Anda di halaman 1dari 5

EVALUASI KONDISI PERALATAN #1

[PENGANTAR, TEORI, ISO 10816-3]


 Diterbitkan pada 18 Juli 2021

Farhan Alrosad Munir

Reliability Technician at PT Lestari Banten Energy part of Genting Energy


12 artikel Ikuti

Disclaimer: Saya tidak tersertifikasi vibration analyst


PENGANTAR
Pada bagian ini akan dibahas mengenai prosedur evaluasi kondisi peralatan secara akurat. Hal ini
akan menjadi sulit karena beberapa alasan seperti:

1. Tipikal spectrum yang sama dapat terbentuk oleh waveform yang berbeda;
2. Beberapa frekuensi dapat diterima pada level tertentu dan beberapa lainya tidak;
3. Beberapa frekuensi dapat disebabkan oleh lebih dari satu masalah. Sebagai contoh,
frekuensi fundamental dapat disebabkan oleh looseness, imbalance, bent shaft,
misalignment, resonance, loading, pump starvation, open iron/broken rotor bars, dan soft
foot/casing distortion. Frekuensi fundamental juga dapat dideteksi pada permesinan yang
di-coupled ke mesin lainya yang memiliki masalah diatas;
4. Analysis secara akurat sebuah frekuensi sering bergantung kepada kehadiran frekuensi
lainya

TEORI
Frekuensi menyatakan apa yang salah pada permesinan dan amplitude menyatakan tingkat
keparahan relatif. Frekuensi tertentu muncul ketika terdapat masalah dan tidak akan muncul
ketika tidak terdapat masalah, namun dalam interpretasinya mungkin terdapat kesalahan atau
kesalah pahaman. Amplitude di sisi lain dapat di-interpretasikan secara berlebihan atau
diremehkan yang mengakibatkan kesalahan, oleh karena itu untuk tidak terlalu bergantung
kepada nilai amplitude. Contoh hal ini dapat terjadi pada sebuah fan yang memiliki nilai
amplitude 1 IPS bertahun - tahun dan tidak mengalami kegagalan, sedangkan pada sebuah
bearing dengan crack pada inner race dapat mengalami kegagalan dalam hitungan hari dengan
amplitude hanya 0.02 IPS. Kasus lain yang dapat terjadi adalah nilai amplitude getaran yang
menurun justru akibat dari kegagalan.

Beberapa frekuensi pada permesinan tertentu yang dapat diterima pada level tertentu, contohnya:

 Frekuensi fundamental atau unbalance, frekuensi gearmesh, frekuensi vane pass,


frekuensi blade pass, dll.
 Frekuensi tersebut tidak boleh mengandung harmonic (kecuali pada 1 x RPM fluid film
bearing), modulasi, atau truncation.

Frekuensi lainya yang tidak dapat diterima pada level berapapun pada tingkat kalibrasi yang
telah ditentukan, contohnya:

 Oil whirl, semua frekuensi bearing (FTF, BSF, BFPO, BFPI), pulse (kecuali pada
permesinan yang memang terjadi pulse), noise, dan frekuensi sub-synchronous atau non-
synchronous.

Amplitude merupakan tingkat keparahan relatif. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
penilaian nilai amplitude adalah:
 Looseness dan resonance menyebabkan penilaian amplitude secara berlebihan.
 Massa, rigiditas, dan damping menyebabkan penilaian amplitude secara remeh.
 Nilai amplitude dapat bergatung kepada bagaimana sebuah instrumen mengukur nilainya
(mengacu pada frekuensi response pada bagian sebelumnya).
 Harmonik dan distorsi merupakan cara lain menilai tingkat keparahan.

ISO 10816-3
Pada kondisi real di lapangan, tidak praktikal dan ekonomikal untuk menyelesaikan semua
permasalahan yang muncul jika dirasa tidak terlalu serius. Oleh karena itu diperlukan sebuah
standar pemahaman bersama mengenai tingkat keparahan permesinan berdasarkan nilai
amplitudenya. Salah satu standar yang biasa digunakan adalah ISO 10816-3. Standar ini akan
mengkategorikan kondisi permesinan menjadi 4 kategori.

ISO 10816-3 ini mencakup pembahasan evaluasi vibrasi permesinan dengan pengukuran
pada bagian non-rotating seperti bearing, bearing pedestal, bearing housing yang dilakukan in-
situ terkhusus pada mesin industri dengan nominal power diatas 15 kW dan nominal speed 120
rpm - 15.000 rpm. Terkhusus pada pengukuran vibrasi yang dilakukan pada rotating-part maka
mengacu pada standar ISO 7919.

Terdapat 2 jenis asesmen pada ISO 10816-3, yaitu:

1. Berdasarkan nilai amplitudenya


2. Berdasarkan perubahan nilai amplitudenya
Tabel diatas merupakan klasifikasi tingkat keparahan vibrasi berdasarkan nilai amplitude dari
rms velocity dan tipe permesinan.

Terdapat 4 kategori evaluasi vibrasi:

Zone A: tipikal nilai vibrasi pada permesinan baru commisioning

Zone B: permesinan dengan vibrasi pada zona ini normalnya diperbolehkan untuk beroperasi
dalam jangka waktu panjang yang tidak terbatas

Zone C: permesinan dengan vibrasi pada zona ini normalnya tidak diperkenankan untuk
beroperasi secara kontinu dalam jangka waktu yang panjang dan diperbolehkan beroperasi secara
periodis dalam jangka waktu yang terbatas. Perbaikan perlu dilakukan namun dapat menunggu.

Zone D: vibrasi pada zona ini normalnya dinilai cukup parah hingga dapat menyebabkan
kerusakan pada permesinan

Untuk klasifikasi rigid dan flexible mengacu pada hubungan antara permesinan dengan
fleksibilitas fondasi permesinan yang mana klasifikasinya ditentukan berdasarkan hubungan nilai
antara natural frekuensi permesinan dan support terhadap frekuensi peng-eksitasi utamanya
(biasanya rotating speed).

Untuk informasi lebih lengkapnya dapat membaca artikel ISO 10816-3


Referensi:

James I. Taylor "Vibration Analysis Handbook"

ISO 10816-3 Standard

Anda mungkin juga menyukai