Anda di halaman 1dari 64

PROSES MANUFAKTUR

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FTI


Universitas Islam Sultan Agung

Pengajar :
A. Syakhroni, ST, M.Eng
Latar Belakang
• Dalam proses pemesinan yang sering mengalami penggantian adalah
pahat. Pahat merupakan komponen produksi yang dapat habis dan
harganya relatif mahal.

• Pahat akan mengalami keausan setelah digunakan untuk pemotongan.


Semakin besar keausan pahat maka kondisi pahat akan semakin kritis.
Jika pahat terus digunakan maka keausan pahat akan semakin cepat
dan pada suatu saat ujung pahat sama sekali akan rusak.

• Kerusakan fatal tidak boleh terjadi pada pahat sebab gaya pemotongan
yang sangat tinggi akan merusakkan pahat, mesin perkakas, benda
kerja dan dapat membahayakan operator serta berpengaruh besar pada
toleransi geometrik dan kualitas permukaan produk.

Proses Manufaktur - A.SNI 2


Kualitas perkakas ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
• material perkakas, dan
• geometri perkakas.

Material perkakas yang digunakan harus dapat mengatasi


gaya potong dan panas akibat gesekan yang dialami, serta
akibat pemakaian yang berulang-ulang.

Geometri perkakas harus dibuat sedemikian rupa sehingga


dapat mengurangi terjadinya gesekan antara perkakas
dengan benda kerja.

Proses Manufaktur - A.SNI


MATERIAL PAHAT
Untuk mengatasi tiga jenis kerusakan yang mungkin terjadi pada perkakas,
maka sifat mekanik yang perlu diperhatikan dalam memilih material perkakas
adalah :

a. Perlu material pahat yang unggul dibandingkan dengan material


benda kerja.
b. Hardness/ Kekerasan
c. Ductility/ Keuletan
d. Resistance of Thermal Shock Load
e. Sifat Adhesi yang rendah
f. Daya larut elemen/komponen material pahat yang rendah

Kekerasan yang rendah serta daya adhesi yang tinggi, akan meyebabkan mata
pahat mudah terdeformasi, terjadi keausan tepi dan keausan kawah yang besar.

Keuletan yang rendah dan ketahanan beban kejut thermal yang kecil akan
menyebabkan rusaknya mata potong maupun retak mikro yang menimbulkan
kerusakan fatal.

Proses Manufaktur - A.SNI 4


• Ketangguhan, untuk menghindari kerusakan akibat keretakan, maka
material perkakas harus memiliki ketangguhan yang tinggi. Ketangguhan
biasanya ditunjukkan oleh kombinasi antara kekuatan dan keuletan
material.

• Kekerasan merah (hot hardness), yaitu kemampuan material untuk


mempertahankan kekerasannya pada temperatur tinggi. Hal ini diperlukan
karena akan terjadi panas yang tinggi pada saat perkakas tersebut
dioperasikan (lihat gambar 1 dan Gambar 2 di bawah)

• Tahan aus, tidak hanya ditentukan oleh kekerasan dari material, tetapi
juga ditentukan oleh kehalusan dari permukaan material, komposisi kimia
dan cara pengerjaan material, dan ada atau tidaknya digunakan cairan
pendingin.

Proses Manufaktur - A.SNI


Material pahat dari yang lunak tapi ulet,
sampai yang keras tapi getas, yaitu :

• High Carbon Steel, Carbon Tool Steel


• High Speed Steel/HSS
• Cast Nonferrous Alloys, Cast Carbides
• Cemented Carbides
• Ceramics
• Cubic Boron Nitrides/CBN
• Sintered diamond & Natural Diamonds

Proses Manufaktur - A.SNI 6


1) Baja karbon dan baja paduan rendah, sekarang jarang
digunakan karena tidak memiliki kekera-san merah yang
tinggi.
2) Baja kecepatan tinggi, mengandung paduan tinggi,
mempunyai kemampuan dikeraskan sangat baik, dan tetap
mempertahankan tepi pemotongan yang baik sampai suhu
650OC.
3) Paduan kobalt cor, mengandung kobalt sekitar 40% sampai
dengan 50%. Ketahanan ausnya lebih baik daripada baja
kecepatan tinggi, tetapi tidak sebaik karbida sementit.
Ketangguhannya lebih baik daripada karbida, tetapi tidak
sebaik baja kecepatan tinggi. Kekerasan merahnya terletak
diantara baja kecepatan tinggi dan karbida sementit.
4) Karbida sementit, memiliki kekerasan merah yang terbaik
diantara material perkakas yang lain yaitu mencapai 1200
OC, tetapi material ini sangat rapuh sehingga didalam

pengopersiannya perlu didukung dengan sangat kaku untuk


mencegah keretakan.

Proses Manufaktur - A.SNI


5) Keramik, dibuat dari serbuk halus oksida aluminium (Al2O3)
yang dipres dengan tekanan tinggi dan disinter dengan
temperatur tinggi tanpa bahan pengikat, biasanya ditambah-
kan dengan sejumlah kecil oksida yang lain seperti oksida
zirconium. Sangat baik digunakan untuk penyelesaian
permukaan, tetapi tidak baik untuk operasi pemotongan
kasar karena ketangguhan-nya rendah.

6) Intan sintetik (syntetic diamonds); intan dikenal sebagai


material yang keras, kekerasannya mencapai tiga sampai
empat kali kekerasan karbida tungsten atau oksida
aluminium. Perkakas pemotong intan sintetik dibuat dari intan
polikristalin, yaitu serbuk halus kristal intan disinter pada
temperatur tinggi dan dipres sesuai dengan bentuk yang
diinginkan, tanpa bahan pengikat. Intan sintetik digunakan
mesin kece-patan tinggi untuk non-ferrous dan untuk penger-
jaan abrasif material non-logam seperti serat gelas dan grafit.

