Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Politeknik Perkapalan adalah salah satu civitas akademika yang
salah satu program studi yang ada di dalamnya adalah Teknik Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat diperlukan di
Industri karena dengan hal itulah kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK),
dan kerusakan material maupun alat dapat dicegah, dikurangi, bahkan
dihilangkan. Salah satu industri yang sangat menggunakan jasa ahli
keselamatan dan kesehatan kerja (k3) adalah industri yang menggunakan
mesin diesel dalam proses produksi maupun pengoperasiannya.
Pada semester empat ini, mahasiswa jurusan Teknik Keselamatan
dan Kesehatan Kerja mendapatkan mata kuliah praktikum Motor Bakar yang
dilaksanakan di bengkel Motor Bakar. Pada praktikum ini terdapat tiga
praktikum, yaitu Praktikum Kamar Mesin, Kamar Kontrol, dan Kamar
Kapten. Untuk yang Praktikum yang pertama kali dilakukan adalah Praktikum
Kamar Mesin yang menggunakan Mesin Diesel 2 tak.
Mesin diesesl adalah sejenis mesin pembakaran dalam dan yang
lebih spesifik lagi adalah sebuah mesin pemicu kompresi, dimana bahan bakar
dinyalakan oleh suhu tinggi gas yang dikompresi, dan bukan oleh alat benergi
lain seperti busi . (Wikipedia, 2012)
Mesin bisa dijalankan secara manual maupun otomatis.
Menjalankan mesin dengan cara manual memerlukan ketelitian dalam
melakukan setiap langkah pengoperasiannya. Tahapan – tahapan
pengoperasian mesin diesel secara manual meliputi pemeriksaan awal,
pengoperasian mesin secara manual, dan penghentian pengoperasian mesin
harus dilakukan dengan baik dan tepat.
Kegiatan yang dilakukan pada praktikum di kamar mesin adalah
melakukan pengamatan dan menganalisa kenaikan kecepatan putaran mesin
secara bertahap. Sebelum memulai melakukan praktikum di kamar mesin kita
harus melakukan beberapa pemeriksaan awal. Pemeriksaan awal pada kamar
mesin meliputi Pemeriksaan dan pengaturan katup – katup pendingin,
pengecekan udara dan tekanan yang ada di dalam kompresor, Menge-drain
udara yang terkondensasi di dalam kompresor , pemeriksaan minyak pelumas,
pemeriksaan bahan bakar, dan pengecekan air.
1.2 Tujuan
Percobaan pengoperasian mesin secara manual dilakukan dengan tujuan agar
praktikan dapat mengetahui dan mampu menerapkan hal – hal yang telah
diberikan sebelumnya yang berkenaan dengan pengoperasian mesin secara
manual.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Spesifikasi Mesin Diesel (Marine Diesel)


Type : 2 cycle
Bore : 108 mm
Stroke : 127 mm
Number of Cylinder :4
Firing order RH Rotation (FO- Putaran Kanaan) :1–3–4–2
Firing Order LH Rotation (LO- Putaran Kiri) :1–2–3–4
Number of Main Bearing :5
Ratio Gear Box : 1 : 95
Model : 104 23100
Detroit Diesel Alusion DW.6ME

2.2 Pengertian Control Room (Kamar Kontrol)


Kamar Kontrol (Control Room) merupakan salah satu ruangan
didalam kapal, dimana semua alat-alat kontrol mesin-mesin yang beroperasi
dipasang. Di ruang kontrol terdapat beberapa alat, yaitu:
1. Pengatur arah putaran propeller (contoh : Ahead, Astern )
2. Pengatur kecepatan propeller (Manuver, Dead slow, slow, half dan Full)
3. Indikator gangguan system dan alarm
Apabila terjadi gangguan pada salah satu system saat pengoperasian atau
saat mesin beroperasi maka di control room akan ditunjukan sistem yang
mana yang mengalami gangguan yang diikuti dengan berbunyi-nya
alarm.
4. Data Logger
Digunakan untuk menampilkan beberapa data yang ada saat
pengoperasian mesin ataupun saat mesin beroperasi. (contoh: fresh water
inlet, fresh water outlet, lube oil delivery, kecepatan propeller dll)
5. Komputer
6. Printer
Digunakan untuk mencetak data yang ditampilkan pada data logger.
Alat – alat tersebut yang digunakan untuk pengontrolan mesin kapal
secara otomatis. Namun pada saat praktikum semua peralatan pada
kamar control tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga
dalam praktikum kamar mesin kami hanya menjelaskan beberapa sistem
kerja mesin diesel pada mesin kapal dan mesin diesel KOMATSU.

