Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi semakin lama akan semakin berkembang. Kebutuhan manusia
terhadap pemenuhan kebutuhan yang semakin berkembang dalam skala yang
besar sangat mempengaruhi perkembangan sistem teknologi untuk
mengimbanginya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan industri tidak dapat
dipisahkan dengan sebuah sistem teknologi yang dirancang untuk
memudahkan proses industri. Misalnya adalah teknologi pneumatik. Proses
industri yang besar mendorong pengembangan sistem yang lebih baik secara
otomatis agar dapat memenuhi kebutuhan dengan lebih efektif dan efisien.
Pneumatik memegang peranan penting dalam pengembangan dan
teknologi otomatisasi, disamping hidraulik dan elektronik/elektrik.Seorang
operator harus mengetahui sistem dasar teknologi otomatisasi agar mampu
mengidentifikasi apabila terjadi kegagalan sistem. Sehingga untuk lebih
memahami tentang sebuah sistem otomatisasi dapat bekerja pada sebuah
proses, maka diperlukan pengetahuan salah satunya melalui praktikum
penumatik ini. Oleh karena itu dengan adanya praktikum ini diharapkan dapat
menjadi dasar dalam memahami teknologi otomatisasi dengan mudah dan
dapat mengetahu pengaplikasian atau manfaat dari teknologi otomatisasi
pneumatik.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka diperoleh suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang sistem kontrol pneumatik pada level menengah?
2. Apakah saja komponen-komponen dasar sistem kontrol pneumatik?
3. Apakah simbol standart setiap komponen pneumatik?
4. Bagaiamana cara memahami gambar sistem pneumatik menengah dan
mengimplementasi dalam bentuk rangkaian?
5. Bagaimana cara merancang dan merakit sistem kontrol kontrol pneumatik
baik berupa : sequence circuit, cascade circuit, maupun logic circuit?

1
1.3 Tujuan Praktikum
Dari rumusan masalah yang telah diperoleh sebelumnya, maka tujuan
dari dilaksanakannya praktkum pneumatik adalah sebagai berikut :
1. Mampu merancang sistem kontrol pneumatik pada level menengah
2. Mampu mengetahui dan memahami komponen-komponen dasar sistem
kontrol pneumatik
3. Mampu memahami simbol standart setiap komponen pneumatik
4. Mampu memahami gambar sistem pneumatik menengah dan mampu
mengimplementasi dalam bentuk rangkaian
5. Mampu merancang dan merakit sistem kontrol kontrol pneumatik baik
berupa : sequence circuit, cascade circuit, maupun logic circuit

1.4 Ruang Lingkup Praktikum


Berikut adalah ruang lingkup praktikum sistem pneumatik :
1. Tempat : Laboratorium Pneumatik PPNS
2. Waktu : Rabu, selama perkuliahan semester 4
3. Pelaku praktikum : Mahasiswa Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PPNS
4. Obyek praktikum : Sistem pneumatik

1.5 Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum serta penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui perancangan sistem pneumatik.
2. Dapat mengetahu pengaplikasian dan manfaat dari pneumatik dalam
industri.
3. Dapat memahami serta mengaplikasikan sistem pneumatik di lapangan.
4. Laporan dapat dijadikan sebagai acuan guna penulisan laporan yang lebih
baik kedepannya.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Sistem Pneumatik


Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang
bergerak, keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat-syarat
keseimbangan. Orang pertama yang dikenal dengan pasti telah menggunakan
alat pneumatik adalah orang Yunani bernama Ktesibio. Dengan demikian
istilah pneumatik berasal dari Yunani kuno yaitu pneuma yang artinya
hembusan (tiupan). Bahkan dari ilmu filsafat atau secara philosophi istilah
pneuma dapat diartikan sebagai nyawa. Dengan kata lain pneumatik berarti
mempelajari tentang gerakan angin (udara) yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan tenaga dan kecepatan.

Gambar 2.1 Pneumatic Sircuit

Pneumatik merupakan cabang teoritis aliran atau mekanika fluida dan


tidak hanya meliputi penelitian aliran-aliran udara melalui suatu sistem
saluran, yang terdiri atas pipa-pipa, selang-selang, gawai (device) dan
sebagainya, tetapi juga aksi dan penggunaan udara mampat. Udara yang
dimampatkan adalah udara yang diambil dari udara lingkungan yang
kemudian ditiupkan secara paksa ke dalam tempat yang ukurannya relatif
kecil.
Pneumatik dalam pelaksanaan teknik udara mampat dalam industri
(khususnya dalam teknik mesin) merupakan ilmu pengetahuan dari semua
proses mekanis dimana udara memindahkan suatu gaya atau suatu gerakan.

3
Dalam pengertian yang lebih sempit pneumatik dapat diartikan sebagai teknik
udara mampat (compressed air technology). Sedangkan dalam pengertian
teknik pneumatik meliputialat-alat penggerakan, pengukuran, pengaturan,
pengendalian, penghubungan dan perentangan yang meminjam gaya dan
penggeraknya dari udara mampat. Dalam penggunaan sistem pneumatik
semuanya menggunakan udara sebagai fluida kerja dalam arti udara mampat
sebagai pendukung, pengangkut, dan pemberi tenaga.
Adapun ciri-ciri dari para perangkat sistem pneumatik yang tidak
dipunyai oleh sistem alat yang lain, adalah sebagai berikut :
1. Sistem pengempaan, yaitu udara disedot atau diisap dari atmosphere
kemudian dimampatkan (dikompresi) sampai batas tekanan kerja tertentu
(sesuai dengan yang diinginkan). Dimana selama terjadinya kompresi ini
suhu udara menjadi naik.
2. Pendinginan dan penyimpanan, yaitu udara hasil kempaan yang naik
suhunya harus didinginkan dan disimpan dalam keadaan bertekanan
sampai ke obyek yang diperlukan.
3. Ekspansi (pengembangan), yaitu udara diperbolehkan untuk berekspansi
dan melakukan kerja ketika diperlukan.
4. Pembuangan, yaitu udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke
atmosphere (dibuang).

Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk


udara yang dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja disebut dengan
sistem pneumatik. Dalam penerapannya, sistem pneumatik banyak digunakan
sebagai sistem automasi. Dalam kaitannya dengan bidang kontrol, pemakaian
sistem pneumatik sampai saat ini dapat dijumpai pada berbagai industri seperti
pertambangan, perkeretaapian, konstruksi, manufacturing, robot dan lain-lain.
Tenaga fluida adalah istilah yang mencakup pembangkitan, kendali dan
aplikasi dari fluida bertekanan yang digunakan untuk memberikan gerak.
Berdasarkan fluida yang digunakan tenaga fluida dibagi menjadi
pneumatik, yang menggunakan udara serta hidrolik yang menggunakan cairan.
Dasar dari aktuator tenaga fluida adalah bahwa fluida mempunyai tekanan
yang sama ke segala arah. Pada dasarnya sistem pneumatik dan hidrolik

4
tidaklah jauh berbeda. Pembeda utama keduanya adalah sifat fluida kerja yang
digunakan. Cairan adalah fluida yang tidak dapat ditekan (incompresible fluid)
sedangkan udara adalah fluida yang dapat terkompresi (compressible fluid).
Pada umumnya pneumtik menggunakan aliran udara yang terjadi karena
perbedaaan tekanan udara pada suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk
keperluan industri, aliran udara diperoleh dengan memampatkan udara
atmosfer sampai tekanan tertentu dengan kompressor pada suatu tabung dan
menyalurkannya kembali ke udara bebas. Jenis kompressor terdiri dari dua
kelompok antara lain :
1) Kompressor torak yang bekerja dengan prinsip pemindahan yaitu udara
dimampatkan dengan mengisikannya ke dalam suatu ruangan kemudian
mengurangi sis pada ruangan tersebut.
2) Kompressor aliran yang bekerja dengan prinsip aliran udara yaitu dengan
menyedot udara masuk ke dalam pada satu sisi dan memampatkannya
dengan percepatan massa (turbin). Kompressor aliran meliputi
kompressor aliran radial dan kompressor aliran aksial.

Udara sebagai fluida kerja pada sistem pneumatik memiliki karakteristik


khusus antara lain :
1. Jumlah udara tidak terbatas
2. Transfer udara relatif mudah dilakukan
3. Dapat dimampatkan
4. Mencari tekanan yang lebih rendah
5. Memberi tekanan yang sama ke segala arah
6. Tidak mempunyai bentuk tetap (menyesuaikan dengan bentuk yang
ditempatinya)
7. Mengandung kadar air
8. Tidak sensitive terhadap suhu
9. Tahan ledakan
10. Kebersihan
11. Kesederhanaan konstruksi
12. Kecepatan
13. Keamanan

5
2.2 Penggunaan Sistem Pneumatik
Beberapa bidang aplikasi di industri yang menggunakan media
pneumatik dalam hal penangan material adalah sebagai berikut :
1. Digunakanuntukpencekamanbendakerja
2. Digunakanuntukpergeseranbendakerja
3. Digunakanuntukpengaturanposisibendakerja
4. Digunakanuntukpengaturanarah bendakerja

Penerapansistem pneumatic secaraumum :

1. Pengemasan (packaging)
2. Pemakanan (feeding)
3. Pengukuran (metering)
4. Pengaturanbukadantutup (door or cute control)
5. Pemindahan material (transfer of material)
6. Pemutarandanpembalikanbendakerja (turning dan inverting of parts)
7. Pemilahanbahan (sorting of parts)
8. Penyusunanbendakerja(stacking of components)
9. Pencetakanbendakerja (stamping and embossing of components)
10. Drilling – Sistem pengerudian
11. Milling – Sistem raut/kisar
12. Sawing – Sistem pemotongan
13. Finishing – Sistem pengakhiran proses
14. Forming – Sistem pembentukkan
15. Stamping – Sistem penandaan
16. Embossing – Sistem cetak timbul
17. Rem
18. Buka dan tutup pintu otomatis
19. Pelepas dan penarik roda pesawat terbang

2.3 Keuntungan dan Kerugian Sistem Pneumatik


Keuntungan :

6
1. Ketersediaan yang takterbatas
2. Mudahdisalurkan
3. Fleksibilitas temperature
4. Aman terhadap kebakaran
5. Bersih dan kering
6. PemindahandayadanKecepatansangat mudah diatur
7. Dapat disimpan dengan baik
8. Viskositas fluida yang bekerja lebih kecil sehingga gesekan
dapatdiabaikan

Kerugian :

1. Ketemampatanudara. Udara dapat dimampatkan. Oleh sebab itu adalah


tidak mungkin untuk mewujudkan kecepatan-kecepatan piston dan
pengisian yang perlahan-lahan dan tetap, tergantung daribebannya.
2. Gangguansuara. Udara yang ditiup ke luar menyebabkan kebisingan
(desisan) mengalir ke luar, terutama dalam ruang-ruang kerja sangat
mengganggu.Pemecahan :dengan memberi peredam suara (silinder)
3. Kelembabanudara. Kelembaban udara dalam udara bertekanan pada
waktu suhu menurun dan tekanan meningkat dipisahkan sebagai tetesan
air (air embun).Pemecahan :penggunaan filter-filter untuk pemisahan air
embun (dan juga untuk penyaring kotoran-kotoran).
4. Bahayapembekuan. Pada waktu pemuaian tiba-tiba (dibelakang pemakai
udara bertekanan) dan penurunan suhu yang bertalian dengan pemuaian
tiba-tiba ini, dapat terjadi pembentukan es.Pemecahan :batai pemuaian
udara bertekanan dalam perkakas-perkakas pneumatik, biarkan udara
memuai sepenuhnya pada saat diadakan peniupan ke luar.
5. Pelumasanudarabertekanan. Oleh karena tidak adanya sistem
pelumasan untuk bagian-bagian yang bergerak, maka bahan pelumas ini
dimasukkan bersamaan dengan udara yang mengalir, untuk itu bahan
pelumas harus dikabutkan dalam udara bertekanan.
6. Memerlukaninstalasiperalatanpenghasiludara bertekanan
7. Mudahterjadikebocoran

7
8. Menimbulkansuarabising
9. Dapat terjadi pengembunan
10. Gaya yang ditransfer terbatas

2.4 Komponen Sistem Pneumatik


1. Kompresor unit
Pembangkit udara tekan. Unit ini terdiri atas motor listrik, kompresor dan
bejana tekan yang dilengkapi manometer untuk memonitor keadaan
tekanan bejana. Selain berfungsi sebagai reservoir udara tekan, bejana
tekan juga berfungsi sebagai pemisah antara uap air dan udara.

Gambar 2.2 GSimbol kompresor unit


2. Filter
Berfungsi sebagai penyaring kotoran dan memisahkan uap air dan udara.

…..

Gambar 2.3 Simbol Filter


3. Reducing valve
Sebagai regulator atau pembatas tekanan sistem.

Gambar 2.4 Simbol Reducing Valve


4. Oil Sprayer (Penyemprot pelumas)
Untuk mencampur udara dengan pelumas agar seluruh komponen terawat
dan berfungsi normal.

8
…..

Gambar 2.5 Simbol Oil Sprayer


5. Service unit
Merupakan pusat pelayanan udara tekan yang telah siap digunakan oleh
sistem, terdiri dari : filter, reducing valve, pressure gauge, dan oil sprayer.

….. …..

Gambar 2.6 Simbol Service Unit

6. Katup kontrol langsung (Directional Control Valve)


Sebagaimana pada hidrolik, ada beberapa katup : 3/2, 4/2, 5/2, 4/3, dll.
Posisi netral adalah posisi awal katup sebelum ditekan / ditarik. Ada 2
macam posisi netral :
a. BNP : Block Neutral Position, yaitu posisi katup tidak ada aliran
saat neutral atau Normally Closed (NC)

Gambar 2.7 simbol katup 3/2 BNP (NO)

a. FNP : Flow Neutral Position, yaitu posisi katup ada aliran saat
netral atau Normally Open(NO)

9
Gambar 2.8 simbol katup FNP (NO)

 Cara pengoperasian: dengan kontrol tekan, handle, putar, tarik, roll,roll


arm, udara bertekanan, solenoid (elektrik).
 Cara pengembalian ke posisi netral: degan pegas, udara bertekanan,
solenoid(elektrik).
 Cara penomoran katup:
Dengan angka:
1 : ke service unit.
2,4,6,8, , , , : ke output
3,5,7, , , , , : ke exhaust
12, 13, 14, , ,23,45 : titik kontrol “1 terhubung ke 2, 1 terhubung ke 3,
dst.
Dengan huruf:

P, , , , : pressure ( tekanan dari service unit).


A, B, C, : output
R, S, T, , , : exhaust
X, Y, Z, , , : titik kontrol

Gambar 2.9 cara pengoperasian directional valve

7. Katup 3/2
Katup 3/2 dengan operasi pneumatik yakni jika Z ada sinyal (udara
bertekanan) maka I akan tersambung ke 2 sedangkan pengembalian ke
posisi netral dengan pegas.

10
Gambar 2.10 katup 3/2 dengan operasi pneumatic

Beberapa katup kontrol langsung lainnya yang lazim untuk rangkaian


pneumatik ialah katup 4/2 dan katup 5/2

Gambar 2.11 katup 4/2 dengan operasi manual

Gambar 2.12 katup 5/2 dengan operasi pneumatik


8. Output (Actuator)
Silinder : Kerja tunggal dan kerja ganda

Gambar 2.13Simbol silinder kerja tunggal

Gambar 2.14Simbol silinder kerja ganda

11
Gambar 2.15 pneumatik motor

9. Katup Logika
 Katup Logika AND (A=X,Y)
 Katup Logika OR (A=X+Y)

Gambar 2.16 Simbol katup logika OR

Gambar 2.17Simbol Katup logika AND

10. Katup Tunda (Delay Valve)


Berfungsi sebagai penunda aktivasi katup sesuai setting. Cara kerja : jika
X ada aliran maka katup 3/2 tersebut belum aktif sampai accumulator
(penampung udara) penuh. Kecepatan pemenuhan ini diatur oleh one way
flow control valve.

Gambar 2.18Simbol Katup Tunda

12
2.5 Rangkaian Sequence Pneumatik
2.5.1 Definisi
Suatu kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan tidak ada instruksi yang tumpang tindih.
2.5.2 Contoh
Alat pengangkat barang (lifter), suatu alat berfungsi memindahkan paket
dari konveyor bawah ke konveyor atas dan di lakukan secara manual
sebagaimana di ilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 2.19 Konveyor


2.6 Rangkaian Cascade Pneumatik
2.6.1 Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan ada instruksi yang tumpang tindih

2.6.2 Contoh
Alat penutup botol, suatu alat berfungsi menutup botol dengan
mekanisme sebagaimana pada gambar berikut ini :
Gerakan A maju, B maju, B mundur, kemudian A mundur

13
A

Gambar 2.20 Proses penutupan botol

Metode Cascade merupakan suatu metode dalam perancangan sistem


pneumatik yang terstruktur. Metode ini biasanya digunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan metode
intuitif, misalnya digunakan untuk mengatasi sinyal bentrok (over
lapping)Peraturan dalam sistem Cascade antara lain:
1. Mendefenisikan langkah kerja (urutan gerakan dengan notasi singkat)
sesuai dengan permasalahannya. Contohnya:
A+ B+ B- A-

2. Membagi kelompok dan pemberian nomor kelompok pada notasi singkat


tersebut dimana tidak terjadi sinyal bentrok. Masing-masing kelompok
membutuhkan satu jalur perbekalan ( S1 , S2 dst ). Jalur terakhir harus ada
udara. Contohnya:
A+ B+|B-A-
(duakelompoksaluranudara) = 2 jalur

3. Memerlukan katup pembalik ( katup 4/2, 5/2 dengan dua kontrol dsb) =
Jumlah kelompok – 1 yang berfungsi untuk memindahkan jalur udara,
misalnya dari S4 ke S1, S1 ke S2, S2 ke S3 dan S3 ke S4, maksimal katup

14
pembalik yang diperbolehkan dalam perancangan sistem pneumatik
dengan metode cascade adalah 4 buah katup.

4. Penempatan katup kontrol arah 3/2 yang mengontrol langkah kerja.


 Katup 3/2 yang berhubungan dengan start diletakkan dibawah supply
line.
 Katup 3/2 yang mengubah kelompok, diletakkan dibawah supply line.
 Katup 3/2 yang lainnya , diletakkan diatas supply line.
 Untuk contoh diatas, maka; Katup start ( a0 ) diletakkan dibawah
supply line.
 Katup yang mengubah kelompok ( b1) diletakkan dibawah supply
line.
 Katup 3/2 yang lainnya (a1 dan b0 ) diletakkan diatas supply line.

15
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum


Diagram alir praktikum dari pelaksanaan praktikum sistem pneumatik
ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut :

Membaca dan memahami soal mengenai rangkaian yang akan


di kerjakan

Membuat step diagram

Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk membuat


rangkaian.

Merangkai rangkaian pneumatik sesuai dengan yang diminta


pada soal

Menjalankan sistem pneumati yang telah dirangkai

Analisa data dan pembuatan laporan

Gambar 3.1 Diagram alir praktikum sistem pneumatik

16
3.2 Peralatan Praktikum
Peralatan atau komponen yang digunakan dalam melaksanakan
praktikum sistem pneumatik adalah sebagai berikut :
1. Kompresor
2. Selang
3. Katup 5/2
4. Katup 3/2 ( katup relay)
5. Katup 3/2 (push button)
6. Aktuator (piston)
7. Terminal parallel selang
8. Tombol start

17
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

LATIHAN I

4.1 AlatPemindahBarang
4.2.1 Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan ada konstruksi yang tumpang tindih.
4.2.2 Langkah kerja
Suatualatpemindahbarangberjalansecaraotomatisdenganmekanismesebag
aiberikut :jikatombol start ditekanmaka piston A majukemudiandisusul
piston B majukemudian piston A mundurdandisusul piston B mundur.
4.2.3 Pertanyaan :
1) Buatlah step diagramnyasecaralengkap
2) Buatlahrangkaiannya dan rakitlah
3) Jikadiinginkan proses
tersebutkontinyumakabagaimanarangkaiannya?
4) Buatlahtombol start, stop, dan emergency untukrangkaiannya.
4.2.4 Jawaban
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :
a. Rangkaian selengkapnya adalah :
𝐴+ | 𝐵 + || 𝐴− | 𝐵−

b. Diagram langkah kerja

Gambar 4.1 Diagram latihan 1

18
c. Rangkaian

Gambar 4.2 Rangkaian Pneumatik Latihan 2


4.2.5 Pembahasan
Sistem pneumatik yang digunakan dalam alat pemindah barang dibuat
berjalan secara kontinyu atau berlanjut. Seperti yang telah dilakukan dalam
praktikum perangkaian sistem ini, diketahui bahwa untuk menggerakkan
piston A dan piston B dibutuhkan suatu sensor atau relay. Dalam sistem ini,
terdapat empat relay, yakni relay 1 (RS1) yang diaktifkan ketika piston A
maju dan menyebabkan piston B maju. Setelah piston B maju dan mengenai
relay 2 (RS2) dan menyebabkan piston A mundur kembali. Saat piston A
mundur dan mengenai relay 3 (RS3) maka akn menyebabkan piston B
mundur. Karena sistem diminta untuk berjalan secara kontinyu maka

19
ditambahkan relay 4 (RS4) untuk menggerakkan kembali piston A maju dan
sistem berlangsung terus.
LATIHAN II
4.2 Alat Bantu Pelobangan
4.2.1 Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan
dan ada konstruksi yang tumpang tindih.
4.2.2 Langkah kerja
Suatu alat bantu perlobangan dengan mekanisme sebagai berikut; ketika
tombol start ditekan maka piston A maju melakukan pencengkraman benda
kerja, kemudian piston B melakukan perlobangan disusul piston C dan D.
Kemudian piston B, C, dan D, mundur secara bersamaan kemudian disusul
piston A.
4.2.3 Pertanyaan :
1) Buatlah step diagramnyasecaralengkap !
2) Buatlahrangkaiannya dan rakitlah !
3) Jikadiinginkan proses tersebutkontinyumakabagaimanarangkaiannya?
4) Buatlahtombol start, stop, dan emergency untukrangkaiannya!
4.2.4 Jawab
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :
a. Rangkaian selengkapnya adalah :
𝐴 + | 𝐵 + | 𝐶 + | 𝐷 + || 𝐵 − 𝐶 − 𝐷 − | 𝐴 −

b. Diagram langkah piston

Gambar 4.3 Diagram langkah piston latihan 2

20
c. Rangkaian

Gambar 4.4 Rangkaian pneumatik latihan 2

21
4.2.5 Pembahasan
Pada alat bantu pelobangan digunakan sistem penumatik. Dimana
pergerakan alat dimulai dengan majunya piston A, disusul piston B, C dan D
secara berurutan. Setelah itu piston B,C dan D mundur secara bersamaan lalu
disusul piston A mundur. Pada sistem ini dibutuhkan tujuh sensor atau relay.
Keja sistem alat ini adalah ketika tombol start di aktifkan maka piston A maju
dan mengaktifkan relay 1 (RS1) dan menyebabkan piston B maju dan
mengenai relay 2 (RS2) maka piston C maju dan mengenai relay 3 (RS3)
sehingga piston D maju. Setelah piston D dan mengaktifkan relay 4 (RS4) dan
katup 5/2 bergeser dan pindah jalur ke jalur sumber gas 2 untuk membuat
piston B,C dan D mundur bersamaan. Setelah itu relay 5 (RS5) yang dipasang
pada dan dikenai saat piston B mundur aktif sehingga menyebabkan piston A
mundur. Piston A mundur mengaktifkan relay 6 (RS6) yang berfungsi untuk
membuat sistem berjalan secara kontinyu.

22
LATIHAN III

4.3 AlatPenandaProduk (Stamping)


4.3.1 Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan ada konstruksi yang tumpang tindih.
4.3.2 Contoh Alat Penanda Penutup Produk (Stamping)
Suatu alat penanda produk dengan langkah kerja sebagai berikut : Produk
dimasukkan ke tumpuan secara manual, kemudian tombol start ditekan maka
piston A maju dan melakukan penandaan kemudian mundur, setelah piston A
mundur baru piston B maju dan kemudian mundur.
4.3.3 Pertanyaan :
1) Buatlah step diagramnya secara lengkap!
2) Buatlah rangkaiannya dan rakitlah!
3) Buatlah tombol start, stop, dan emergency untuk rangkaiannya!
4.3.4 Jawab
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :
a. Rangkaian selengkapnya adalah :
𝐴+ |𝐴− || 𝐵+ | 𝐵−
b. Diagram langkah kerjapiston

Gambar 4.5 Diagram langkah kerja piston latihan 3

c. Rangkaian

23
Gambar 4.6 Rangkaian Latihan 3
4.3.5 Pembahasan
Pada alat penanda produk (stamping), sistem ini membutuhkan
empat sensor atau relay. Untuk langkah kerjanya dimulai ketika
tombol start diaktifkan, maka piston A maju dan mengenai sensor
1 (S1) yang menyebabkan katup 5/2 utama bergeser dan berpindah
ke jalur udara pertama sehingga piston A kembali mundur, piston
A mundur mengenai sensor 2 (S2) dan menyebabkan piston B
maju dan udara masih berasal dari jalur udara pertama. Setelah
piston B maju dan mengenai sensor 3 (S3), maka katup 5/2 utama
kembali bergeser dan kembali ke jalur udara kedua dan
menyebabkan piston B mundur. Untuk membuat sistem ini
berjalan secara kontinyu maka ditambahkan sensor 4 (S4). Pada
sistem ini jalur udara dibagi menjadi dua karena aktuator bergerak
maju dan mundur secara langsung. Jika jalur udara hanya ada satu
maka aktuator tidak akan bergerak karena tekanan udara berasal
dari jalur yang sama dan seimbang.
LATIHAN IV

4.4 AlatPelubangdanPenghalusanLubang

24
4.4.1 Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan ada konstruksi yang tumpang tindih.
4.4.2 Contoh Alat Pelubang dan Penghalusan lubang
Suatu alat pelubang dan penghalusan lubang dengan mekanisme sebagai
berikut; Piston A maju kemudian mencengkram benda kerja kemudian piston B
maju {mengebor} sampai maksimum. Kemudian mundur, kemudian piston C
maju memindahkan benda kerja ke alat penghalus lubang setelah itu piston D
bergerak maju melakukan penghalusan lubang. Setelah selesai piston D
mundur disusul piston C mundur (benda kerja ke posisi semula). Kemudian
pencekam benda kerja (piston A) mundur sehingga benda kerja dapat
dilepaskan.
4.4.3 Pertanyaan :
1) Buatlah step diagramnyasecaralengkap!
2) Buatlahrangkaiannyadanrakitlah!
3) Jikadiinginkan proses tersebutkontinumakabagaimanarangkaiannya?
4) Buatlahtombol start, stop, dan emergency untuk rangkaiannya!
4.4.4 Jawab
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :
a. Rangkaian selengkapnya adalah :

𝐴+ |𝐵 + |𝐵 − || 𝐶 + | 𝐷+ || 𝐷− | 𝐶 − | 𝐴−

b. Diagram langkah kerja piston

25
A + −

B + −

C + −
D + −
Gambar 4.7 Diagram langkah kerja piston latihan 4
c. Rangkaian

A B C D

a1 b1 c1

a0 b0 c0 d
0

Star c0 a1 b d0 c1
t 0

b1

d1 a0

26
Gambar 4.8 Rangkaian Latihan 4

4.4.5 Pembahasan
Sistem pneumatik pada alat pelubang dan penghalusan lubang
yaitu menggunakan empat actuator (piston). Kerja dari alat ini yaitu ketika
start ditekan maka piston A maju dan mengenai relay 1 (RS1) dan
menyebabkan piston B maju lalu piston B yang maju mengaktifkan relay 2
(RS2), relay 2 aktif dan menggeser katup 5/2 kedua sehingga
menyebabkan piston B mundur karena tekanan udara dari jalur udara
kedua. Piston B mundur mengenai relay 6 (RS6) dan piston C akan maju.
Setelah piston C maju dan mengenai relay 3 (RS3), maka piston D
bergerak maju dan mengenai relay 4 (RS4) dan menggeser katup 5/2
pertama dan membuka jalu udara ketiga sehingga menyebabkan piston D
mundur. Setelah piston D mundur maka akan mengenai relay 8 (RS8)
sehingga menyebabkan piston C mundur dan mengenai relay 7 (RS7)
sehingga menyebabkan piston A mundur. Dan piston A mundur mengenai
relay 5 (RS5) untuk membuat gerak sistem secara kontinyu.

27
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pneumatik yang kami lakukan, maka dapat


disimpulkan bahwa pneumatik banyak diaplikasikan pada sistem otomatisai dalam
industri. Hal yang terpenting dalam praktikum pneumatik adalah mengetahui
proses kerja yang dikehendakidalam diagram langkah kerja piston dan ketelitian
dalam pembacaan rangkaian untuk memperlancar merangkai pada saat praktikum.

28
DAFTAR PUSTAKA

Mustaghfirin, M. Anis. 2003. Buku Petunjuk Praktek Hidrolik Pneumatic.


Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Parr Andrew. 2003. Hidrolika dan Pneumatika. Jakarta: Erlangga.

29

Anda mungkin juga menyukai