Proses Manufaktur - A.SNI


Kekerasan pada Material Perkakas Potong

Gambar 1. Angka Kekerasan beberapa


material Peralatan Potong sebagai fungsi
suhu (Pengerasan Panas). Rentang
beberapa material dipengaruhi variasi
komposisi peralatan dan kemungkinan
perlakuan panas pada grup tersebut.

Proses Manufaktur - A.SNI 9


Kekerasan merah beberapa material perkakas :

• Baja karbon (plain carbon steel)


kekerasannya akan turun dengan cepat
bila temperatur meningkat (kekerasan
merahnya rendah);
• Baja kecepatan tinggi (high speed steel,
HSS) sedikit lebih baik daripada baja
karbon;
• Paduan kobalt cor (cast cobalt alloys)
pada temperatur kamar kekerasannya
rendah, tetapi kekerasan merahnya
lebih baik daripada HSS;
Gambar 2. Kekerasan merah beberapa
material perkakas

• Karbida semented (cemented carbides) dan keramik (ceramics) memiliki


kekerasan merah yang terbaik diantara material perkakas.

Proses Manufaktur - A.SNI


Sifat-sifat Material Perkakas

Table 1 Sifat Material Perkakas


Carbides
Baja
Kecepatan
Tinngi Cubic boron Single-crystal
Sifat (HSS) Cor Paduan WC TiC Ceramics nitride diamond*
Kekerasan 83– 86 HRA 82– 84 HRA 90– 95 HRA 91– 93 HRA 91– 95 HRA 4000– 5000 HK 7000– 8000 HK
46– 62 HRC 1800– 2400 HK 1800– 3200 HK 2000– 3000 HK
Kekuatan Tekan
MPa 4100– 4500 1500– 2300 4100– 5850 3100– 3850 2750– 4500 6900 6900
3
psi x10 600– 650 220– 335 600– 850 450– 560 400– 650 1000 1000
Kekuatan retak melintang
MPa 2400– 4800 1380– 2050 1050– 2600 1380– 1900 345– 950 700 1350
3
psi x10 350– 700 200– 300 150– 375 200– 275 50– 135 105 200
Kekuatan Pukulan
J 1.35– 8 0.34– 1.25 0.34– 1.35 0.79– 1.24 < 0.1 < 0.5 < 0.2
in.- lb 12– 70 3– 11 3– 12 7– 11 <1 <5 <2
Modulus elastisitas
GPa 200 – 520– 690 310– 450 310– 410 850 820– 1050
6
psi x10 30 – 75– 100 45– 65 45– 60 125 120– 150
Kekakuan
3
kg/m 8600 8000– 8700 10,000– 15,000 5500– 5800 4000– 4500 3500 3500
3
lb/in. 0.31 0.29– 0.31 0.36– 0.54 0.2– 0.22 0.14– 0.16 0.13 0.13
Volume fase padat, % 7– 15 10– 20 70– 90 – 100 95 95
Peleburan atau penguraian
°C 1300 – 1400 1400 2000 1300 700
°F 2370 – 2550 2550 3600 2400 1300
Daya Hantar panas, W/ m 30– 50 – 42– 125 17 29 13 500– 2000
K
Koefisien ekspansi panas, 12 – 4– 6.5 7.5– 9 6– 8.5 4.8 1.5– 4.8
–6
x10 °C
*
Nilai dari polycrystalline diamond secara umum lebih rendah, kecuali kekuatan impak/pukulan lebih tinggi.

Proses Manufaktur - A.SNI 11


Karakteristik Umum Material Perkakas Potong
Tabel 2. Karakteristik umum material perkakas. Bahan perkakas ini mempunyai rentang komposisi dan perlengkapan
yang lebar; beberapa kategori material perkakas memiliki karakteristik lebih
Baja karbon Carbide Carbide Keramik Intan
dan baja tanpa dengan Polycrystalline
paduan High speed Cast- cobalt pelapisan pelapisan cubic boron
rendah- steels alloys nitride
sedang
Pengerasan panas naik
keuletan naik
kekuatan pukul naik
Ketahanan naik
pemakaian
Ketahanan naik
terbentuknya tatal
Kecepatan potong naik
Ketahanan kejut naik
thermal
Beaya material naik
perkakas
Kedalaman Ringan ke Ringan ke Ringan ke Ringan ke Ringan ke Ringan ke Ringan ke berat Sangat ringan utk
pemotongan medium berat berat berat berat berat single crystal
diamond
Pekerjaan akhir kasar kasar kasar baik baik Sangat Sangat baik istimewa
baik
Metode pengerjaan kasar Kasar, Pengecoran Penekana CVD or Penekana Tekanan tinggi, Tekanan tinggi,

pengecoran dan HIP n dingin PVD n dingin temperatur temperatur
, HIP sintering dan dan sintering tinngi sintering tinngi
sintering sintering sintering
or HIP
sintering
Pabrikasi Permesinan Permesinan Penggerind Penggerin Penggerin Gerinda dan Gerinda dan
dan gerinda dan gerinda aan daan daan pemolesan pemolesan
Sumber : R. Komanduri, Kirk- Othmer Encyclopedia of Chemical Technology , (3d ed.). New York: Wiley, 1978.
*
Hot- isostatic pressing.