2.3 Pengertian Bridge Console Room (Kamar Kapten)


Kamar Kapten (Bridge Console Room) merupakan salah satu ruangan
yang ada didalam kapal. Ditempat inilah seorang kapten kapal dan dibantu
pekerja lainya melakukan pemantauan pada saat melakukan navigasi.
Ruangan ini terletak satu tingkat diatas kamar mesin dan kamar kontrol
dengan tujuan memudahkan pemantauan didaerah-daerah sekitar. Pada kamar
kapten terdapat tombol-tombol pengatur wind force, sea force, wind direction,
dan lain-lainya. Sehingga seorang kapten dapat mengetahui besarnya load
propeller kapal yang bekerja.

2.4 Pengertian Sistem Kerja


Di dalam sistem kerja mesin diesel kapal terdapat beberapa sistem kerja
diantaranya adalah:
1) Sistem Bahan Bakar
2) Sistem Pendingin Air Tawar
3) Sistem Pendingin Air Laut
Pada sistem mesin diesel kapal ini merupakan mesin 2 tak, dimana
udara masuk (inlet) melalui SCAVENGING sedangkan udara/gas hasil
pembakaran keluar (exhaust) melalui KATUB BUANG. Udara masuk ke
scavenging dengan bantuan blower yang terpasang didalam mesin. Didalam
mesin diesel 2 tak terdapat 2 langkah kerja yaitu admission dengan
compression dan expansion dengan langkah buang. Didalam mesin diesel
kapal terdapat idling gear yang digunakan untuk mengetahui langkah kerja
mesin pada saat kapal tidak sedang berjalan. Alat ini hanya digunakan untuk
mengetahui kerusakan atau adanya error pada mesin sehingga secara cepat
dilakukan perbaikan apabila memang benar terjadi kerusakan. Untuk itu alat
ini digunakan pada saat maintenance. Untuk putaran propeller dapat berubah-
ubah dari ahead menjadi estern ataupun sebaliknya, hal ini dapat terjadi
dikarenakan terdapat reverse gear sebagai pembalik putaran karena arah
mesin tetap.

2.5 Sistem Bahan Bakar


Dalam sistem mesin diesel menggunakan bahan bakar solar, dimana
bahan bakar ditampung dalam tangki bahan bakar (fuel tank). Pada kondisi
normal tangki bahan bakar akan menyuplai bahan bakar ke masing-masing
silinder. Namun untuk mengetahui fuel comsumption selama pengoperasian
maka bahan bakar dapat diambil dari bureta. Didalam bureta terdapat skala
yang menunjukkan banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi. Bahan bakar
dari fuel tank atau bureta dipompa oleh fuel pump ke dalam ruang
pembakaran pada masing-masing silinder sesuai dengan firing order. Bahan
bakar disemprotkan oleh nozzle untuk di atomizing (dikabutkan) sehingga
bahan bakar tersebut mudah terbakar.
Di dalam silinder sudah terdapat panas dan udara. Ketika bahan bakar
telah disemprotkan di dalam silinder akan terjadi reaksi pembakaran. Namun
pada saat reaksi pembakaran terjadi, tidak seluruhnya bahan bakar akan
terbakar sempurna atau masih terdapat sisa bahan bakar yang tidak terbakar.
Oleh karena itu, bahan bakar yang tidak terbakar dikeluarkan dan mengalami
pendinginan di dalam heat.
Selanjutnya akan digunakan kembali atau bersikulasi kembali hingga
terbakar sempurna. Proses diatas akan terus terjadi selama ada suplai bahan
bakar sehingga mesin tetap bekerja. Apabila tidak ada konsumsi bahan bakar,
maka mesin akan mati atau tidak bekerja.

