Anda di halaman 1dari 52

Abstrak

Sistem instalasi pipa udara adalah suatu alat yang digunakan untuk menggerakkan fluida gas
dengan karakteristik pipa yang mempengaruhi kinerja sistemnya. Fluida yang digunakan pada sistem ini
adalah fluida udara yang memiliki kandungan nitrogen, oksigen dan campuran argon. Fluida yang
mengalir berasal dari proses kompresi dengan menggunakan kompresor yang berfungsi memampatkan
udara dari tekanan normal atmosfer menjadi udara yang bertekanan tinggi yang akan menghasilkan
daya. Laju aliran fluida yang diukur dengan flow meter, loses yang terjadi pada masing – masing pipa
akan diketahui. Tujuan dari praktikum instalasi pipa udara adalah mengetahui kerugian pada instalasi
sistem instalasi pipa udara dan seberapa besar pengaruh temperatur terhadap saluran sistem instalasi
pipa udara. Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum ini diantaranya adalah kompresor,
instalasi pipa udara, flow meter, katup, pressure gauge, penampung es, termometer, busur derajat, dan
tali. Instalasi pipa udara memiliki 3 variabel yaitu variabel kontrol di mana Q awal konstan tidak berubah ,
variable manipulasi dimana temperature (T) dan katup yang disesuaikan dan respon meliputi
pressure(P) dan Q akhir. Didapatkan data untuk tekanan 0.4 kg/cm 2 pada saluran pipa pertama,
membutuhkan sudut putar sebesar 400 dan kapasitas sebesar 11 SCFH.

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember memiliki banyak bidang pembelajaran salah satunya adalah di bidang mesin fluida yang
menjelaskan tentang mesin - mesin yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi fluida dan
sebaliknya yang akan berinteraksi langsung dengan fluida yang bekerja. Fluida dalam bidang ini
berwujud cair, uap, dan gas.
Latar belakang dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
Departemen Teknik Sistem Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember dalam memahami cara kerja dan proses bekerjanya mesin dan sistem fluida yang dipelajari
secara teori di dalam kelas secara nyata yang ada di lapangan, khususnya untuk mengetahui kerugian
pada instalasi sistem pipa udara dan pengaruh temperatur pada saluran instalasi pipa udara.

1.2 Rumusan Masalah


a. Seberapa besar kerugian/ loses pada instalasi pipa udara?
b. Apa pengaruh dan dampak temperatur yang berbeda pada instalasi pipa udara?

1.3 Tujuan
c. Mengetahui kerugian/ loses pada instalasi pipa udara.
d. Mengetahui pengaruh temperatur pada saluran pipa udara.
Bab II
Dasar Teori

2.1 Teori Kompresi


Instalasi pipa udara terdapat kompresor dan fluida berupa udara yang termampatkan
sebagai penggeraknya. Kompresor adalah alat yang digunakan untuk memperbesar tekanan
fluida udara dengan cara memperkecil volumenya. Kompresor menghisap udara dari atmosfir
yang selanjutnya udara tersebut akan masuk ke dalam tabung kompresor yang akan
dimampatkan sehingga memiliki tekanan yang besar namun volume yang kecil yang
selanjutnya akan masuk ke dalam sistem instalasi pipa udara.

2.1.1 Hubungan Antara Tekanan dan Volume


Hubungan antara Tekanan dan Volume
dalam keseharian kita juga dapat melihat pada alat penyuntik. Jika penyuntik tanpa jarum tersebut
kita tutup dengan ujung jari dan tangkainya kita dorong maka akan terasa adanya tekanan yang
bertambah besar. Kejadian ini sama seperti yang terjadi pada pompa ban sepeda akibat
mengecilnya volume dalam silinder karena dimampatkan oleh torak.
Hubungan antara tekanan dan volume gas tadi dapat diuraikan sebagai berikut. Jika selama
kompresi temperatur gas tetap dijaga (tidak bertambah panas) maka pengecilan volume menjadi ½
kali akan menaikan tekanan menjadi 2 kali lipatnya begitu juga jika ¼ kali akan menjadi 4 kali lipat
pula. Artinya “jika gas dikompresikan pada temperatur tetap maka tekanannya akan berbanding
terbalik dengan volume” seperti hukum Boyle yang menyatakan:
P1V1 = P2V2 = Tetap
Dinyatakan dalam kgf/cm2 atau Pa dan volume dalam m3
Disini tekanan dapat dinyatakan dalam kgf/cm 2 (atau Pa) dan volume dalam m 3.

2.1.2 Hubungan Antara Temperatur dan Volume


Hukum Charles menyebutkan bahwa “semua macam gas apabila dinaikkan temperatur sebesar 1°C
pada tekanan tetap, akan mengalami perubahan volume sebesar 1/273 dari volumenya pada 0°C.
Sebaliknya apabila diturunkan temperaturnya sebesar 1°C, akan mengalami pengurangan volume
dengan proporsi
yang.” Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pada temperatur t2°C untuk tekanan yang sama gas mempunyai volume
Jika persamaan 1 dibagi dengan persamaan 2 menjadi:

Lambang t menyatakan temperatur dalam skala °C. Di samping skala Celcius orang dapat memakai
Kelvin (°K) dimana 0°K = -273 °C. Temperature skala °K disebut temperatur mutlak dengan lambang T.
Hubungan antara t dengan T dapat dituliskan:
Jika temperatur dinyatakan dalam temperatur mutlak (°K) maka dapat dituliskan sebegai berikut:
Jadi karena persamaan di atas Hukum Charles dapat pula dikatakan “Pada proses tekanan tetap, volume
gas berbanding lurus

2.1.3 Persamaan Keadaan

2.2 Jenis-Jenis Kompresi

2.2.1 Kompresi Adiabatik


Ketika gas ideal dikompresi secara adiabatis (Q = 0), tidak ada perpindahan kalor, ada usaha yang
terjadi, dan suhu mengalami peningkatan.

Gambar 2.2.1 Tiga jenis kompresi pada kompresor


Sumber: https://www.brighthubengineering.com/hvac/63614-air-compressors-theory-of-
operation/#imgn_1

P.𝑣 𝑘 = tetap

Dimana
P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
k : Indeks adiabatic

2.2.2 Kompresi Isothermal


Kompresi isotermal adalah kompresi pada suhu konstan. Ini tidak mudah terjadi, karena umumnya,
cairan hampir tidak bisa dipadatkan dan gas mengalami pemanasan selama kompresi.
Gambar 2.2.2 Empat proses umum termodinamika
Sumber: https://www.physicskey.com/discussions/51/the-second-law-of-thermodynamics-and-carnot-
engine
𝑃. 𝑉 = 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2
dimana : : Tekanan (k gf/m2)
: Volume (m3)

Cara untuk menjaga suhu konstan selama kompresi gas adalah untuk melakukan kompresi secara
perlahan, sehingga cukup lambat untuk memungkinkan panas menyebar, atau dengan adanya sumber
dingin. Misalnya dengan mengompresi gas dalam silinder maka harus ada sumber dingin yang
mengelilingi silinder dan mulai menekan gas, dengan kompresi suhu gas akan meningkat tetapi karena
sumber dingin di sekitarnya, sistem akan kehilangan panas dan mendapatkan kembali suhu aslinya.

2.2.3 Kompresi Politropik


Secara praktis, proses yang terjadi pada kompresor disebut sebagai kompresi politropik,
karena proses kompresi pada prakteknya pasti mengalami kenaikan temperatur (non-isotermal) dan
mengalami perpindahan panas (non-adiabatik). Proses yang berada diantaranya ini disebut Politropik.
Dimana :
P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
n : Indeks politropik (n = 1.25 – 1.35)

Dari kurva yang ditunjukkan pada gambar 2.2.1, terbukti bahwa usaha yang dilakukan dalam proses
adiabatik lebih dari isotermal. Jadi hanya kompresi isotermal yang diinginkan dalam kompresor udara.
Namun dalam prakteknya, kompresi isotermal tidak mungkin dicapai. Untuk mencapai kompresi
isotermal, jika gerakan piston di udara kompresi diperlambat dan dengan lubang kecil dari dinding silinder
untuk mengekstraksi panas yang diterima dalam proses kompresi, laju udara yang diinginkan menjadi
masalah. Inilah alasannya, kompresor memampatkan udara secara politis.