Chemical- vapor deposition, physical- vapor deposition (endapan uap kimia, endapan uap fisika)

Proses Manufaktur - A.SNI 12


Karakteristik Pengoperasian Material Perkakas Potong
Tabel 3. Karakteristik pengoperasian material perkakas
Cara pemakaian
Bahan Perkakas Karakteristik Umum perkakas atau Batasan
High-speed steels Keuletan tinggi, ketahanan pemakaian jepit, Pengerasan pns lambat,
(baja Kecepatan tinggi) retak, rentang pengerjaan pemakaian lubang batasan kemampuan
kasar dan pengerjaan akhir pengerasan, dan batasan
besar, baik untuk ketahanan pemakaian
penyayatan
Karbida tanpa pelapisan Kekerasan tinggi dengan pemakaian jepit, Tdk dpt digunakan pada
rentang suhu yang besar, pemakaian lubang kecepatan rendah karena
keuletan, ketahanan tatal pengelasan dingin dan
pemakaian, serba guna dan microchipping
rentang aplikasi yang luas
Karbida dengan pelapisan Meningkatkan ketahanan pemakaian jepit, Tdk dpt digunakan pada
pemakaian sampai karbida pemakaian lubang kecepatan rendah karena
tanpa pelapisan,ketahanan tatal pengelasan dingin dan
gesek dan suhu lebih baik microchipping
Keramik Kekerasan tinggi pada Depth-of-cut line notching, Kekuatan rendah, kekuatan
peningkatan suhu, microchipping, gross lelah thermo-mechanical
ketahanan abrasi tinggi fracture/keropos rendah
Polycrystalline cubic Kekerasan panas tinggi, Depth-of-cut line notching, Kekuatan rendah, stabilitas
boron nitride (cBN) keuletan, kekuatan chipping, oksidasi, kimia rendah pd suhu lebih
pemotongan tepi graphitization tinggi
Polycrystalline diamond Keras dan ulet, tahan Chipping, oksidasi, Kekuatan rendah, stabilitas
abrasif graphitization kimia rendah pd suhu lebih
tinggi
Sumber: R. Komanduri dan sumber lain.
Proses Manufaktur - A.SNI 13
Kandungan Karbida

Gambar 3. Jenis kandungan


Karbida dengan variasi bentuk
dan model pemotong tatal; juga
memungkinkan penempatan
pada sekelilingnya (Gbr. 21.4).
Lubang pada pengisian
distandarkan untuk
kemampuan berinteraksi.
Sumber: Kyocera Engineered Ceramics, Inc., and
Manufacturing Engineering Magazine, Society of
Manufacturing Engineers.

Proses Manufaktur - A.SNI 14


Gambar 4 Beberapa metode pemasangan pada pemegang perkakas: (a)
Penjepitan, dan (b) Penguncian sisi (Wing lockpins). (c) Contoh
pemasangan pada pemegang peralatan dengan threadless lockpins, dimana
terkunci dengan sisi alur.
Sumber: Valenite. (d) Penempatan yang tepat pada tangkai perkakas (see Section 30.2).

Proses Manufaktur - A.SNI 15


Kekuatan Tepi
Gambar 5 Hubungan
Kekuatan tepi dan
kecenderungan pembuatan
tataldan pemutusan sisipan
dengan variasi bentuk.
Kekuatan tergantung pada
bentuk sisi pemotongan
dengan sudutnya.
Sumber: Kennametal, Inc.

Gambar 6. Penrsiapan kandungan


logam untuk memperbaiki kekuatan
tepi. Sumber: Kennametal, Inc.

Proses Manufaktur - A.SNI 16


Pengelompokan Tungsten Karbida
Tabel 4. Pengelompokan Tungsten Carbida berdasarkan penggunaan permesinan.
ISO Standard Pengelompokan Material yang Pengerjaan Jenis Kabida Karakteristik dari
berdasarkan akan dikerjakan Permesinan
ANSI dengan mesin
Pemotongan Karbida

K30-K40 C-1 Besi cor, logam non Pengerjaan kasar Wear-resistant Meningkatkan Meningkatkan
K20 C-2 ferrous dan bukan kegunaan umum tinggi; secara kecepatan potong kekerasan dan
K10 C-3 logam, Bahan yang finishing ringan umum WC-Co ketahanan
K01 C-4 memerlukan pengerjaan presisi dengan variasi pemakaian
ketahanan gosokan ukuran serat

meningkatkan meningkatkan
pemakanan kekuatan dan
ikatan atom
P30-P50 C-5 Baja dan Baja Pengerjaan kasar Crater-resistant Meningkatkan Meningkatkan
P20 C-6 Paduan yang kegunaan umum grades; variasi kecepatan potong kekerasan dan
P10 C-7 memerlukan crater finishing ringan komposisi WC- ketahanan
P01 C-8 dan ketahanan pengerjaan presisi Co dengan TiC pemakaian
perubahan bentuk dan atau paduan
TaC
meningkatkan meningkatkan
pemakanan kekuatan dan
ikatan atom
Catatan: Perbandingan ISO dan ANSI adalah perkiraan.

Proses Manufaktur - A.SNI 17


Pengelompokan ISO dari Perkakas Potong
Karbida menurut penggunaan
Tabel 5. Pengelompokan perkakas potong karbida menurut penggunaan
Perancangan pada kenaikan
tahanan pemakaian dan
penurunan kekuatan pada
beberapa kategori setiap
Simbol Bahan Benda kerja Kode Warna kenaikan 5
P Logam ferrous (besi) dengan Biru P01, P05 hingga P50
beram/tatal panjang
M Logam besi dengan beram/tatal Kuning M10 hingga M40
panjang atau pendek; logam non
ferrous
K Logam besi dengan beram/tatal Merah K01, K10 hingga K40
pendek; logam non ferrous; bahan
bukan logam

Proses Manufaktur - A.SNI 18


Efek Pelapisan material

Gambar 7. Hubungan waktu


dengan mesin pada jenis-jenis
material perkakas potong,
menunjukkan bahwa material
peralatan berkembang maju.
Sumber: Sandvik Coromant.