2.6 Sistem Pendinginan dengan Air Tawar


Pada system pendingin air tawar, air tawar yang digunakan berasal
dari fresh water fill up tank, dimana dalam system ini air disuplai dari water
tower yang secara gravitasi mengisi tangki air tawar yang akan digunakan
sebagai air pendingin dalam mesin diesel.
Dalam system pendingin di dalam mesin diesel menggunakan air
tawar agar komponen mesin tidak korosi. Di dalam fresh water fill up tank
terdapat pelampung yang secara otomatis akan mengisi apabila suplai air
tawar berkurang selama pengoperasian mesin. Letak water fill up tank berada
lebih tinggi dari pada mesin, sehingga air tawar akan secara gravitasi
menyuplai air pendingin ke mesin. Air pendingin ini digunakan untuk
mendinginkan komponen-komponen pada mesin yaitu melalui water jacket
(celah-celah silinder). Setelah digunakan untuk mendinginkan mesin yang
sangat panas, secara otomatis air tersebut akan menjadi panas.
Dalam system pendingin ini, air tawar akan terus bersirkulasi untuk
mendinginkan komponen mesin sehingga air yang menjadi panas setelah
digunakan untuk mendinginkan komponen mesin harus didinginkan kembali
di dalam heat exchanger oleh air laut. Selanjutnya air yang telah kembali
dingin akan kembali untuk mendinginkan komponen mesin. Selama
pendinginan, air yang terkena suhu yang sangat panas sebagian akan menguap
akibat panas yang diserap sehingga volume air yang bersirkulasi akan
berkurang. Untuk itu, secara otomastis fresh water fill up tank mengisi air
tawar ke dalam mesin.

2.7 Sistem Pendinginan dengan Air Laut


Di dalam mesin diesel kapal juga terdapat system pendingin air laut.
Dimana air laut yang bersirkulasi dalam system pendingin langsung di ambil
dari laut dan akan langsung dibuang ke laut lagi. System pendingin air laut
tidak digunakan untuk mendinginkan komponen mesin karena air laut
mengandung garam yang akan membuat komonen mesin berkorosi. Aliran air
laut hanya masuk ke dalam heat exchanger, yang digunakan untuk
mendinginkan bahan bakar yang telah digunakan dalam reaksi pembakaran
dan juga untuk mendinginkan air tawar yang telah digunakan dalam system
pendingin komponen mesin. Air laut masuk melalui sea water inlet yang
dipompa masuk ke heat exchanger I yang digunakan untuk mendinginkan
bahan bakar dan akan dipompa oleh sea water pump menuju heat exchanger
II yang digunakan untuk mendinginkan air tawar.
Selanjutnya air laut akan dibuang ke laut melalui sea water drain. Pipa
aliran air laut terbuat dari bahan yang tidak mudah korosi. Air laut dalam
system pendingin juga harus di filter terlebih dahulu dari kotoran-kotoran
yang ada agar tidak menghambat aliran yang kemudian dipompa masuk ke
mesin.

2.8 Mesin Diesel KOMATSU


1) Spesifikasi Mesin Diesel KOMATSU
Model : 6D125-2
Banyak Silinder :6
Diameter Silinder : 125 mm
Kapasitas : 11.040 cc
Daya : 180 Hp
Putaran : 1950 rpm
Stroke : 1840 mm
2) Fungsi Mesin Diesel KOMATSU
Mesin diesel komatsu 4 tak ini berfungsi sebagai mesin yang berada di
alat-alat berat seperti bulldozer, traktor, dll karena masin ini memiliki
komponen yang berat dan tenaga yang besar atau kuat.
3) Sistem Kerja Mesin Diesel KOMATSU
Sistem kerja pada mesin diesel komatsu 4 tak hampir sama dengan
mesin diesel 2 tak. Perbedaan terletak pada langkah kerja mesin diesel.
Beberapa system kerja di dalam mesin diesel ini adalah:
a) Sistem bahan bakar
Alur system bahan bakar:
Tangki → separator → feed fuel pump → filter → fuel injection
pump → ruang pembakaran → sisa return ke tangki bahan bakar.
Tekanan sebelum pembakaran : 25-30 bar
Tekanan saat pembakaran : 80 bar
Gambar 2.1 Sistem Bahan Bakar
Tangki bahan bakar (fuel tank) berfungsi untuk menyimpan bahan
bakar, terbuat dari plat baja tipis yang bagian dalamnya dilapisi anti karat.
Dalam tangki bahan bakar terdapat fuel sender gauge yang berfungsi untuk
menunjukkan jumlah bahan bakar yang ada dalam tangki dan juga separator
yang berfungsi sebagai damper bila kendaraan berjalan atau berhenti secara
tiba-tiba atau bila berjalan di jalan yang tidak rata. Fuel inlet ditempatkan 2 –
3 mm dari bagian dasar tangki, ini dimaksudkan untuk mencegah ikut
terhisapnya kotoran dan air.