2.3 Jenis - Jenis Kompresor


Gambar 2.3.1 Tipe-tipe kompresor
Sumber: http://www.piping-engineering.com/types-of-gas-compressors.html
Pembagian kompresor secara umum menurut cara kerjanya adalah sebagai berikut:
2.3.1 Kompresor Positive Displacement (Perpindahan Positif)
Kompresor perpindahan positif berarti sistem yang menekan udara dengan perpindahan melalui
gerak mekanis dengan mengurangi volume (pengurangan volume akibat piston dalam termodinamika
dianggap sebagai perpindahan positif dari piston).
2.3.1.1 Kompresor Reciprocating / Kompresor Piston
Kompresor reciprocating atau kompresor piston adalah kompresor positive-displacement yang
menggunakan piston yang digerakkan oleh crankshaft untuk menghasilkan gas pada tekanan tinggi.
Kompresor piston dibagi lagi menjadi dua kategori utama - Single Acting dan Double Acting.
a. Kompresor Piston Single Acting (Aksi Tunggal)
Single Acting berarti udara ditarik dan dikompresi pada satu sisi piston. Sisi lain terkena
crankcase kompresor. Dalam hal ini, stroke ke bawah piston menarik udara, dan stroke ke atas
memadatkannya.

Gambar 2.3.2 Piston Single Acting


Sumber: http://www.jwhydraulic.net/single-acting-piston-cylinder.html
b. Kompresor Piston Double Acting (Aksi Ganda)
Kompresor Double Acting memiliki ruang kompresi pada kedua sisi piston. Pada stroke ke
bawah, udara ditarik di atas piston sementara udara terkompresi di sisi bawah. Pada saat naik, udara
ditarik ke sisi bawah sementara udara dikompresi di sisi atas.

Gambar 2.3.3 Piston Double Acting


Sumber: http://www.jwhydraulic.net/double-acting-piston-cylinder.html

Kedua jenis kompresor Piston ini bisa memiliki sumbu vertikal maupun horizontal
2.3.1.2 Kompresor Rotary Screw
Sebuah kompresor rotary screw memiliki dua rotor heliks yang terletak dalam satu rumah. Udara
masuk melalui katup, biasanya disebut katup inlet dan dibawa ke ruang di antara rotor. Saat sekrup
berputar, volume udara berkurang, sehingga meningkatkan tekanan.
Gambar 2.3.4 Kedua rotor heliks dalam kompresor
Sumber: http://www.kaeser.ca
2.3.2 Kompresor Dinamis (Dynamic)
Dibandingkan kompresor perpindahan positif yang mengurangi volume udara yang tertangkap,
kompresor dinamis mempercepat udara yang tertangkap sehingga memiliki kecepatan tinggi, kemudian
membatasi aliran udara sehingga penurunan kecepatan menyebabkan tekanan meningkat. Kompresor
dinamis termasuk tipe aksial dan sentrifugal.
2.3.2.1 Kompresor Sentrifugal
Kompresor sentrifugal menarik udara ke pusat impeller, dan kemudian mempercepatnya keluar
menuju lingkar luar ruang. Di situ udara mengenai pelat diffuser dan outlet, di mana kecepatan menurun
dan tekanan meningkat.

Gambar 2.3.5 Kompresor Sentrifugal


Sumber: http://www.shaangu.com
2.3.2.1 Kompresor Axial
Kompresor aksial adalah kompresor yang dapat terus menerus menekan gas. Ini adalah
kompresor berputar, berbasis airfoil di mana gas atau fluida kerja pada dasarnya mengalir sejajar dengan
sumbu rotasi, atau secara aksial.

Gambar 2.3.6 Kompresor Axial


Sumber: https://www.flowcontrolnetwork.com/2016/10/03/axial-compressor-considerations/

2.4 Klasifikasi Kerugian (Losses)


Percobaan sistem instalasi pipa udara memiliki prinsip yang sama dengan percobaan sistem
instalasi pipa air, perbedaannya hanya pada fluidanya saja yang menggunakan udara termampatkan
pada percobaan sistem instalasi pipa udara. Setiap kompresor yang terpasang pada suatu sistem
memiliki kerugian. Berikut adalah kerugian - kerugian yang berupa kerugian tekanan dan aliran yang
penting untuk diketahui besarnya.

a. Kerugian pada Saluran Akibat Panjang Pipa


𝜆.𝑙.𝑣 2 .𝜌
∆𝑃 = 2𝑑

Dimana:
λ = Koefisien gesekan dalam pipa (0.0561/Qx0.148)
l = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = Densitas udara (1.293 kg/m3)
d = Diameter pipa dalam (m)

b. Kerugian pada Saluran Akibat Belokan dan Aksesoris


2
(𝛽 ⁄ 90). 𝜉. 𝑣 .𝜌
∆𝑃 =
2
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung sudut belokan)
β = sudut lengkung (900)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )

Type of Componentor Fitting Minor Loss Coefficient, k

Flanged Tees, Line Flow 0.2

Threaded Tees, Line Flow 0.9

Flanged Tees, Branched Flow 1

Threaded Tees, Branch Flow 2

Threaded Union 0.08


Flanged Regular 90o Elbows 0.3

Threaded Regular 90o Elbows 1.5

Threaded Regular 45o Elbows 0.4

Flanged Long Radius 90o Elbows 0.2

Threaded Long Radius 90o Elbows 0.7

Flanged Long Radius 45o Elbows 0.2

Flanged 180o Return Bends 0.2

Threaded 180o Return Bends 1.5

Fully Open Globe Valve 10

Fully Open Angle Valve 2

Fully Open Gate Valve 0.15

¼ Closed Gate Valve 0.26

½ Closed Gate Valve 2.1

¾ Closed Gate Valve 17

Forward Flow Swing Check Valve 2

Fully Open Ball Valve 0.05

1/3 Closed Ball Valve 5.5


200
2/3 Closed Ball Valve

Tabel 2.1 Minor Loss

c. Kerugian pada Saluran Akibat Katup


2
𝜉. 𝑣 .𝜌
∆𝑃 =
2
Dimana :
ξ = koefisien hambatan (tergantung sudut putar bukaan katup)
V = kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = densitas udara (1.293 kg/m3 )

Sudut putar ξ

13 0.6

15 0.8

19 1.5

20 1.5

21 1.55

22 1.7

24 2

25 2.2

26 2.5
27 2.8

29 3.7

30 4

31 3.85

32 3.9

34 5.5

35 6

36 6.5

37 8

38 9

39 10

42 11.5

43 12

46 17

47 18.81

49 14.72

50 12.25

53 13.25
54 13.5

55 13.75

Tabel 2.2 Koefisien Hambatan Sudut Putar Akibat Belokan

2.5 Aplikasi di bidang Marine

2.5.1 Starting System

Pengaplikasian sistem pipa udara juga terdapat pada sistem starting engine
pada kapal awalnya udara dihasilkan dari kompressor yang kemudian udara tersebut
ditampung di tabung/bejana udara (air reservoir). Tekanan kerja untuk udara start ini
dimulai dari tekanan 25 – 30 bar. Kompresor bisa di jalankan secara auto atau manual,
dan pada kompressor maupun tabung udara ini dilengkapi juga dengan katup
pengaman(safety Valve) untuk mencegah terjadinya kelebihan tekanan berlebihan akibat
human error maupun salah satu sistemnya yang error.
Prinsip kerjanya, untuk start engine baik pada saat kapal berangkat ataupun
saat olah gerak, dilaksanakan sebagai berikut, saat Udara bertekanan dialirkan dari
tabung udara, selanjut nya distributor valve menggerakan plunyer untuk bekerja maka
udara ini langsung menekan piston melalui air starting valve di cylinder head. Jadi udara
tersebut melaksanakan kerja parallel, disamping mengatur ke distributor valve sekaligus
untuk udara start mendorong piston kebawah sesuai tekanan dalam botol angin. Udara
dari bejana udara 17 bar karena bila tekanan udara dibawahnya, maka udara tersebut
tidak mampu menekan piston kebawah. Katup tekan di bejana udara dibuka penuh, maka
udara akan keluar ke main starting valve. Setelah udara tersebut direduksi tekanannya
hingga ±9- 10 bar.
Kesimpulannya untuk membuka air starting valve menggunakan udara reduksi
yang mengatur distributor valve. Setelah air starting valve terbuka, maka udara start
dengan tekanan sesuai pada tekanan kerja dibotol angin masuk silinder motor melalui air
starting valve yang terbuka untuk mendorong piston kebawah (TMB), sehingga mesin
dapat dijalankan. (ON).
Gambar 2.10. Instalasi sistem starter

2.5.2 Sistem pendingin pada kapal


Secara umum pengertian dari AC (Air Conditioner) suatu rangkaian mesin yang
memiliki fungsi sebagai pendingin udara yang berada di sekitar mesin pendingin
tersebut.
Secara khusus pengertian dari AC (Air Conditioner) adalah suatu mesin yang di
gunakan untuk mendinginkan udara dengan cara mensirkulasikan gas refrigerant berada
di pipa yang di tekan dan di hisap oleh kompresor.
Adapun sebab mengapa gas refrigerant di pilih sebagai bahan yang di
sirkulasikan, yaitu karena bahan ini mudah menguap dan bentuknya bisa berubah-ubah,
yang berbentuk cairan dan gas. Panas yang berada pada pipa kondensor berasal dari
gas refrigerant yang di tekan oleh kompressor sehingga bahan tersebut menjadi panas
dan pada bagian Automatic Expantion Valve pipa tempat sirkulasi gas refrigerant di
perkecil, sehingga tekanannya semakin meningkat dan pada pipa evaporator menjadi
dingin.
Berikut adalah sistem rangkaian AC pada Kapal:
Gambar 2.11. Instalasi pipa udara pada kapal

