Anda di halaman 1dari 15

A.

Menentukan Gaya Potong


1. GAYA (F)

Mencari nilai Gaya dan torsi merupakan proses awal dalam merancang
sebuah mesin. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan penggerak dan cara
transmisi dayanya. Untuk mendapatkan nilai Gaya dan torsi pada proses
pengupasan kulit kentang, saya memberikan asumsi pada perancangan mesin
pengupasan kulit kentang sekali proses pengupasan sebanyak 15kg kentang.
Sebelum perhitungan pada mesin, dilakukan sebuah uji simulasi untuk
mendapatkan data berupa gaya yang dibutuhkan untuk pengupasan kulit kentang.
Berikut ini adalah langkah-langkah uji simulasi:

a. Simulasi ini membutuhkan kentang, penimbang kentang seperti gambar


dibawah ini.

Gambar peralatan untuk uji simulasi

Simulasi dilakukan dengan meletakkan kentang diatas timbangan. Kemudian


menimbang kentang 1kg rata-rata berisi 6 - 7 kentang tergantung pada besar
kecilnya kentang tersebut. Sedangkan mesin pengupas dapat terpenuhi dengan
5kg kentang, maka sekali proses pengupasan terdapat 30-35 kentang.

Dari proses simulasi di atas, dari 2 kali simulasi didapatkan nilai beban (kgf)
sebagai berikut:

Beban Pengupas
Simulasi ke-
Maksimal (W)
1 15 kgf
2 15 kgf
Dari data yang ditulis di atas nilai gaya yang diambil adalah nilai yang didapat
yaitu 15 Kgf, kemudian dikonfersikan ke satuan SI, harus menjadi satuan newton
(N).

Persamaan :

Fmxg

Keterangan:

F = gaya pengupas dalam newton (N)

m = massa untuk beban dalam (kg)

g = percepatan gravitasi Bumi (9,8 m/s2)

Sehingga nilai F didapat sebagai berikut

Fmxg
 15 kg x 9,8 m/s 2
 147 Newton

A. Menentukan kebutuhan Torsi


1. TORSI (T)
Setelah didapatkan nilai Gaya pengupasan kulit kentang (F), selanjutnya bisa
didapatkan nilai Torsi dengan persamaan di bawah ini:
TFxR (Frick, 1991:35)
Keterangan:
T = besar torsi yang digunakan untuk pengupasan kulit kentang (Nm)
F = gaya pengupas kulit kentang (N)
R = jarak titik tumpu dengan lengan kuasa (m)
Besar torsi untuk memotong singkong sebagai berikut:
TFxR
 147 N x 0,115 m
 16,9 Nm

PERHITUNGAN
A. Memilih Motor
1. Kecepatan Putaran Disk (n)
Langkah selanjutnya adalah menghitung kecepatan putaran disk / pengaduk.
kecepatan putar pisau berguna untuk menentukan specifikasi penggerak dan
perbandingan ratio dari transmisi. Untuk itu, kecepatan putar untuk 315 buah
kentang, sesuai dari spesifikasi awal yang direncanakan.
Asumsi:
a. Jika jeda waktu pengambilan kentang = 5 detik

b. Untuk mencari panjang rata-rata kentang, dilakukan observasi ke penjual


kentang di pasar Wonokromo.

Gambar 2.1 observasi pasar

Gambar 2.2 observasi pasar

Dari kentang yang ada digambar, ada 5 kentang memiliki panjang 15 cm, dan
yang lain memiliki panjang 10 cm dan 9 cm. Maka dari itu, diambil data
terbanyak dari ukuran panjang kentang. Sehingga diasumsikan ukuran panjang
kentang adalah 15 cm.
c. Jumlah putaran untuk sebuah kentang
panjang kentang
Jumlah pot. per kentang 
ketebalan pot.
150 mm

1 mm
 150 pot.

jumlah pot.
Jumlah putaran disk per kentang 
jumlah pengaduk pd. disk
150

3
 50 putaran / buah

Jumlah putaran untuk 315 kentang  Jumlah put. disk per buah x 315 buah
 50 put / buah x 315 buah
 15750 putaran

Waktu yang digunakan untuk memotong 315 buah (t)  waktu spesifikasi - waktu jeda(315)
 3600 detik - 3detik(315)
 3600 detik - 630 detik
 3240 detik
3240 detik

60 detik/menit
 54 menit

sehingga kecepatan putaran disk (n) yang dibutuhkan untuk memotong 315
kentang dalam 54 menit dengan menggunakan persamaan berikut:
jumlah put. untuk 315 kentang
n
t
15750 put.

54 menit
 291,6 rpm  290 rpm

2. Daya nominal (P)


P
T (Robert L.Mott, 2009:339)
n

Keterangan:
T = torsi (Nm)
P = daya nominal (watt)
n = kecepatan putar (rad/s)
Karena sattuan putaran (n) dalam rpm dan daya (P) dalam kW, sehingga:
2. . n . T
P
60 . 1000

Keterangan:
P = daya yang diperlukan (kW)
n = putaran disk / pengaduk (rpm)
T = torsi untuk pengupasan kentang (Nm)
Perhitungan daya (P) menjadi:
2 . . n . T
P
60.1000
2 . 3,14. 290 rpm . 16,9 Nm

60 det/mnt . 1000
30778,28

60000
 0,51 kW

3. Daya rencana (Prencana)


Daya rencana didapat berdasarkan tabel 7.1 pada buku L. Mott. Dengan asumsi
motor bekerja selama 5 jam, dan disamakan dengan generator, mesin perkakas,
mesin pengaduk dll.
Sehingga;
Prencana  fc . P (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:238)
Prencana  1,1 x 0,51 kW
 0,561 kW

Efisiensi (η) untuk transmisi sabuk V = 90 %


Sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan (Pf):
Pf  Prencana x 
100
 0,561 kW x
90
 0,62 kW

Berdasarkan data motor FUJITA yang saya gunakan untuk memilih motor, daya
output motor yang mendekati nilai daya recana adalah motor yang memiliki tipe
FAMOZE PRO TYPE G adalah dengan spesifikasi sebagai berikut:
P output motor = 0.75 kW
= 750 watt
Putaran = 1400 rpm
Voltage / Arus = 220 V / 5,22 A
Effisiensi = 71 %
Power factor = 0,92

B. Menentukan Susunan Transmisi


1. Sabuk dan Puli
a. Jenis sabuk-V
Menentukan jenis sabuk-V yang digunakan berdasarkan Daya rencana (P rencana)
0,75 kW dan putaran tertinggi pada motor 1400 rpm. Menurut grafik halaman
246 pada buku Robert L. Mott menganjurkan sabuk-V tipe 3V.
b. Rasio kecepatan
Rasio kecepatan didapatkan dengan membandingkan kecepatan motor dengan
kecepatan yang diperlukan.
315
Rasio 
1400
 0,225  0,22

c. Jarak antara dua sumbu poros (C)


Dengan acuan berikut: Dp  C  3( Dp  dp) Robert L. Mott:
dp = 90 mm
Dp = 400 mm ,sehingga saya mencoba menentukan nilai C = 500 mm
(Dp  dp) 2
L = 2C + 1,75 (Dp + dp) 
4C
(400 mm - 90 mm) 2
 2 . 500 mm  1,75 (400 mm  90 mm) 
4. 500 mm
 1000 mm  857,5 mm  48,05 mm
 1905,5 mm

Pada tabel ukuran panjang standar sabuk-v tersedia ukuran paling mendekati
1905 mm dan 1930 mm. jadi saya mengambil 1905 mm atau 75 inch.
B  4L - 6,28(Dp  dp)
 4 . 1905 - 6,28(400  90)
 7620 - 3077,2
 4542,8
B  B 2  32( Dp  dp ) 2
C
16
4542,8  (4542,8) 2  32(400  90) 2

16
4542,8  20637031,8  3075200

16
4542,8  17561831,8

16
4542,8  4190,7

16
 545,8 mm  546 mm

d. Ukuran puli penggerak


 Menghitung lubang pada puli
Momen rencana (T)
 Pd 
T  9,74 x 10 5   (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997:7)
 n 
 0,561 kW 
T1  9,74 x 10 5  
 1400 
 390,2 kg.mm
 0,561 kW 
T2  9,74 x 10 5  
 315 
 1734,6 kg.mm

Bahan poros menggunakan AISI 1050, kekuatan tarik (σB) =690000 psi =
70,4 kg/mm2, Sf1 = 6, Sf2 = 2 (dengan alur pasak) Kt = 1,5 (untuk beban
kejutan dan tumbukan), Cb = 2 (untuk beban lenturan).
Maka  a (Tegangan geser yang diizinkan) :
B
a 
S f 1 .S f 2
70,4 kg/mm 2

6. 2 , (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:8)
70,4

12
 5,87 kg/mm 2

13
 5,1 
ds   . K t .C b T  (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:8)
 a 
13
 5,1 
d s1   2
. 1,5 . 2 . 390,2 kg.mm
 5,87 kg/mm 
 10,17 mm  10 mm
13
 5,1 
ds 2   2
. 1,5 . 2 . 1734,6 kg.mm
 5,87 kg/mm 
 16,86 mm  17 mm

 Menghitung sudut kontak (θ)


 Dp  dp 
 180 o  2 sin -1  
 2C 
 400  90 
 180 o  2 sin 1  
 2.545,8 
 180 o  2 sin 1 (0,284)
 180 o  33
 147 o

θ =147o Kθ = 0,9

 Menentukan faktor koreksi sabuk-V


Menentukan faktor koreksi sudut kontak (Cθ) dan faktor koreksi (CL)
menggunakan diagram pada buku elemen mesin L. Mott pada gambar 7.14
dan 7.15, sebagai berikut:
θ = 147o , Cθ = 0,91
L = 1905 mm = 75 inch , CL =1,03
 Kemudian dilakukan pengecekan.
dp. . n1
a) kecepatan sabuk (vb ) 
60
Keterangan:
vb = kecepatan sabuk yang diijinkan < 4000 ft/mnt = 20 m/s
dp = diameter jarak bagi pulley penggerak (m)
n1 = putaran motor (rpm)
didapatkan nilai sebagai berikut:
dp .  n1
vb 
60
0,09 m . 3,14 .1400 rpm

60
 6,6 m/s

Ternyata vb < 20 m/s, baik.


b) Menghitung n (terpasang)

n(terpasang )  1400 rpm x 90


400
 315 rpm

Hasil perhitungan n sudah memenuhi target kebutuhan putaran 315 rpm >
290 rpm.

c). Check Torsi terpasang (Tterpasang)


Torsi terhitung (Thitung) = 16,9 Nm
2. . n . T
P
60 . 1000
P.60000
T pasang 
2. . n pasang
0,75 kW. 60000

2 . 3,14 . 315 rpm
 22,74 Nm

Ternyata Torsi terpasang sudah memenuhi kebutuhan:


22,74 Nm > 16,9 Nm

d). Kapasitas Daya transmisi satu sabuk (Po):


Po  C .C L .Pd (Robert L. Mott, 2009: 251)
Keterangan:
Po = kapasitas daya satu sabuk
Cθ = faktor koreksi untuk sudut kontak
CL = faktor koreksi untuk panjang sabuk
Didapatkan dari tabel:
θ = 147o , Cθ = 0,9
L = 75 in , CL = 1,03
Sehingga,
Po  0,9 . 1,03 . 0,75 kW
 0,695 kW

e). Jumlah sabuk (N)


Pd
N
Po . K 

0,561 kW
N
0,695 kW . 0,9
 0,896  1

f). Spesifikasi transmisi:


 Sabuk-V
Tipe sabuk = 3V (Robert L. Moot, 2009: 246)
L = 75 inch = 1905 mm
Banyak sabuk = 1
 Ukuran puli sebagai berikut:
dp = 90 mm, Dp = 400 mm, dengan lubang dp = 10 mm, dan Dp = 17 mm
jarak sumbu = 546 mm
C. Menentukan Ukuran Poros
Bahan poros menggunakan AISI 1050, kekuatan tarik (σB) = 58 kg/mm2, Sf1 =
6, Sf2 = 2 (dengan alur pasak) Kt = 1,5 (untuk beban kejutan dan tumbukan), Cb = 2
(untuk beban lenturan), N = 2,0 ;CR = 0,90 ; CS = 0,73 (Robert L. Mott, 2009: 155)
1. Daya rencana (Pd):
Pd = 0,75 kW
2. Torsi rencana (T) pada poros:
2. . n . T
P
60 . 1000
P.60000
T pasang 
2. . n pasang
0,75 kW. 60000

2 . 3,14 . 315 rpm
 22,74 Nm

3. Menghitung diameter poros


Menghitung poros dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
13
 2 2 
32 N  Kt M  3 T 
D       (Robert L. Mott, 2009: 512)
   sn '  4  s y 


 
Ketrangan:
D = diameter poros yang dihitung (Inch)
N = faktor rancangan
Kt = nilai rancangan awal
M = momen lengkung (lb.in)
Sn’ = tegangan Tarik (psi)
T = torsi yang diteruskan (lb.in)
Sy = tegangan luluh (psi)

S n '  C R . C S . Sn (Robert L. Mott, 2009: 548)


S n '  C R . C S . Sn
 0,90 . 0,73 . 6,9 x 108 N/m 2
 4,53 x 108 N/m 2
4,53 x 108

9,8 m/s 2 x 10 6
 46,2 kg/mm 2
a. Menghitung diameter poros merupakan ujung bebas dari poros, sehingga
tidak terkena momen punter. dapat dicari dengan Persamaan berikut:
T = 22,74 Nm T = 201,3 lbf.in
13
 2 
32 N 3  T 
D   
  4  s y 


 
13
 32 . 2,0 3  201,3 lb.in  
2

   
 3,14 4  84000 lb/in  
 
13
 64 3 
  0,00000576 
 3,14 4 

 20,38 0,75 x 0,00000576 
13

  20,38 x 0,0021
13

 0,0421 3
 0,34 in
Kemudian nilai D dinaikan 6 % , dikarenakan kita akan menemukan diameter
nominal pada alur dengan menaikkan hasil perhitungan sekitar 6%. Hasil
semestinya agak berlebihan untuk geometri alur demikian ini.
(Robert L. Mott, 2009:521)
Sehingga nilai minimum D= 0,36 inch ≈ 9 mm

D. Menghitung Dan Menentukan Jenis Bearing


Setelah menghitung dimensi poros, kemudian menentukan jenis bearing dan
umur pakai bearing yang digunakan untuk menyangga poros tersebut. Menurut beban
yang diterima jenis bearing yang digunakan adalah bearing beban radial dan aksial.
Sehigga perhitungannya sebagai berikut:
Setiap poros pasti ada bantalan yang menahan poros agar poros dapat bekerja
dengan baik. Dan bantalan yang dipakai diporos yaitu bantalan peluru rel satu baris
(bantalan gelinding), bantalan yang direncanakan di poros adalah 6204 dan memiliki

SPESIFIKASI :
Jenis bantalan = Gelinding
Nomor bantalan = 6203
(D) Diameter luar bantalan = 40 mm
(D) Diameter dalam bantalan = 17 mm
(b) Lebar bantalan = 12 mm
(r) jari-jari bantalan = 0,024 in
(C) Kapasitas nominal dinamis spesifik = 1660 lb = 753 kg
(C) Kapasitas nominal statis = 1010 lb
Dan bantalan yang direncanakan memiliki life time minimum 10000 jam.

1. Menghitung beban ekuivalen (beban radial dan aksial)


P  VXR  YT (Robert L. Mott, 2009: 576)

Keterangan:
P = beban ekuivalen (lb)
V = faktor putaran (sudah ditetapkan 1,0 untuk cincin dalam bantalan yang
berputar; 1,2 untuk cincin luar yang berputar)
R = beban radial yang berlaku (lb)
T = beban aksial yang berlaku (lb)
X = faktor radial (Tabel 14.5 Robert L. Mott, 2009)
Y = faktor aksial (Tabel 14.5 Robert L. Mott, 2009)

Berikut skema gaya yang terjadi pada poros

100 200

A B C

50 50

Gambar skema gaya pada poros


MC 0
MA  MB 
FA . 300 mm  R B . 200 mm 
17,4 kg . 300 mm  RB . 200 mm 
5220 kg.mm  R B .200 mm 
5220 kg.mm
 RB
200 mm
R B  26,1 kg
RB  57,5 lb
2. Menentukan gaya radial yang terjadi pada titik B sebesar RB:
FrB = RB
= 26,1 kg

3. Menentukan beban ekuivalen dinamis (P):


P  VXR  YT
 VXR
 1.1.26,1 kg
 26,1 kg
4. Menentukan beban ekuivalen statis (Po) :
Po = FrB
= 26,1 kg
5. Menentukan beban rata-rata :
Pm  P Pr p .a (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997;138)
Dimana, P=3 untuk bantalan bola dan α=1 karena tanpa variasi beban & putaran
Pm  P Pr B p .a
 3 26,13.1
 3 17779,581
 26,1

6. Menentukan faktor kecepatan(Fn):


13
 33,3 
Fn   (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997;136)
 n 
13
 33,3 
Fn  
 290 
 0,48
7. Menentukan faktor umur (Fh):
C
Fh  Fn. (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997;136)
Pm
C
Fh  0,48.
Pm
753
 0,48.
26,1
 13,8
8. Menentukan umur bantalan (Lh):
Lh  500 ( Fh) 3 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997; 136)
Lh  500 ( Fh) 3
 500 (13,8) 3
 1314036 jam
 15 tahun

Anda mungkin juga menyukai