Anda di halaman 1dari 33

• KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

• REPUBLIK INDONESIA

SOLAR THERMAL POWER PLANT


OUTLINE

I. POTENSI
II. TEKNOLOGI DAN KEEKONOMIAN
III. PERKEMBANGAN DI DUNIA (LESSON LEARNED)
IV. KONSEP PENGEMBANGAN DI INDONESIA
POTENSI
DIRECT NORMAL RADIATION (DNI)
 Operasional sistem pembangkit listrik surya termal atau disebut juga Concentrating Solar
Power (CSP) membutuhkan sinar radiasi matahari langsung atau disebut juga dengan
Direct Normal Radiation (DNI) sebagai sumber energi utama.

 DNI adalah komponen radiasi matahari yang diterima bumi saat kondisi langit cerah (clear
sky), tidak ada awan, debu ataupun partikel2 di atmosfer yang dapat menghalangi sinar
matahari ke permukaan bumi.

 Diffuse Radiation tidak dapat dimanfaatkan karena tidak bisa difokuskan/terkonsentrasi


Sites Requirement

• Memiliki total DNI minimal 2,000 kWh/m2 per tahun

• Curah hujan rendah

• Tingkat kelembaban udara rendah

• Topografi < 3%

• Daerah stepa, sabana, gurun pasir, padang rumput

• Idealnya di daerah pada posisi 35-400 lintang utara/selatan.

• Kawasan yang paling layak adalah : Southern Europe, Northern Africa, Middle East, South
Africa, parts of India, China, Southern USA dan Australia (sun belt countries)
PETA POTENSI SURYA TERMAL (DUNIA)
POTENSI ENERGI SURYA TERMAL INDONESIA
ILUSTRASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN LAHAN BERDASARKAN POTENSI
DI PULAU KALIMANTAN (Kapasitas : 20 MW)

Kapasitas Pembangkit : 20 MW
Potensi Surya Termal (DNI) = 900 kWh/m2.year
= 900 kWh/m2.year : 365 days / year = 2,47 kWh/m2.day
Lama Penyinaran Rata-rata = 2,47 kWh/m2.day : 1000 W/m2
= 2,47 hour/day
Efisiensi Sistem = 12%
Potensi Produksi Energi harian = 2,47 kWh/m2.day x 12%
= 296 Wh/m2.day
Kapasitas Produksi Harian = 20 MW x 2,47 hour/day = 49,4.106 Wh/day
Luas Cermin yang dibutuhkan = 49,4.106 Wh/day : 296 Wh/m2.day
= 166.953,7 m2
Faktor Penggunaan Luas Lahan = 20%
Luas Lahan yang dibutuhkan = 166.953,7 m2 : 20% = 83,5 ha
 Dibutuhkan lahan seluas 83,5 hektar untuk menghasilkan energi listrik dari pembangkit surya termal
sebesar 49,4 MWh/hari atau setara 18 GWh/tahun
ILUSTRASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN LAHAN BERDASARKAN POTENSI
DI PULAU KALIMANTAN (Kapasitas : 20 MW)

 Dibutuhkan lahan seluas 83,5 hektar untuk menghasilkan energi listrik dari pembangkit surya
termal sebesar 49,4 MWh/hari atau setara 18 GWh/tahun
 Jika 1 km2 = 100 hektar, maka ;
Energi listrik yang dapat dibangkitkan setiap tahun oleh pembangkit listrik surya termal di
daerah Kalimantan adalah :
= 100 ha/km2 x 18 GWh : 83,5 ha
= 21,5 GWh/km2 (~20% dari kawasan potensial yang memiliki DNI tinggi )
Land &
DNI Level Cost
• Nilai DNI (tahunan) merupakan faktor penting yang menentukan System Size
kebutuhan lahan dan biaya sistem pembangkit surya termal
higher
keseluruhan.

• Pada kawasan sun belt (DNI > 2,000 kWh/m2.tahun), kapasitas


produksi listrik yang mampu dihasilkan dalam 1 tahun adalah 100-
130 GWh/km2, setara dengan 50 MW PLT gas/batubara dan 5 juta
barel minyak
lower
• Sedangkan untuk kawasan Indonesia (Kalimantan dengan total
DNI 900 kWh/m2.tahun), energi listrik yang dapat diproduksi
setiap tahun oleh pembangkit listrik surya termal adalah higher

sekitar 21,5 GWh/km2 (~20% dari kawasan sun belt)

• Dengan demikian untuk mendapatkan energi listrik yang sama,


sistem pembangkit listrik surya termal di Indonesia akan
membutuhkan lahan sekitar 5 kali lebih luas dari lahan yang
dibutuhkan di kawasan negara-negara sun belt . lower
Kelebihan Sistem Pembangkit Listrik Surya Termal

• Sumber energi gratis (no fuel cost)


• Tidak polusi
• Energi (panas) dapat disimpan
• Bersifat dispatchable : dapat digunakan sesuai permintaan
• Lebih stabil dibanding teknologi PV (untuk daerah DNI tinggi)

Kelemahan Sistem Pembangkit Listrik Surya Termal


• Sangat tergantung pada DNI
• Not recomended untuk daerah dengan nilai DNI rendah, polusi tinggi (produksi rendah dan tidak
efisien)
• Membutuhkan lahan dan biaya investasi yang tinggi
TEKNOLOGI
PRINSIP KERJA
• Prinsip kerja pembangkit listrik surya termal
adalah mengumpulkan radiasi matahari
langsung dengan memanfaatkan konsentrator
(cermin) dan kolektor surya untuk memanaskan
medium kerja pada temperatur tinggi hingga
menghasilkan uap panas yang dapat digunakan
untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.