2.6 Aplikasi di bidang non-Marine

2.6.1 Mesin Pendingin (Lemari Es)


Mesin pendingin adalah suatu rangkaian yang mampu bekerja untuk
menghasilkan temperature dingin. Mesin pendingin ini dapat berupa kulkas.
Berikut adalah rangkaian dari mesin pendingin:
Gambar 2.12. Sistem pipa udara pada mesin pendigin

2.6.2 Air Conditioner (AC)

Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor
dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini
refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi refrigent
fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di
dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan
dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari
substansi yang akan didinginkan.
Perlu diketahui Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah
fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat
dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling
coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa),
condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar. Udara panas dari
ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigerant yang dingin,
sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan.
Pada kompresor, gas refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara
pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan,
yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor
untuk mengatur suhu ruangan.
Gambar 2.13. Rangkaian sistem pada AC
BAB III
TAHAPAN PRAKTIKUM

3.1 PERALATAN PRAKTIKUM

No Nama Gambar Fungsi


3.1 Kompresor Alat untuk memampatkan udara.

3.2 Pressure gauge Alat untuk mengukur tekanan


fluida.

3.3 Flow meter Alat untuk mengukur kapasitas


aliran fluida.
3.4 Katup dalam
keadaan tertutup Untuk menghambat jalan aliran
fluida yang masuk.

Untuk membuka jalan aliran fluida


Katup dalam yang masuk.
3.5 keadaan terbuka

untuk mengatur sudut putar


3.6 Busur Derajat katup.

3.7 Termometer Untuk mengukur suhu pada


percobaan dengan es batu.
3.8 Rangkaian Pipa Sebagai tempat untuk
udara mengalirnya fluida gas (udara).

3.9 Untuk mengukur panjang pipa.

Tali

3.2 GAMBAR RANGKAIAN PRAKTIKUM


Gambar 3.2.1 rangkaian pipa udara tanpa es

Gambar 3.2.2 rangkaian pipa udara dengan es

3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM


3.3.1 Percobaan pipa 1 (pipa panjang dengan belokan)

1. Buka katup inlet pada pipa 1 dan katup inlet pada pipa 2 dan 3 ditutup
2. Nyalakan kompresor
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (mengikuti instruksi grader)
4. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatur sudut putaran katup (mengikuti instruksi
grader)
5. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang di tentukan
6. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan

3.3.2 Percobaan pipa 3 (pipa lurus dengan belokan halus)

1. Buka Katup inlet pada pipa 3 dan katup inlet pada pipa 1 dan 2 ditutup.
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur kembali, bila berubah dari kapasitas awal
4. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatur sudut putaran (mengikuti instruksi grader)
5. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang diberikan
6. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan

3.3.3 Percobaan pipa 2 (pipa lurus tanpa pedingin)

1. Buka Katup inlet pada pipa 2 dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup
2. Kalibrasi ulang flow meter jika terjadi perubahan pada percobaan pertama
3. Kompresor dinyalakan
4. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur jika berubah
5. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatursudut putaran katup (mengikuti instruksi grader)
6. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang diberikan
7. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan

3.3.4 Percobaan pipa 2 (pipa lurus dengan pendingin)

1. Buka Katup inlet pada pipa 2 dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup.
2. Masukan es pada tempat yang sudah di sediakan pada aliran pipa 2
3. Ukur sampai temperatur yang sudah di tentukan
4. Kompresor dinyalakan
5. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur jika berubah
6. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatur sudut putaran katup (mengikuti instruksi
grader)
7. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang diberikan
8. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan.

3.4 DATA HASIL PENGAMATAN


3.4.1 Tabel Untuk Pipa 1
Panjang pipa = 1,91 m
Kapasitas Awal ( Q ) = 12 SCFH

No. Tekanan Sudut Q (SCFH )


(Kg/cm2 ) Putar
1 0,1 30o 11,54
2 0,2 38o 11.58
3 0,3 40o 10,56
4 0,4 42o 10,02
5 0,5 45o 9,87

3.4.2 Tabel Untuk Pipa 2 ( Tanpa Es )


Panjang pipa = 0,83 m
Kapasitas Awal ( Q ) = 12 SCFH

No. Tekanan Sudut Q (SCFH )


(Kg/cm2 ) Putar
1 0,1 26o 11,24
2 0,2 33o 10,06
3 0,3 40o 10,19
4 0,4 44o 9.98
5 0,5

3.4.3 Tabel Untuk Pipa 2 ( Dengan Es )


Temperature: 24o
Panjang pipa = 0,83 m
Kapasitas Awal ( Q ) = 12 SCFH

No. Tekanan Sudut Q (SCFH )


(Kg/cm2 ) Putar
1 0,1 30o 11,54
2 0,2 34o 10,97
3 0,3 42o 10,24
4 0,4 48o 9,98
5 0,44 55o 9,73
3.4.4 Tabel Untuk Pipa 3
Panjang pipa = 0,87 m
Kapasitas Awal ( Q ) = 12 SCFH

No. Tekanan Sudut Q (SCFH )


(Kg/cm2 ) Putar
1 0,1 25o 11,5
2 0,2 30o 11
3 0,3 33o 10,5
4 0,4 35o 10
5 0,5 37o 9,5

4.1 Perhitungan

4.1.1 Perhitungan Percobaan Pipa 1


Data percobaan No. 5 :
P = 0.5 kg/cm2
Θ = 45°
Q = 9.87 SFCH
L = 1.91 m
D = 0.5 cm
● Kapasitas mengalami perubahan satuan.
Q = Q (SCFH) 𝑥7.866*10-6 m3/s

= 9.87 x 7.866*10-6 m3/s

= 77.637 *10-6m3/s

● Tekanan mengalami perubahan satuan.


P = P (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0.5 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 49000 (N/m 2)
● Menghitung luas penampang.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2

● Menghitung nilai kecepatan aliran.


𝑄 77.637 𝑥 10−6
V = = = 3.955 m/s
𝐴 1.963 𝑥 10−5

● Menghitung nilai koefisien gesek.


5
Nilai ketebalan relatif kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu 1.5 x10 -
𝐷𝑥𝑉𝑥 .𝜌
Re =
𝜇𝑒

Re =
0.005 𝑥 3.955 𝑥 .1.293
1.5 𝑥 10−5

Re = 1704.605
64
𝑓 =
𝑅𝑒
64
=
1704.605

= 3.75 x 10−2
● Menghitung nilai gaya.
F =PxA
F = 4900 x 1.963 x 10−5
F = 0.0962 N
● Menghitung kerugian akibat panjang pipa.
𝑓 𝑥 𝑙 𝑥 𝑉2 𝑥 𝜌
𝛥𝑃1 =
2𝐷
3.75 𝑥 10 −2
𝑥 1.91 𝑥 3.9552 𝑥 1.293
𝛥𝑃1 =
2 𝑥 0.005
𝛥𝑃1 =144.939 N/m2
● Menghitung kerugian akibat belokan pipa.
2
(𝛽 ⁄ 90). 𝜉. 𝑣 .𝜌
∆𝑃2 =
2
2
(90 ⁄ 90).1,5 . 3,955 . 1,293
∆𝑃2 =
2
∆𝑃2 = 15.176 N/m2
● Menghitung kerugian pada katup.
2
𝜉. 𝑣 .𝜌
∆𝑃3 =
2
Sudut putar katup yaitu 40º, maka ξ = 10.5
2
10,5. 3,955 . 1,293
∆𝑃3 =
2
∆𝑃3 = 106.238 N/m2
● Menghitung kerugian total.

∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝑃1 + ∆𝑃2 + ∆𝑃3


∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 144.939 𝑁/𝑚 + 15.176 𝑁/𝑚 + 106.238
2 2
𝑁/𝑚
2

∆𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 266.354 𝑁/𝑚 2

4.1.2 Perhitungan Percobaan Pipa 2 (tanpa es)


Data yang didapati dari Praktikum
P = 0.1 kg/cm2
Θ = 26°
Q = 11,24 SFCH atau 8,841𝑚3 /𝑠
L = 0,83 m
D = 0,5 cm atau 0,005 m
Kapasitas mengalami perubahan satuan:
Q = Q (SCFH) 𝑥7.866*10-6 m3/s
= 11,24 x 7.866*10-6 m3/s
= 8,841*10-5m3/s
Tekanan mengalami perubahan satuan:
P = P (kg/cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 0.1(kg/cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 9800 (N/m2)
Menghitung nilai koefisien gesek:
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 23°C yaitu 1,832x10 -5
(𝐷 𝑥 𝑉 𝑥 𝜌)
Re =
𝜇𝑒
(0,005 𝑥 4,504 𝑥 1,293)
= 1,832𝑥10−5

Re = 1,6181*103
Dari nilai Re didapati friction factor (friction factor bernilai 64/Re untuk laminar):
𝑥 = 0,0402 atau 4,02*10-2
Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0,005)2
= 1,963*10-5 m2
Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

𝑄
V =
𝐴

8,841∗10−5
=
1,963∗10−5
= 4,504 m/s
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
F =PxA
= 9800 x 1,963*10-5 m2
= 0,384

Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.


𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃1 =
2∗𝐷
4,02.10
−2
∗0,83∗4,5042 ∗1,293
=
2∗0,005
= 87,6848 N/m2
Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.
Koefisien Belokan Pipa 𝜉 = 2 Standard Tees
= 2*0,54
= 1,08

(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 =
2
90/90 ∗1,08∗4,5042 ∗1,293
=
2
= 28,3428 N/m2
Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
Dari tabel koefisien hambatan akibat sudut putar, dikarenakan sudut putar 26º, maka ξ = 4

𝜉∗𝑉
2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 =
2
4∗4,5042 ∗1,293
=
2
= 52,487 N/m2
Menghitung kerugian total sebagai berikut.

𝛥𝑃 total = 𝛥𝑃1 + 𝛥𝑃2 + 𝛥𝑃3

= 71,795 N/m2 + 28,343 N/m2 + 52,487 N/m2


= 168,514 N/m2 N
Dengan cara di atas didapati hasil perhitungan seperti dalam tabel berikut ini:

Untuk nilai no 5, digunakan ekstrapolasi dengan rumus:


y = 22 + 1.5*x + 3*x^2 - 0.5*x^3, untuk mencari sudut
y = 15.38 - 6.17*x + 2.305*x^2 - 0.275*x^3 untuk mencari nilai Q

4.1.3 Perhitungan Percobaan Pipa 2 (dengan es)

Data percobaan No.5 :


P = 0.44 kg/cm2
Θ = 55°
Q = 9.73 SFCH
L = 0.83 m
D = 0.5 cm
· Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7.866*10-6 m3/s

= 9.73 x 7.866*10-6 m3/s

= 7.6536*10-5m3/s

· Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) x 98000 (N/m2)
= 0.44(Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 43120 (N/m2)
· Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2

·
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
F = P x A = 43120 x 1.963*10-5 m2= 0,834

· Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.


𝑄
V =𝐴
7.6536∗10−5
= 1,963∗10−5

= 3,8989 m/s
Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 24°C yaitu
1.832*10-5
(𝐷 𝑥 𝑉𝑠 𝑥 𝜌)
Re = 𝜇𝑒
(0,005 𝑥 3.8989 𝑥 1.293 )
= 1.832𝑥10−5

Re = 1,375 * 103
Dari nilai Re didapati friction factor (friction factor bernilai 64/Re untuk laminar):
64
𝑓 = 1,375∗103 = 0,0465 𝑎𝑡𝑎𝑢 4,65 ∗ 10−2
· Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃1 =
2∗𝐷
4,65.10−2 ∗0,83∗3,89892 ∗1,293
= 2∗0,005

= 75,905 N/m2
·
Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.
Koefisien Belokan Pipa 𝜉 = 2 Standard Tees
= 2*0,54
= 1,08
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 = 2
90/90∗1,08∗3.89892 ∗1,293
= 2

= 21,2391 N/m2

Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.


Dari tabel koefisien hambatan akibat sudut putar, dikarenakan sudut putar 55º, maka ξ = 13,75
𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃3 = 2
13,75∗3,89892 ∗1,293
= 2

= 135,203 N/m2

·
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
𝛥𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝛥𝑃1 + 𝛥𝑃2 + 𝛥𝑃3
= 75,905 N/m2 + 21,2391 N/m2 + 135,203 N/m2
= 232,347 N/m2

Q P A V F Re Re.1 f ξ Koef ξ Koef dP1 dP2 dP3 Tota


(m3/ (N/ 0*3 (frictio Hamba Belok l
s) m2) n tan an Los
factor) s
9.077 980 0.000 4.6 1.2 0.1 0.00 1632. 1.632 0.0392 4 1.08 90. 29. 55. 175.
36E- 0 0196 254 93 923 0018 2743 2743 09096 025 876 325 227
05 25 08 25 32 1 1 1 93
8.629 196 0.000 4.3 1.2 0.3 0.00 1551. 1.551 0.0412 5.5 1.08 85. 26. 68. 181.
E-05 00 0196 969 93 846 0018 6507 6507 46396 578 997 743 3197
25 44 5 32 09 09 45 53 72
8.054 294 0.000 4.1 1.2 0.5 0.00 1448. 1.448 0.0441 11.5 1.08 79. 23. 125 228.
78E- 00 0196 043 93 769 0018 3959 3959 86813 883 523 .24 651
05 25 49 75 32 21 21 63 98 34
7.850 392 0.000 4.0 1.2 0.7 0.00 1411. 1.411 0.0453 12 1.08 77. 22. 124 224.
27E- 00 0196 001 93 693 0018 6202 6202 37973 855 344 .13 3364
05 25 37 32 44 44 33 57 65
7.653 431 0.000 3.8 1.2 0.8 0.00 1376. 1.376 0.0465 13.75 1.08 75. 21. 135 232.
62E- 20 0196 999 93 462 0018 2590 2590 02874 905 239 .20 3469
05 25 33 3 32 15 15 05 12 27

4.1.4 Perhitungan Percobaan Pipa 3

Data percobaan No.5 :


P = 0,5 kg/cm2
Θ = 37°
Q = 9,96 SFCH
L = 0,87 m
D = 0,5 cm
· Kapasitas mengalami perubahan satuan seperti berikut.
Q = Q (SCFH) 𝑥 7,866*10-6 m3/s

= 9,96 x 7,866*10-6 m3/s


= 7,8345*10-5m3/s

· Tekanan mengalami perubahan satuan seperti berikut.


P = P (Kg/Cm2) x 98000 (N/m2)
= 0,5 (Kg/Cm2) 𝑥 98000 (N/m2)
= 49000 (N/m2)
· Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0.005)2

= 1.963*10-5 m2

·
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.

F = P x A = 49000 x 1.963*10-5 m2= 0,962

· Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.


𝑄
V =𝐴
7,8345∗10−5
= 1,963∗10−5

= 3,9921 m/s
Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu
1,884*10-5
(𝐷 𝑥 𝑉𝑠 𝑥 𝜌)
Re = 𝜇𝑒
(0,005 𝑥 3.8989 𝑥 1.293 )
= 1.884∗10−5

Re = 1,369 * 103
Dari nilai Re didapati friction factor (friction factor bernilai 64/Re untuk laminar):
64
𝑓 = 1,369∗103 = 0,0467 𝑎𝑡𝑎𝑢 4,67 ∗ 10−2
· Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃1 = 2∗𝐷
4,67.10−2 ∗0,83∗3,99212 ∗1,293
= 2∗0,005

= 83,7556 N/m2
·
Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.
Koefisien Belokan Pipa 𝜉 = 2 Standard Tees
= 2*0,54
= 1,08
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 = 2
90/90∗1,08∗3,99212 ∗1,293
= 2

= 22,2551 N/m2

Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.


Dari tabel koefisien hambatan akibat sudut putar, dikarenakan sudut putar 37º, maka ξ = 8
𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃3 = 2
8∗3,99212 ∗1,293
= 2

= 82,4263 N/m2

·
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
𝛥𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝛥𝑃1 + 𝛥𝑃2 + 𝛥𝑃3
= 83,7556 N/m2 + 22,2551 N/m2 + 82,4253 N/m2
= 188,437 N/m2

Q P A V F Re Re.1 f ξ Koef ξ Koef dP1 dP2 dP3 Tota


(m3/ (N/ 0*3 (frictio Hamba Belok l
s) m2) n tan an Los
factor) s
9.297 980 0.000 4.7 1.2 0.1 0.00 1625. 1.625 0.0393 2.2 1.08 99. 31. 31. 162.
61E- 0 0196 376 93 923 0018 7336 7336 66843 396 343 923 6639
05 25 37 25 84 09 09 68 38 81
8.629 196 0.000 4.3 1.2 0.3 0.00 1508. 1.508 0.0424 4 1.08 92. 26. 49. 169.
E-05 00 0196 969 93 846 0018 8238 8238 17146 248 997 995 2418
25 44 5 84 31 31 86 53 43
8.243 294 0.000 4.2 1.2 0.5 0.00 1441. 1.441 0.0444 5.5 1.08 88. 24. 62. 175.
57E- 00 0196 005 93 769 0018 4287 4287 0039 128 639 739 5076
05 25 44 75 84 83 83 36 59 69
7.905 392 0.000 4.0 1.2 0.7 0.00 1382. 1.382 0.0463 6 1.08 84. 22. 62. 170.
33E- 00 0196 281 93 693 0018 2861 2861 00108 512 659 941 1135
05 25 94 84 9 9 4 12 99
7.834 490 0.000 3.9 1.2 0.9 0.00 1369. 1.369 0.0467 8 1.08 83. 22. 82. 188.
54E- 00 0196 921 93 616 0018 9075 9075 18483 755 255 426 437
05 25 2 25 84 08 08 58 1 29
4.2 Analisis Grafik

4.2.1 Grafik P (Tekanan) terhadap F (Gaya)

Grafik 4.1 Teknan-Gaya

Hal ini sesuai dengan rumus F = P x A. Jadi, semakin besar P (tekanan) yang diberikan,
semakin besar pula F (gaya) yang dihasilkan.

