kipas
angin dan air conditioning (AC). Audit energi sistem tata udara bertujuan
untuk mengetahui kondisi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan dan
mengetahui efisiensi penggunaan peralatan penyejuk udara.

2.9.

Audit Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung


Audit energi sistem pencahayaan bertujuan untuk mengetahui tingkat
kuat penerangan dalam suatu ruangan. Tingkat kuat penerangan dalam suatu
ruangan harus disesuaikan dengan jenis aktifitas didalam ruangan tersebut.
Jika aktifitasnya membutuhkan ketelitian yang tinggi, maka tingkat kuat
penerangan yang dibutuhkan juga semakin besar. Selain untuk mengetahui
tingkat kuat penerangan dalam suatu ruangan, audit energi sistem
pencahayaan juga bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan energi
untuk sistem pencahayaan dalam suatu ruangan.

12

Anda mungkin juga menyukai