Proses Manufaktur - A.SNI 19


Pelapisan bertingkat
Gambar 8. Pelapisan
bertingkat pada lapisan dasar
tungsten-carbida. Ada tiga
pemisahan lapisan aluminum
oxida yaitu dipisah dengan
lapisan titanium nitrida sangat
tipis. Disisipi 13 lembar
pelapisan yang terbentuk.
Pelapisan tipis adalah model
untuk rentang 2 hingga 10 m.

Sumber: Kennametal, Inc., and Manufacturing Engineering Magazine, Society


of Manufacturing Engineers.

Proses Manufaktur - A.SNI 20


Sifat dari Kelompok Perkakas Potong

Gambar 9. Rentang dari sifat


beberapa kelompok material
potong. Lihat juga Tabel 1.
hingga Tabel 5. di atas

Proses Manufaktur - A.SNI 21


Cubic Boron Nitride
(Boron Nitride Kubus)
Gambar 10. Konstruksi dari polycrystalline cubic
boron nitride atau lapisan intan pada kandungan
tungsten-carbide .

Gambar 11. Perkakas dengan kandungan polycrystalline


cubic boron nitride di ujung (top row) dan kandungan
polycrystalline cBN padat (bottom row).
Sumber: Valenite.

Proses Manufaktur - A.SNI 22


Perkiraan Beaya untuk beberapa Perkakas Potong
Tabel 6. Biaya perkakas potong
Perkakas Ukuran (in.) Beaya ($)
Alat potong Baja Kecepatan tinggi (HSS) 1/4 persegi.x 2 1/2 panjang 1–2
1/2 persegi.x 4 3–7
Peralatan dengan Carbide-diujung (brazed) untuk 1/4 persegi. 2
pahat bubut
3/4 persegi. 4
dengan Carbide didalam, tebal 3/16" persegi
sederhana 1/2 lingkaran 5–9
dilapisi 6–10
Ceramic didalam, persegi 1/2 lingkaran 8–12
dengan Cubic boron nitride (CBN) di dalam, 1/2 lingkaran 60–90
persegi
Dengan pelapisan intan 1/2 lingkaran 50–60
dengan kandungan intan diujung (polycrystalline) 1/2 lingkaran 90–100

Proses Manufaktur - A.SNI 23


Cairan Pemotongan
• Adalah fluida/cairan yang dipergunakan pada proses
pemotongan yang bertujuan untuk mengurangi panas saat
pemotongan
• Akibat dari panas saat pemotongan :
1. Perubahan struktur logam pada benda kerja
2. Perubahan struktur logam pada perkakas potong
3. Mengurangi ketajaman perkakas potong
4. Mengurangi efektivitas kerja
5. Mengurangi usia pakai mesin perkakas

Proses Manufaktur - A.SNI 24


Penempatan Cairan Pemotongan

Gambar 12. Skema ilustrasi metode


yang tepat untuk penerapan cairan
pemotongan pada beberapa pekerjaan
permesinan: (a) pembubutan, (b) freis,
(c) penggerindaan alur, dan
(d) pengeboran.

Keterangan :
Poor = Posisi penempatan cairan
pemotongan yang salah.
Good = Posisi yang benar

Proses Manufaktur - A.SNI 25


GEOMETRI PERKAKAS
Dalam hal ini hanya akan dibahas mengenai geometri perkakas mata tunggal
seperti ditunjukkan dalam Gambar 13.
Terdapat 7 elemen geometri perkakas mata tunggal, yaitu :

Gambar 13. Tujuh elemen geometri perkakas mata tunggal

Proses Manufaktur - A.SNI


1) Sudut garuk belakang/back rake angle (b), fungsinya untuk mengatur arah
aliran serpihan sehingga mengurangi gesekan antara serpihan dengan
permukaan garuk perkakas;
2) Sudut garuk samping/side rake angle (s), fungsinya untuk me-ngatur arah
aliran serpihan sehingga menjauhi operator;
3) Sudut pengaman ujung/end relief angle (ERA), fungsinya untuk memberikan
ruang bebas antara perkakas dengan permukaan benda kerja (bagian bawah)
yang dipotong agar tidak terjadi pergesekan;
4) Sudut pengaman samping/side relief angle (SRA), fungsinya untuk
memberikan ruang bebas antara perkakas dengan permukaan benda kerja
(bagian samping) yang dipotong agar tidak terjadi pergesekan;
5) Sudut mata potong samping/side cutting edge angle (SCEA), fungsinya untuk
menentukan panjang mata perkakas yang masuk ke dalam benda kerja
(besar hantaran dan kedalaman potong perkakas ke dalam benda kerja),
untuk mengurangi terjadinya gaya kejut;
6) Sudut mata potong ujung/end cutting edge angle (ECEA), fungsinya untuk
memberikan ruang bebas antara perkakas dengan permukaan benda kerja
yang baru dihasilkan agar tidak terjadi gesekan;
7) Jari-jari ujung/nose radius (NR), fungsinya agar dihasilkan permukaan dengan
texture yang baik.

Proses Manufaktur - A.SNI


Tiga bidang aktif dari pahat adalah :

1. Bidang Geram (Aγ, Face), adalah bidang tempat


geram mengalir.
2. Bidang utama/ Mayor (Aα, Principal Mayor Flank),
adalah bidang yang menghadap permukaan
transient dari benda kerja.
3. Bidang Bantu/ Minor (Aα′, Auxiliary Minor Falank),
adalah bidang yang menghadap permukaan
terpotong dari benda kerja.

Proses Manufaktur - A.SNI 28


Pemilihan Pahat
ISO mengeluarkan suatu stanadar klasifikasi pahat karbida berdasarkan jenis
pemakaiaannya (khusus carbide semented), yang dapat dibagi menjadi 3
bagian :
• Steel Cutting Grade, untuk melakukan pemotongan terhadap berbagai
macam jenis baja yang akan menghasilkan geram secara kotinue (karena
relative liat/ulet). Diberi kode huruf P dengan kode warna biru.
• Cast Iron Cutting Grade, untuk melkukan proses permesinan terhadap
berbagai macam besi tuang yang menghasilkan geram yang putus-putus
(karena relative rapuh). Diberi kode huruf K dan warna merah.
• Intermediate Grade, Digunakan untuk proses permesinan berbagai macam
jenis baja, besi tuang dan non ferrous yang mempunyai sifat
Machiniability, diberi kode huruf M dan warna kuning.

Proses Manufaktur - A.SNI 29


Elemen Pahat
1. Badan (body), adalah bagian pahat yang dibentuk untuk mata
potong atau tempat untuk sisipan pahat.
2. Pemegang/ gagang (Shank), adalah bagian pahat yang
dipasangkan pada mesin perkakas. Bila bagian ini tidak ada,
maka fungsinya diganti oleh lubang pahat.
3. Sumbu pahat (Tool Axis), adalah garis maya yang digunakan
untuk mendefinisikan geometri pahat. Umumnya merupakan
garis tengah dari pemegang.

Proses Manufaktur - A.SNI 30


SISTEM TOOL HOLDERS AND TOOLING
SYSTEM
a. Pahat atau pemegang pahat pada mesin perkakas dipasang dengan cara
tertentu sesui dengan system pemegang pahat pada tool post atau spindle
mesin perkakas.
b. Suatu system kelengkapan perkakas yang cocok mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
• adanya kesesuaian antara pemegang pahat dengan mesin-mesin perkakas
sejenis, sehingga suatu pemegang pahat dapat dipakai oleh beberapa mesin
perkakas.
• adanya keluwesan/flexibility yang cukup memadai tanpa mengorbankan
kesederhanaan pengelolaan perkakas.
• kekakuan pahat terjamin meskipun pahat tersebut dirakit dari beberapa
modul.
• harga system kelengkapan yang tidak terlalu tinggi dengan kecepatan dan
kemudahan untuk memperolehnya.

Proses Manufaktur - A.SNI 31


Kerusakan dan Keausan Pahat:
Dalam prakteknya umur pahat dipengaruhi
oleh geometri pahat, jenis material benda kerja
dan pahat, kondisi pemotongan (kecepatan
potong, kedalaman potong dan gerak makan),
cairan pendingin dan jenis proses pemesinan.

Proses Manufaktur - A.SNI 32


JENIS PENYEBAB KERUSAKAN
Dalam teknologi perkakas pemotong terdapat dua aspek utama yang harus
diperhatikan, yaitu :

• gaya potong, dan


• temperatur.
Gaya potong yang terlalu besar, melebihi kemampuan yang dimiliki material
perkakas akan dapat menye-babkan keretakan/patah pada perkakas.

Temperatur akan meningkat bila gaya gesek antara perkakas dengan


serpihan/benda kerja terlalu besar, sehingga perkakas menjadi lunak dan
mudah rusak akibat mengalami deformasi plastik.

Proses Manufaktur - A.SNI


Tiga jenis penyebab kerusakan yang mungkin terjadi
pada proses pemotongan :

1) Kerusakan karena retak/patah (fracture failure), terjadi bila


gaya potong (Fc) terlalu tinggi.
2) Kerusakan karena temperatur (temperature failure), terjadi
bila temperatur akibat gesekan terlalu tinggi.
3) Aus karena pemakaian berulang-ulang (gradual wear);
pemakaian yang berulang-ulang dapat menyebabkan
ketajaman perkakas berkurang. Ketajaman berkurang
menyebabkan efisiensi pemakaian berkurang dan temperatur
meningkat akibat gaya gesekan bertambah, maka akan terjadi
kerusakan seperti pada point 2.

Proses Manufaktur - A.SNI


Selama proses pembentukan geram
berlangsung, pahat dapat mengalami kegagalan
dari fungsinya yang normal
karena berbagai sebab antara lain :
1. Keausan yang secara bertahap membesar (tumbuh)
pada bidang aktif pahat.
2. Retak yang menjalar sehingga menimbulkan
patahan pada mata potong pahat.
3. Deformasi plastis yang akan mengubah
bentuk/geometri pahat.

Proses Manufaktur - A.SNI 35


Keausan dibedakan
menjadi dua macam,yaitu :
1. Keausan kawah (crater wear), yaitu keausan
pada bidang geram.
2. Keausan tepi (flank wear), yaitu keausan
pada bidang utama/mayor.

Proses Manufaktur - A.SNI 36


Keausan perkakas :
Biasanya terjadi bila pemakaian dilakukan secara berulang-ulang.
Terdapat dua jenis keausan pada perkakas, yaitu :

1) keausan dalam bentuk lubang (crater


wear), dan
2) keausan pada panggul (flank wear).

Gambar 14. Jenis keausan perkakas

Proses Manufaktur - A.SNI


1) Keausan dalam bentuk lubang, yaitu keausan yang
terjadi pada permukaan garuk perkakas berupa lubang
kecil yang disebabkan oleh kenaikan temperatur (akibat
pergesekan antara serpihan dengan permukaan garuk
perkakas) sehingga terjadi proses defusi, adesif,
abrasif/pengikisan, dan akhirnya terbentuklah lubang kecil
pada permukaan garuk perkakas;
2) Keausan panggul, yaitu keausan yang terjadi pada
bagian yang melengkung (panggul) perkakas akibat
adanya pengikisan.

Proses Manufaktur - A.SNI


Faktor-faktor penyebab keausan dan
kerusakan pahat antara lain :
1. Proses Abrasif
2. Proses Kimiawi
3. Proses Adhesi
4. Proses Difusi
5. Proses Oksidasi
6. Proses Deformasi Plastis
7. Proses Keretakan dan kelelahan

Proses Manufaktur - A.SNI 39


MEKANISME TERJADINYA KEAUSAN PADA
PERKAKAS
DEFORMASI
ABRASIF
Panas naik Flank wear PLASTIK
(1) (4)

Pengikisan Panas naik


AUS
(WEAR)
Panas naik Crater wear

Atom-atom lepas

Partikel-partikel lepas Panas naik


ADESIF DEFUSI
(2) (3)

Gambar 15. Mekanisme terjadinya keausan pada perkakas

Proses Manufaktur - A.SNI


MEKANISME TERJADINYA KEAUSAN PADA
PERKAKAS

DEFORMASI
ABRASIF
Panas naik Flank wear PLASTIK
(1) (4)

Pengikisan Panas naik


AUS
(WEAR)
Panas naik Crater wear

Atom-atom lepas

Partikel-partikel lepas Panas naik


ADESIF DEFUSI
(2) (3)

Gambar 15. Mekanisme terjadinya keausan pada perkakas

Proses Manufaktur - A.SNI


1) Abrasif; terjadi karena adanya pengikisan pada perka-kas akibat
pengerjaan benda kerja yang keras.

2) Adesif; terjadi akibat adanya gaya tekan dan panas yang tinggi sehingga
perkakas mengalami keausan akibat adanya partikel-partikel kecil material
per-kakas yang lepas dari permukaannya dan melekat pada bagian benda
kerja. Hal ini biasa terjadi antara serpihan dengan permukaan garuk
perkakas.

3) Difusi; prosesnya hampir sama dengan adesif, tetapi disini yang


melepaskan diri adalah atom-atom mate-rial perkakas, berdifusi menuju
serpihan sehingga kekerasan perkakas berkurang. Bila proses ini berlan-
jut secara terus-menerus, maka akan mudah menga-lami adesi dan
abrasi. Difusi adalah merupakan pe-nyebab terjadinya keausan dalam
bentuk lubang (crater wear) pada perkakas.

4) Deformasi plastik; karena adanya peningkatan temperatur yang tinggi


akibat gesekan, maka material perkakas menjadi lunak dan mudah
mengalami deformasi plastik. Deformasi plastik merupakan penyebab
utama terjadinya keausan panggul (flank wear).

Keausan perkakas akan bertambah cepat bila kecepatan potong dan


temperatur tinggi.

Proses Manufaktur - A.SNI


Umur Pahat
Keausan pahat akan tumbuh atau membesar dengan
bertambahnya waktu pemotongan sampai pada suatu saat
pahat yang bersangkutan dianggap tidak dapat digunakan
lagi karena telah ada tanda-tanda tertentu yang menunjukkan
bahwa umur pahat telah habis.

Proses Manufaktur - A.SNI 43


Kriteria Umur Pahat
• Semakin besar keausan atau kerusakan yang diderita
pahat, maka kondisi pahat akan semakin kritis.
• Jika pahat tersebut masih tetap digunakan maka
pertumbuhan keausan akan semakin cepat dan pada
suatu saat ujung pahat sama sekali akan rusak.
• Kerusakan fatal seperti ini tidak boleh terjadi, sebab
gaya pemotongan akan sangat tinggi sehingga dapat
merusakkan seluruh pahat, mesin perkakas dan benda
kerja, serta dapat membahayakan operator.
• Untuk menghindari hal tersebut ditetapkan suatu batas
harga keausan yang dianggap sebagai batas kritis
dimana pahat tidak boleh digunakan.

Proses Manufaktur - A.SNI 44


Pertumbuhan Keausan
• Pada dasarnya dimensi keausan menentukan batasan umur pahat.
Dengan demikian kecepatan pertumbuhan keausan menentukan laju
saat berakhirnya masa guna pahat.
• Pertumbuhan keausan tepi (flank wear) pada umumnya mengikuti
bentuk, yaitu dimulai dengan pertumbuhan yang relatif cepat sesaat
setelah pahat digunakan diikuti pertumbuhan yang linier setaraf dengan
bertambahnya waktu pemotongan dan kemudian pertumbuhan yang
cepat terjadi lagi.
• Saat dimana pertumbuhan keausan cepat mulai berulang lagi dianggap
sebagai batas umur pahat, dan hal ini umumnya terjadi pada harga
keausan tepi (VB) yang relatif sama untuk kecepatan potong yang
berbeda.
• Sampai saat batas ini, keausan tepi (VB) dapat dianggap sebagai fungsi
pangkat (power function) dari waktu pemotongan (tc) dan bila
digambarkan pada skala dobel logaritma mereka mempunyai hubungan
linier.

Proses Manufaktur - A.SNI 45


Contoh alat ukur dan cara pengukuran yang digunakan
untuk penentuan objek keausan pahat.
1. Keausan Tepi.
Alat yang digunakan untuk mengukur keausan tepi pahat adalah Mitutoyo Toolmakers Microscope.

2. Pengaruh variasi kecepatan potong terhadap umur pahat.


Dilakukan dengan cara mengukur keausan untuk setiap variasi kecepatan potong dan gerak makan. Hasil
pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik yang dihasilkan merupakan hubungan antara
dimensi keausan VB (sumbu Y) dan waktu pemotongan tc (sumbu X).
3. Fenomena keausan.
Untuk melihat fenomena keausan yang terjadi dapat dilihat dengan alat mikroskop optik.
Dalam pengujian ini variabel yang ditentukan tingkatan nilainya untuk diteliti adalah kecepatan potong
(vc) dan gerak makan (f). Variasi kecepatan potong adalah kecepatan potong rendah, sedangkan gerak
makan ini divariasikan untuk gerak makan rendah, sedang dan tinggi. Faktor-faktor tersebut dan tingkatan
nilainya dapat dilihat pada tabel

Proses Manufaktur - A.SNI 46


Pengaruh Material Benda Kerja
Selain kondisi pemotongan (kecepatan potong,
kedalaman potong dan gerak makan) keausan
tepi juga dipengaruhi oleh material benda kerja.
Secara umum terlihat bahwa semakin tinggi
kekerasan benda kerja maka keausan yang terjadi
juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena
semakin keras benda kerja maka gesekan yang
terjadi antara pahat dan benda kerja juga
semakin besar sehingga temperatur pemotongan
meningkat, akibatnya keausan pahat akan
semakin besar.

