Anda di halaman 1dari 18

Peralatan dan Tata

Susunan Keselamatan Jiwa

Oleh:
RUSMAN, S.SiT
Bagian A
Definisi
Untuk kegunaan dalam materi ini adalah :
1 Personil yang berijasah adalah personil yang memiliki sertifikat kecakapan
dalam menggunakan sekoci penolong dikeluarkan oleh Pemerintah, atau
yang dinyatakan berlaku oleh Badan Pemerintah sesuai persyaratan
Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, sertifikasi dan
pengawasan pelaut, yang berlaku; atau orang yang memiliki sertifikat yang
diterbitkan atau disetujui oleh Badan Pemerintah bukan peserta Konvensi
yang digunakan untuk tujuan yang sama dengan sertifikat Konvensi.
2 Deteksi adalah penentuan lokasi penyelamatan atau kendaraan penolong.
3 Tangga embarkasi adalah tangga yang disediakan pada stasiun embarkasi
sekoci penolong untuk memungkinkan jalan keluar yang aman menuju
sekoci penolong setelah peluncuran.
4 Mengapung setelah peluncuran bebas adalah metode peluncuran
kendaraan penolong sedemikian rupa sehingga secara otomatis lepas
pada saat kapal tenggelam dan siap digunakansehingga.
5 Peluncuran jatuh bebas adalah metode suatu kendaraan penolong yang
lengkap dengan awak dan perlengkapannya yang dilepas dan
memungkinkan jatuh ke laut tanpa adanya penahan.
6 Baju tahan dingin adalah baju pelindung yang berfungsi untuk
mengurangi hilangnya panas badan pada orang yang mengenakan baju
tersebut di air dingin.
7 Peralatan yang dapat mengembung adalah peralatan yang bersifat tidak
tegar yang dapat dikembungkan dengan pengisian dari tabung gas
sehingga dapat mengapung dan biasanya disiagakan dalam keadaan tidak
mengembung aman senantiasa siap beroperasi.
8 Peralatan kembung adalah peralatan yang tidak tegar yang dapat
dikembungkan dengan pengisian dari tabung gas sehingga dapat
mengapung dan disiagakan dalam keadaan dikembungkan dan siap
digunakan setiap saat.
9 Peralatan peluncuran atau tata susunan adalah sarana untuk
memindahkan kendaraan penolong atau peralatan penyelamat dan tempat
penyimpananya ke air dengan aman.
10 Panjang adalah 96% dari panjang total diukur dari garis air dengan sarat
85% dari tinggi geladak yang diukur dari sisi atas lunas, atau panjang
diukur dari sisi depan linggi haluan hingga ke sumbu poros kemudi pada
garis air yang sama, dipilih yang lebih besar. Pada kapal yang didesain
dengan lunas miring, garis air yang diukur adalah sejajar dengan garis air
desain.
11 Tinggi pengukuran :
 .1 Tinggi pengukuran adalah jarak vertikal diukur dari sisi atas lunas
hingga sisi balok geladak pada geladak lambung timbul di sisi kapal.
Kapal yang dibuat dari kayu dan komposit atau campuran, jarak ini diukur
dari sisi bawah ujung papan pengapit lunas. Jika bentuk bagian bawah
dari penampang melintang kapal adalah cekung atau bila dipasang pelat
pengapit lunas yang tebal, maka jarak diukur dari titik perpotongan bagian
kulit dasar yang datar dengan sisi lunas.
 .2 Pada kapal yang mempunyai tepi geladak yang dibundarkan tinggi
diukur hingga titik perpotongan dari garis sisi geladak dengan pelat sisi,
garis yang memanjang mengikuti bentuk geladak yang dibundarkan
adalah berbentuk sudut.
 .3 Bila geladak lambung timbul terpenggal dan bagian geladak yang
ditinggikan memanjang melampaui titik dari tinggi pengukuran maka
tinggi harus diukur hingga garis perpanjangan dari bagian geladak
terendah yang sejajar dengan bagian geladak yang ditinggikan.
12 Alat - alat penolong dan tata susunannya yang baru adalah suatu alat
penolong atau tata susunannya yang merupakan bentuk baru yang tidak
sepenuhnya diatur dalam persyaratan peraturan ini namun memberikan
standart keselamatan yang sama atau lebih tinggi.
13 Perahu penyelamat adalah perahu yang didesain untuk menolong orang
dalam keadaan darurat dan untuk menggandeng kendaran penolong.
14 Pemulihan kembali adalah pemulihan kembali orang- orang yang
menyelamatkan diri dengan aman.
15 Bahan Retro-reflective adalah bahan yang memantulkan cahaya kearah
datangnya sinar.
16 Pelayaran internasional jarak pendek adalah pelayaran internasional
dengan jarak pelayaran tidak lebih dari 200 mil dari suatu pelabuhan atau
tempat dimana penumpang dan awak dapat ditempatkan dengan aman.
Demikian juga jarak dari pelabuhan terakhir ke negara lain hingga kembali
lagi ke pelabuhan tersebut tidak melebihi 600 mil. Pelabuhan tujuan akhir
adalah pelabuhan terakhir yang disebut didalam jadwal pelayaran dimana
kapal memulai pelayaran pulang pergi ke negara dimana pelayaran dimulai.
17 Kendaraan penolong adalah kendaraan yang mampu untuk
mempertahankan jiwa dalam mara bahaya setelah orang- orang
meninggalkan kapal.
18 Perlindungan panas adalah tas atau pakaian yang dibuat dari bahan tahan
air dengan konduktifitas panas yang rendah.
19 Kapal penumpang ro-ro adalah kapal penumpang yang dilengkapi dengan
ruang muat ro-ro atau ruangan sebagaimana ditentukan dalam Peraturan II-
2/3.
KAPAL PENUMPANG DAN KAPAL BARANG

Komunikasi

1 Paragraf 2 berlaku untuk semua kapal penumpang dan semua kapal


barang dengan tonase kotor 300 atau lebih.
2 Peralatan Radio Keselamatan
2.1 Peralatan Radio telepon VHF dua arah
Minimal tiga perlengkapan radio telepon VHF dua arah harus disediakan
untuk setiap kapal penumpang dan setiap kapal barang dengan tonase
kotor 500 atau lebih. Minimal dua perlengkapan radio telepon VHF dua
arah harus disediakan untuk setiap kapal barang dengan tonase kotor
300 atau lebih tetapi kurang dari tonase kotor 500
2.2 Radar Transpoder
Minimal sebuah transpoder radar harus dipasang pada masing-masing
sisi setiap kapal penumpang dan kapal barang dengan tonase kotor 500
atau lebih. Minimal sebuah peralatan transpoder radar harus dipasang
pada setiap kapal barang dengan tonase kotor 300 atau lebih tetapi
kurang dari 500
3 Nyala api marabahaya
Tidak kurang dari 12 cerawat payung roket yang memenuhi ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan 35, harus dipasang dan ditempatkan pada atau
dekat dengan anjungan navigasi.
4 Sistem komunikasi dan alarm di kapal
Peralatan darurat yang terdiri dari salah satu peralatan tetap atau jinjing
atau keduanya harus disediakan untuk komunikasi dua arah antara
stasiun kendali darurat, tempat pengumpulan dan stasiun embarkasi dan
posisi strategis lainnya.
Sistem alarm darurat umum sesuai ketentuan Peraturan 50 harus
disediakan dan dapat digunakan untuk memanggil penumpang dan ABK di
stasiun pengumpulan dan untuk mengawali tindakan yang ditentukan di
dalam daftar sijil darurat. Sistem itut harus dilengkapi oleh salah satu
Sistem Pemberitahuan Umum atau peralatan lain yang sesuai untuk
komunikasi.
5 Sistem pemberitahuan umum
Sistem Pemberitahuan Umum harus menjadi suatu sistem yang lengkap
meliputi instalasi pengeras suara yang memungkinkan siaran radio
berurutan menyiarkan pesan-pesan ke semua tempat dimana ABK atau
semua penumpang, atau keduanya, biasanya berada dan menuju ke
stasiun pengumpulan
Alat - alat penolong personil
1 Alat-alat Apung
1.1harus didistribusikan sedemikian rupa sehingga tersedia pada kedua sisi kapal dan
sepanjang dapat memungkinkan di seluruh geladak yang membentang di sisi kapal;
minimal satu alat apung harus ditempatkan di sekitar buritan;
harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat dilepas dengan cepat, dan tidak diikat
secara permanen dengan cara apapun
1.2 Minimal sebuah alat-alat apung di masing-masing pada sisi kapal harus dilengkapi tali
penolong terapung dengan panjang yang sama tidak boleh kurang dari dua kali tinggi
dimana pelampung disimpan diatas garis air pada saat kondisi berlayar tanpa muatan,
atau 30 meter, diambil yang lebih besar.
1.3 Tidak kurang dari setengah jumlah total alat apung harus disediakan dengan
dilengkapi lampu yang dapat menyala sendir,; tidak kurang dari dua alat apung juga
harus disediakan sinyal asap yang dapat aktif sendiri dan mampu dilepas dengan segera
dari anjungan navigasi; alat apung dengan lampu dan dan alat apung yang dilengkapi
dengan sinyal asp harus didistribusikan merata dikedua sisi kapal dan harus bukan
berupa alat apung yang dilengkapi dengan tali-tali penyelamatan
1.4 Masing-masing alat apung harus ditandai menggunakn huruf tebal jenis roman
dengan mencantumkan nama dan pelabuhan pendaftar kapal yang membawa alat apung
tersebut.
2 Baju Penolong
 .1 sejumlah baju penolong yang cocok untuk anak-anak yang
sama dengan 10% jumlah penumpang di kapal harus
disediakan atau jumlah yang lebih besar sesuai kebutuhan baju
penolong untuk masing-masing anak.
 .2 sejumlah yang memadai untuk baju penolong harus berada
diatas kapal untuk petugas jaga dan digunakan untuk stasiun
kendaraan penolong yang berlokasi berjauhan.
2.2 Baju penolong harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
dapat dijangkau dengan mudah dan posisi baju penolong harus
berada ditempat yang terlihat. Jika, karena penataan ruang-
ruang pokok di kapa
Tata cara penggunaan kapal
penolong dan pengawasannya
 1 Peraturan ini berlaku untuk semua kapal.
 2 Harus ada sejumlah awak yang memadai yang terlatih untuk mengumpulkan dan
menolong orang-orang yang tidak terlatih dalam hal penggunaan.
 3 Harus ada sejumlah awak yang memadai, boleh perwirapara mualim atau personil
yang bersertipikat di kapal untuk mengoperasikan kendaraan penolong peralatan
peluncurannya yang diperlukan untuk peran penggalan sejumlah personil di kapal.
 4 Seorang mualim atau personil yang bersertipikat harus ditempatkan ditempat yang
ditentukan pada tiap kendaraan penolong yang digunakan. Namun, Badan
Pemerintah dengan mempertimbangkan sifat pelayarannya. Jumlah personil di kapal
dan karakteristik kapal, boleh mengizinkan orang yang menangani operasi rakit
penolong ditempatkan sebagai penanggungjawab rakit penolong sebagai pengganti
personil yang terlatih sebagaimana tersebut di atas. Wakil komandan juga dapat
dinominasikan dalam hal perahu penolong.
 5 Personil yang ditunjuk untuk mengoperasikan perahu penolong harus mempunyai
daftar awak kendaraan penolong dan harus memahami bahwa seluruh awak yang
berada dibawah perintahnya harus paham tugas-tugas mereka. Dalam sekoci
penolong, wakil dari personil yang ditunjuk juga harus mempunyai daftar awak sekoci
penolong.
 6Setiap kendaraan penolong bermotor harus mempunyai awak yang mampu
mengoperasikan mesin, dan melaksanakan penyetelan-peralatan yang kecil-kecil.
 7 Nakhoda kapal harus menjamin pendistribusian yang merata dari personil
sebagaimana yang disebutkan dalam paragraf 2,3, dan 4 keseluruh kendaraan
penolong kapal tersebut.
 2 Sekoci penolong yang diturunkan disisi kapal sedapat mungkin harus
diletakkan didepan baling-baling kapal. Pada kapal barang dengan panjang 80 meter
dan tidak lebih dari 120 meter, masing-masing sekoci penolongnya harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga penempatan setiap sekoci penolong tersebut
bagian belakangnya tidak boleh berada di depan baling-baling dengan jarak yang
kurang dari panjang sekoci penolong tersebut. Pada kapal barang dengan panjang
120 meter atau lebih dan kapal penumpang dengan panjang 80 meter atau lebih,
masing-masing sekoci penolongnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
jarak buritan sekoci penolong tidak boleh kurang dari 1,5 kali panjang sekoci
penolong di depan baling-baling. Jika memungkinkan, kapal harus direncanakan
dimana sekoci penolong, dalam posisi terpasang, harus terlindung terhadap bahaya
air laut.
 3 Sekoci penolong harus diletakkan menggantung pada peralatan peluncur.
 4 Sebagai tambahan untuk memenuhi persyaratan dalam Peraturan 23 dan 29,
rakit penolong harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pelepasan secara manual dari penempatannya.
 5 Dewi-dewi peluncur harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada
dalam jangkauan kait alat angkat, kecuali jika tersedia peralatan pemindah yang
operasinya tidak terganggu dalam batas trim dan kemiringan sebagaimana yang
dicantumkan dalam paragraf 1.2 atau akibat gerakan kapal atau kegagalan pasokan
tenaga listrik.
 6 Rakit penolong yang cara peluncurannya dengan dijatuhkan harus
ditempatkan sedmikian rupa sehingga siap dipindahkan ke sisi kapal yang lain untuk
peluncuran dan kecuali jika, rakit penolong diluncurkan pada sisi kapal yang lain
ditempatkan pada setiap sisi kapal.
Penempatan perahu penyelamat