• Panas yang dikumpulkan disimpan dalam media


cair/padat seperti garam cair, uap air, keramik
dan sebagainya) dan dapat digunakan untuk
mengoperasikan turbin pembangkit pada
malam hari.
Types of Cooling System for Solar Thermal Power Plants
• Membutuhkan sistem
Wet cooling Dry cooling Hybrid cooling
pendinginan. •Membutuhkan suplai air •Menggunakan udara •Lebih optimal
•Kebutuhan air 50% lebih rendah •Lebih mahal dibanding wet cooling •Tahap pengembangan
dibanding irigasi pertanian
•Kebutuan air 200x lebih sedikit
dibanding sistem PLT gas/batubara
JENIS TEKNOLOGI
Parabolic Trough
Linear
Linear Fresnel Reflector
Concentrating

Types of
Solar Thermal
Central Receiver Power Plants Technology Parabolic Dish

Solar Tower
JENIS TEKNOLOGI
Linear Concentrating Solar Tower

Parabolic Linear Fresnel Central Parabolic


Trough Reflector Receiver Dish

Aplikasi • Grid connected • Grid connected • Grid connected • Off-grid, stand alone
• Temperatur sedang-tinggi • Konvensional power plant • Temperatur tinggi • Turbin stirling
• Turbin uap • Turbin uap • Turbin uap
• Total kapasitas terpasang : 4115 MW • Kapasitas terpasang : 179 MW • Kapasitas terpasang : 593
• Terbesar di US (280 MW) • Terbesar di India (125 MW) MW
• Terbesar di US (392 MW)
Advantages • Teknologi sudah mature dan • Teknologi sudah siap • Efisiensi tinggi
komersial • Biaya manufaktur rendah • Suhu operasi ~ 1000 0C • Efisiensi tinggi ~30%
• Efisiensi 14 % (proven) • Land-use factor paling tinggi ~ 60- • Land-use factor 20-25% • Bisa hybrid
• Suhu operasi bisa mencapai 500 0C 80% (butuh lahan lebih kecil) • Paling sesuai untuk dry
• Land-use factor 25-40 % • Dapat di hybrid cooling
• Kebutuhan material paling rendah • Dapat di hybrid
• Dapat di hybrid (proven) • Storage capability
• Storage capability • Bisa untuk lahan miring
(<3%)
Disadvantages • Kualitas uap masih rendah karena • Komersialisasi masih rendah (skala • Belum komersial (need • Belum komersial
temperatur operasi terbatas kecil) proof) • Low reliability
• Efisiensi rendah (8-12%)
EFISIENSI
ANALISIS KEEKONOMIAN

Biaya produksi : $12 cent / kwh

Upaya penurunan biaya:


• Technological improvements : disain optik konsentrator, material receiver
• Mass production
• Economies of scale
• Improved operation.
Under construction.............
PERKEMBANGAN DI DUNIA
(LESSON LEARNED)
Kapasitas Terpasang dan Produksi Energi Listrik Surya Termal
(Sumber : Solar Thermal Electricity - Global Outlook 2016)
Under construction.............
GLOBAL SOLAR THERMAL ELECTRICITY SCENARIO
KONSEP PENGEMBANGAN DI INDONESIA
STUDI POTENSI

Solar Energy Resources


Assessment

Infrastructure
Land Assessment
Assessment

POTENTIAL ANALYSIS

Power Grid
Water Assessment
Assessment
PEMILIHAN LOKASI

No agriculture
use

No residential
Wind Conditions
use

Lands Assessment For


Solar Thermal Power
Plants

Quality and Minimal


stability of soil biological habitat

Land topografi
(slope <3%)
PEMILIHAN TEKNOLOGI
FEASIBILITY STUDIES
SKEMA BISNIS
REGULASI & FINANCING
Contoh Model Pengembangan Proyek
Sistem Pembangkit Listrik Surya Termal

1. STEPS
• Dikembangkan oleh German Aerospace Center (DLR)
• http://www.heliosat3.de/documents/Heliosat3_WP_6020_D15.2_Solar_thermal.pdf
2. Concentrating Solar Deployment System Model (CSDS)
• Dikembangkan oleh NREL
• https://www.nrel.gov/docs/fy06osti/39682.pdf
www.litbang.esdm.go.id
REFERENSI
1. Teske S, Leung J, Crespo L, Bial M, Dufour E, 2016, Solar Thermal Electrificity Global
Outlook 2016
2. Chung J, Chien L, 2009, Thesis - Concentrating Solar Thermal Power : A Viable Alternative in
China Energy’s Supply, Lauder Institute of International Studies
3. Cohen and others, Solar Thermal Parabolic Trough Electric Power Plants for Electric Utilities
in California PIER Final Project Report,139
4. https://www.netl.doe.gov/energyanalyses/temp/FY12_RoleofAlternativeEnergySourcesSolarT
hermalTechnologyAssessment_090112.pdf
5. Zarza E, 2016, Solar Thermal Electricity (STE) and Climate Change Mitigation : Euro-Arab
Training Course on “Smart Grids and Integration of Renewable Energies” April 25-29, 2016.
Granada (Spain) (diakses di https://www.slideshare.net/rcreee/solar-thermal-electricity-ste-
and-climate-change-mitigation pada 5 Oktober 2017)

Anda mungkin juga menyukai