Disusun Oleh:
FICKY AUGUSTA IMAWAN
1106070483
Imam Wahyudi
Prof.Dr.Ir.M.Idrus Alhamid
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas segala
Rahmat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kerja praktik beserta
laporannya dengan judul Analisa Penyebab Tingginya Konsumsi Lube Oil Dan
Modifikasi Sistem Lube Oil Venting Turbin Gas Kurau/Lalang di EMP Malacca
Strait S.A dengan lancar tanpa adanya kendala yang berarti.
Laporan kerja praktik ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah wajib dari
Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia dan sebagai syarat kelulusan.
Kerja praktik merupakan fasilitas untuk mengenalkan mahasiswa pada dunia kerja
nyata. Dengan adanya kerja praktek diharapkan mahasiswa mengetahui kondisi
dunia kerja secara nyata dan dapat mengaplikasikan ilmu di bangku kuliah.
Pada kesempatan kali inipenulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan kepada saya secara
penuh.
2. Bpk. Yoyok Setyo Purwanto sebagai Maintenance Manager.
3. Bpk. Kapa Cossa Jonahtan selaku pembimbing selama penulis kerja praktik
di EMP Malacca Strait S.A.
4. Bpk. Hadi Purnawan dan Bpk. Ari Antono selaku mentor selama penulis
kerja praktik di EMP Malacca Strait S.A.
5. Bpk. Imam Wahyudi selaku Operation Engineering Manager.
6. Bpk. Ghozali I. Sunggoro selaku HR&Services Departement Manager.
7. Ibu Utari Sani selaku bagian HR yang telah membantu kelancaran
administrasi.
8. Seluruh staf dan karyawan di EMP Malacca Strait S.A khususnya di bagian
Operation Engineering.
9. Seluruh staf dan karyawan di EMP Malacca Strait S.A di wilayah Malacca
Strait PSC.
10. Bpk. Dr.-Ing. Ir. Nasruddin, M.Eng. selaku ketua departemen.
11. Bpk. Dr. Ir. Muhammad Idrus Alhamid selaku koordinator kerja praktik.
iii
12. Seluruh dosen dan staff Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
13. Semua teman-teman angkatan 2011 Departemen Teknik Mesin Universitas
Indonesia
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar
besarnya. Penulis menerima kritik, saran, dan bimbingan dari semua pihak yang
sifatnya membangun.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN AKADEMIK.......................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Batasan Masalah................................................................................... 3
1.6
1.7
2.3
2.4
2.5
Peralatan............................................................................................... 23
2.5.1 Separator.............................................................................................. 23
2.5.2 Electrostatic Dehydrator...................................................................... 25
2.5.3 Gas Floatation Unit (GFU).................................................................. 25
2.5.4 Corrugated Plate Interceptor (CPI)..................................................... 26
2.5.5 Coalescer ............................................................................................. 27
2.5.6 KO Drum.............................................................................................. 28
2.5.7 DPP Separator ..................................................................................... 28
2.5.8 Sump Tank dan Sand Trap ................................................................... 29
v
4.2
4.3
4.4
4.5
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
Prosedur Pemasangan........................................................................... 69
Kesimpulan .......................................................................................... 72
6.2
Saran..................................................................................................... 72
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Separator.................................................................................. 23
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Electrostatic Dehydrator.......................................................... 25
Gambar 2.17
Gambar 2.18
Gambar 2.19
Coalescer ................................................................................. 27
Gambar 2.20
KO Drum.................................................................................. 28
Gambar 2.21
Gambar 2.22
Gambar 2.23
Gambar 2.24
Gambar 2.25
Gambar 3.1
Skematik dan diagram P-V serta T-S turbin gas sederhana (idealized
brayton cycle)............................................................................ 34
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Gambar 5.9
Gambar 5.10
Gambar 5.11
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1
Tabel
4.1
Tabel
4.2
Tabel
4.3
Tabel
4.4
Tabel
5.1
Tabel ukuran partikel lube oil pada vent turbin gas ................. 61
Tabel
5.2
Tabel
5.3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
wawasan, atau dapat menerapkan ilmu teknik mesin yang didapat selama
perkuliahan. Selain itu diharapkan dengan adanya kerja praktik mahasiswa
dapat mengetahui budaya di lingkungan perusahaan, dan cara bekerja atau
berkomunikasi karyawan yang berasal dari multi discipline dan dari daerah
yang berbeda. Sehingga diharapkan nantinya lulusan Teknik Mesin Universitas
Indonesia dapat menjadi SDM yang berkualitas.
1.2
Ruang lingkup kerja praktik yang dilakukan oleh penulis yaitu observasi
secara langsung terhadap kegiatan operasi pada plant-plant EMP Malacca Strait S.A
khususnya di lapangan Kurau dan Lalang EMP Malacca Strait S.A. Kegiatan
observasi dikhusukan kepada proses atau operasi yang berkaitan dengan teknik mesin
dan maintenance. Dan kemudian nantinya akan dikerucutkan pada topik analisa
penyebab tingginya konsumsi lube oil pada sistem pelumasan turbin lama.
1.4
1.5
Batasan Masalah
Batasan masalah kerja praktik penulis adalah mengenai tinjauan umum EMP
Malacca Strait S.A, mengenai sejarah perusahaan. Kemudian mengenai utilitas yang
dimiliki oleh EMP Malacca Strait S.A , proses alur minyak dari sumur hingga storage
tank. Kemudian nantinya masalah akan lebih difokuskan kepada analisa penyebab
tingginya konsumsi lube oil pada turbin gas perusahaan serta modifikasi apa yang
mungkin diperlukan untuk mengurangi konsumsi lube oil tersebut.
1.6
a. Studi Literatur
Studi ini digunakan untuk menggali informasi mengenai gas turbin seperti
materi, prinsip kerja, fungsi, dan kemungkinan permasalahan yang terjadi
khususnya pada sistem pelumasan pada turbin gas.
b. Studi Lapangan
Bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi dan pengenalan secara
nyata mengenai lube oil system pada turbin gas perusahaan.
c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini terdiri dari:
- Observasi.
Observasi ini berarti mengamati secara langsung turbin gas yang
memiliki masalah pada sistem pelumasan untuk mengetahui dan mencatat
informasi yang dianggap penting guna melengkapi data.
- Diskusi
Diskusi dilakukan dengan tanya jawab langsung mengenai lube oil
system pada turbin gas dengan operator, mekanik, dan pembimbing di
lapangan.
d. Metode Pustaka
Metode pustaka yaitu dilakukan dengan mencari literatur di
perpustakaan engineering EMP Malacca Strait S.A maupun di internet, yang
berkaitan dengan lube oil system pada turbin gas.
e. Kesimpulan
f. Pembuatan Laporan Kerja Praktek
1.7
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan laporan ini penulis membuat
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN UMUM
Bab ini berisi mengenai profil EMP MALACCA STRAIT S.A,
sejarah singkat, ruang lingkup bidang usaha, lokasi EMP
MALACCA STRAIT S.A, struktur organisasi, produk yang
dihasilkan, dan fasilitas pendukung operasi yang disediakan oleh
EMP MALACCA STRAIT S.A.
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1
(Malacca Strait PSC) dimiliki oleh perusahaan minyak asal Amerika Serikat
yaitu Pan Ocean Corporation, namun pada tahun yang sama (2 Juli 1971)
kepemilikannya berpindah tangan ke Atlantic Rich Field Company (ARCO)
sebelum kemudian Hudbay Oil Ltd. (sebuah perusahaan minyak dari Kanada)
mengambil alih konsesi ini pada 1 Maret 1978. Pengoperasian Malacca Strait
PSC oleh Hudbay Oil (MS) Limited berlanjut dengan bantuan teknis dari
British Petroleum (BP) sampai kemudian pada 13 Mei 1991 operator Malacca
Strait PSC berpindah tangan ke perusahaan minyak asing dari Inggris Lasmo
Oil (Malacca Strait) Ltd. Pada pertengahan tahun 1995, Far Eastern
Hydrocarbons Ltd, perusahaan yang dimiliki oleh kelompok usaha Bakrie
mengakuisisi Resources Holding Incorporation, perusahaan induk Kondur
Petroleum S.A. Dan pada tahun yang sama, Lasmo Oil menjual saham mereka
di blok Selat Malaka, Kondur Petroleum S.A menggunakan kesempatan ini
untuk mengambil alih semua saham Lasmo Oil. Proses akuisisi dan pergantian
operator dari Lasmo Oil ke Kondur Petroleum S.A. terjadi pada tanggal 12
Oktober 1995.
Perjanjian KKS Kondur Petroleum S.A. yang sudah habis masa
berlakunya pada 5 Agustus 2000 telah diperbarui hingga 5 Agustus 2020. Pada
tanggal 16 Februari 2003 PT Energi Mega Persada Tbk mengambil alih semua
kepemilikan dari Kondur Petroleum S.A dan nama Kondur Petroleum S.A.
sendiri sejak tanggal 12 Juni 2012 telah dirubah menjadi Energi Mega Persada
Malacca Strait S.A .
Visi EMP Malacca Strait S.A
Menjadi Perusahaan Eksplorasi dan Produksi, Minyak dan Gas
independen terkemuka di Asia. Menerapkan keunggulan dalam kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan, menjunjung tinggi tata kelola perusahaan
yang baik, dan berkontribusi dalam pengembangan komunitas.
Misi EMP Malacca Strait S.A
-
strategis
dengan
Perseroan.
-
Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan antar bagian atau divisi
dalam suatu perusahaan. Di dalam suatu perusahaan perlu memiliki struktur
organisasi yang baik dan dapat mengakomodasi seluruh alur tugas serta
tanggung jawab dari tingkatan yang paling tinggi hingga ke tingkat yang paling
rendah. Struktur organisasi tersebut secara umum menggambarkan tingkatan
manajemen, hubungan kerja, tanggung jawab pada masing-masing posisi
jabatan dalam perusahaan.
EMP Malacca Strait S.A dalam struktur organisasinya menggunakan
struktur organisasi unit bisnis yang dipimpin oleh seorang Presiden Direktur
sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan, yang membawahi Wakil Presiden
Direktur sekaligus menjadi General Manager dalam perusahaan. Selanjutnya
di tingkat ketiga setelah Presiden Direktur dan Wakil Presiden Direktur ada
enam divisi, dimana masing-masing divisi dipimpin oleh Senior Manajer. Keenam senior manajer tersebut mempunyai tanggung jawab atas masing-masing
divisinya kepada General Manager. Adapun divisi-divisi yang ada di EMP
Malacca Strait S.A. adalah :
1. Divisi Eksplorasi ( Exploration Division )
2. Divisi Operasional ( Operational Division)
3. Divisi Teknis dan Perencanaan ( Engineering and Planning Division )
4. Divisi Keuangan dan Administrasi ( Finance and Admin Division) ; divisi
ini juga mencakup divisi teknologi Informasi
5. Divisi Personalia dan Hubungan Masyarakat ( Human Resources and
Relations Division )
menjalankan
operasional
masing-masing
direksi
yang
President Director
Adapun uraian tugasnya adalah sebagai berikut :
- Memimpin perusahaan secara keseluruhan.
-
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.2
11
13
15
17
18
untuk memisahkan diri dan terjebak di oil trap. Kemudian air yang sudah
memenuhi standar keamanan dengan kandungan minyak kurang dari 25 ppm
dibuang ke laut.
Lapangan Kurau, daratan (onshore)
Lapangan minyak Kurau ditemukan pada 1986 dan fasilitas yang ada
saat ini mulai dioperasikan pada 1990. Semua sumur di Kurau dipompa
dengan pompa listrik dari kedalaman 5000 kaki dengan pengembangan utama
pemboran berarah yang dipusatkan dari cluster.
20
21
22
Peralatan
2.5.1 Separator
23
24
Gas floatation unit berfungsi untuk memisahkan fluida yang lebih dominan
kandungan airnya terhadap minyak dan gas dari pemisahan sebelumnya menjadi 3
fasa, yaitu air, minyak, dan gas. Alat ini pada prinsipnya bekerja dengan
memanfaatkan rotating impeller berlubang yang berputar sehingga memisahkan
bubble minyak dan kemudian naik ke atas air karena massa jenisnya lebih ringan dari
pada air. Outlet minyak berada pada samping GFU, sedangkan untuk outlet air berada
pada bawah GFU. Sedangkan untuk outlet gas berada di bagian atas GFU.
2.5.4 Corrugated Plate Interceptor (CPI)
26
2.5.5 Coalescer
27
2.5.6 KO Drum
28
minyak yang ada di lapisan atas akan terdorong masuk ke dalam paralel plate.
Selanjutnya proses sama seperi separator, ketinggian air pada DPP separator akan
selalu dikonrol sehingga air yang keluar tidak terlalu bercampur dengan minyak.
Minyak yang dipisahkan DPP separator dialirkan ke sump tank dan kemudian
dipompa kembali ke separator untuk diproses kembali.
2.5.8 Sump Tank dan Sand Trap
Sump tank berfungsi untuk menampung hasil pemisahan minyak dari DPP
separator, GFU, KO drum dan FC scrubber. Minyak yang masuk ditampung sampai
ketinggian yang ditentukan, kemudian apabila level ketinggian sudah mencapai batas,
maka pompa akan otomatis menyala dan mengalirkan minyak ke separator.
Sand trap merupakan additional tool yang digunakan karena sumur-sumur
yang ada di melibur dangkal sehingga minyaknya banyak mengandung pasir.
minyak terperangkap tidak bisa keluar ke buangan. Minyak yang ada di oil trap akan
dipompa dengan pompa ke sump tank.
30
BAB III
PENGENALAN TURBIN GAS DAN LUBE OIL SYSTEM
3.1
memanfaatkan gas sebagai fluida untuk memutar turbin. Pada turbin gas, energi
kinetik fluida dikonversikan menjadi energi mekanik dengan memutar turbin dan
kemudian oleh generator dikonversikan menjadi energi listrik. Turbin gas merupakan
salah satu jenis pembangkit listrik yang sifatnya high energy density artinya memiliki
kemampuan membangkitkan daya yang besar dengan ukuran dimensi yang relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan pembangkit lain. Sistem turbin gas yang paling
sederhana terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas.
3.1.1
udara (inlet) dengan putaran sudu kompresor. Kompresor berfungsi sebagai sumber
masuknya udara dan menaikkan tekanan udara, dan dengan meningkatnya tekanan
maka sesuai dengan hukum thermodinamika temperatur juga meningkat. Kemudian
udara yang sudah dikompres tersebut dimasukkan kedalam ruang bakar (combustion
chamber).
Di
dalam
ruang
bakar
dilakukan
proses
pembakaran
dengan
mencampurkan bahan bakar (fuel) dengan udara yang bertekanan dan juga dengan
igniter api biasanya dengan spark plug. Proses pembakaran berlangsung dengan
keadaan tekanan yang konstan (isobarik), namun temperatur gas menjadi naik. Gas
dengan temperatur tinggi yang memiliki energi kinetik besar dialirkan menuju sudu
turbin gas melalui nozel yang berfungsi untuk mengarahkan aliran agar mengenai
sudu dengan arah yang tepat. Daya yang dihasilkan oleh turbin gas tersebut
digunakan untuk memutar kompresornya sendiri, sekitar 66% sedangkan sisanya
digunakan untuk memutar beban lain. Setelah melewati turbin, pada gas turbin
sederhana gas akan dibuang ke lingkungan melalui saluran buang (exhaust).
31
Secara umum proses yang terjadi pada suatu sistem turbin gas sederhana
adalah sebagai berikut:
1. Pemampatan (compression): udara atmosfir di hisap dan dikompres sehingga
tekanan dan temperaturnya naik. Pada proses ini idealnya proses terjadi secara
isentropis.
2. Pembakaran (combustion): bahan bakar (fuel) dicampurkan ke dalam ruang
bakar dengan udara kemudian dengan adanya igniter terjadilah proses
pembakaran. Pada proses ini idealnya terjadi pada tekanan konstan (isobarik)
3. Ekspansi (expansion): gas hasil pembakaran dengan temperatur tinggi
dialirkan melalui nozel untuk menggerakkan sudu-sudu turbin sehingga shaft
turbin berputar untuk menggerakkan kompresor dan generator. Pada proses ini
idealnya terjadi pada keadaan isentropis.
4. Pembuangan gas (exhaust): gas yang telah melewati turbin dikeluarkan
melewati saluran pembuangan (exhaust). Pada proses ini idealnya terjadi pada
keadaan isobarik.
Namun pada kenyataannya, pada turbin gas tidak ada proses yang benar benar
ideal, tetap terjadi losses yang dapat menyebabkan turunnya daya (output) yang
dihasilkan oleh turbin gas dan berakibat pada menurunnya performa turbin gas itu
sendiri. Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada kompresor, ruang bakar
maupun turbin gas. Penyebab terjadinya kerugian diantaranya adalah:
Ada panas yang keluar dari sistem melalui konduksi, konveksi atau radiasi.
32
3.1.2
Perbedaan dari kedua tipe ini adalah berdasarkan siklus fluida kerja. Pada turbin gas
siklus terbuka, akhir ekspansi fluida kerjanya langsung dibuang ke atmosfir,
sedangkan untuk siklus tertutup akhir ekspansi fluida kerjanya didinginkan untuk
digunakan kembali pada proses awal. Pada penerapannya turbin gas yang banyak
digunakan adalah turbin gas jenis open cycle.
Kemudian menrut konstruksi porosnya turbin gas dapat diklasifikasikan menjadi 2
jenis yaitu:
1. Turbin Gas Poros Tunggal (Single Shaft)
Turbin gas yang memiliki satu buah poros yang mengkopel kompresor dan turbin.
2. Turbin Gas Poros Ganda (Double Shaft)
Turbin gas tipe ini memiliki 2 buah shaft yang tidak saling terkopel. Biasanya
poros yang pertama digunakan untuk mengkopel kompresor dengan turbin. Dan
poros yang yang kedua digunakan untuk turbin daya.
3.1.3
1. Siklus Ericsson
Merupakan siklus mesin kalor yang bersifat dapat balik (reversible) yang terdiri
dari dua proses isotermis dapat balik (reversible isotermic) dan dua proses isobarik
dapat balik (reversible isobaric). Proses perpindahan panas pada proses isobarik
berlangsung di dalam komponen siklus internal (regenerator), dimana effisiensi
termalnya adalah : th = 1 T1/Th, dimana T1 = temperatur buang dan Th =
temperatur panas.
33
2. Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor yang bersifat dapat balik (reversible), yang terdiri
dari dua proses isotermis dapat balik (isotermal reversible) dengan volume tetap
(isokhorik). Efisiensi termalnya sama dengan efisiensi termal pada siklus Ericson.
3. Siklus Brayton
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas, sehingga
saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan dan menjadi acuan oleh pembuat
mesin turbin gas atau manufacturer dalam analisa untuk performance upgrading.
Siklus Brayton ini terdiri dari proses kompresi isentropik yang diakhiri dengan
proses pelepasan panas pada tekanan konstan (kondisi ideal). Pada siklus Bryton
tiap-tiap keadaan proses dapat dianalisa secara berikut:
3.1.4
Gambar 3.1 Skematik dan diagram P-V serta T-S turbin gas sederhana (idealized
brayton cycle)
Siklus brayton ideal adalah siklus yang dibuat berdasarkan asumsi:
Proses kompresi dan ekspansi terjadi secara isentropik, artinya tidak terdapat
perubahan entropi
Perubahan energi kinetik pada fluia kerja pada inlet dan outlet kompresor
diabaikan
34
Tekanan pada combustion chamber konstan, artinya tidak ada pressure drop
sepanjang combustion chamber
Laju aliran massa udara yang masuk ke dalam kompresor dan bahan bakar
diasumsikan konstan
Proses yang terjadi pada diagram Gambar 3.1 adalah sebagai berikut:
-
Proses 1-2
Proses 2-3
combustion chamber
dengan asumsi dalam keadaan isobarik, pada tahap ini temperatur gas
meningkat
-
Proses 3-4
Proses 4-1
konstan
Perhitungan masing-masing pada siklus brayton ideal adalah sebagai berikut:
Proses 1-2
: Kerja Kompressor
Kerja spesifik compressor (Wk) pada titik 1-2 yaitu kerja yang dibutuhkan oleh
kompresor untuk bergerak atau berputar pada kondisi ideal:
WK = Cp (T2 - T1)
WK = h2 - h1
(kJ/kg)
Dimana :
Cp = Panas jenis udara pada tekanan konstan (kJ/kg K)
T1 = Temperatur udara inlet kompresor (K)
T2 = Temperatur udara keluar kompresor (K)
h1
35
h2
Proses pembakaran terjadi pada tekanan konstan (isobarik) pada kondisi ideal.
Namun pada aktualnya terjadi rugi tekanan yang nilainya sekitar 0.02-0.03. untuk
kondisi ideael kalor yang dimasukkan pada sistem adalah sebesar
Qin = Cp (T3-T2)
Qin = h3 - h2
Dimana :
h3
Proses ekspansi turbin terjadi secara isentropik pada idealnya. Pada tahap ini tekanan
menurun secara derastis dikarenakan adanya pressure drop akibat aliran fluida yang
melewati turbin. Kerja yang dihasilkan oleh turbin adalah sebagai berikut
Wt = Cp (T3-T4)
Wt = h 3- h4
Dimana :
WT = kerja spesifik ideal yang keluar turbin (kJ/kg)
T4 = temperatur gas keluar turbin (K)
h4
36
Total kerja bersih yang dihasilkan oleh sistem turbin gas adalah hasil kerja yang
dihasilkan pada turbin dikurangi dengan kerja yang diperlukan oleh kompresor untuk
mengkompres udara. Kerja bersih dari sistem turbin gas adalah sebagai berikut:
Wnet = WT WK
Wnet = (h3-h4) - (h2-h1)
Wnet = Cp(T3-T4) - Cp(T2-T1)
Wnet = Cp [(T3-T4) -(T2-T1)] (kJ/kg)
3.1.5
Siklus Aktual
Pada aktualnya siklus brayton ideal tidak pernah tercapai oleh mesin turbin gas, hal
tersebut dikarenakan:
1. Laju aliran massa fluida tidak konstan
2. Proses kompresi yang terjadi pada kompresor adalah adiabatik, bukan isentropis
3. Proses ekspansi fluida yang terjadi pada turbin adalah adiabatik, bukan isentropis
4. Terjadinya pressure drop aliran pada ruang bakak
5. Tidak ada jaminan kelangsungan pembakaran terjadi secara sempurna
6. Gesekan yang terjadi pada bearing
37
Gambar 3.2 Efisiensi kompresor dan turbin pada mesin turbin gas
3.2
utama dari lube oil system adalah untuk mendinginkan bearing dan gearbox.
Komponen tersebut cenderung untuk memanas, dan apabila tidak didinginkan akan
dapat menyebabkan berhentinya mesin turbin gas secara tiba tiba dikarenakan
bearing dan gearbox didesain dengan toleransi yang kecil sehingga apabila suhu terus
meningkat dapat menyebabkan pemuaian yang berhujung pada berhentinya engine
secara tiba-tiba. Apabila hal tersebut terjadi, mesin turbin gas dapat rusak secara tiba
iba dan dapat mengurangi availability dari daya listrik yang dibutuhkan pada plant.
38
Selain itu fungsi lube oil system adalah mengurangi driksi kontak metal ke metal.
Friksi yang berlebihan dapat mengurangi kerja bersih yang dihasilkan oleh mesin
turbin gas karena kerja bersih yang dihasilkan sebagian dipergunakan untuk melawan
gaya friksi. Fungsi utama lain dari lube oil system adalah untuk membawa potongan
metal (grease) yang dihasilkan dari gesekan pada bearing dan gearbox agar tidak
merusak komponen tersebut. Selain itu fungsi lain dari lube oil system adalah untuk
mensuplai pelumas ke variable vane actuator. Dan fungsi lain dari lube oil system
khususnya pada servo oil system adalah untuk mensuplai lube oil pada tekanan yang
tinggi untuk mengoperasikan electrohydraulic actuator pada engine fuel system.
39
actuator membutuhkan hanya aliran ang kecil namun tekanan yang tinggi. Rating
dari servo oil pump adalah 15 gpm pada tekanan discharge 500 psig
- Oil filter
Mesin turbin gas Kurau/lalang dapat dipasang dengan filter jenis simplex maupun
duplex. Oil filter harus diganti element penyaring nya ketika differential pressure nya
melebihi batas maksimum yaitu 30 psig.
41
- Oil cooler
Pendingin yang digunakan pada mesin gas turbin Kurau/Lalang adalah tipe oil to air
cooler. Pendingin didesain diluar bagian box turbin gas dan di mounting secara
horizontal agar dapat menyediakan aliran secara vertikal.
42
Kemudian setelah itu lube oil masuk kedalam filter untuk dibersihkan dari partikel
partikel padat yang tidak diperbolehkan masuk kedalam engine. Setelah disaring
kemudian lube oil dimasukkan ke lube oil supply manifold untuk didistribusikan ke
variable vane actuator, bearing-bearing, gearbox.
Lube oil yang digunakan oleh engine turbin gas harus sesuai dengan desain dari
manufacturer turbin gas. Baik turbin gas centaur T4001 maupun centaur GS1000
meliki requirement lube oil yang sama. Lube oil menurut standar manufacturer
turbin gas memerlukan pergantian lube oil idealnya setelah 40000 jam. Berikut ini
asalah spesifikasi lube oil yang dibutuhkan oleh turbin gas.
44
Tabel 3.1 Lube oil requirement turbin gas EMP Malacca Strait S.A
45
BAB IV
ANALISA PENYEBAB TINGGINYA KONSUMSI LUBE OIL PADA TURBIN
GAS KURAU/LALANG
4.1
pencatatan operator turbin gas lapangan Kurau maupun Lalang pada 5 tahun terakhir.
Data yang diperoleh merupakan konsumsi lube oil berdasarkan top up. Untuk GT
M292 E yang baru dibeli pada tahun 2011 masih belum pernah di top up sama sekali
sehingga masih namun berdasarkan temuan lapangan terdapat penurunan level pada
gage, dan apabila dikonversikan kedalam liter konsumsinya sejak 15 november
hingga Januari 2014 konsumsi lube oil nya adalah 40L. Berikut ini adalah data
konsumsi lube oil 5 tahun terakhir pada GT/A/B/C/831/832 berdasarkan top up.
6000
Consumption (l)
5000
4000
3000
2000
1000
0
GT 292 A
GT 292 B
GT 292 C
GT 831
GT 832
2009
2877.5
737.5
2585
4633.5
4203.5
2010
2447.5
455
1506.5
4320
4320
2011
2842.5
872.5
3840
4025
4285
2012
3147.33
1504.83
5084.83
5285
5215
2013
3941.67
2321.67
5551.67
3990
4155
46
Dari data tersebut didapatkan turbin gas terboros untuk lapangan Kurau
adalah GT M292 C, sementara untuk lapangan Lalang adalah GT 831. Dari data
tersebut nantinya penulis coba bandingkan dengan GT M292 E yang konsumsi lube
oil nya dari 15 Januari 2011 hingga Januari 2014 baru sekitar 40 L. Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa trendline GT M292 A/B/C meningkat sedangkan untuk
GT 831/832 konsumi lube oil nya relative banyak dan stagnan.
Dan berikut ini adalah rata rata laju dari lube oil loss pada GT M292
A/B/C/1/2.
Tabel 4.1 Laju konsumsi lube oil 5 tahun terakhir dalam liter
Secara keseluruhan konsumsi tertinggi adalah pada GT 831. Apabila GT
M292 E coba dibandingkan konsumsi setiap GT yang lain dengan asumsi hanya
tahun 2012 dan 2013 saja yang dihitung, rata-rata rasionya lebih dari 1:200. Dengan
tingginya konsumsi lube oil pada GT A/B/C/1/2 dibandingkan dengan GT M292 E
maka penulis coba analisa penyebab hal tersebut terjadi.
2009
2,878
738
2,585
4,634
4,204
2010
2,448
455
1,507
4,320
4,320
2011
2012
2013
2,843
3,147
3,942
873
1,505
2,322
3,840
5,085
5,552
4,025
5,285
3,990
4,285
5,215
4,155
Average total cost per Year
Tabel 4.2 Rata rata biaya Lube oil lost dalam setahun
47
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan rata rata selama 1 tahun karena lube oil loss cukup besar yaitu USD
56518. Harga lube oil tersebut merujuk data perusahaan Shell Turbo Oil 46 pada
tahun 2012.
4.2
identik. Sistem alur kerjanya dari pemompaan lube oil dari tank hingga lube oil di
drain ke tank kembali sama setiap turbin. Kondisi turbin gas terkini berbeda beda
setiap GT. Berikut ini adalah hasil temuan fakta temuan lapangan mengenai kondisi
turbin gas terkini :
-
GT M292 A : Pada turbin gas ini dipasang sebuah demister yang terletak
pada pipa venting diatas tank namun masih didalam box pelindung turbin gas,
namun kondisinya berlubang secara vertikal. Tidak terdapat kebocoran yang
terdeteksi pada lube oil system turbin gas ini.
GT M292 B : Pada turbin gas ini dipasang sebuah demister yang terletak
pada pipa venting diatas tank namun masih didalam box pelindung turbin gas,
dam kondisinya masih baik. Tidak terdapat kebocoran yang terdeteksi pada
lube oil system turbin gas ini.
GT M292 C : Pada turbin gas ini tidak dipasang demister. Pada lube oil
system turbin gas ini terdapat kebocoran, namun belum diketahui dimana
kebocoran tersebut.
48
GT 831
kebocoran pada lube oil system yang terdeteksi pada turbin gas ini.
-
GT 832
GT M292 E
: Pada turbin gas ini terpasang oil mist separator yang terletak
pada pipa venting diatas tank, letaknya diluar box pelindung turbin gas dan
kondisinya masih baik. Tidak terdapat kebocoran yang terdeteksi pada lube oil
system turbin gas ini.
4.3
setiap turbin gas EMP Malacca Strait S.A. Namun untuk sistem venting pada tank
terdapat perbedaan. Sistem venting pada tank diperlukan untuk menjaga tekanan
didalam tank agar tidak melebihi batas. Tekanan bisa meningkat karena ekspansi dari
oli akibat temperature dan perubahan fase liquid menjadi vapor. Tekanan harus dijaga
tidak melebihi batas karena tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan suplai oli ke
dalam engine berkurang dan dapat merusak bearing, gearbox secara seketika. Untuk
GT M292 A/B terpasang demister kecil untuk sistem recovery sebagian oli yang
berada pada fase vapor/mist pada jalur pipa vent kembali menjadi liquid dan
49
kemudian dikembalikan lagi ke tank. Namun pipa vent setelah demister pada GT A/B
terhubung dengan exhaust turbin gas dengan tujuan vapor/mist yang tidak bisa
dikembalikan lagi menjadi liquid oleh demister dapat dibakar dan tidak terkondensasi
di lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan membuat
licin daerah sekitar turbin gas. Pada venting GT A/B tetap dihubungkan ke exhaust
karena masih banyak lube oil yang berfase vapo/mistr yang tidak bisa di recover oleh
demister. Untuk GT C/1/2 lube oil yang berada pada fase vapor/mist dilewatkan
melalui pipa vent dan langsung dibakar diexhaust turbin gas. Sistem untuk GT A/B,
pemberian demister merupakan modifikasi perusahaan sebelumnya. Sedangkan untuk
GT C/1/2 merupakan sistem default dari manufacturer turbin gas. Berikut ini adalah
pipa vent exhaust pada GT A/B/C/1/2.
Burn to Exhaust
GT A/B/C/1/2
Gambar 4.3 Pipa vent-exhaust pada GT A/B/C/1/2
50
Sedangkan untuk GT M292 E sistem venting pada tank nya berbeda dengan
turbin gas yang lain. Sistem venting tank pada turbin gas ini merupakan default dari
manufacturer turbin gas, sistem ini terdapat oil mist separator yang berada diluar
box turbin gas. Diatas oil mist separator terdapat flame arrester yang berfungsi agar
oil mist separator tidak dapat dimasuki air hujan dan mencegah menyambarnya api
sekitar yang dapat membakar tank. Pada turbin gas ini tidak terdapat pipa vent yang
terhubung dengan exhaust turbin gas. Berikut ini adalah venting system pada tank GT
M292 E.
GT E
Gambar 4.4 Sistem venting tank pada GT M292 E
51
4.4
Pada gambar 4.5 merupakan ilustrasi roo cause analysis sebab dan akibat dari
tingginya konsumsi lube oil pada GT M292 A/B/C/1/2. Secara garis besar penyebab
tingginya konsumsi lube oil terbagi menjadi 2 penyebab, yaitu:
1.
Kebocoran (Leakage)
Kebocoran merupakan kejadian lube oil loss yang dapat terlihat secara kasat
mata dan bisa dengan mudah ditelusuri. Berdasarkan lokasi kemungkinan terjadinya
kebocoran lube oil system adalah ditempat:
-
Bearing bearing terutama pada seal bearing dan seal labyrinth. Kebocoran
pada lokasi ini dapat dipengaruhi karena faktor wear out seal yaitu terjadinya
penyusutan atau pengembangan ukuran seal, bisa juga terjadi karena pressure
suplai lube oil berlebihan, dan bisa juga karena kesalahan pemasangan.
Oil line supply assembly atau jalur sepanjang aliran lube oil dari tank hingga
lube oil di drain kembali pada tank. Faktor penyebab dari kebocoran ini adalah
pressure suplai lube oil berlebihan, dan bisa juga karena kesalahan
pemasangan.
Cooler joint yaitu sambungan sambungan yang berada pada cooler yang
terletak diluar turbin. Faktor penyebab dari kebocoran ini adalah pressure
suplai lube oil berlebihan, dan bisa juga karena kesalahan pemasangan.
Guide vane yaitu bagian untuk menggerakkan pengarah udara masuk. Faktor
penyebab dari kebocoran ini adalah pressure suplai lube oil berlebihan, dan
bisa juga karena kesalahan pemasangan.
Reduction gear beserta gearbox. Faktor penyebab dari kebocoran ini adalah
pressure suplai lube oil berlebihan, dan bisa juga karena kesalahan
pemasangan.
53
Penguapan (Evaporation)
Penguapan merupakan salah satu penyebab utama tingginya konsumsi lube oil
disini
adalah dikarenakan gaya geser tinggi yang diterima oleh lube oil pada saat
memasuki bagian bearing, reduction gear, gearbox. Apabila fluida diberi
gaya geser yang tinggi maka fluida akan cenderung membentuk mist atau
seperti kabut dan memisahkan diri dari fase liquid .Pembentukan mist atau
vapor dipercepat dengan perbedaan temperatur antara bearing dengan lube oil.
Temperature lube oil dijaga pada suhu sekitar 60F hingga 140F sedangkan
temperatur bearing, reduction gear dan gearbox lebih tinggi dari temperature
lube oil, bisa hinga 350 F. Perbedaan temperatur ini juga mempercepat laju
pembentukan mist atau vapor. Putaran dari turbin gas bisa sangat tinggi
hingga 16000 RPM, sehingga pembentukan mist atau vapor tidak dapat
dicegah. Semakin tinggi kecepatan putar dari turbin gas, maka semakin tinggi
juga pembentukan lube oil mist atau vapor. Peristiwa ini juga biasanya disebut
54
dengan peristiwa fume generation karena sekilas mist atau vapor yang muncul
dari part bearing, reduction gear dan gearbox terlihat seperti asap. Sebagian
besar mist dan vapor terbentuk disini. Namun semua mist atau vapor yang
terbentuk pada part tersebut 100% akan di drain kembali didalam tank.
-
Lube oil tank, pembentukan lube oil vapour didalam tank diantaranya
dipengaruhi oleh:
Evaporation rate dari lube oil, untuk evaporation rate Shell Turbo T46
tidak terdapat datanya, untuk penyebab penguapan lube oil karena faktor
ini sifatnya minor atau kecil. Besarnya kurang dari 1% dalam 1 jam untuk
setiap liternya. Sedangkan rata rata laju lube oil loss pada GT A/B/C/1/2
cukup besar, untuk GT 831 hingga 50.8 % per jamnya. Untuk
gambarannya berikut ini adalah data evaporation rate dengan beberapa
metode pengujian dari BP Turbo 2380, salah satu lube oil yang dapat
digunakan untuk turbin gas.
Area atau luasan dari permukaan atas oli yang berada didalam tank.
Semakin besar area kontak permukaan oli dengan bagian atas nya didalam
tank semakin besar laju penguapan yang terjadi pada lube oil. Ukuran lube
oil tank sudah didesain fix dari manufacturer.
Temperatur yang tinggi pada lube oil didalam tank mempengaruhi laju
penguapan dari lube oil. Temperature lube oil didalam tank dijaga pada
suhu antara 60F hingga 140F. Semakin tinggi suhu lube oil, semakin cepat
laju penguapannya.
55
Kavitasi pada tank dimungkinkan terjadi karena suplai lube oil kedalam
engine cukup besar yaitu 74 gpm, sehingga ketika lube oil di drain lagi
kedalam tank akan menyebabkan kavitasi akibat oli yang melewati engine
jatuh kedalam reservoir oli. Ketika gelembung-gelembung muncul ke
permukaan lube oil dan kemudian pecah maka sebagian lube oil yang
berada pada fase vapor berterbangan. Semakin banyak gelembung
gelembung yang terjadi, maka akan semakin banyak juga vapor yang akan
dilepaskan. Dan juga karakteristik dari lube oil Shell Turbo T46 yang
memiliki air release yang cepat yaitu 3 menit berdasarkan hasil pengujian
ASTM D3427, sehingga gelembung gelembung yang berada didalam lube
oil akan secara cepat dilepaskan.
Semua lube oil yang berada pada fase vapour terkumpul diatas permukaan
reservoir. Sebagian vapor yang partikel nya berukuran besar terkondensasi dan jatuh
kembali didalam reservoir. Sedangkan vapor yang tidak bisa terkondensasi pada GT
A/B/C/1/2 dibakar di exhaust turbin gas untuk mencegah peningkatan tekanan di
permukaan reservoir. Sehingga yang perlu dilakukan untuk menurunkan tingginya
konsumsi lube oil pada GT A/B/C/1/2 adalah memodifikasi sistem venting nya agar
lube oil vapor yang ukuran partikel nya kecil dan tidak bisa dengan cepat
terkondensasi dapat diurai menjadi liquid dan dapat digunakan kembali.
Kemudian impact dari , dengan tingginya konsumsi lube oil pada GT
A/B/C/1/2 maka biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi tinggi juga karena GT
harus rutin di top-up. Kemudian adalah tingginya emisi lube oil yang dilepas oleh
turbin gas, terutama sesaat setelah GT dimatikan karena vapor yang seharusnya
dibakar di exhaust menjadi tidak terbakar. Akibatnya lingkungan sekitar dapat
menjadi licin karena lube oil vapor terkondensasi dilingkungan sekitar. Hal tersebut
dapat membahayakan pekerja terutama saat melakukan PM pada turbin gas.
56
4.5
dari manufacturer turbin gas. Berikut ini merupakan data kecocokan dari Shell Turbo
T 46 dengan turbin gas EMP Malacca Strait S.A.
57
(termasuk GT M292 E) yang dari data pencatatan konsumsi nya sangat rendah
dibandingkan GT lain maka dapat diasumsikan ketidak cocokan ini diabaikan dan
dianggap bahwa lube oil yang dipakai sekarang ini tidak menjadi faktor penyebab
tinggginya konsumsi lube oil pada GT A/B/C/1/2.
58
BAB V
RANCANGAN MODIFIKASI SISTEM LUBE OIL VENTING TURBIN GAS
KURAU/LALANG
5.1
memungkinkan lube oil mist atau vapor untuk dapat di recover kembali menjadi lube
oil berfase liquid yang dapat digunakan kembali. Karena itu pada desain
manufacturer terdapat pipa sebagai jalur venting yang dihubungkan dengan exhaust
turbin. Apabila lube oil vapor yang didalam tank tidak di release dapat menyebabkan
peningkatan tekanan didalam tank dan kemudian dapat meyebabkan suplai lube oil
kedalam engine berkurang dan dapat merusak komponen terkait. Dengan kemajuan
teknologi terutama dalam kasus ini teknologi material, kita dapat memodifikasi
sistem lube oil tank venting GT agar GT A/B/C/1/2 memiliki sistem lube oil vapor
recovery. EMP Malacca Strait S.A memiliki mesin fabrikasi seperti mesin potong,
mesin milling, bubut, drilling dan lain lain. Sehingga untuk membuat alat yang
membutuhkan proses dengan mesin fabrikasi, daya dukungnya tinggi.
Dari hasil root cause analysis sebelumnya disimpulkan bahwa kemungkinan
penyebab tingginya konsumsi lube oil pada GT A/B/C/1/2 karena kebocoran dan atau
evaporasi lube oil yang tidak di recover kembali. Karena semua kondisi GT kecuali
GT M292 C tidak mengalami kebocoran, dengan sistem venting tank GT M292 C
sama dengan GT 1/2 maka dapat disimpulkan penyebab utama tingginya konsumsi
lube oil pada GT A/B/C/1/2 karena lube oil evaporation loss. Pada desain
manufacturer GT M292 E memiliki oil mist separator. Kemudian apabila oil mist
separator pada GT M292 E dikaitkan dengan teori sebelumnya maka terbukti bahwa
oil mist separator efektif untuk sistem lube oil vapor recovery. Dengan menggunakan
oil mist separator konsumsi lube oil GT M292 E sangat rendah. Didalam rancangan
ini, desain merujuk pada sistem oil mist separator pada GT M292 E. Dengan
59
menangkap lube oil vapor atau mist dengan cara mengambil sebagian besar partikel
partikel lube oil dan kemudian untuk hasil pisahan liquid dikembalikan lagi kedalam
tank, untuk udara dan partikel lube oil yang tidak mampu ditangkap oleh oil mist
separator dibuang di atmosfer. Berikut ini gambaran oil mist separator.
Lube oil vapor atau mist masuk melalui inlet ( pipa penghubung oil mist
separator dengan tank). Didalam oil mist separator terdapat pad yang berprinsip
kerja seperti filter. Karena tekanan didalam tank positif, maka lube oil vapor atau mist
dipaksa melewati pad kemudian untuk lube oil liquid akan merambat keluar pad dan
karena gravitasi liquid jatuh kebawah kemudian disalurkan ke jalur drainase kedalam
tank kembali. Untuk lube oil mist dengan ukuran partikel lebih kecil dari pad mesh
akan keluar melalui outlet oil mist separator.
5.3
Parameter Desain
Didalam mendesain oil mist separator agar efisiensinya tinggi dan pemilihan
pad efektif diperlukan data mengenai ukuran partikel, dan laju aliran massa lube oil
mist yang melewati pipa vent. Namun karena tidak ada data aktual, dan kesulitan
dalam pengambilan data aktual ukuran partikel dan laju aliran massa pada pipa vent,
maka desain oil mist separator merujuk pada spesifikasi pad oleh manufacturer.
Berikut ini adalah tabel dari kisaran ukuran partikel yang melalui vent turbin gas
berdasarkan penelitian perusahaan pembuat oil mist separator.
Tabel 5.1 Tabel ukuran partikel lube oil pada vent turbin gas
Dengan begitu maka pemilihan pad dapat disesuaikan dengan perkiraan
ukuran parikel tersebut. Pemilihan pad untuk oil mist separator dilakukan dengan
pertimbangan kurva efisiensi pad pada kisaran ukuran partikel tersebut. Yang
menentukan seberapa banyak partikel yang bisa ditangkap adalah pad dari oil mist
separator, shingga pad dapat dikatakan alat utama dan komponen lain oil mist
separator adalah komponen pendukung Berikut ini adalah kurva pad pilihan penulis.
61
Bill Of Material
Rancangan desain ini membutuhkan material mentah yang masih perlu di
proses manfaktur kembali misalnya pipa dan besi lembaran maupun material yang
sudah siap pakai karena tidak bisa dimanufaktur sendiri misalnya seperti pad, flame
arrester, dan baut. Material yang penulis pilih sudah disesuaikan dengan availability
vendor perusahaan, dan juga sudah disesuaikan dengan ketersediaan kuran dan
ukuran minimal pembelian. Berikut ini adalah bill of material untuk pembuatan
sebuah oil mist separator.
62
63
pad belum ada, sehingga mounting didalam oil mist separator dan ukuran tabung nya
masih perkiraan saja. Berikut ini adalah rancangan desain oil mist separator yang bisa
difabrikasi sendiri.
64
65
masih
66
67
68
5.6
Prosedur Pemasangan
Berikut ini adalah prosedur pemasangan oil mist separator pada turbin gas:
1.
2.
3.
69
1.
Analisa lube oil (tribology) setiap bulan pada 3 bulan pertama untuk
mengetahui apakah ada kenaikan kandungan air dan partikel
pengganggu akibat pemasangan oil mist separator.
2.
70
pressure didalam tank dipantau agar tekanan tank pada saat operasi
tidak melewati batas maksimum yang diizinkan. Berikut ini adalah
contoh grafik untuk pemantauan trendline tekanan didalam tank.
Asumsi set point tekanan maksimum adalah 3 bar.
3.
71
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan kerja praktik ini adalah:
1.
Penyebab utama lube oil loss pada turbin gas adalah leakage dan
evaporation.
2.
Lube oil yang digunakan (Shell Turbo T46) yang digunakan pada semua
turbin gas EMP Malacca Strait S.A sudah memenuhi requirement dari
manufacturer turbin gas.
3.
Secara skematik lube oil system, turbin gas yang konsumsinya sangat
rendah (GT M 292 E) sama dengan GT A/B/C/1/2. Perbedaannya hanya
pada sistem ventilasi tank dimana GT M 292 E menggunakan oil mist
separator, GT M 292 A/B menggunakan demister kecil dan masih
terhubung ke exhaust turbin gas, dan GT C/1/2 yang hanya terhubung ke
exhaust.
4.
5.
6.
6.2
Saran
1.
2.
Uji coba pembuatan oil mist separator sendiri yang dipasang pada GT M
292 A dengan estimasi biaya sekitar $ 8501 untuk material dan biaya
72
pengelasan (harga belum termasuk biaya machining, listrik dan lain lain).
GT M292 A dipilih karena letaknya yang berada di Kurau (onshore)
sehingga apabila terjadi sesuatu bisa dengan mudah mengirimkan tenaga
kerja ke lokasi turbin gas.
3.
Pengambilan data untuk konsumsi lube oil berdasarkan pada gage level,
bukan berdasarkan top-up agar data konsumsi lube oil lebih akurat dan
dapat meberikan informasi jika terjadi lube oil loss yang berlebihan dalam
waktu singkat sehingga dapat melakukan perbaikan dini.
73
DAFTAR PUSTAKA
EMP Malacca Strait S.A.,Annual Report, Jakarta 2012
Kurz, Rainer,Introduction to Gas Turbines and Applications, San Diego, 2011.
Solar Turbines,Installation and Operation Instructions, San Diego, 1983.
EMP Malacca Strait S.A.,Thickness & Weld Branch Calculation ASME B31.3,
Kurau, 2014.
EMP Malacca Strait S.A.,Pembelian Material F&C Group (berdasakan PO),
Kurau, 2014.
KOCH-GLITSCH,Mist Elimination Liquid-Liquid Coalescing, New york, 2013.
Sander, John,The Right Turbine Oil Provides Advantages that Result in Turbine
Reliability dor Power Plants, 2011
Moehle,W,Practical Approaches to Controlling Sludge and Varnish in Turbine Oil,
Noria Corp, 2007
Meher-Homji,Cyrus B,Gas Turbine Performance Deteroriation,New york, 2002.
Koehler, Horst W,Diesel Engines and Gas Turbines in Cruise Vessel Propulsion,
London, 2000
Shell,Product Data Guide Industry. Australia, 2013
EMP Malacca Strait S.A.,Lube Oil Consumption, Kurau, 2009.
EMP Malacca Strait S.A.,Lube Oil Consumption, Kurau, 2010.
EMP Malacca Strait S.A.,Lube Oil Consumption, Kurau, 2011.
EMP Malacca Strait S.A.,Lube Oil Consumption, Kurau, 2012.
EMP Malacca Strait S.A.,Lube Oil Consumption, Kurau, 2013.
Shell,Safety Data Sheet Shell Turbo Oil T 46, Jakarta, 2005
EMP Malacca Strait S.A.,Daily Activity GT-292A, Kurau, 2013.
EMP Malacca Strait S.A.,Daily Activity GT-292B, Kurau, 2013.
EMP Malacca Strait S.A.,Daily Activity GT-292C, Kurau, 2013.
EMP Malacca Strait S.A.,Daily Activity GT- 831, Kurau, 2013.
EMP Malacca Strait S.A.,Daily Activity GT- 832, Kurau, 2013.
74
75