Materi :
MAIN ENGINE
Intermediate
Shaft
Propeller Shaft
1
Pada umumnya motor penggerak poros baling-baling kapal, menggunakan motor diesel.
Hanya pada kapal tertentu saja yang menggunakan turbin uap dengan berbagai
pertimbangan antara lain :
d. Menurut Putarannya
2
Posisi silinder tegak Posisi silinder “V”
3
3. Definisi – definisi :
1. Langkah Torak (piston)
Langkah torak / piston adalah, bila piston bergerak dari TMA ke TMB atau
sebaliknya TMB ke TMA
2. TMA / TDC / Top Dead Centre = Titik mati atas adalah batas akhir dari piston saat
berada pada posisi puncak
3. TMB / BDC / Bottom Dead Centre = Titik mati bawah adalah batas akhir dari piston
saat berada di posisi bawah
4
Pokok Bahasan : Prinsip Kerja Motor Diesel
Sub Pokok Bahasan : Cara kerja motor diesel 4 dan 2 tak
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran
a. Teori 2 jam pelajaran
b. Praktek 1 jam pelajaran
• Pengertian Siklus
Yang dimaksud dengan siklus suatu motor bakar ialah, suatu proses berulang yang
mengakibatkan serentetan perubahan keadaan berturut-turut yang dialami oleh
sejumlah gas sehingga dapat kembali ke keadaan semula baik tekanan, volume
maupun suhunya. Gas yang mengalami proses siklus berarti ia mengalami pemuaian
dan penekanan, pemasukan panas dan pengeluaran panas.
• Dalam pengertian proses keliling kita bedakan atas 2 (dua) macam yaitu :
1. Siklus berdasarkan kerja motor
2. Siklus berdasarkan tekanan dan panas motor.
Siklus berdasarkan kerja motor dapat dibagi dalam 2 (dua) macam yaitu :
❖ Siklus motor 4 (empat) langkah
❖ Siklus motor 2 (dua) langkah.
➢ Siklus Motor Diesel 4 (empat) langkah
Yang dimaksud dengan siklus 4 (empat) langkah berdasarkan proses
kerja motor ialah, suatu keadaan gas dalam silinder motor dimulai dari
pengisian gas kedalam silinder dan diakhiri dengan pembuangan gas
bekas. ( 4 langkah piston atau 2 putaran poros engkol dan menghasilkan
1 usaha / tenaga ).
Langkah kerja pada motor diesel 4 (empat) langkah berdasarkan gerakan piston dalam
silinder.
1. Langkah Pemasukan udara / suction stroke
2. Langkah kompressi udara / compression stroke
3. Langkah usaha / expansion stroke
4. Langkah pembuangan / exhaust stroke
5
ISAP TEKAN UDARA GAS
TMA
TMB
Tekanan (bar)
e
Grs.ATM a b
O Vc VL Volume
Keterangan gambar :
(a-b) : Piston bergerak dari Titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB),
sehingga ruangan di atas piston membesar udara murni terhisap masuk kedalam silinder
melalui katup isap yang telah terbuka sebelumnya, sedangkan katup buang tertutup.
Tekanan dalam silinder sedikit lebih rendah dari pada tekanan udara luar ( garis a-b )
6
(b-c) : Piston bergerak dari (TMB) ke (TMA) kedua katup tertutup, udara bersih
dimampatkan hingga mencapai tekanan kompressi ± 30 Kgf/Cm2 (bar).
(c-c’) : Pada titik c , ± 50 s/d 100 lingkaran engkol, bahan bakar disemprotkan kedalam
silinder secara berangsur-angsur selama 10% dari langkah piston. Selanjutnya bahan
bakar bersinggungan dengan udara yang sangat panas maka terjadilah pembakaran
(explosive) , dan suhunya naik sampai ± 12000C – 16000C.
(c-d) : Garis / langkah Pembakaran , gas-gas pembakaran mulai mengembang sehingga
tekanan menurun ( expansi ), selama langkah ini piston terdorong oleh gas pembakaran
dan dari padanya diperoleh usaha yang langsung dipindahkan ke poros engkol.
(e-b) : Garis pembuangan / langkah pembuangan, sebelum langkah expansi berakhir pada
saat tekanan gas ± 2 atm maka katup pembuangan telah terbuka sehingga gas bekas sisa
pembakaran mengalir keluar silinder.
(b-a) : Langkah pembuangan dimana piston bergerak dari titik mati bawah ke titik mati
atas, dimana katup buang terbuka dan katup isap tertutup, untuk mendorong gas bekas
pembakaran keluar silinder, selama langkah pengeluaran tekanan gas bekas sedikit naik
karena dorongan dari gerak piston.
➢ Siklus Motor diesel 2 (dua) langkah.
Siklus sebenarnya dari diagram indikator dan langkah piston adalah
sebagai berikut :
Injector
TMA
udara
bilas TMB
7
SISTEM PEMBILASAN PADA MOTOR 2 TAK
Pada motor diesel 2 tak pembilasan gas buang oleh udara tidak menghasilkan pembilasan
yang maksimum dimana masih terdapat sisa-sisa gas pembakaran di dalam ruang silinder
akan mengakibatkan tidak/kurang sempurnanya pemakaian bahan-bakar dan
mengakibatkan pemborosan untuk tiap HP/jam, maka oleh beberapa merek/pabrik
pembuat mesin telah didesign type/system pembilasan antara lain :
a. Pembilasan melintang/cross scavenging atau direct scavenging.
b. Pembilasan memutar/loop scavenging
c. Pembilasan membalik/reverse scavenging
d. Pembilasan memanjang/uniflow scavenging. B&W
SULZER sisa gas MAN STORK
GB
UB
8
P Kgf/Cm2 (bar)
45 B C
35
25
15
D
0 E F
A
TMA TMB V (volume )
Pada motor 2 langkah pemasukan bahan bakar dan pembuangan gas bekas terjadi pada
awal langkah kompressi dan akhir langkah kerja / expansi. Pada langkah kompressi (garis.
A-B), udara dimampatkan hingga tekanan ± 38 kgf/Cm2 dan suhunya naik sampai kira-kira
550 0C kemudian terjadi penyemprotan bahan bakar selama waktu yang telah ditentukan.
Bahan bakar ini bersinggungan dengan udara yang sangat panas hingga terjadilah
penyalaan (explosive) , dan pembakaran, dalam pada itu piston sudah mulai bergerak
kekanan hingga tekanan pembakaran hanya naik sampai ± 40 Kgf/Cm2 (garis B-C).
Setelah itu piston terdorong kembali kekanan, sambil gas mengembang dan memberi
usaha pada poros engkol (garis C-D). Kurang lebih 200 LE sebelum TMB lubang
pembilasan terbuka. Gas bekas mengalir keluar dan tekanan turun sampai ± 2 atm dan
piston masih terus bergerak kekanan (garis. D-E). 100 LE sebelum TMB piston membuka
pintu pembilasan . Udara baru masuk kedalam silinder sambil mendorong gas-gas bekas
pembakaran keluar. Sampai pada titik F piston akan kembali kesisi tutup lagi dan proses
akan berulang kembali.
Siklus berdasarkan Tekanan dan Panas Motor.
9
Siklus yang kita bicarakan adalah siklus ideal. Pada siklus ideal kita beranggapan bahwa :
1. Sifat-sifat phisis dan chemis dari medium zat kerja tetap selama panas tersebut
berlangsung.
2. Kwantitas (jumlah) zat kerja (gas) selama proses itu berlangsung tidak berubah, artinya
meskipun gasnya berganti-ganti tetapi gas yang dimaksud tetap sama.
3. Proses pemampatan dan pemuaiannya, adalah proses adiabatic, yang berarti tidak ada
pertukaran panas antara silinder dan gas.
4. Setelah panas pemampatan, zat kerja langsung menerima panas dari sumber panas
dan setelah proses pemuaian, gas tersebut meberikan panas kepada penerima panas
(udara luar)
5. Harga panas jenis dari zat kerja selalu tetap (tidak tergantung kepada suhu gas
tersebut).
Berdasarkan rumusan tersebut diatas, kita dapat menurunkan “rumus” mengenai daya
guna siklus tersebut, juga kerja yang dilakukan. Baik daya Guna, maupun hasil yang kita
peroleh dari perumusan tersebut diatas, merupakan daya guna teoritis dan kerja teoritis.
Siklus Ideal Motor Diesel.
Siklus ideal motor diesel 4 langkah, P – V diagramnya dapat digambarkan sbb :
T2 Q1 T3
(P)
T4
Q2
0 T1
V2 V3 V1
(V)
Siklus ideal motor Diesel 4 Langkah
Keterangan gambar :
0–1: Proses Pengisapan
1–2: Proses Pemampatan Adiabatis
2–3: Proses Pembakaran pada Tekanan Tetap
3–4: Proses Kerja / Expansi
4 -1: Proses Pembuangan Pendahuluan
1–0: Proses Pembuangan.
10
Perhitungan rendemen thermis theoritis adalah sebagai berikut :
Q2
1=
Q1
Q1 = G Cv (T4 − T1 )
Q2 = G C p (T3 − T2 )
Q1 Cv (T4 − T1 ) (T4 − T1 ) 1
= = =
Q2 C p (T3 − T2 ) (T3 − T2 ) k
Dimana :
1 Cv C
= k = p
k Cp Cv
P3 V3
P2 2
V5
Pa 0 1
V2 V4 V1
11
Keterangan :
0 – 1 : Langkah pengisian
1 – 2 : Langkah pemampatan adiabatic
2 – 3 : Pembakaran pada volume tetap
3 – 4 : Pembakaran pada tekanan tetap
4 – 5 : Langkah kerja ( expansi adiabatic )
5 – 0 : Langkah pembuangan
V1
---- : C ( perbandingan kompresi )
V2
V4
---- : є ( ratio pengisian), perbandingan volume pada saat mulai pembakaran dan saat selesainya pembakaran
V2
V3
---- : P ( ratio tekanan )
P3
TMA
TMB
Keterangan gambar :
1. Katup pemasukan terbuka.
2. Katup pemasukan tertutup
3. Katup pembuangan terbuka
4. Katup pembuangan tertutup
5. Overlap, saat ketup pemasukan dan katup pembuangan terbuka bersama-
sama/proses pembilasan.
12
Diagram engkol dari motor diesel 2 langkah
TMA
Injection ± 10-200 BTDC Fuel Valve closes (full load)
450 450
Exhaust closes 4 1 Exhaust opens
± 110 – 1500 BTDC 550 550 ± 110 – 1200 ATDC
Inlet Closes 3 2 Inlet opens ± 130 – 1500 ATDC
± 130-1500 BTDC
TMB
Keterangan gambar :
ideal motor diesel tidak berbentuk sebagaimana pada gambar, akan tetapi mengalami
deformasi sebagai terlihat pada gambar penyimpangan terjadi dari bentuk siklus ideal
tersebut disebabkan karena kenyataan yang terjadi dalam proses kerja motor diesel yang
sebenarnya.
13
Penyebab tersebut antara lain :
a. Percampuran udara dan bahan-bakar tidak sempurna
b. Ada gesekan pada saluran udara (masuk dan keluar)
c. Penyemprotan bahan-bakar tidak tepat waktu
d. Proses pembakaran butuh waktu
e. Proses pemampatan dan expansi tidak secara adiabatic
f. Pembukaan dan penutupan katup tidak tepat waktu
g. Pembukaan dan penutupan katup membutuhkan waktu
h. Pembakaran tidak sempurna
i. Terjadi kehilangan energi panas pada fluida pendingin dan gas buang
j. Langkah isap dan buang tekanan udara dalam silinder tidak sama dengan tekanan
atmosfer udara luar.
k. Terjadi kebocoran fluida pada Katup-katup dan piston dengan silinder.
Latihan soal :
e. Apakah yang dimaksud dengan diagram poros engkol ( beri contoh dengan gbr) !