Proses Manufaktur - A.SNI 47


Umur Pahat
• Umur pahat merupakan seluruh waktu pemotongan (tc) sehingga
dicapai batas keausan yang telah ditetapkan (VB maks = 0,3 mm).
• Umur pahat dapat ditentukan secara Analitis Empiris yakni dengan
menggunakan persamaan umur pahat Taylor. Selain itu juga dapat
diperkirakan dengan Analisis Pendekatan secara Grafis dan juga
dapat diperkirakan dengan menggunakan metoda interpolasi data
seperti yang dilakukan pada penelitian.
• Berdasarkan grafik umur pahat yang ditunjukkan Gambar 18. dan
19., terlihat bahwa dengan meningkatnya kecepatan potong (Vc)
maka keausan pahat akan meningkat juga dan umur pahat akan
menurun.
• Jadi, semakin landai grafik hasil pengujian maka umur pahat akan
semakin panjang , begitu juga sebaliknya semakin tajam grafik
hasil pengujian maka umur pahat akan semakin pendek.

Proses Manufaktur - A.SNI 48


UMUR PERKAKAS DAN PERSAMAAN UMUR
PERKAKAS TAYLOR

Umur perkakas didefinisikan sebagai panjang waktu potong dimana perkakas


masih dapat digunakan.
Tiga daerah yang biasanya digunakan untuk mengidenti-fikasi laju keausan
perkakas, yaitu :

• Periode peretakan (break-in period);


• Daerah keausan konstan (steady-state
wear region);
• Daerah kerusakan (failure region) .

Gambar 17. Kurva hubungan antara keausan dan waktu


potong perkakas

Proses Manufaktur - A.SNI


1) Periode peretakan, yaitu periode keausan yang terjadi
sesaat setelah pengoperasian, dimana pada periode ini
keausan perkakas berjalan sangat cepat terutama pada
bagian tajam dari ujung perkakas;
2) Daerah keausan konstan; daerah ini menggambarkan laju
keausan sebagai fungsi linear terhadap waktu;
3) Daerah kerusakan; pada periode ini laju keausan perkakas
berjalan dengan cepat sehingga temperatur potong
bertambah tinggi dan efisiensi proses pemesinan berkurang,
dan akhirnya perkakas menjadi rusak akibat temperatur
tinggi.

Proses Manufaktur - A.SNI


Kemiringan (slope) kurve pada daerah keausan konstan dipengaruhi oleh :
• material benda kerja, dan
• kondisi pemotongan.

Material yang lebih keras akan


menyebabkan peningkatan laju
keausan (kemiringan kurva
bertambah);
Kondisi pemotongan, dengan
menambah kecepatan potong,
hantaran (pemakanan), dan
kedalaman potong juga akan
menyebabkan peningkatan laju
Gambar 18. Kurve keausan perkakas keausan.
dengan beberapa kecepatan yang berbeda

Dengan bertambahnya kecepatan potong, maka laju keausan juga bertambah,


sehingga tingkat kerusakan yang sama akan dicapai dalam waktu yang lebih
cepat.

Proses Manufaktur - A.SNI


Persamaan Umur Perkakas Taylor :
Bila tiga harga umur perkakas dalam Gambar 18. diplot kembali pada grafik
hubungan antara kecepatan potong terhadap umur perkakas (dalam bentuk
grafik logaritme natural), maka hubungan tersebut akan berbentuk garis lurus
seperti ditunjukkan dalam Gambar 19.

Hubungan ini ditemukan oleh


F.W. Taylor pada sekitar tahun
1900, sehingga persamaannya
disebut persamaan umur
perkakas Taylor.
vT n = C

Gambar 19. Grafik hubungan antara


kecepatan potong terhadap umur perkakas
(dalam bentuk logaritme natural)

Proses Manufaktur - A.SNI


dimana : v= kecepatan potong, ft/menit (m/menit);
T= umur perkakas, menit;
n dan C adalah parameter yang nilainya tergantung pada
hantaran, kedalaman potong, material benda kerja, material
perkakas, dan kreteria umur perkakas yang digunakan.

Nilai n lebih dipengaruhi oleh material perkakas, sedang nilai C lebih tergantung
pada material benda kerja dan kondisi pemotongan.
Dalam Gambar 19. n ditunjukkan oleh kemiringan kurve, sedang C
menunjukkan nilai kecepatan potong setiap 1 menit umur perkakas.

Proses Manufaktur - A.SNI


Pada persamaan tersebut terlihat bahwa satuan pada ruas kiri tidak konsisten
dengan satuan pada ruas kanan.
Agar satuannya konsisten, maka persamaan tersebut harus dirubah menjadi :

vT n = C(Tref) n

dimana : Tref = 1 menit bila v dalam ft/menit (m/menit), dan T dalam menit,
tetapi bila v dalam ft/detik (m/detik), dan T dalam detik, maka Tref
= 1 detik.

Proses Manufaktur - A.SNI


Contoh soal :
Tentukan nilai C dan n dalam Gambar 19. dengan memilih dua diantara tiga titik
pada kurva tersebut.

Jawab :
Misalnya kita pilih titik-titik yang ekstrim yaitu v = 400 ft/menit, T = 5 menit dan v
= 200 ft/menit, T = 41 menit, maka diperoleh :

400(5)n = C

200(41)n = C
Ruas kiri dari kedua persamaan di atas adalah sama :

400(5)n = 200(41)n
ln (400) + n ln (5) = ln (200) + n ln (41)
5,9915 + 1,609n = 5,2983 + 3,7136n
n = 0,329

Proses Manufaktur - A.SNI


Nilai n substitusikan ke persamaan semula :

C = 400 (5)0,329 = 679


atau C = 200 (41)0,329 = 679

Jadi persamaan umur perkakas Taylor sesuai dengan data gambar 22.4 adalah :

vT 0,329 = 679

Persamaan umur perkakas Taylor dapat diformulasikan dengan memasukkan


pengaruh dari hantaran, kedalaman potong, dan kekerasan benda kerja :

vT nf md pH q = K(Tref) n(fref) m(dref) p(Href) q

Proses Manufaktur - A.SNI


dimana : f = hantaran (pemakanan), in (mm);
d = kedalaman potong, in (mm);
H = kekerasan, skala kekerasan;
m, p dan q adalah parameter yang nilainya ditentukan secara
eksperimen;
K analog dengan C;
fref, dref, Href adalah nilai referensi dari hantaran, kedalaman
potong, dan kekerasan.

Dalam prakteknya sangat sulit menerapkan rumus di atas, maka untuk


menyederhanakan sebagian parameter biasanya diabaikan, seperti misalnya
dengan mengabaikan kedalaman potong dan kekerasan, sehingga rumus di
atas dapat dirubah menjadi :

vT nf m = K(Tref) n(fref) m

Proses Manufaktur - A.SNI


KRETERIA UMUR PERKAKAS DALAM INDUSTRI
Terdapat 9 kreteria yang biasa digunakan dalam operasi
pemesinan produksi, yaitu :
1) Kerusakan total (complete failure), yaitu kerusakan total pada
mata potong seperti kerusakan karena retak/patah,
kerusakan karena temperatur, atau karena aus akibat
pemakaian terus-menerus sampai patah.
2) Inspeksi keausan panggul atau keausan lubang secara visual
yang dilakukan oleh operator mesin. Kreteria ini hanya dapat
dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki keakhlian di
bidang tersebut;
3) Uji mata potong dengan menggunakan kuku jari tangan yang
dilakukan oleh operator;

Proses Manufaktur - A.SNI


4) Perubahan suara selama operasi, hal ini juga ditentukan oleh
operator;
5) Serpihan berserabut dan susah dibuang;
6) Degradasi pada penyelesaian permukaan benda kerja;
7) Peningkatan pemakaian daya selama operasi, dapat diukur
dengan wattmeter yang dihubungkan dengan mesin
perkakas;
8) Menghitung bendakerja/part yang dikerjakan. Operator
diminta untuk menggantikan perkakasnya setelah
mengerjakan part dalam jumlah tertentu;
9) Kumulatif waktu potong, hampir sama dengan menghitung
bendakerja, hanya disini yang dimonitor panjang waktu
potong perkakas.

Proses Manufaktur - A.SNI


PEMUTUS SERPIHAN (CHIP BREAKERS)

• Serpihan berbentuk benang sering terjadi khususnya


bila benda kerja ulet dibubut dengan kecepatan potong
tinggi;
• Serpihannya dapat membahayakan operator mesin dan
merupakan gangguan dalam penyelesaian benda kerja;
• Untuk menghindarkan hal tersebut sering digunakan
pemutus serpihan sehingga terpotong pendek-pendek,
seperti ditunjukkan dalam gambar 25.3.

Proses Manufaktur - A.SNI


Terdapat dua jenis pemutus serpihan yang sering
digunakan yaitu :

Gambar 20. Dua metode pemutus serpihan dalam


perkakas mata tunggal
1) jenis alur/groove type, alur dibuat pada perkakas itu sendiri (gambar 20.a);
2) jenis sumbat (apitan)/obstruction type, merupakan komponen terpisah yang
diapitkan pada perkakas (gambar 20. b).

Proses Manufaktur - A.SNI


PENGARUH MATERIAL PERKAKAS PADA GEOMETRI
PERKAKAS

• Baja kecepatan tinggi memiliki kekuatan dan ketangguhan


yang terbaik diantara material perkakas yang lain, tetapi
kekerasan merahnya lebih rendah dibandingkan dengan
paduan kobalt, karbida sementit, dan keramik;
• Ditinjau dari harga pembuatan baja kecepatan tinggi relatif
lebih murah dibandingkan material yang memiliki kekerasan
tinggi;
• Oleh karena itu kadangkala diperlukan perubahan geometri
perkakas agar memiliki sifat mekanik yang lebih unggul
dengan harga yang lebih murah.

Proses Manufaktur - A.SNI


Deberapa alternatif cara memegang dan menempatkan mata potong untuk
perkakas mata tunggal, yaitu :

Gambar 21. Cara


memegang dan
menempatkan
mata potong untuk
perkakas mata
tunggal
• Perkakas padat (solid tool), biasanya untuk perkakas yang menggunakan
baja kecepatan tinggi;
• Sisipan terpatri (brazed insert), yaitu menyisipkan mata potong karbida
sementit dengan cara mematri pada tangkai perkakas, dimana tangkainya
dibuat dari baja kecepatan tinggi;
• Sisipan yang diklem secara mekanik (mechanically clamped insert), yaitu
menyisipkan mata potong karbida sementit, keramik, atau material keras
yang lain dengan cara mengklem pada tangkai perkakas, dimana
tangkainya dibuat dari baja kecepatan tinggi.

Proses Manufaktur - A.SNI


TERIMA KASIH!

Proses Manufaktur - A.SNI 64

Anda mungkin juga menyukai