Perahu penyelamat harus ditempatkan:


.1 ditempat yang dalam keadaan siap siaga terus menerus
untuk diluncurkan tidak lebih 5 menit;
.2 pada posisi yang sesuai untuk peluncuran dan cepat
mengapung dengan aman;
.3 sedemikian rupa sehingga baik perahu penyelamat maupun
tata susunan penyimpanannya tidak akan mengganggu
pengoperasian dari kendaraan penolong lainnya dari tiap
stasiun peluncuran;
.4 jika kendaraan penolong adalah juga sebagai sekoci
penolong maka harus memenuhi ketentuan dalam regilasi
13.
Embarkasi perahu penyelamat,
Peluncuran dan pengaturan untuk
penegakkan kembali.
1 Embarkasi perahu penyelamat dan penataan peluncuran harus
sedemikian rupa sehingga perahu penyelamat dapat dikeluarkan
dan diluncurkan dengan waktu yang sesingkat mungkin.
2 Jika perahu penyelamat adalah salah satu kendaraan penolong di
kapal, penataan embarkasi dan stasiun peluncuran harus
memenuhi persyaratan Peraturan 11 dan 12.
3 Penataan peluncuran harus memenuhi persyaratan dalam
Peraturan 15. Namun, semua perahu penyelamat harus mampu
diluncurkan, jika perlu menggunakan tali dengan kecepatan gerak
maju kapal mencapai 5 knot pada kondisi air tenang.
4 Perahu penyelamat harus memungkinkan tegak kembali dengan
cepat harus dimungkinkan pada saat dimuati dengan
perlengkapan sekoci penolong tersebut dan perahu penyelamat
harus disetujui untuk dimuati sedikitnya dimuati dengan 6orang.
ALAT KOMUNIKASI
Two-way VHF radiotelephone apparatus

Radar transponders
Immersion suits and anti-exposure suits

Lifejackets
ALAT KESELAMATAN

Distress flares

Lifebuoys
Rescue boat

Personal life
lifejacket lights

survifel craft

Anda mungkin juga menyukai