14
Pokok Bahasan : Sistem penunjang kerja motor
Sub Pokok Bahasan : Sistem bahan-bakar
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran
a. Teori 2 jam pelajaran
b. Praktek 1 jam pelajaran
Materi.
15
Type / jenis Angka Octan D.I
Catatan :
D.I. = ( Diesel Indeks ) adalah, ukuran (kadar) yang dapat dipercaya untuk nilai
pembakaran.
a. System pemasukan bahan bakar minyak berat dengan system pompa sendiri.
Aliran bahan – bakar minyak secara umum saat dimasukan ke dalam silinder motor,
meliputi beberapa tahapan pekerjaan antara lain :
Silinder 1 2 3 4
Setling
tank
Filter
Transfer
Filter
Double bottom tank
pump
16
SYSTEM BAHAN BAKAR BERAT UNTUK MOTOR DIESEL PENGGERAK UTAMA.
b. Sistem distribusi.
Distributor
Poros Penggerak
distribusi
Saringan
Tanki bb Saringan
Pompa tekanan rendah
17
Dalam system ini pompa bahan-bakar dilengkapi dengan alat pengatur kapasitas,
pompa dipakai untuk beberapa silinder sehingga pompa bekerja lebih berat karena
harus melayani beberapa silinder. System pompa sendiri dan system distribusi
tekanan yang dihasilkan oleh pompa adalah sebanding dengan pangkat dua dari
kecepatannya karena adanya system roda gigi sebagai perantara penggeraknya.
Pada system distribusi pompa tersebut mengalir bahan bakar bertekanan tinggi
masuk kedalam distributor. Dalam distributor bahan-bakar dibagi pada setiap
penyemprot sesuai urutan penyalaan yang telah ditentukan. Pada system distribusi
pompa tekanan tinggi dilengkapi juga dengan alat pengatur kapasitas.
c. System Akumulator
Tekanan penyemprotan adalah konstan sebab tidak tergantung dari kecepatan poros
pompa dan pengaturan. Kapasitasnya dilakukan oleh alat tersendiri sehingga tidak
diperlukan ketelitian pemberatan yang terlalu tinggi. Juga memerlukan konstruksi
penyemprotan yang baik guna mendapatkan hasil yang sama kepada bahan-bakar
yang masuk kedalam silinder motor.
System ini pompa tekanan tinggi tidak dilengkapi dengan alat pengatur kapasitas.
Pompa mengalirkan bahan-bakar ke sebuah akumulator yang dilengkapi dengan
katup pengatur tekanan. Bila tekanan bahan-bakar dalam akumulator tinggi dari yang
ditentukan, maka katup akan terbuka sehingga bahan bakar akan kembali mengalir
kembali ke dalam pipa isap dari pompa tekanan tinggi. Dari akumulator ini bahan-
bakar akan mengalir kedalam alat pengatur kapasitas selanjutnya ke penyemprot dan
terus ke silinder sesuai urutan pembakaran yang telah ditetapkan.
18
Sil. 1 sil. 2 sil. 3 sil. 4
Penyemprot bb
Pipa bb
Prs. Penggerak
Tanki bb
Akumulator (tek tinggi)
Pompa tek tinggi
Katup pengatur tek. akumulator
pompa tek rendah
Filter Filter
Untuk menentuka jumla udara secara theoritis ( L th ) maka harus diketahui dahulu
banyaknya bahan bakar yang ada. Untuk motor bensin angka kelebihan udara
terletak antara 1 s/d 1.1 bilamana karburator dapat melakukan dengan constant.
Sedangkan untuk motor diesel dapat dihitung sebagai berikut :
Ni b
Pemakaian bb/silinder/menit =
60
N b
Pemakaian bb/sil/putaran = i
60 n
19
Untuk motor 2 tak langkah penyemprotan bb terjadi sekali tiap putaran. Untuk motor 4 tak
langkah penyemprotan bb terjadi sekali tiap dua putaran. Maka dengan mengingat
pemakaian bb/sil/menit banyaknya sekali semprotan adalah :
dimana :
N b
B 2.tak = i gram B = Jumlah bb setiap semprotan (gram)
z 60 n
Ni = Tenaga Indekatur………….. ( tk)
b = pemakaian bb/ipk.h ……….. (gram)
n = putaran/menit
Ni b
B 4.tak = gram z = Jumla silinder.
z 30 n
Bahan bakar minyak biasanya terdiri atas : 87% zat arang, 13 % zat air
Jadi untuk pembakaran 1 kg minyak diperlukan :
8
0.87 + 0.13 8 kg.zat , asam
3
Udara pada umumnya mengandung 23 % (prosentase berat), zat asam, maka untuk 1 kg
minyak diperlukan :
100 8
0.87 + 0.13 8 kg.udara
23 3
Pemakaian udara secara teoritis dapat diketahui apabila untuk tiap langkah kerja dapat
disemprotkan B gram bahan-bakar :
B 100 8
Lth = − 0.87 + 0.13 8 kg
1000 23 3
Bila ukuran silinder diketahui yaitu S, D, isi ruang kompressi, saat mulai kompressi,
tekanan awal dari kompresi dan banyaknya sisa gas pembakaran dari proses usaha maka
banyaknya udara sesungguhnya dapat dicari sebagai berikut :
20
P1
D 2 S (1 + x − y )
273
LW = 1.293.kg
4 1.033 T1
Dimana :
D = Diameter silinder……………………………………….. Cm
S = Langkah piston ………………………………………….Cm
P1 = tekanan awal kompresi,…………………………………kgf/Cm2.
T1 = suhu awal kompressi, …………………………………..derajat
x = isi ruang kompressi, ……………………………% terhadap isi langkah
y = saat kompressi dimulai, ………………………. % terhadap isi langkah
1.033 = berat jenis gas 0 0C dan 76 Cm Hg (air raksa)
1.293 = berat jenis udara pada 0 0C dan 76 Cm Hg (air raksa).
V3
2 3 =
V2
Biasanya V3 - V2 = 10 % V1
V2
V3
V1
0 L
21
SIKLUS TEKANAN RATA
Dibawah ini adalah daftar perbandingan kompresi yang umum dipakai pada motor
pembakaran.
TEK. AKHIR KOMPRESI PERBANDINGAN
MACAM MOTOR
(p.c.) KOMPRESI (c)
a. motor gas 6 – 8 atm 4.5 – 5.5
b. motor gas dapur tinggi ± 12 atm ± 6.5
c. motor gas generator 11 – 13 atm ±7
d. motor bensin 7 – 10 atm 4.5 – 5.8
e. motor bensin pswt. Terbang ± 15 atm 6–8
f. motor diesel 28 – 35 atm 14 – 17
g. motor diesel cepat ± 45 atm Sampai 20
Contoh soal :
VC
P1 = 0.9 atm
C = 13
N = 1.35
22
Vl + Vc Vl V
a) c= = + 1. → 13 = l + 1, atau ,Vl = 12.Vc
Vc Vc Vc
n
P1 V1
n
V
P2 = n
= P1 1
V2 V2
Jadi n
V + Vc
P2 = l = P1c n → P2 = 0.9 131.35
Vc
Log P2 = 1.45806
b). Pada kedudukan engkol 600 dimuka titik mati, maka proyeksi dari engkol diatas
P1 = 0.9 atm
V1 = V L + VC
V2 = VX + VC = ¼ VL + VC
= ¼ . 12 VC + VC = 4 VC
n 1.35
V V + Vc
P2 = P1 1 = 0.9 l
V2 4 Vc
1.35
13 Vc
1.35
13
= 0.9 →= 0.9
4 Vc 4
Jadi tekanan pada saat engkol berada 600 sebelum akhir kompresi adalah 6.38 atm.
Detonasi dapat terjadi pada semua motor bakar, yang sifatnya sangat merugikan karena :
a. Dapat mengurangi rendemen motor, sebab banyaknya panas yang hilang pada dinding
silinder dan terbuang ke udara luar
b. Mengakibatkan retak pada piston, piston rod dan lain-lain.
c. Menimbulkan getaran yang sangat besar pada motor
Pada gambar di bawah ini diperluhatkan peristiwa detonasi pada motor bensin dan motor
diesel dari diagram p – Q.
Perlambatan penyalaan b
60
Normal
50
2 a d
Mulai pengabutan 1 Detonasi pd motor bensin
Kompressi 25 tanpa pembakaran
Kompressi Penyalaan
60 40 20 TMA 20 40 60
Q
24
DIAGRAM PROSES TERJADINYA DETONASI PADA MOTOR
Pada gambar di atas terlihat bahwa detonasi terjadi pada motor diesel saat awal
pembakaran, sedangkan pada motor bensin saat akhir pembakaran.
Garis tekanan (a) menunjukan bahwa didalam silinder tidak terjadi pembakaran.
Pada titik (1), memperlihatkan mulainya terjadi pengabutan bahan bakar dalam keadaan
normal, dan terjadilah garis tekan (b) secara normal juga. Apabila bahan-bakar
disemprotkan mulai dari titik (1) tidak langsung terbakar dan akan terbakar pada titik (2).
Bahan bakar yang disemprotkan dari 1 sampai 2 yang terbakar sekaligus akan
mengakibatkan terjadi kenaikan tekanan yang mendadak dan kuat sehingga gas-gas
dalam silinder bergetar. Dalam hal ini digambarkan dengan garis tekan (c) yang
bergelombang.
Kekuatan bertahan dari minyak diesel terhadap detonasi dapat dinyatakan dengan
bilangan (nilai cetaan). Cara menghitung bilangan cetaan sama dengan menghitung
(bilangan octaan), hanya motor percobaan jelas berlainan. Karena cara ini mahal, maka
kadang-kadang penyelidikan dilakukan dengan campuran minyak yang telah ditera lebih
dahulu dengan cetaan.
Campuran-campuran minyak semacam inilah yang disebut bahan – bakar referensi
Secundair. Bahan yang dipakai motor diesel biasanya nilai cetaan antara 40 sampai 70.
Percampuran tetra-ethyllead dengan bahan-bakar menimbulkan detonasi, sedangkan
aethyllnitrat meniadakan detonasi.
Kalau kita lihat usaha-usaha menghilangkan detonasi baik pada motor diesel maupun
motor bensin, maka dapat disimpulkan detonasi pada motor bensin terjadi karena bahan
25
bakar terbakar terlalu cepat, sedangkan detonasi pada motor diesel terjadi karena bahan-
bakar terbakar terlampau lambat.
Latihan soal :
a. Sebutkan syarat-syarat terjadinya proses pembakaran yang sempurna !
b. Sebutkan jenis-jenis pembakaran yang terjadi pada motor diesel !
c. Jelaskan akibat apa yang timbul bila pembakaran kurang sempurna !
d. Sebutkan syarat-syarat bahan-bakar!
e. Jelaskan proses pemasukan bahan-bakar kedalam silinder
f. Apakah yang dimaksud dengan perbandingan kompresi pada motor diesel
g. Jelaskan apa yang dimaksud dengan detonasi pada motor bakar diesel
h. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya detonasi
i. Bagaimana caranya untuk menghindarkan terjadinya detonasi.
GOVERNOR
26
FO. INJECTION PUMP
27
FO. INJECTION VALVE
28
Perawatan terhadap system bahan – bakar minyak.
1) Menjaga kebersihan minyak / bahan-bakar dari adanya kandungan air maupun
endapan dengan menggunakan oil separator dan filter.
2) Menjaga tidak ada udara dalam system.
3) Menjaga tidak ada kebocoran.
Proses Pembakaran :
1. Syarat – syarat pembakaran yang sempurna pada sebuah motor diesel ialah :
a. Kompressi udara harus tinggi untuk mencapai suhu yang tinggi pula.
Untuk mencapai kompressi yang tinggi ialah dengan jalan mengupayakan agar
kebocoran-kebocoran sekecil mungkin, antara lain :
1) katup iasap dan buang harus betul-betul tertutup rapat,
2) pegas-pegas katup harus memenuhi syarat,
3) penyalur katup (valve guide) tidak boleh longgar,
4) dudukan katup (valve guide) harus bersih dan rata,
5) piston ring harus cukup tegangnya serta kelonggaran harus tepat,
6) silinder liner harus halus dan licin serta tidak cacat.
b. Penyemprotan bahan-bakar yang sehalus-halusnya.
Untuk menghasilkan penyemprotan bahan-bakar yang cukup halus, diperlukan :
1) Tekanan injection valve harus cukup tinggi (140 kgf/cm2),
2) Nozzle tidak boleh bocor serta lubangnya tidak tersumbat
c. Kualitas bahan-bakar harus baik, tidak bercampur dengan air atau bahan-bahan
lainnya.
29
Untuk mendapatkan bahan-bakar yang baik dan bersih harus :
1) Disaring terlebih dahulu melalui filter sebelum masuk bosch pump,
2) Bahan bakar harus disalurkan melalui separator terlebih dahulu.
d. Waktu penyemprotan harus tepat, Harus diadakan pengecekan terhadap timing
crankshaft dengan camshaft, agar penyemprotan dapat berlangsung sesuai
petunjuk.
e. Penghalus udara hisap harus lapang dan tidak terhambat, maka saringan udara
(air filter) tetap dijaga jangan sampai tersumbat oleh kotoran / debu agar udara
bersih masuk silinder.
31
2. RUANG BAKAR KAMAR MUKA (Prechamber)
(gambar 14)
32
2. Percampuran harus baik dari setiap bahan-bakar dengan
bagian-bagian udara, sehingga pembakaran dapat berlangsung lebih cepat.
Percampuran ini dapat dicapai dengan cara mengadakan pusaran-pusaran udara
dalam ruang pembakaran.
3. Memasukan lebih banyak udara dari pada yang dibutuhkan
untuk pembakaran menurut perhitungan, agar setiap bahagian bahan-bakar
mendapat cukup udara agar dapat terbakar pada waktu yang tepat dan cepat.
Misalnya pada motor diesel, dimasukan udara dua kali lebih banyak dari pada
kebutuhan menurut teori.
33
SYSTEM BAHAN BAKAR
Suhu gas-gas pembakaran dalam suatu silinder motor, segera setelah adanya
pembakaran, tergantung dari Nilai Pembakaran bahan bakar, dan dari banyaknya
kelebihan udara. Suhu pada umumnya amat tinggi: dan variasi untuk keadaan yang
berbeda-beda antara 1200 sampai ± 16000C
Pembakaran merupakan akibat dari kenaikan suhu akan mencoba membesarkan
volumenya dengan sekian banyak kali lipat dank arena dinding silinder akan
menghalanginya, maka terjadilah suatu tambahan tekanan yang amat kuat.
Apabila kita upayakan agar gas-gas yang telah terbakar, tidak terlalu banyak kehilangan
panas, karena pendingin dinding silinder, untuk memuai (expansi) untuk menggerakan
piston kebawah (luar) untuk memindahkan gerakannya (usaha) pada poros engkol.
Demikian pulah bila piston bergerak keatas (dalam) dalam suatu silinder motor maka gas-
gas dalam silinder dibuat tekanannya menjadi tinggi (Kompresi) melalui gerak poros engkol
yang mengambil tenaga dari sumber lain.
Suatu ekspansi atau kompresi, demikian itu merupakan perubahan terahadap tekanan,
volume atau suhu hal ini disebut “ perubahan keadaan”.
Ketika terjadi perubahan itu, maka nilai-nilai yang berhubungan dengan tekanan, volume
dan suhu, mempunyai rumus umumnya adalah sebagai berikut :
P.V = R. T ( 1.01)
Dimana :
34
3. Proses Perpindahan Panas
Sesuai dengan ketiga cara perpindahan panas maka dikenal pula ketiga hukum yaitu :
a. Hukum Fourier.
b. Hukum Newton
c. Hukum belfman
Menurut hukum Newton jumlah panas yang berpindah secara konveksi berbanding lurus
dengan selisih suhu sehingga secara aljabar dapat ditulis sbb:
36
Q = aΔt
Menurut hukum Fourier, jumlah panas yang berpindah secara konduktif berbanding lurus
dengan suhu, serta berbanding terbalik dengan tebal dinding yang dilaluinya, sehingga
dengan kata lain ditulis sebagai berikut :
Q~ t /1
Q = גΔt/1
Dari kedua hukum di atas, perpindahan panas melalui dinding silinder ke zat pendingin
dapat diturunkan rumus dengan melihat gambar dibawah ini :
kabut gas
Gas
Air Gas
t. max
Δt
kabut
t. min
cairan
t.dg
t.g
Air
t.min
t.dp
t.p
37
I I
Proses perpindahan panas melalui dinding silinder
Jumlah panas yang berpindah dari gas ke dinding silinder (secara konveksi),
Ialah :
Q = ג ( tdp – tp )
Sedangkan jumlah panas yang berpindah secara konveksi dari dinding luar ke zat
pendingin :
Q = p ( tdp – tp )
Suhu luar dinding silinder, sedikit lebih tinggi dari pada suhu zat pendingin, karena adanya
kabut zat pendingin yang menempel pada dinding. Koefisien konveksi pada sisi pendingin
silinder ( p ) dengan zat pendingin air, untuk berbagai kecepatan aliran air ialah antara
0.2 sampai dengan 1.5 m/det dapat dihitung dengan rumus :
38
Dimana kecepatan air pendingin pada dinding menggunakan satuan. Dari percobaan
diperoleh beberapa data sebagai berikut :
p = 300 s/d 400 untuk air diam
= 2000 s/d 3000 untuk air kecepatan 1 m/det
= 6000 untuk air kecepatan 2 m/det
= 9000 untuk air kecepatan 5 m/det.
Dari rumus serta angka-angka empiris ini nyata bahwa makin tinggi kecepatan aliran air
makin tinggi koefisien konveksinya.
Koefisien konduksi ( ) גuntuk silumin = 130 dan baja = 30, masing-masing dalam satuan
kkal/m2 jam derajat. Jumlah panas yang dipindahkan dari gas ke zat pendingin dengan
Q
t g − t dg =
g
Q
t dg − t dp =
/
Q
t dp − t p =
p
1 1 1
Bila, dijumlah : t g − t p = Q + +
g / p
1
Bila : =k
1 1 1
+ +
g / p
Dimana : k koefisien perpindahan panas total, maka jumlah panas yang pindah dari
39
Nilai k untuk air = 250 sampai dengan 800 dan untuk udara 40 sampai dengan 180
Perpindahan panas ini dialami pada dinding silinder. Kita mengetahui suhu gas dalam
silinder selalu berubah-ubah. Perubahan tersebut dialami juga oleh dinding silinder.
Perubahan suhu maksimum dan minimum rata-rata selama satu siklus pada berbagai
tempat dari dinding suatu motor dapat diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
300
250
200
175
150
750C
Dari gambar ini ternyata bahwa suhu rata-rata itu turun kearah zat pendingin. Garis-garis
ishotermis pada tabung silinder dan puncak piston suatu motor diesel, ditunjukan pada
gambar dibawah ini, bahwa dari percobaan ternyata bagian terbesar dari panas yang
berpindah dari puncak piston ke dinding silinder disalurkan melalui piston ring.
3500C 380
120,3t 2500C
105.2t 2000C 350
1500C
1196 344
40
100 Q
86 Q
Perpindahan panas melalui air pendingin pada motor bakar adalah sangat besar
Perpindahan panas melalui air terjadi dalam radiator, dinding silinder dan piston-piston.
a. Perpindahan panas pada air yang mengalir bebas kedalam rongga yang terdapat
disekeliling silinder.
41
RONGGA PENDINGIN DISEKELILING SILINDER.
b. Perpindahan panas pada air yang mengalir melalui radiator / alat pendingin
42
5. Jumlah panas yang diserap oleh dinding silinder dan air pendingin tergantung pd
:
a. Lama berputarnya/bekerjanya motor
b. Kualitas dari system pendingin
c. Panas jenis dari air pendingin yang digunakan.
d. Suhu air pendingin
Perhitungan panas yang diserap air pendingin tersebut kita hitung dengan rumus :
Q = G. c. ( Δ t ) ………………….. …………………………kkal.
Q = Jumlah panas yang diserap oleh air pendingin……..kkal
G = berat air pendingin ……………………………………..kg atau liter
Contoh soal :
i. Tiap jam banyaknya panas
yang diserap air = 60.000 kkal.
Suhu air pendingin masuk ( t1 ) = 15OC
Suhu air pendingin keluar (tertinggi) t2
Panas jenis air = 1
Maka tiap jam air pendingin yang dipakai :
60.000 60.000
= = 1700 kg/jam
( 50.15 ) 35.1
Bila berat jenis air pendingin = 1. maka Volume air = 1700 liter
Jadi banyaknya air pendingin yang diperlukan selama 1 jam = 1685,3 liter.
44
Pokok Bahasan : Sistem penunjang kerja motor
Sub Pokok Bahasan : Sistem Minyak Pelumas
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran
a. Teori 2 jam pelajaran
b. Praktek 1 jam pelajaran
45
2) Tentang perawatan terhadap minyak pelumas
3) Tentang system sirkulasi minyak pelumas.
Materi.
Pada instalasi mesin utamanya motor diesel, system pelumas adalah sangat vital
sehingga bila sampai terjadi pelumasan yang tidak sempurna, akan mengakibatkan
kerusakan yang sangat fatal.
46
o Temperatur minyak pelumas harus tetap berada pada temperature aman yang
telah ditentukan agar tidak terbakar.
Gejala-gejala / indikator bahwa minyak pelumas sudah rusak dan tidak boleh
dipakai lagi.
1. Apabila minyak pelumas dalam system berubah warna menjadi agak keputih-
putihan seperti susu, hal ini dimungkinkan telah bercampur dengan air tawar, agar
segera diperiksa keadaan silinder liner (mungkin terjadi kebocoran) atau air tawar
pendingin injection valve, atau dapat diberikan system teleskop sebagai pendingin
piston.
2. Apabila warna minyak pelumas menjadi kehijauan seperti Lumpur cair,
dimungkinkan bercampur dengan air laut, agar segera memeriksa air got kamar
mesin kemungkinan luber dan masuk LO. Sump tank atau periksa juga LO. Cooler
mungkin bocor.
3. Jumlah / volume minyak pelumas dalam sump tank terlalu banyak dan encer serta
berbau solar, apabila terjadi kondisi seperti ini maka perlu secepatnya memeriksa
FO. Injection valve kemungkinan terjadi kebocoran Nozzle, selanjutnya bb tidak
terbakar dan ditarik oleh oil scraver ring kemudian mengalir kedalam crank case
4. Apabila minyak pelumas dalam system berubah warna menjadi hitam dan cepat
encer hal ini dimungkinkan kelonggaran piston ring, atau piston ring itu sendiri
sudah lemah/aus/bocor atau jumlah/volume minyak pelumas dalam sump tank
sering kali kurang dan lambat ditambah jumlahnya.
System Pelumasan :
47
Lub Oil Lub Oil
Storage TK Heating TK
Heater
Cylinder Cooler
1 2 3 4 5 6
48
LUBRICATING OIL SYSTEM for MAIN DIESEL ENGINE
Lo . lo
storage. heating
TK TK
To heating tank
pressure filter
heater
in
sw.out
Main Diesel
Engine
Lo.pump
section lo.purifier
filter LO. Sump Tank
section to.lo.purifier
49
Pokok Bahasan : Sistem penunjang kerja motor
Sub Pokok Bahasan : System Pendinginan / cooling system
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran
a. Teori 2 jam pelajaran
b. Praktek 1 jam pelajaran
TIU : Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini Taruna memahami
tentang system pendinginan pada sebuah motor diesel
penggerak kapal.
TIK : Taruna dapat jelaskan tertulis dan peragakan :
1. Tentang system pendinginan terbuka
2. Tentang system pendinginan terbuka
3. Tentang system pendinginan air laut
4. Tentang system pendinginan air tawar
5. Tentang system perpindahan panas
Materi.
Agar motor diesel dapat bekerja secara terus-menerus dengan aman dan awet, maka
panas yang diterima oleh komponen-komponen motor diesel misalnya silinder liner, kepala
silinder, katup gas buang harus diserahkan/dipindahkan kepada fluida pendingin. Ada
beberapa pilihan untuk system pendinginan, tetapi dengan berbagai pendinginan untuk
motor diesel kapal dipilih air tawar sebagai media pendingin. Dengan kata lain, selama
motor diesel bekerja membutuhkan pendinginan.
Selain panas yang ditimbulkan oleh hasil pembakaran bahan-bakar, panas juga dapat
timbul akibat gesekan antara 2 logam yang saling bergerak misalnya, poros terhadap
bantalannya, piston ring terhadap liner, kepala silang terhadap peluncurnya. Logam-logam
tersebut pada suhu yang tinggi akan meleleh. Oleh karena itu panas yang terkandung
harus ke media pendingin.
A. Pendinginan Terbuka.
Yang dimaksud dengan pendinginan terbuka adalah system pendinginan motor diesel
menggunakan media pendingin air laut secara langsung.
Keuntungannya:
➢ System cukup sederhana, tidak memerlukan tanki expansi, cooler air pendingin
sehingga biaya lebih murah
50
➢ Media pendingin / air laut selalu tersedia.
Kekurangannya :
❖ Pada suhu lebih dari 500C akan terjadi kerak-kerak garam yang akan
mempersempit saluran pipa
❖ Resiko terhadap proses korosi sangat besar sehingga motor akan lebih cepat
rusak
❖ Resiko bila berlayar pada daerah dingin kita akan kesulitan mengatur suhu air laut
masuk karena terlalu rendah sehingga silinder liner dapat retak karena perbedaan
suhu sangat tinggi dari air laut dengan suhu didalam silinder liner.
B. Pendinginan Tertutup
Yang dimaksud dengan pendinginan tertutup adalah, motor diesel didinginkan
dengan fluida cair/air tawar, selanjunya air tawar didinginkan dengan air laut dalam
cooler.
Keuntungannya :
➢ Dengan media air tawar, maka resiko terhadap korosi dapat dicegah/dihindari
➢ Pengaturan suhu masuk dan suhu keluar dari air pendingin lebih mudah diatur
lewat cooler.
Kekurangannya:
❖ Ketergantungan terhadap persediaan air tawar pendingin
❖ System penataan pipa menjadi lebih mahal, karena adanya cooler, tanki
expansi dan pipa-pipanya.
Pada Fresh Water Cooling/pendinginan air tawar terdapat 2 buah kran air laut / seachest
yang letaknya di bawah dan di atas
Seachest sisi atas dibuka saat kapal memasuki daerah pelabuhan atau alur sungai karena
dikhawatirkan adanya Lumpur yang akan terhisap oleh pompa air laut pendingin.
Sedangkan seachast sisi bawah dibuka saat kapal telah berlayar pada lautan bebas
dengan maksud isapan pompa akan lebih kuat serta kapasitasnya akan maksimum.
Adanya fresh water cooling expansion tank, berfungsi untuk ruang berkembangnya air
tawar sebagai pendingin ketika panas, agar pipa-pipanya tidak pecah. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengontrol bila jumlah / volume air berkurang, sekaligus tempat
penambahannya. Adapun aliran air tawan dan air laut sebagai pendingin dapat
digambarkan sebagai berikut :
51
Aliran system pendinginan air laut / Sea Water Cooling System :
FW.Expansion TK
To.Over board
seachest low
52
Pokok Bahasan : Sistem penunjang kerja motor
Sub Pokok Bahasan : Sistem Udara Penjalan / Air Starting System
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran
a. Teori 2 jam pelajaran
b. Praktek 1 jam pelajaran
TIU : Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini Taruna memahami
tentang system udara penjalan pada sebuah motor diesel
penggerak kapal.
TIK : Taruna dapat jelaskan tertulis dan peragakan :
1. Tentang system udara untuk menghidupkan motor diesel
2. Tentang persyaratan bejana udara untuk start motor
3. Tentang system supercharging/pengisian tekan
Materi :
Untuk menghidupkan / menstart sebuah motor diesel dapat dilaksanakan melalui beberapa
cara :
o Dengan motor stater yang digerakan oleh accu – untuk motor diesel kecil
Pada dasarnya sebagai penggerak awal motor-motor diesel kapal yang besar umumnya
menggunakan system udara tekan guna menghidupkan motor diesel, terutama pada saat
start awal dan mengolah gerak.
Persyaratan kapasitas bejana udara untuk penggerak awal motor induk kapal :
Bejana udara diharuskan memiliki ketentuan tekanan maksimum ( 30 kg/cm2) tanpa diisi
kembali harus dapat menstart sebuah motor diesel penggerak kapal :
a. 12 kali berturut-turut bagi motor diesel induk tanpa kopling pembalik arah putaran.
b. 6 kali berturut-turut bagi motor diesel induk yang dilengkapi dengan kopling
Reducer
54
55
SUPERCHARGING ( Pengisian Tekan)
56
SYSTEM TURBOCHARGER 2 TINGKAT
57
SYSTEM PENGISIAN TEKAN
58
PENGERTIAN / DEFINISI
Pengelompikan pipa gas buang didasarkan pada Firing Order pada system denyut /
pulse, system ini diameter exhaust manifold-nya tidak besar, sehingga baik tekanan
maupun kecepatan gas buang keluar dari silinder tidak mengalami penurunan. Hal ini
berakibat putaran roda sudu turbin gas buang menjadi sangat tinggi. Udara yang
dihasilkan cukup banyakuntuk pembakaran bahan-bakar dalam silinder sehingga
pembakaran bahan-bakar sempurna dan daya motor maksimal/maksimum.
Adapun kekurangan dari system ini adalah susunan pipa exaust manifold menjadi tidak
sederhana karena harus mempertimbangan Firing Ordernya.
2. System Tekanan Rata adalah : Gas buang yang keluar dari masing-masing silinder
Diameter pipa gas buang menurun. Hal ini berakibat putaran turbochargernya tidak
59
setinggi system denyut, dan udara yang dihasilkan blower udara Bantu yang digerakan
oleh motor listrik. Terutama saat mengolah gerak dimana putaran motor belum stabil.
3. System serie adalah : Udara hasil turbo blower dipasang serie dengan udara hasil
4. System Paralel adalah : Udara hasil turbo blower dipasang paralel dengan udara hasil
5. System Serie & Paralel adalah : Kombinasi dari kedua system tersebut di atas yaitu
Untuk motor penggerak utama dengan kilowatt yang besar serta berputaran rendah
misalnya : pada motor 2 langkah, dimana sisi bawah piston sebagai pompa udara
pengganti blower Bantu.
60
SYSTEM PENGISIAN TEKAN MOTOR 4 TAK
PENGISIAN TEKAN(TORBOCHARGER)
61
TURBO CHARGER
Gas udara
Group I : cylinder 1 – 2 – 3
Goup II : cylinder 4 – 5 – 6
Torbo turbo
Charger blower filter
Exhaust manifold
Air cooler
1 2 3 4 5 6
62
Gas udara
turbo
blower
air cooler
exhaust manifold
1 2 3 4 5 6
1–3–5–6–4–2
63
Sisi gas buang system denyut.
Goup I : cylinder 1 – 4 – 5
Group II : Cylinder 2 – 3 - 6
flue gas
1 2 3 4 5 6 inter cooler
380
Inlet manifold
Motor diesel 4 tak 6 silinder dengan pengisian tekan
Sisi gas buang system denyut/pulse system dengan 1 zet turbocharger
Gas gas
turbo blower I turbocharger I turbo blower II
turbo charger II
filter filter
4800C 4800C
0
70 C Exhaust manifold 700C
inter inter
cooler cooler
1 2 3 4 5 6
64
Inlet manifold inlet manifold
inter cooler
1 2 3 4 5 6 in
380C
Inlet manifold
Pada motor diesel berselinder banyak, urutan pembakaran (penyalaan) harus diatur agar
ledakan tidak terjadi secara berturut-turut dalam silinder yang berdampingan. Hal ini
dimaksudkan bahwa denyut tenaga yang merata dapat menghasilkan gaya putar yang
seragam untuk mencegah bantalan-bantalan diantara tiap silinder menjadi rusak karena
adanya gaya yang berlebihan. Firing Order harus ditentukan oleh amplitude getaran
tersonal atau mempertimbangkan susunan pengisian lanjut.
Contoh :
Motor diesel 4 tak (4 langkah) 6 silinder 1-6
65
2 3600
Firing internalnya adalah = = 1200 engkol
6
120
5-2 3-4
5 4
60
3 2
7-2
Demikian pula dengan motor diesel type “V”
Motor diesel 4 tak 8 silinder susunan Firing Ordernya : L. 1 – 3 – 4 – 2
66
R. 4 – 2 – 1 – 3
Motor diesel 4 tak 12 silinder denga susunan firing ordernya : L. 1 – 4 – 2 – 6 – 3 – 5
R. 6 – 3 – 5 – 1 – 4 – 2
3 1–3–2
3 2
4 1–3–4–2 3 4
2
1
5 4
5 1 – 5 –2 – 3– 4
2 3
6 5
6 1–6–2–4–3–5
2 3
4
1
7 6
7 1–7–2–5–4–3–6
2 3
5 4
1
8 7
67
8 1–8–2–6-4–5–3-7 2 3
6 5
TMA
TMB
katup buang
piston
katup isap
P.kg/cm2
P.maximum
4
P. akhir 3
2
1
volume
TMA TMB
ktp.buang tertutup
150 450
selesai semprot
100
TMA 50 TMB
mulai semprot
68
Diagram P-V Motor diesel 4 tak kerja tunggal
TMA TMB
P.kg/cm2
45 B C
40
35 expansi
30
25 kompresi
20
10
D
E F volume
1
TMA TMB
pintu gas buang terbuka
pintu udara bilas terbuka
selesai semprot
100 450
50
mulai semprot 45 0
8
7
6 5 pintu gas buang terbuka
4 3 2 1
70
h 9 = 30 mm Pi = 8,25 kg/cm2
h 10 = 41 mm +
H total = 165 mm
Ignition
compresi
compresi
Diagram Indekatur kondisi
Normal proses comp proses expansion
max
Injector mengabut
Lebih awal
Injector terlambat
mengabut
71
Ada kebocoran pada
Piston ring
Pembakaran
Terlambat
Injector Menetes
72
DEFLECTION OF CRANCKSHAFT
Crank
Code Silinder Number
Position
Bottom Port BP 1 2 3 4 5 6 7
Bottom Port BP 0 0 0 0 0 0 0
Port P 6 1 7 -9 -4 4 1
Top T 12 3 13 -16 -12 3 5
Starboard S 6 3 6 -7 -8 3 6
Bottom Starboard BS -1 2 -2 2 1 -4 -1
Bottom ½(BP+BS) B 0 1 -1 1 0 -2 0
Top – Bottom V 12 2 14 -17 -12 7 5
P–S H 0 -2 1 -2 4 1 -5
T+B C 12 4 12 -15 -12 3 5
P+S D 12 4 13 -16 -12 7 7
(C+D) sebaiknya mendekati sama , untuk C.B. agar diulangi
(+)
open
P S
(-)
closing
BP BS
73
5 0 5
10 10
- +
15 15
20 20
25
0 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 in mm
Stroke of Piston in mm
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
Good Admissible
74
UOTSIDE Bearing HIGHTER
Than CENTRE Bearing
Materi :
Neraca Panas
Dengan adanya pendingin pada motor, maka akibat panas pembakaran akan
menimbulkan kerugian penas atau banyaknya panas yang harus diserahkan kepada air
pendingin. Untuk mengetahui pembagian panas pada suatu motor bakar dapat dibuatkan
diagram pembagian panas atau neraca panas ( heat balance) Pada neraca panas ini dapat
dituliskan presentase panas yang berubah menjadi kerja mekanik yang berguna, yang
75
76
77