Gambar 2.2 Tangki Bahan Bakar


Saringan bahan bakar untuk pompa injeksi tipe distributor
kebanyakan digabung dengan priming pump dan water sedimenter. Saringan
bahan bakar berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran dari bahan bakar.
Priming pump berfungsi untuk mengeluarkan udara palsu dari sistem bahan
bakar (bleeding), sedangkan water sedimenter berfungsi untuk memisahkan
air dari bahan bakar dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis. Bila tinggi
air dan pelampung naik melebihi batas tertentu maka magnet yang ada pada
pelampung akan menutup reed switch dan menyalakan lampu indikator pada
meter kombinasi untuk memperingatkan pengemudi bahwa air telah
terkumpul pada water sedimenter. Water sedimenter mempunyai keran di
bawahnya, air dapat dikeluarkan dengan membuka keran dan menggerakkan
priming pump.

Gambar 2.3 Saringan Bahan Bakar


Feed pump berfungi untuk menghisap bahan bakar dari tangki dan
menekannya ke pompa injeksi.

Gambar 2.4 Feed Pump


Feed pump menghisap bahan bakar dari tangki dan menekan bahan
bakar yang telah disaring oleh filter ke pompa injeksi. Pompa injeksi tipe in-
line mempunyai cam dan plunger yang jumlahnya sama dengan jumlah
silinder pada mesin. Cam menggerakkan plunger sesuai dengan firing order
mesin. Gerak lurus bolak-balik dari plunger ini menekan bahan bakar dan
mengalirkannya ke injection nozzle melalui delivery valve. Delivery valve
berfungsi untuk menjaga tekanan pada pipa injeksi dan menghentikan injeksi
dengan cepat. Plunger dilumasi oleh bahan bakar dan camshaft oleh oli mesin.
Gavernor mengatur banyaknya bahan bakar yang disemprotkan oleh injection
nozzle dengan menggeser control rack. Gavernor terdiri atas dua tipe yaitu:
mechanical gavernor dan combined gavernor (mechanical and pneumatic
gavernor). Timing injeksi bahan bakar diatur oleh Automatic centrifugal
timer. Timer mengatur putaran camshaft.
b) System pendinginan
Salah satu faktor yang mendukung panjangnya umur pakai
dari mesin adalah terjaga baiknya kondisi Cooling System atau
sistem pendingin mesin. Terutama untuk mesin diesel yang bekerja
pada rasio kompresi yang sangat tinggi sehingga panas mesin
merupakan hal yang krusial dalam kestabilan operasinya.
Salah satu faktor yang mendukung panjangnya umur pakai
dari mesin adalah terjaga baiknya kondisi Cooling System atau
sistem pendingin mesin. Terutama untuk mesin diesel yang bekerja
pada rasio kompresi yang sangat tinggi sehingga panas mesin
merupakan hal yang krusial dalam kestabilan operasinya. Seperti
yang kita tahu, mesin diesel pada aplikasi otomotif memakai air
sebagai medium pendingin, dimana air ditampung di dalam radiator
dan dibantu oleh water pump atau pompa air sebagai perangkat
pembantu sirkulasinya.
Secara garis besar komponen sistem pendingin yang utama
antara lain adalah:
➢ Radiator sebagai penampung air sebagai medium pendingin
dan perangkat pelepas panas medium pendingin.
➢ Waterpump atau pompa air sebagai perangkat distribusi
sirkulasi medium pendingin
➢ Cooling fan
➢ Thermostat sebagai pengatur sirkulasi medium pendingin.
➢ Selang air sebagai pengalir sirkulasi air diluar water jacket.
➢ Water jacket atau alur air di dalam blok mesin sebagai jalur
sirkulasi medium pendingin dalam tugasnya menjaga
temperatur kerja mesin.
➢ Fan Shrout
Masing masing komponen sistem tersebut memiliki
ketergantungan dan menjadi satu kesatuan yang utuh agar
temperatur kerja mesin dapat terjaga.
Sistem sirkulasi sistem pendingin mesin dengan medium air
adalah sebagai berikut. Ketika mesin baru akan dihidupkan
(biasanya di pagi hari), suhu air pada radiator berkisar pada suhu
ruang yaitu sekitar 23 deg.C. Ketika mesin dinyalakan, air yang
berada di dalam blok mesin bersirkulasi dengan bantuan waterpump
melewati selang by-pass tanpa melewati radiator. karena lubang air
menuju radiator masih ditutup oleh termostat, sementara itu lubang
by-pass yang letaknya berseberangan dengan lubang menuju
radiator terbuka memungkinkan waterpump mengalirkan air yang
keluar dari blok mesin untuk kembali masuk ke dalam blok mesin
untuk mendinginkan silinder, oil cooler dan cylinder head. Ketika
mesin mencapai suhu kerja, temperatur air pada sistem sirkulasi fase
pendinginan pun naik hingga 85-90 deg.C. Ketika air dengan
temperatur tersebut sampai ke rumah thermostat, thermostat yang
oleh pabrikan di-set untuk membuka pada suhu antara 85-90 deg.C
membuka, sehingga memungkinkan air dari blok mesin masuk ke
radiator. Dengan membukanya thermostat, ujung dari thermostat
tersebut menutup lubang by-pass yang memungkinkan waterpump
untuk memompa air dari dalam radiator untuk menjaga temperatur
kerja dari mesin tersebut.
Air yang keluar dari blok mesin masuk ke radiator untuk
didinginkan dengan bantuan tiupan angin dari fan, baik mekanik
maupun elektrik. Fase ini disebut fase pendinginan. Disaat mesin
berkerja pada putaran rendah, suhu kerja mesin turun dari 85 deg.C,
maka otomatis si thermostat kembali menutup untuk menjaga
temperatur air tidak berkurang dari suhu kerja mesin, dan akan
membuka kembali ketika suhu tersebut tercapai kembali. Kedua fase
ini berpindah secara bergantian bergantung dari temperatur mesin itu
sendiri.
Tanpa thermostat, fase pemanasan dan fase pendinginan tidak
terjadi, dikarenakan pada temperatur mesin masih dingin, air sudah
masuk ke radiator,
Sebagai tambahan dari sistem pendinginan di atas, untuk
mengoptimalkan kerja cooling fan atau kipas pendingin udara dalam
menjaga kestabilan suhu air di radiator, penggunaan fan shrout atau
rumah kipas mutlak harus ada. Fan shrout membuat hembusan udara
dari fan tidak terfokus pada radiator, apalagi bila kendaraan melaju
pada kecepatan tinggi.
c. System start
System start pada mesin diesel menggunakan electrical starter
atau listrik sebagai system starternya. System listrik sebagai startnya
dari air aki dimana kutub negative disambung pada bodi mesin
sedangkan kutub positif terhubung pada starternya. Motor starter
yang berputar akan menggerakkan flywheel dan crankshaft. Setelah
mesin bekerja, motor starter akan slip dan tidak lagi berputar karena
putaran mesin sudah digantikan oleh putaran crankshaft.
Mesin diesel bekerja dengan kompresi udara yang cukup
tinggi, sehingga pada mesin diesel besar perlu ditambahkan
sejumlah udara yang lebih banyak. Maka digunakan Supercharger
atau turbocharger pada intake manifold, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan udara kompresi. Penambahan turbocharger atau
supercharger ke mesin bertujuan meningkatkan jumlah udara yang
masuk dalam ruang bakar dengan demikian pada saat kompresi akan
menghasilkan tekanan yang tinggi dan pada saat penyalaan atau
pembakaran akan menghasilkan tenaga yang besar. Penambahan
turbocharger atau supercharger pada mesin diesel tidak berpengaruh
besar terhadap pemakaian bahan bakar karena bahan bakar
disuntikan secara langsung ke ruang bakar pada saat ruang bakar
dalam keadaan kompresi tertinggi untuk memicu penyalaan agar
terjadi proses pembakaran.
2.9 Troubleshooting (Mesin Diesel Masuk Angin)
A. Penyebab
Tidak ada bahan bakar di dalam tangki bahan bakar atau kehabisan
bahan bakar sehingga fuel pump memompa angin atau udara ke dalam
mesin. Tidak ada supplai bahan bakar ke dalam mesin sehingga mesin
akan mati atau mogok.
B. Cara
Dengan mengisi bahan bakar ke tangki bahan bakar dan mengeluarkan
angin atau udara yang berada dalam aliran bahan bakar dengan
memompanya secara manual dengan FEED FUEL PUMP hingga angin
atau udara benar-benar keluar dan terisi kembali oleh bahan bakar
kembali.
2.10 Iring Order dan Tabel Sequence
1. Firing Order.
Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine
yang mempunyai jumlah cylinder lebih dari 1 ( satu ). Contoh : Engine
dengan 4 cylinder, mempunyai firing order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3, maka
proses pembakaran dimulai dari cylinder No.1, dilanjutkan silinder
No.2, No.4 dan No.3.
Tujuannya adalah untuk meratakan hasil power, agar gaya yang
ditimbulkan oleh piston seimbang ( balance ). Baik pada saat kompresi,
maupun pembakaran, tidak menimbulkan puntiran pada getaran yang
tinggi.
Pada motor diesel 4 langkah dengan 1 cylinder, piston bergerak
4 kali, menghasilkan satu kali pembakaran. Atau dua kali putaran crank
shaft, menghasilkan 1 kali pembakaran.
2. Table Sequence
Adalah suatu table yang menyatakan urutan langkah dan urutan
pembakaran yang terjadi pada engine, baik engine dengan satu cylinder
atau lebih. Table Sequence untuk 6 Cylinder dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Firing Order ( F O ) = 1 – 5 – 2 – 6 - 3 - 5 dan 1 – 5 – 3 - 6 - 2 – 4

Gambar 2.5 Table Sequence untuk 6 cylinder.

Beda langkah setiap cylinder = 720 : 6 = 120


3. Valve Timing
Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve
exhaust. Misalkan engine Komatsu 6D125 series dengan data - data
sebagai berikut:
• Firing Order ( F O ) = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
• Valve intake terbuka = 20 B T D C ( Before top dead center)
• Valve intake menutup = 30 A B D C ( After bottom dead center)
• Valve exhaust membuka = 45 B B D C ( Before bottom dead center)
• Valve exhaust menutup = 15 A T D C ( After top dead center)

Gambar 2.6 Valve Timing

Dari data tersebut, dapat diketahui panjang langkah dari engine


Komatsu 6D125 seres adalah sebagai berikut :

• Intake stroke = 20 + 180 + 30 = 230.


• Compression stroke = 180 - 30 = 150.
• Power stroke = 180 - 45 = 135.
• Exhaust stroke = 45 + 180 + 15 = 240.

Total stroke = 230 + 150 + 135 + 240 = 755.

Jadi over lapping = 755 - 720 = 35.

Fungsi over lapping adalah untuk mengadakan pembilasan gas bekas


sisa pembakaran di dalam cylinder ( ruang bakar ). Hal ini terjadi pada saat
exhaust valve belum tertutup dan intake valve sudah terbuka. Untuk
pembuatan Table Sequence yang sebenarnya, dalam perhitungan sesuai
dengan data diatas yaitu :

• Akhir power = 0 + 135 = 135.


• Akhir exhaust = 135 + 240 = 375.
• Awal intake = 375 - 35 = 340.
• Akhir intake = 340 + 230 = 570.
• Akhir compression = 570 + 150 = 720
BAB III
METODOLOGI

3.1 Persiapan Awal


Sebelum mesin diaktifkan atau dioperasikan secara manual maka
terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan dan persiapan pada beberapa hal
yang penting dalam pengoperasian mesin diesel. Hal – hal tersebut adalah,
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dan pengaturan katup – katup pendingin baik air tawar
maupun laut (Sea water).
b. Pengecekan udara yang ada di dalam kompresor, apakah tekanan
udaranya sudah cukup atau belum untuk digunakan sebagai udara start.
c. Apabila belum cukup maka tekanan udara didalam kompresor harus
dinaikkan dengan mengempakan udara yang ada di luar kedalam
kompresor dengan mengaktifkan kompresor hingga tekanan udara yang
akan digunakan sebagai udara start cukup untuk digunakan. Tetapi
sebelum dilakukan pengempaan udara yang ada diluar ke dalam
kompresor terlebih dahulu kompresor harus di drain untuk
menghilangkan cairan yang ada di dalam kompresor akibat udara di
dalam kompresor yang mengalami kondensasi.
d. Pemeriksaan minyak pelumas baik oli mesin maupun oil gear box,
apakah sudah tersedia dalam jumlah yang cukup atau belum. Apabila
belum maka harus dilakukan pengisian minyak pelumas tersebut.
e. Pemeriksaan bahan bakar yang digunakan, apakah sudah tersedia dalam
jumlah yang cukup atau belum. Apabila belum maka bahan bakar
tersebut harus diisikan. Dan pengaturan valve bahan bakar, yaitu dengan
membuka valve bahan bakar yang mengalirkan bahan bakar ke mesin.
f. Pemeriksaan dan penyiapan semua perlengkapan untuk keperluan
praktikum.
g. Pengaktifan (men-start) pompa dan fan pada cooling system.
3.2 Pengoperasian Mesin Secara Manual dan Pengamatan
Setelah persiapan awal dilakukan maka mesin dapat dioperasikan secara
manual, yaitu dengan men-start mesin secara manual. Saat mesin
dioperasikan maka dapat dilakukan pengaturan kecepatan mesin yang harus
dinaikkan secara bertahap. Pada saat mesin beroperasi dan dengan
pengaturan / kenaikkan kecepatan putaran mesin maka harus diamati
beberapa hal, yaitu :
a. Volume bahan bakar
b. Waktu
c. RPM
d. Deferensial Preasure (∆P)
e. Voltage
f. Ampere

3.3 Penghentian Pengoperasian Mesin


Untuk menghentikan pengoperasian mesin secara manual, maka yang
harus dilakukan adalah dengan menurunkan kecepatan putaran mesin hinggga
minimum (dead slow) baru kemudian pengopersian mesin dapat dimatikan
secara manual. Bersama itu diikuti dengan dimatikannya pompa dan fan yang
digunakan pada cooling system.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pratikum
Rata-
Sebelum Setelah mesin jalan
No Data – data percobaan rata
menyala
1 2 3
o
1 Fresh water inlet C 10 10 10 10 10
2 Fresh water outlet oC 12 12 12 12 12
3 Fresh water delivery (bar) 0 0,5 0,5 0,5 0,5
4 Sea water inlet oC 42 43 43 43 43
5 Sea water outlet oC 16 18 19 19 18,7
6 Sea water delivery (bar) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
7 Lub oil inlet oC 18 43 44 45 44
8 Lub oil outlet oC 0 0 0 0 0
9 Lub oil delivery (bar) 0,3 1,4 1,4 1,4 1,4
10 Exhaust Fan oC 0 40 40 40 40
11 Reverse ger oC 0 0 0 0 0
12 Reverse ger delivery (bar) 0,5 20 20 20 20
13 Ia = arus armature (A) 0 65 65 65 65
14 Va = volt armature (volt) 0 220 220 220 220
15 IPLN = ______ (A) 10 10 10 10 10
16 VPLN = ___ (V) 400 400 345 395 396,66
17 Fuel consumtion 0 55,4 55,7 46,8 52,63
Air flow rate
18 Q = k√∆𝑃 (m3/jam) 0 15 15 15 15
k = konstanta
19 Rpm Konstanta 0 5 5 5 5
20 Required speed % 0 0 0 0 0

RPM = 821
Mesin = 2 tag
Z =4
4.2 Perhitungan
1. IP (indicated Power) watt
𝑧 ×𝑎× 𝑝𝑖×𝑙 ×𝑛
IP =
𝐶
4×0,0092×5,4×105 ×0,127×821
=
1
= 20,72 . 105 watt
2. Bp (brade power)
𝑧 ×𝑎× 𝑝𝑒×𝑙 ×𝑛
Bp =
𝐶
4×0,0092×4,5×105 ×0,127×821
=
1
= 17,26 watt
3. Fuel consumtion
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑜𝑓 𝑓𝑢𝑒𝑙
Mb =
𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑛𝑒𝑒𝑑𝑒𝑑
100×0,001
=
52,63×1⁄3600

= 6,84 kg/jam
4. SFOC (spesifik fuel oil consumtion)
𝑀𝐵
SFOC =
𝐵𝑃
𝑘𝑔
6,84𝑗𝑎𝑚
=
17,26×105 𝑤𝑎𝑡𝑡
= 0,396 x 105 kg/kw jam
5. Pe (power electrical)
PE = Va . Ia . cos µ
= 220 . 65 . 0,8
= 11440 watt
= 11,44 kw
6. efisiensi mekanik 𝜂
𝐵𝑃
𝜂= × 100%
𝐼𝑃
17,26 ×105
𝜂= × 100%
20,72×105

𝜂 = 83,3 %
7. 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑘𝑛𝑖𝑠
𝐵𝑃
𝜂= × 100%
𝑚𝑏×𝑐𝑝
17,26
𝜂= × 100%
6,84×43250×105
𝜂 = 0,58 %
8. α (air flow rate)
Q = k√∆𝑃
= 30√15
= 116,19
𝑄×𝑃
α=
𝑚𝑏
116,19×1293
α=
6,84
α = 21,96
4.3 kurva/grafik
4.3.1 Grafik Fungsi Hubungan antara IP dan RPM

Grafik fungsi hubungan antara IP dan RPM


25

20 0
20.72

15 15
0

10 10
0

5 5
0

0 1
0
200 400 600 800 821

Gambar 4.1 Grafik Fungsi Hubungan antara IP dan RPM


4.3.2 Grafik Fungsi Hubungan antara Break Power dan RPM

Grafik fungsi hubungan antara break power dan RPM


20
0
17.26
15 15
0

10 10
0

5 5
0

0 0
200 400 600 800 821

Gambar 4.2 Grafik Fungsi Hubungan antara IP dan RPM


4.3.3 Grafik Fungsi Hubungan antara SFOC dan RPM

Grafik Fungsi Hubungan antara SFOC


dan RPM
500
400 396
0
300 300
0
200 200
0
100 100
0
0 0
200 400 600 800 821

Gambar 4.3 Grafik Fungsi Hubungan antara SFOC dan RPM


4.3.4 Grafik Fungsi Hubungan antara MB (Konsumsi Bahan Bakar) dan
RPM

Grafik Fungsi Hubungan antara MB


(Konsumsi Bahan Bakar) dan RPM
8

0
200 400 600 800 821

Gambar 4.4 Grafik Fungsi Hubungan antara MB (Konsumsi Bahan Bakar) dan RPM
4.3.5 Grafik Fungsi Hubungan antara Air Flow Rate dan RPM

Grafik Fungsi Hubungan antara Air Flow


Rate dan RPM
25
21.96
0
20 20
0
15 15
0
10 10
0
5 5
0
0
200 400 600 800 821

Gambar 4.5 Grafik Fungsi Hubungan antara Air Flow Rate dan RPM
4.3.6 Grafik Fungsi Hubungan antara Power Effective dan RPM

Grafik Fungsi Hubungan antara Power Effective


dan RPM
14
12
11.44
0
10 10
0
8 8
0
6 6
0
4 4
0
2
0
200 400 600 800 821

Gambar 4.6 Grafik Fungsi Hubungan antara Power Effective dan RPM
4.3.7 Grafik Fungsi Hubungan antara Efisiensi Mekanis dan RPM

Grafik Fungsi Hubungan antara Efisiensi


Mekanis dan RPM
100

80

60

40

20

0
200 400 600 800 821

Gambar 4.7 Grafik Fungsi Hubungan antara Efisiensi Mekanis dan RPM
4.3.8 Grafik Fungsi Hubungan antara Efisiensi teknis dan RPM

Grafik Fungsi Hubungan antara Efisiensi


teknis dan RPM
0.70%
0.60% 0.58%
0
0.50% 0.50%
0
0.40% 0.40%
0
0.30% 0.30%
0
0.20% 0.20%
0
0.10%
0.00%
200 400 600 800 821

Gambar 4.8 Grafik Fungsi Hubungan antara Efisiensi teknis dan RPM
4.4 Pembahasan
Dari hasil praktikum didapatkan hasil seperti pada tabel 3.1. dimana
jenis motor yang digunakan pada saat praktikum adalah motor diesel dengan
ukuran atau besar motor pada saat adalah 80%-90% dari MCR (Maximum
Continous Rating). Besarnya suatu motor diesel (rating) diukur dengan
besarnya daya (Power) yang dapat dihasilkan oleh motor tersebut. Dimana
daya yang digunakan adalah daya indikator (indicated Power) dan daya
efektif (Efective brake Power).
Dari hasil efisiensi diatas, tentu akan berpengaruh pada pemakaian
bahan bakar. Dimana semakin tinggi efisiensinya, maka semakin besar pula
konsumsi bahan bakarnya.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Dari hasil praktikum dan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Nilai perputaran mesin (RPM) berbanding lurus dengan nilai IP
(Indicated Power), BP (Break Power), MB (Konsumsi Bahan Bakar),
SFOC (Specific Flow Oil Consumption), Q (Air Flow Rate), dan PE
(Power Effective). Semakin besar RPM maka semakin besar pula nilai-
nilai tersebut.
2. Nilai efisiensi mekanis menunjukkan nilai yang tetap yakni 89%
meskipun putaran mesin (RPM) bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai efisiensi mekanis dari mesin adalah sama.
3. Semakin bertambah putaran mesin (RPM), maka nilai dari α (Air Fuel
Consumption) semakin kecil. Hal ini karena nilainya berbanding
terbalik.
5.2 Saran yang dapat praktikan berikan pada praktikum motor bakar ini adalah
1. Koordinasi antar anggota kelompok perlu ditingkatkan agar praktikum
lebih efisien
2. RPM pada mesinnya harus selalu di cek agar tidak terlalu jauh berbeda
dan bisa dijadikan variabel tetap
3. Selalu menggunakan ear plug saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

https://teknikkendaraanringan-otomotif.blogspot.com/2013/11/sistem-bahan-
bakar-diesel.html

Firdaus,ami. 2014. Engine room (mesin kapal). Medan .

http://perkapalan.blog.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai