MOTOR BAKAR
Dosen Pengampu :
Arief Subekti, ST., M.MT
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya. Laporan ini berisikan tentang Laporan Resmi Praktikum Motor
Bakar yang terdiri atas 2 praktikum. Maka dengan itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasihnya atas segala petunjuk, bimbingan, dan
bantuannya kepada :
1. Arief Subekti, ST., M.MT selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum
Motor Bakar K3 A.
2. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis ungkapkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian laporan Praktikum Motor Bakar ini penulis susun, semoga bisa
bermanfaat kepada semua pihak dan penulis sendiri. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunaan
laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhlai
segala usaha kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
1. ENGINE ROOM
2. SEA FORCE AND WIND FORCE SIMULATION
LAPORAN PRAKTIKUM
MOTOR BAKAR
“ENGINE ROOM”
Oleh :
Adina Shinta Arifah (0518040007) Kelompok 2
Dosen Pengampu :
Arief Subekti, S.T., M.MT
1.1 Pendahuluan
Pengoperasian mesin diesel secara manual harus dilakukan dengan baik
dan tepat agar mesin dapat dioperasikan atau dapat digunakan dengan
baik.Menjalankan mesin dengan cara manual memerlukan ketelitian dalam
melakukan setiap langkah pengoperasiannya. Tahapan – tahapan
pengoperasian mesin diesel secara manual seperti pemeriksaan awal,
pengoperasian mesin secara manual, dan penghentian pengoperasian mesin
harus dilakukan dengan baik dan tepat. Pada praktikum pengoperasian mesin
secara manual dilakukan penaikan kecepatan putaran mesin secara bertahap
yang merupakan variabel dalam menentukan beberapa hal yang harus diamati
dan dianalisa dalam praktikum pengoperasian mesin secara manual.
Pemeriksaan awal yang meliputi :
1. Pemeriksaan dan pengaturan katup – katup pendingin.
2. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melindungi system atau komponen dari
mesin diesel upaya dapat bekerja dengan baik. Hal itu dikarenakan panas
yang dihasilkan saat mesin diesel beroperasi cukup tinggi.
3. Pengecekan udara dan tekanan yang ada di dalam kompresor.
4. Pengecekan udara dan tekanan uadara yang ada di dalam kompresor
merupakan bagian dari pemeriksaan awal yang penting. Hal itu
dikarenakan pada pengoperasian awal mesin diesel dibutuhkan tekanan
udara start (air start) yang cukup tinggi sehingga dalam proses starter
mesin diesel dapat dioperasikan dengan baik.
5. Menge-drain udara yang terkondensasi di dalam kompresor
6. Proses ini perlu dilakukan agar dapat diketahui tekanan udara yang
sebenarnya yang ada di dalam kompresor karena dengan adanya air akibat
udara yang terkondensasi di dalam kompresor maka apabila dilakukan
pengukuran tekanan yang ada di dalam kompresor akan berubah.
7. Selain itu menge-drain air yang ada di dalam kompresor ditujukan agar
proses start dapat berjalan dengan baik.
8. Pemeriksaan minyak pelumas.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan karena apabila mesin yang beroperasi
bekerja dengan pelumasan yang kurang baik yang bisa disebabkan karena
buruknya menyak pelumas ataupun kurangnya minyak pelumas yang
digunakan dapat merusak komponen-komponen (bagian-bagian mesin)
saat mesin beroperasi. Hal itu dikarenkan pada saat mesin beroperasi
terjadi gesekan terhadap beberapa bagian mesin (contoh :Gear, dll) yang
dapat menyebabkan kerusakan pada bagian tersebut (contoh: aus, retak,
dll) yang juga dapat menggangu sistem yang ada.
9. Pemeriksaan bahan bakar.
Pemeriksaan bahan bakar perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan
mesin akibat masuk-nya udara kedalam sistem pembakaran mesin diesel
akibat kekurang bahan bakar pada saat mesin beroperasi.
1.2 Tujuan
Percobaan pengoperasian mesin secara manual dilakukan dengan tujuan
agar praktikan dapat mengetahui dan mampu menerapkan hal – hal yang telah
diberikan sebelumnya yang berkenaan dengan pengoperasian mesin secara
manual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Type : 2 cycle
Bore : 108 mm
Stroke : 127 mm
Number of Cylinder :4
Firing order RH Rotation (FO- Putaran Kanaan): 1 – 3 – 4 – 2
Firing Order LH Rotation (LO- Putaran Kiri) :1–2–3–4
Number of Main Bearing :5
Ratio Gear Box : 1 : 95
Model : 104 23100
Detroit Diesel Alusion DW.6ME
Pada system pendingin air tawar, air tawar yang digunakan berasal
dari fresh water fill up tank, dimana dalam system ini air disuplai dari water
tower yang secara gravitasi mengisi tangki air tawar yang akan digunakan
sebagai air pendingin dalam mesin diesel. Dalam system pendingin di dalam
mesin diesel menggunakan air tawar agar komponen mesin tidak korosi. Di
dalam fresh water fill up tank terdapat pelampung yang secara otomatis akan
mengisi apabila suplai air tawar berkurang selama pengoperasian mesin.
Letak water fill up tank berada lebih tinggi dari pada mesin, sehingga air
tawar akan secara gravitasi menyuplai air pendingin ke mesin. Air pendingin
ini digunakan untuk mendinginkan komponen-komponen pada mesin yaitu
melalui water jacket (celah-celah silinder). Setelah digunakan untuk
mendinginkan mesin yang sangat panas, secara otomatis air tersebut akan
menjadi panas. Dalam system pendingin ini, air tawar akan terus bersirkulasi
untuk mendinginkan komponen mesin sehingga air yang menjadi panas
setelah digunakan untuk mendinginkan komponen mesin harus didinginkan
kembali di dalam heat exchanger oleh air laut. Selanjutnya air yang telah
kembali dingin akan kembali untuk mendinginkan komponen mesin. Selama
pendinginan, air yang terkena suhu yang sangat panas sebagian akan
menguap akibat panas yang diserap sehingga volume air yang bersirkulasi
akan berkurang. Untuk itu, secara otomastis fresh water fill up tank mengisi
air tawar ke dalam mesin.
Di dalam mesin diesel kapal juga terdapat system pendingin air laut.
Dimana air laut yang bersirkulasi dalam system pendingin langsung di ambil
dari laut dan akan langsung dibuang ke laut lagi. System pendingin air laut
tidak digunakan untuk mendinginkan komponen mesin karena air laut
mengandung garam yang akan membuat komonen mesin berkorosi. Aliran air
laut hanya masuk ke dalam heat exchanger, yang digunakan untuk
mendinginkan bahan bakar yang telah digunakan dalam reaksi pembakaran
dan juga untuk mendinginkan air tawar yang telah digunakan dalam system
pendingin komponen mesin. Air laut masuk melalui sea water inlet yang
dipompa masuk ke heat exchanger I yang digunakan untuk mendinginkan
bahan bakar dan akan dipompa oleh sea water pump menuju heat exchanger
II yang digunakan untuk mendinginkan air tawar. Selanjutnya air laut akan
dibuang ke laut melalui sea water drain. Pipa aliran air laut terbuat dari bahan
yang tidak mudah korosi. Air laut dalam system pendingin juga harus di filter
terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang ada agar tidak menghambat aliran
yang kemudian dipompa masuk ke mesin.
Sistem kerja pada mesin diesel komatsu 4 tak hampir sama dengan
mesin diesel 2 tak. Perbedaan terletak pada langkah kerja mesin diesel.
Beberapa system kerja di dalam mesin diesel ini adalah:
a) Sistem bahan bakar
Alur system bahan bakar:
Tangki separator feed fuel pump filter fuel injection
pump ruang pembakaran sisa return ke tangki bahan bakar.
Tekanan sebelum pembakaran : 25-30 bar
Tekanan saat pembakaran : 80 bar
b) System pendinginan
Salah satu faktor yang mendukung panjangnya umur pakai
dari mesin adalah terjaga baiknya kondisi Cooling System atau
sistem pendingin mesin. Terutama untuk mesin diesel yang bekerja
pada rasio kompresi yang sangat tinggi sehingga panas mesin
merupakan hal yang krusial dalam kestabilan operasinya.
Salah satu faktor yang mendukung panjangnya umur pakai
dari mesin adalah terjaga baiknya kondisi Cooling System atau
sistem pendingin mesin. Terutama untuk mesin diesel yang bekerja
pada rasio kompresi yang sangat tinggi sehingga panas mesin
merupakan hal yang krusial dalam kestabilan operasinya. Seperti
yang kita tahu, mesin diesel pada aplikasi otomotif memakai air
sebagai medium pendingin, dimana air ditampung di dalam
radiator dan dibantu oleh water pump atau pompa air sebagai
perangkat pembantu sirkulasinya.
Secara garis besar komponen sistem pendingin yang
utama antara lain adalah:
Radiator sebagai penampung air sebagai medium pendingin
dan perangkat pelepas panas medium pendingin.
Waterpump atau pompa air sebagai perangkat distribusi
sirkulasi medium pendingin
Cooling fan
Thermostat sebagai pengatur sirkulasi medium pendingin.
Selang air sebagai pengalir sirkulasi air diluar water jacket.
Water jacket atau alur air di dalam blok mesin sebagai jalur
sirkulasi medium pendingin dalam tugasnya menjaga
temperatur kerja mesin.
Fan Shrout
Masing masing komponen sistem tersebut memiliki
ketergantungan dan menjadi satu kesatuan yang utuh agar
temperatur kerja mesin dapat terjaga. Sistem sirkulasi sistem
pendingin mesin dengan medium air adalah sebagai berikut. Ketika
mesin baru akan dihidupkan (biasanya di pagi hari), suhu air pada
radiator berkisar pada suhu ruang yaitu sekitar 23 deg.C. Ketika
mesin dinyalakan, air yang berada di dalam blok mesin bersirkulasi
dengan bantuan waterpump melewati selang by-pass tanpa
melewati radiator. karena lubang air menuju radiator masih ditutup
oleh termostat, sementara itu lubang by-pass yang letaknya
berseberangan dengan lubang menuju radiator terbuka
memungkinkan waterpump mengalirkan air yang keluar dari blok
mesin untuk kembali masuk ke dalam blok mesin untuk
mendinginkan silinder, oil cooler dan cylinder head. Ketika mesin
mencapai suhu kerja, temperatur air pada sistem sirkulasi fase
pendinginan pun naik hingga 85-90 deg.C. Ketika air dengan
temperatur tersebut sampai ke rumah thermostat, thermostat yang
oleh pabrikan di-set untuk membuka pada suhu antara 85-90 deg.C
membuka, sehingga memungkinkan air dari blok mesin masuk ke
radiator. Dengan membukanya thermostat, ujung dari thermostat
tersebut menutup lubang by-pass yang berseberangan dengan jalur
keluar air. Dengan tertutupnya lubang by-pass tersebut juga
memungkinkan waterpump untuk memompa air dari dalam radiator
untuk menjaga temperatur kerja dari mesin tersebut. Air yang
keluar dari blok mesin masuk ke radiator untuk didinginkan dengan
bantuan tiupan angin dari fan, baik mekanik maupun elektrik. Fase
ini disebut fase pendinginan. Disaat mesin berkerja pada putaran
rendah, suhu kerja mesin turun dari 85 deg.C, maka otomatis si
thermostat kembali menutup untuk menjaga temperatur air tidak
berkurang dari suhu kerja mesin, dan akan membuka kembali
ketika suhu tersebut tercapai kembali. Kedua fase ini berpindah
secara bergantian bergantung dari temperatur mesin itu sendiri.
Tanpa thermostat, fase pemanasan dan fase pendinginan
tidak terjadi, dikarenakan pada temperatur mesin masih dingin, air
sudah masuk ke radiator, padahal temperatur air belum perlu untuk
didinginkan. Tanpa thermostat, lubang by-pass pun tidak tertutup
sehingga waterpump akan memompa air dari lubang by-pass
tersebut. Hal ini mengakibatkan debit air yang didesain untuk
berjalan di keseluruhan waterjacket tidak tercapai. Suplai air
menuju ke tempat terjauh dari waterpump terganggu karena adanya
pencabangan, jalur pertama yaitu jalur bypass langsung ke kembali
ke waterpump sementara jalur kedua ke waterjacket.
Sebagai tambahan dari sistem pendinginan di atas, untuk
mengoptimalkan kerja cooling fan atau kipas pendingin udara
dalam menjaga kestabilan suhu air di radiator, penggunaan fan
shrout atau rumah kipas mutlak harus ada. Fan shrout membuat
hembusan udara dari fan tidak terfokus pada radiator, apalagi bila
kendaraan melaju pada kecepatan tinggi. Hembusan udara dari arah
bawah kendaraan dapat memecah konsentrasi udara pendingin
yang ditiup oleh fan ke radiator.
c) System start
System start pada mesin diesel menggunakan electrical
starter atau listrik sebagai system starternya. System listrik sebagai
startnya dari air aki dimana kutub negative disambung pada bodi
mesin sedangkan kutub positif terhubung pada starternya. Motor
starter yang berputar akan menggerakkan flywheel dan crankshaft.
Setelah mesin bekerja, motor starter akan slip dan tidak lagi
berputar karena putaran mesin sudah digantikan oleh putaran
crankshaft.
Penyebab : Tidak ada bahan bakar di dalam tangki bahan bakar atau
kehabisan bahan bakar sehingga fuel pump memompa angin
atau udara ke dalam mesin. Tidak ada supplai bahan bakar ke
dalam mesin sehingga mesin akan mati atau mogok.
Cara : Dengan mengisi bahan bakar ke tangki bahan bakar dan
mengeluarkan angin atau udara yang berada dalam aliran
bahan bakar dengan memompanya secara manual dengan
FEED FUEL PUMP hingga angin atau udara benar-benar
keluar dan terisi kembali oleh bahan bakar kembali.
1. FIRING ORDER.
Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine yang
mempunyai jumlah cylinder lebih dari 1 ( satu ). Contoh : Engine dengan 4
cylinder, mempunyai firing order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3, maka proses
pembakaran dimulai dari cylinder No.1, dilanjutkan silinder No.2, No.4 dan
No.3.
Tujuannya adalah untuk meratakan hasil power, agar gaya yang
ditimbulkan oleh piston seimbang ( balance ). Baik pada saat kompresi,
maupun pembakaran, tidak menimbulkan puntiran pada getaran yang tinggi.
Pada motor diesel 4 langkah dengan 1 cylinder, piston bergerak 4 kali,
menghasilkan satu kali pembakaran. Atau dua kali putaran crank shaft,
menghasilkan 1 kali pembakaran.
2. TABLE SEQUENCE
Adalah suatu table yang menyatakan urutan langkah dan urutan
pembakaran yang terjadi pada engine, baik engine dengan satu cylinder atau
lebih.
3. VALVE TIMING
Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve
exhaust.Misalkan engine Komatsu 6D125 series dengan data - data
sebagai berikut :
Firing Order ( F O ) = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.
Valve intake terbuka = 20 B T D C ( Before top dead center ).
Valve intake menutup = 30 A B D C ( After bottom dead center ).
Valve exhaust membuka = 45 B B D C ( Before bottom dead center ).
Valve exhaust menutup = 15 A T D C ( After top dead center ).
Oleh :
Adina Shinta Arifah (0518040007) Kelompok 2
Dosen Pengampu :
Arief Subekti, S.T., M.MT
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh propeller load terhadap sea force dan
periode datangnya gelombang
2. Mahasiswa mengetahui pengaruh propeller load terhadap wind force dan
arah datangnya angin.
3. Mahasiswa mengetahui perbandingan antara pengaruh ombak atau sea
force dan angin atau wind force terhadap propeller load
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh propeller load terhadap sea force dan periode
datangnya gelombang
2. Untuk mengetahui pengaruh propeller load terhadap wind force dan arah
datangnya angin.
3. Untuk mengetahui perbandingan antara pengaruh ombak atau sea force dan
angin atau wind force terhadap propeller load
BAB II
DASAR TEORI
3.2 Mengatur Propeller load Terhadap Sea force Simulation dan Posisi
Kapal (TRIM)
3.2.1 Kapal Pada Posisi Ballast
a. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi
Sea force dan posisi kapal dengan memposisikan alat simulasi
pengatur Wind force pada posisi nol.
b. Memposisikan alat simulasi pengatur kapal pada posisi Ballast.
c. Mengatur periode pada periode = 6 untuk melakukan prosedur d
hingga i. Dan dilanjutkan dengan kondisi yang sama dengan
mengatur periode yang berbeda pada periode 15 dan 24.
d. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 0
e. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
f. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 5
g. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
h. Mengatur variabel Sea force pada Sea force = 10
i. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
j. Melakukan prosedur a hingga i untuk setiap kondisi kecepatan
kapal yang berbeda.
3.3 Mengatur Propeller load Terhadap Wind force Simulation dan Arah
Datangnya Angin
3.3.1 Angin Dengan Arah Astern
a. Memastikan alat pengatur simulasi hanya bekerja pada variasi
Wind force dan arah datangnya angin dengan memposisikan alat
simulasi pengatur Sea force pada posisi nol (tidak diaktifkan).
b. Memposisikan alat simulasi pengatur arah datangnya angin pada
arah Astern.
c. Mengatur posisi kapal (TRIM) menjadi Ballast ,Half Load dan
Full Load
d. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 0
e. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
f. Mengatur variabel Wind force pada Wind force = 5
g. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
h. Mengatur variabel Wind force pada wind force = 10
i. Mengamati dan mencatat Propeller load nya.
j. Melakukan prosedur a hingga i untuk setiap kondisi kecepatan
kapal yang berbeda.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum motor bakar dengan judul sea force simulation dan
wind force simulation yang telah dilakukan di Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya, dapat disimpulkan bahwa :
5.2 Saran
1.Sebaiknya memahami prosedur dan langkah percobaan sesuai instruksi
dosen atau teknisi
2. Kekompakan tim merupakan suatu kerjasama yang diperlukan dalam
praktikum ini, maka dari ini sebaiknya sebelum melakukan praktikum
hendaknya melakukan pembagian tugas dengan tepat dan benar
DAFTAR PUSTAKA
http://fitrilebeks.wordpress.com/2009/06/03/prinsip-kerja-motor-bensin-2-tak/
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_dua_tak
http://www.duniaotomotif.net/oto/rumus-dasar-motor-bakar-2-tak.html