4.2.2 Grafik P (Tekanan) dengan Q (Kapasitas)

Grafik 4.2 Tekanan-Kapasitas

Hal ini sesuai dengan rumus Q = V x A dan A = F/P Jadi, semakin besar P (tekanan) yang
diberikan, semakin kecil pula Q (Kapasitas) yang dihasilkan.
4.2.3 Grafik P (Tekanan) dengan 𝜃 (Sudut)

Grafik 4.3 Tekanan-Sudut

Hal ini sesuai dengan rumus P = F/A,sehingga semakin besar tekanan makin besar juga
sudut yang terbuka.

4.2.4 Grafik P (Tekanan) dengan 𝛥𝑃1 , 𝛥𝑃2 , dan𝛥𝑃3

Grafik P terhadap Friction Losses ∆P1


180
160
140
Firction Loss ∆P1

120
100 Pipa 1
80 Pipa 2 (Tanpa Es)
60 Pipa 2 Es
40 Pipa 3
20
0
0 20000 40000 60000
Tekanan (P)

Grafik 4.4 Tekanan- 𝛥𝑃1


Grafik P terhadap Friction Losses ∆P2
35

30
Firction Loss ∆P1 25

20 Pipa 1

15 Pipa 2 (Tanpa Es)


Pipa 2 Es
10
Pipa 3
5

0
0 20000 40000 60000
Tekanan (P)

Grafik 4.5 Tekanan- 𝛥𝑃2

Grafik P terhadap Friction Losses ∆P3


160
140
120
Firction Loss ∆P1

100
Pipa 1
80
Pipa 2 (Tanpa Es)
60
Pipa 2 Es
40
Pipa 3
20
0
0 20000 40000 60000
Tekanan (P)

Grafik 4.6 Tekanan- 𝛥𝑃3

Pada grafik 4.4, diperlihatkan hubungan antara tekanan dengan 𝛥𝑃1 atau losses yang
ƒ  l V 2  
disebabkan oleh panjang pipa. Hal ini sesuai dengan rumus , sehingga makin
2 D
panjang instalasi pipa, maka makin besar losses atau 𝛥𝑃1 .
Pada grafik 4.5, ditunjukkan hubungan antara tekanan dengan 𝛥𝑃2 yang merupakan
kerugian atau losses yang diakibatkan oleh fitting pada instalasi. Semakin banyak fitting pada
instalasi, maka makin besar losses yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan rumus
 / 90    V 2   , dimana terdapat koefisien fitting yang berarti semakin banyak fitting
2
semakin besar juga tekanan yang ada di pipa.
Pada grafik 4.6, diperlihatkan hubungan antara tekanan dengan 𝛥𝑃3 yang merupakan losses
yang dihasilkan oleh bukaan katup. Semakin besar bukaan katup, maka makin kecil luasan
 V 2  
penampang sehingga tekanan makin besar. Hal ini sesuai dengan rumus .
2
4.2.5 Grafik (Q) Kapasitas dengan (F) Gaya

Grafik Q Pipa 1 terhadap F


9.400
9.200
9.000
Kapasitas*10^-5 (Q)

8.800
8.600
8.400
Pipa 1
8.200
8.000
7.800
7.600
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
Gaya (F)

Grafik 4.7 Kapasitas Pipa 1-Gaya

Grafik Q Pipa 2 Tanpa Es terhadap F


10.000
9.000
8.000
Kapasitas*10^-5 (Q)

7.000
6.000
5.000
4.000 Pipa 2 Tanpa Es
3.000
2.000
1.000
0.000
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
Gaya (F)

Grafik 4.8 Kapasitas Pipa 2 Tanpa Es-Gaya


Grafik Q Pipa 2 Es terhadap F
9.200
9.000
8.800
Kapasitas*10^-5 (Q)

8.600
8.400
8.200
Pipa 2 Es
8.000
7.800
7.600
7.400
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000
Gaya (F)

Grafik 4.9 Kapasitas Pipa 2 Es-Gaya

Grafik Q Pipa 3 terhadap F


9.400
9.200
9.000
Kapasitas*10^-5 (Q)

8.800
8.600
8.400
Pipa 3
8.200
8.000
7.800
7.600
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
Gaya (F)

Grafik 4.10 Kapasitas Pipa 3-Gaya

Pada grafik-grafik diatas, ditunjukkan bahwa semakin besar gaya, kapasitas akan
semakin kecil. Hal ini tidak sesuai dengan rumus F = P x A dan Q = V x A. Dari kedua rumus
tersebut, dapat diambil rumus Q = V x (F/P) yang berarti semakin besar kapasitas maka gaya
akan semakin besar juga.
4.2.6 Grafik Q (Kapasitas) dengan (𝜃)Sudut Putar

Grafik Q Pipa 1 Terhadap Sudut (Ѳ)


60

50

40
Sudut (Ѳ)

Pipa 1
30
Pipa 2 Tanpa Es
20 Pipa 2 Es
Pipa 3
10

0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.11 Kapasitas (Q) Pipa 1-Sudut

Grafik Q Pipa 2 Tanpa Es Terhadap Sudut (Ѳ)


60

50

40
Sudut (Ѳ)

Pipa 2 Tanpa Es
30
Pipa 1
20 Pipa 2 Es
Pipa 3
10

0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.12 Kapasitas (Q) Pipa 2 Tanpa Es-Sudut


Grafik Q Pipa 2 Terhadap Sudut (Ѳ)
60

50

40
Sudut (Ѳ)

Pipa 2 Es
30
Pipa 1
20 Pipa 2 Tanpa Es
Pipa 3
10

0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.13 Kapasitas (Q) Pipa 2 Es-Sudut

Grafik Pipa 3 Q terhadap Sudut (Ѳ)


60

50

40
Sudut (Ѳ)

Pipa 3
30
Pipa 1
20 Pipa 2 Tanpa Es
Pipa 2 Es
10

0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.14 Kapasitas (Q) Pipa 3-Sudut

Sesuai dengan rumus Q = V x A, semakin besar luasan penampang maka semakin


besar juga kapasitas. Dari grafik-grafik diatas, dapat dilihat bahwa makin kecil sudut katup yang
dibuka, maka semakin besar luas penampang sehingga kapasitas makin besar.
Grafik 4.2.7 Grafik (Q) Kapasitas dengan 𝛥𝑃1

Grafik Q terhadap Friction Losses ∆P1


180
160
140
Firction Loss ∆P1

120
100 Pipa 1
80 Pipa 2 (Tanpa Es)
60 Pipa 2 Es
40 Pipa 3
20
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.15 Grafik Q- 𝛥𝑃1

ΔP1 adalah losses yang berhubungan dengan panjang pipa. Pada grafik didapatkan
bahwa semakin besar kapasitas semakin besar pula ΔP1. Semakin panjang instalasi pipa,
ƒ  l V 2  
semakin besar pula kapsitas yang diberikan. Hal ini sesuai dengan rumus .
2 D
Grafik 4.2.8 Grafik (Q) Kapasitas dengan 𝛥𝑃2

Grafik Q terhadap Friction Losses ∆P2


35

30
Firction Loss ∆P2

25

20 Pipa 1

15 Pipa 2 (Tanpa Es)


Pipa 2 Es
10
Pipa 3
5

0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.16 Grafik Q- 𝛥𝑃2


ΔP2 adalah losses yang berkaitan dengan fitting. Dimana, semakin
banyak fitting, maka semakin banyak pula gesekan yang fluida berikan, sehingga
membuat tekanan yang ada mengecil dan membuat kapasitas bertambah. Hal ini
 / 90    V 2  
sesuai dengan rumus .
2

Grafik 4.2.9 Grafik (Q) Kapasitas dengan 𝛥𝑃3

Grafik Q terhadap Friction Losses ∆P3


160
140
120
Firction Loss ∆P3

100
Pipa 1
80
Pipa 2 (Tanpa Es)
60
Pipa 2 Es
40
Pipa 3
20
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Kapasitas (Q)

Grafik 4.17 Grafik Q- 𝛥𝑃3

ΔP3 adalah losses yang berkaitan dengan bukaan sudut katup. Kapasitas dan ΔP3
memiliki hubungan yaitu semakin besar sudut yang dibuka maka akan semakin besar tekanan
yang didapatkan sehingga kapasitas akan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan rumus
 V 2  
.
2
Bab V
Nuur Abdurrahman Eldwin Harits Suryaputra
04211641000021

5.1 Jawaban Pertanyaan


1. Apa instalasi pipa udara itu?
instalasi pipa udara adalah suatu alat yang digunakan untuk menggerakkan fluida gas dengan
karakteristik pipa yang mempengaruhi kinerja sistemnya. Fluida yang digunakan pada sistem ini adalah
fluida udara yang memiliki kandungan nitrogen, oksigen dan campuran argon. Fluida yang mengalir
berasal dari proses kompresi dengan menggunakan kompresor yang berfungsi memampatkan udara dari
tekanan normal atmosfer menjadi udara yang bertekanan tinggi yang akan menghasilkan daya.

2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan
alasan!
Semua kompresi terjadi, namun memiliki efek yang kecil pad percobaan sehingga tidak terlalu terlihat.
Pada praktikum ini kompresi yang cendrung terjadi adalah kompresi politropik karena terjadi pendinginan
pada pipa es yang berarti ada pengaruh dari luar terhadap gas yang ada di dalam pipa. Ini menunjukkan
ciri – ciri kompresi politropik.

3. Bagaimana pengaruh temperature pada pipa udara?


Jika dibandingkan perhitungan nilai kapasitas (Q) rata – rata percobaan pipa 2 (dengan es) dan pipa 3
(tanpa es), nilainya lebih tinggi pada pipa 3 daripada pipa 2. Hal ini terjadi karena suhu rendah mencegah
fluida (udara terkompresi) tidak dapat melakukan ekspansi sehingga kecepatan aliran menurun yang
mengakibatkan pipa 3 memiliki energi lebih besar daripada pipa 2.

4. Bagaimana pengaruh losses yang terjadi pada instalasi pipa udara?


Losses memiliki 2 jenis, yaitu losses karena panjang pipa, kekasaran material, dan viskositas fluida (head
loss mayor) serta losses karena fitting dan aksesoris (head loss minor). Sudah tentu pada praktikum ini
terjadi kedua losses tersebut. Losses yang terjadi mempengaruhi kecepatan fluida yang mengalir serta
kapasitas fluida yang ada di dalam pipa.

5. Bagaimana cara menghitung losses pada instalasi pipa udara?


● Head loss mayor
a. Losses pada Saluran Akibat Panjang Pipa
𝜆 . 𝑙 . 𝑣2 . 𝜌
∆𝑃 =
2𝑑
● Head loss minor
a. Losses pada Saluran Akibat Belokan dan Aksesoris
(𝛽⁄90).𝜉.𝑣2 .𝜌
∆𝑃 =
2
b. Losses pada Saluran Akibat Katup
𝜉.𝑣2 .𝜌
∆𝑃 =
2
6. Bagaimana hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas,
tekanan dengan bukaan katup, dan tekanan dengan losses?
a. Hubungan antara Tekanan dengan Gaya
Semakin besar tekanan yang diberikan, gaya yang dihasilkan juga akan semakin
besar. Sesuai dengan persamaan Bernoulli.
𝐹
𝑃=
𝐴
Selain itu kecepatan akan semakin lambat karena tekanan yang semakin besar.
Sesuai dengan persamaan hukum Boyle.
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2

b. Hubungan antara Tekanan dengan Kapasitas


Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin kecil kapasitas yang diberikan.

c. Hubungan antara Tekanan dengan Bukaan Katup


Semakin besar bukaan katup yang dilakukan, semakin besar tekanan yang
diberikan. Dapat dilihat dari tabel data pipa 2.

d. Hubungan antara Tekanan dengan Losses


Semakin besar tekanan yang diberikam, semakin besar losses yang terjadi sebab
sesuai dengan poin a, semakin besar tekanan yang diberikan akan semakin besar
juga kecepatan yang terjadi.

7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasistas dengan losses?
a. Hubungan Antara Kapasistas dengan Gaya
Semakin besar kapasitas yang diberikan, semakin besar kecepatan yang dihasilkan
yang mengakibatkan gaya yang terjadi pada sistem.
b. Hubungan Antara Kapasitas dengan Losses
Semakin besar kecepatan akibat luasan instalasi pipa yang terjadi mengakibatkan
peningkatan losses pada sistem namun tidak mempengaruhi kecepatan yang yang
terjadi di dalam sistem.
8. Apa yang anda ketahui tentang SCFH?
SCFH adalah singkatan dari Scientific Cubic Feet per Hour yang berarti volume udara
ditetapkan oleh suhu dan tekanan udara standar. 1 SCFH memiliki nilai sama dengan
0.02832 Nmᶟ/ Hr.
9. Sebutkan contoh aplikasi pipa udara!
sistem pendigin udara, sistem starting engine, sistem aliran udara pada kargo muatan, dll.

5.2 Kesimpulan

1. Kerugian yang terjadi pada setiap pipa di setiap suhu menghasilkan kerugian yang berbeda.
Salah satu faktor penting yang berbeda pada setiap pipa yang menyebabkan terjadinya
kerugian pada praktikum ini adalah panjang pipa. Pipa 1 memiliki nilai jarak terpanjang
dibandingkan dengan panjang pipa lainnya yang menghasilkan nilai kerugian total terbesar
dibandingkan dengan pipa lainnya.
 Losses pada Saluran Akibat Panjang Pipa

𝜆. 𝑙. 𝑣 2 . 𝜌
∆𝑃 =
2𝑑

2. Suhu juga menjadi salah satu faktor penting penyebab terjadinya kerugian pada instalasi pipa
udara. Pada percobaan pipa 2 tanpa es menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan
dengan percobaan pipa 2 dengan es karena pada saat suhu rendah karena suhu rendah mencegah
fluida (udara terkompresi) tidak dapat melakukan ekspansi sehingga kecepatan aliran menurun yang
mengakibatkan pipa 2 dengan es memiliki energi lebih besar daripada pipa 2 tanpa es.

BAB V
Jefferson Soadamara
04211641000023

BAB V
PENUTUP
5.1 Jawaban Pertanyaan
1. Apa instalasi pipa udara itu?
Instalasi pipa udara adalah adalah instalasi alat yang berupa sistem perpipaan dengan adanya aliran
fluida di dalam sistem itu yang bergerak dari inlet ke outlet. Fluida yang dimaksud di sini adalah udara
(Pipa udara). Instalasi pipa udara memanfaatkan udara yang dikompresi (memiliki tekanan) oleh
kompresor untuk bergerak di dalam instalasi perpipaan.

2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan alasan anda!
Kompresi yang terjadi adalah kompresi politropik, karena kondisi kompresi yang lain tidak dapat dicapai.
Kompresi Isotermal tidak tercapai karena udara mengalami peningkatan suhu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya suhu lebih tinggi pada kompresor. Kompresi juga tidak mencapai kondisi adiabatik
karena ada panas yang dihasilkan. Pendinginan pada pipa es, adanya pengaruh luar terhadap gas
menunjukkan ciri-ciri kompresi politropik.

3. Bagaimana pengaruh temperatur pada pipa udara?


Dapat dilihat dari perhitungan data, nilai kapasitas (Q) rata-rata percobaan pipa 2 yang tanpa diberi es
(tidak ada pendinginan) lebih tinggi daripada nilai kapasitas rata-rata untuk pipa 2 yang diberi es. Hal ini
terjadi karena adanya suhu lebih tinggi (pipa tanpa es) mengakibatkan fluida untuk melakukan ekspansi,
sehingga kecepatan aliran bertambah (secara langsung kapasitas bertambah). Ini diakibatkan pipa tanpa
es memiliki energi lebih besar (dari energi panas karena suhu lebih tinggi).

4. Bagaimana pengaruh losses yang terjadi pada instalasi pipa udara?


Adanya nilai pipa yang panjang dengan bahan pembuatan yang memiliki kekasaran tertentu, serta
belokan dan katup-katup mengakibatkan adanya losses pada instalasi ini. Losses ini jika bertambah
besar akan menghasilkan kecepatan yang lebih rendah, dan secara langsung kapasitas ikut berkurang.
Hal ini dapat dilihat pada data tabel pipa 2 dengan es.
5. Bagaimana cara menghitung losses pada instalasi pipa udara?
Losses yang terjadi pada instalasi pipa udara dapat dibagi menjadi major losses dan minor losses.
Major losses (Pressure/Head Loss) adalah losses akibat panjang pipa dan kekasaran bahan pembuatan
pipa. Rumusnya adalah:
𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃 = , dengan nilai dalam N/m 2 dan nilai f dari diagram moody berdasar nilai Re
2∗𝐷
Minor losses akibat belokan dan fitting ditentukan dengan cara:
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃 = , dengan nilai dalam N/m2
2
Minor losses diakibatkan oleh katup ditentukan dengan cara:
2
𝜉∗𝑉 ∗𝜌
𝛥𝑃 = , dengan nilai dalam N/m 2
2
Koefisien-koefisien pada minor losses ditentukan dengan mengetahui jenis hambatan dan diameter pipa.
Nilai koefisien diambil dari tabel daftar koefisien.

6. Bagaimanakah hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas, tekanan
dengan bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi?
a. Untuk hubungan antara Tekanan dengan Gaya, dengan tekanan yang semakin besar Gaya akan
semakin besar.
P = F/A
Selain gaya yang semakin besar, ada penurunan juga pada nilai kecepatan karena hukum Boyle
(dan juga hukum bernoulli).
P1.V1 = P2. V2
b. Untuk hubungan tekanan dengan kapasitas, peningkatan tekanan mengakibatkan penurunan
kapasitas karena seperti pada poin (a.), adanya peningkatan tekanan mengakibatkan penurunan
kecepatan, sehingga mengurangi kapasitas.
Q = A.V
c. Hubungan tekanan dengan bukaan katup adalah adanya peningkatan tekanan dengan
pembukaan katup yang semakin besar seperti pada tabel data pipa 2 dengan es.
d. Hubungan tekanan dengan losses/rugi-rugi adalah peningkatan losses karena adanya
peningkatan kecepatan akibat tekanan. Losses bertambah karena koefisien yang dikalikan
dengan kecepatan (pertambahan kuadratik).

7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?
a. Hubungan antara kapasitas dengan gaya adalah adanya peningkatan gaya mengakibatkan
kecepatan yang semakin rendah sehingga nilai kapasitas ikut turun.
b. Hubungan antara kapasitas dengan losses adalah adanya peningkatan kapasitas mengakibatkan
peningkatan kecepatan sehingga adanya peningkatan losses dikarenakan luas area (A) sebuah
instalasi pipa udara tidak berubah-ubah/konstan sehingga hanya kecepatan (V) yang berubah.

8. Apa yang kamu ketahui tentang SCFH?


SCFH adalah Standard Cubic Feet per Hour yang berarti volume aliran udara yang ditetapkan pada suhu
dan tekanan udara standar. 1 SCFH biasanya ditulis dengan nilai 0.02832 Nmᶟ/Hour (Normal cubic
meter).
9. Sebutkan contoh aplikasi instalasi pipa udara ?
Sistem Pendingin Udara
Sistem Starting Engine
Blow pipe pada sea chest di kapal.
Sistem aliran pada kargo
Sistem pipa uap dalam Boiler Plant.

Fernanda Rizqi w

04211641000019

Bab V

1. Apa instalasi pipa udara itu?

- Proses pemasangan pipa yang digunakan untuk mengalirkan suatu fluida (gas) dari suatu
tempat ke tempat yang lain dengan bantuan komprespor.

2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan alasan anda!

- Pada proses ini jenis kompresi yang terjadi yaitu kompresi politropik karena pada prosesnya
terjadi kenaikan temperature dan juga ada panas yang dikeluarkan.

3. Bagaimana pengaruh temperatur pada pipa udara?

- Pada pipa dengan pendinginan, semakin rendah suhunya, maka semakin kecil tekanannya.
4. Bagaimana pengaruh losses yang terjadi pada instalasi pipa udara?

Loses pada pipa dibagi menjadi dua yaitu minor losses yang dipengaruhi oleh factor energi
kinetic dari belokkan belokan pada pipa dan komponen komponen tambahan lainnya pada
pipa. Sementara major losses di pengaruhi oleh material dari pipa, Panjang pipa serta viscostias
dari fluida

5. Bagaimana cara menghitung losses pada instalasi pipa udara?

Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.

f  l V 2  
1 =
2 D

Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.

 / 90   V 2  
2 = 2

Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.


 V 2  
3 = 2

6. Bagaimanakah hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan


kapasitas, tekanan dengan bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi?

Hubungan antara tekanan dengan gaya

Gaya berbanding lurus dengan tekanan dimana ketika ada peningkatan tekanan, maka gaya yang

dikeluarkan juga akan semakin meningkat.

Hubungan antara tekanan dengan kapasitas


Tekanan berbanding terbalik dengan kapasitas dimana ketika terjadi peningkatan gaya maka nilai

kapasitas akan semakin menurun.

Hubungan antara tekanan dengan bukaan katup


Tekanan berbanding terbalik dengan bukaan katup dimana ketika terjadi peningkatan bukaan

katup, maka nilai tekanan akan semakin menurun.

Hubungan antara tekanan dengan rugi-rugi

Tekanan berbanding terbalik dengan fitting (rugi-rugi) dimana ketika terjadi peningkatan fitting,
maka nilai tekanan akan semakin menurun.

7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?

Kapasitas dengan gaya


Sesuai dengan rumus Q = V x A, bisa dijabarkan menjadi Q = V x (F/P), kapasitas berbanding
tebalik terhadap gaya.

Kapasitas dengan losses


Kapasitas berbanding terbalik terhadap losses. Karena semakin panjang instalasi pipa, semakin
besar loses yang terjadi.

8. Apa yang kamu ketahui tentang SCFH?

Standard cubic feet per hour (SCFH) adalah laju alir molar dari gas yang dikoreksi ke kondisi
temperatur dan tekanan yang "standar" sehingga mewakili sejumlah mol gas yang tetap terlepas dari
komposisi dan kondisi arus yang sebenarnya.

9. Sebutkan contoh aplikasi instalasi pipa udara ?

Air Starting System, Ventilasi udara, Air conditioner, dan lain lain.
5. 2 Kesimpulan

1. pada instalasi udara terdapat beberapa kerugian yaitu:

 Kerugian akibat Panjang pipa


 Kerugian akbiat belokan pipa
 Kerugian akibat katup
Losses juga dipengaruhi oleh kapasitas fluida yang diberikan, semakin besar kapasitas yang diberikan
maka semakin besarjuga losses yang terjadi

2. Temperature mempengaruhi proses yang terjadi didalami instalasi pipa udara yang membuat losses
total yang lebih sedikit.

BAB V
Harris Perdana Kusuma
04211641000018

5.1 Jawaban Pertanyaan


1. Apa instalasi pipa udara itu?
Instalasi pipa udara adalah rangkaian komponen yang membentuk sebuah instalasi
untuk mengalirkan fluida. Pada instalasi ini fluida yang dialirkan adalah udara.
2. Dari beberapa jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan
alasan anda!
Berdasarkan hasil praktikum, kompresi yang mungkin terjadi adalah kompresi
politropik. Hal ini dikarenakan tidak mungkin kompresi isothermal karena adanya
perbedaan temperatur dan bukan juga kompresi adiabatic karena ada panas yang
dipancarkan.
3. Bagaimana pengaruh temperatur pada pipa udara?
Berdasarkan hasil praktikum, pengaruh temperatur berupa pendinginan
menghasilkan kapasitas yang lebih kecil dibandingkan dengan pipa yang tidak
didinginkan.
4. Bagaimana pengaruh losses pada instalasi pipa udara?
Losses pada pipa udara akan memengaruhi beberapa faktor yaitu laju aliran,
kapasitas, tekanan, dan gaya yang terjadi pada pipa udara. Hal ini diakibatkan oleh
friction, fitting, dan katup-katup pada instalasi pipa udara.
5. Bagaimana cara menghitung losses pada pipa udara?
Losses pada pipa udara dibagi menjadi dua, yaitu major losses dan minor losses.
Untuk menghitung major losses yang diakibatkan oleh friction, digunakan rumus:
𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃1 = 2∗𝐷

Untuk menghitung minor losses yang diakibatkan oleh belokan dan fitting,
digunakan rumus:

(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 =
2

Untuk menghitung minor losses yang diakibatkan oleh katup, digunakan rumus:
2
𝜉∗𝑉 ∗𝜌
𝛥𝑃3 =
2

6. Bagaimana hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas,


tekanan dengan bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi?
 Dari hasil praktikum, didapatkan bahwa tekanan yang makin besar makin
besar juga gaya yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan rumus F = P x A.
 Dari hasil praktikum, didapatkan bahwa semakin kecil kapasitas maka
tekanan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan rumus Q = V x (F/P).
 Dari hasil praktikum, didapatkan bahwa makin besar sudut bukaan katup
berarti luas penampang semakin kecil yang menghasilkan tekanan yang
makin besar. Hal ini sesuai dengan rumus P = F/A.
 Dari hasil praktikum, didapatkan 𝛥𝑃1 semakin kecil maka tekanan akan
semakin besar sehingga kecepatan akan semakin menurun. Pada 𝛥𝑃2
didapatkan bahwa semakin kecil losses maka tekanan akan semakin besar.
Pada 𝛥𝑃3 didapatkan bahwa semakin besar losses menghasilkan tekanan
yang semakin besar juga.
7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?
 Dari hasil praktikum, didapatkan bahwa semakin kecil kapasitas akan
menghasilkan gaya yang makin besar. Hal ini tidak sesuai dari persamaan Q
= V.(F/P) dimana harusnya semakin besar kapasitas maka akan semakin
besar juga gaya.
 Dari hasil praktikum, kapasitas (Q) yang bertambah akan menghasilkan
kecepatan (V) yang semakin besar karena luas penampang (A) yang tidak
berubah sehingga kecepatan (V) yang berubah.
8. Apa yang kamu ketahui tentang SCFH?
SCFH merupakan kependekan dari Standard Cubic Feet per Hour merupakan satuan
kapasitas dalam keadaan STP (Standard Temperature and Pressure). 1 SCFH sama
dengan 7,866 x 10-6 m3/s.
9. Sebutkan contoh aplikasi instalasi pipa udara?
 Sistem Pendingin Udara
 Sistem Starting Engine
 Blow Pipe

5.2 Kesimpulan
Praktikum pipa udara berperan penting dalam pembelajaran mata kuliah Mesin Fluida
di Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya untuk mengembangkan teori yang sudah didapatkan di dalam
kelas untuk diaplikasikan di dunia nyata. Pada praktikum ini, mahasiswa Departemen Teknik
Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya dapat mengetahui kerugian atau losses pada instalasi pipa udara serta mengetahui
pengaruh temperatur pada saluran pipa udara. Mahasiswa juga mengetahui aplikasi dari
instalasi pipa udara tersebut dalam dunia marine maupun non-marine.

5.3 Saran
Saran dari penulis adalah untuk kelancaran praktikum, ada baiknya dilakukan
pergantian alat dan maintenance yang baik untuk menjaga umur dan kelayakan alat praktikum.
BAB V
Kevin Surya N.L / 04211641000020

5.1 Pertanyaan
1. Apa instalasi pipa udara itu?
 Suatu alat yang digunakan untuk mangalirkan fluida udara

2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan
alasan anda!
 Kompresi yang paling cocok adalah kompresi politropik. Karena dalam
kehidupan nyata isothermal dan adiabatic sulit untuk mempertahankan
temperatur untuk keadaan yang ideal. Sementara politropik terjadi kenaikan
temperature dan juga ada panas yang keluar yang menyebabkan temperature
dapat dipertahankan.

3. Bagaimana pengaruh temperature pada pipa udara?


Berdasarkan rumus:
𝑃. 𝑉 = 𝑅. 𝑇
 hubungan temperature berbanding lurus dengan semua komponen yang
bekerja pada pipa udara. Jadi, jika temperature pipa udara mengalami
perubahan maka akan mempengaruhi kinerja dari pipa udara. Ketika suhu
turun, semakin cepat karena massa jensiya

4. Bagaimana pengaruh losses yang terjadi pada instalasi pipa udara?


 Ada tiga losses yang dapat terjadi pada instalasi pipa udara, yaitu kerugian
akibat panjang pipa, kerugian pada saluran akibat belokan, dan kerugian
pada saluran akibat fitting/ aksesoris. Dari faktor yang ada, maka pengaruh
losses pada instalasi pipa udara akan mempengaruhi laju aliran dari fluida,
kapasitas, tekanan dan gaya yang terjadi pada instalasi pipa udara.

5. Bagaimana cara menghitung losses pada instalasi pipa udara?


Karena terdapat 3 faktor yang dapat menyebabkan losses, itu berarti terdapat
3 perhitungan yang berbeda pula sebagai berikut :
 Kerugian akibat panjang pipa

 × 𝑙 × 𝑣2 × ρ
1 =
2×𝐷
 Kerugian pada saluran akibat belokan

 / 90   v 2  
2= 2
 Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
  v2  
3= 2
6. Bagaimakah hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas,
tekanan dengan bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi?
 Hubungan antara tekanan dengan gaya berbanding lurus. Jika tekanan naik
maka nilai gaya pun akan naik.
 Hubungan antara tekanan dengan kapasitas berbanding terbalik. Dapat di
lihat dari rumus PV=RT yang memperlihatkan bahwa tekanan berbanding
terbalik dengan volume sedangkan untuk rumus kapasitas adalah Q=V x t,
volume itu berbanding lurus dengan kapasitas jadi dapat disimpulkan bahwa
tekanan berbanding terbalik dengan kapasitas.
 Hubungan antara tekanan dengan bukaan katup adalah berbanding terbalik.
Jika bukaan katup diperbesar maka luas penampang pipa akan semakin kecil
sehingga tekanan tekanan akan semakin besar.
 Hubungan antara tekanan dengan losses adalah berbanding terbalik yaitu jika
nilai loses besar maka nilai tekanan kecil.

7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?

Hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses:


 Hubungan antara kapasitas dengan gaya adalah berbanding terbalik. Jika nilai
kapasitas (Q) semakin besar, maka nilai gaya (F) akan semakin kecil. Dari persamaan
yang ada dapat di ketahui bahwa Q = V x A, sedangkan untuk mendapatkan nilai F
dapat dicari dari persamaan F = P x A. Sehingga didapatkan persamaan baru Q = V x
(F/P), dari persamaan dapat disimpulkan bahwa besarnya kapasitas aliran fluida
berbanding terbalik dengan gayanya.
 Hubungan antara kapasitas dengan losses akibat panjang pipa dan belokan adalah
berbanding lurus. Jadi apabila nilai losses tersebut besar maka nilai kapasitas pun
besar.
 Untuk hubungan antara kapasitas dengan losses pada bukaan katup adalah
berbanding terbalik karena apabila nilai losses akibat bukaan katup besar itu berarti
nilai sudut bukaan katup juga besar maka nilai kapasitas pun kecil.

8. Apa yang kamu ketahui tentang SCFH?


SCFH (Standard Cubic Feet per Hour) merupakan satuan inggris untuk kapasitas dari
fluida udara. Konversinya 1 SCFH = 0.028 m3/h.
9. Sebutkan contoh aplikasi instalasi pipa udara?
 Bidang Marine
1. Blow pipe pada Seachest
Seachest merupakan contoh aplikasi pada bidang marine dimana di
seachest terdapat saluran masuknya air laut. Pipa udara ini tepatnya
terletak pada blow pipe yang bertujuan untuk menyemprot kotoran-
kotoran di seachest.
2. Ac pada Kapal

Sitem Instalisasi pipa udara biasa di gunakan pada pendingin ruangan


yang terdapat pada kapal.
 Bidang Non-Marine
1. Fan Ventilator
Sebagai lubang keluar dan masuknya udara atau sebagai tempat
sirkulasi udara dari ruangan ke ruang terbuka dan juga sebagai
jalur masuknya udara tidak tetap
2. Sistem AC pada mobil
Pada sistem ac mobil, compressor berfungsi menghisap gas Freon
dan memompanya ke kondensor. Gas Freon dirubah menjadi
bentuk cair dan kemudian melewati receiver drier, Setelah itu
Freon yang cair tadi menuju expansi valve dan diubah menjadi gas
lagi oleh evaporator.

5.2 Kesimpulan
 Ada tiga losses yang dapat terjadi pada instalasi pipa udara, yaitu kerugian
akibat panjang pipa, kerugian pada saluran akibat belokan, dan kerugian
pada saluran akibat fitting/ aksesoris. Terlihat dari faktor yang ada, maka
pengaruh losses pada instalasi pipa udara akan mempengaruhi laju aliran dari
fluida, kapasitas, tekanan dan gaya yang terjadi pada instalasi pipa udara.
 Berdasarkan rumus
𝑃. 𝑉 = 𝑅. 𝑇
hubungan temperature berbanding lurus dengan semua komponen yang
bekerja pada pipa udara. Oleh sebab itu, jika temperature pipa udara
mengalami perubahan maka akan mempengaruhi kinerja dari pipa udara.
 Temperatur pada instalasi pipa udara berpengaruh pada head loss, terdapat
pada viskositasnya. Nilai viskositas ditentukan oleh temperature fluida.
Semakin rendah temperature, maka nilai viskositasnya semakin kecil,
sehingga nilai head loss akan semakin besar.

5.3 Saran
Jika bisa di usahakan untuk segera memperbaiki instalasi pipa udara agar
mempermudah pengambilan data praktikum dan agar lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai