Sistem instalasi pipa udara adalah suatu alat yang digunakan untuk menggerakkan fluida gas
dengan karakteristik pipa yang mempengaruhi kinerja sistemnya. Fluida yang digunakan pada sistem ini
adalah fluida udara yang memiliki kandungan nitrogen, oksigen dan campuran argon. Fluida yang
mengalir berasal dari proses kompresi dengan menggunakan kompresor yang berfungsi memampatkan
udara dari tekanan normal atmosfer menjadi udara yang bertekanan tinggi yang akan menghasilkan
daya. Laju aliran fluida yang diukur dengan flow meter, loses yang terjadi pada masing – masing pipa
akan diketahui. Tujuan dari praktikum instalasi pipa udara adalah mengetahui kerugian pada instalasi
sistem instalasi pipa udara dan seberapa besar pengaruh temperatur terhadap saluran sistem instalasi
pipa udara. Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum ini diantaranya adalah kompresor,
instalasi pipa udara, flow meter, katup, pressure gauge, penampung es, termometer, busur derajat, dan
tali. Instalasi pipa udara memiliki 3 variabel yaitu variabel kontrol di mana Q awal konstan tidak berubah ,
variable manipulasi dimana temperature (T) dan katup yang disesuaikan dan respon meliputi
pressure(P) dan Q akhir. Didapatkan data untuk tekanan 0.4 kg/cm 2 pada saluran pipa pertama,
membutuhkan sudut putar sebesar 400 dan kapasitas sebesar 11 SCFH.
Bab I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
c. Mengetahui kerugian/ loses pada instalasi pipa udara.
d. Mengetahui pengaruh temperatur pada saluran pipa udara.
Bab II
Dasar Teori
Pada temperatur t2°C untuk tekanan yang sama gas mempunyai volume
Jika persamaan 1 dibagi dengan persamaan 2 menjadi:
Lambang t menyatakan temperatur dalam skala °C. Di samping skala Celcius orang dapat memakai
Kelvin (°K) dimana 0°K = -273 °C. Temperature skala °K disebut temperatur mutlak dengan lambang T.
Hubungan antara t dengan T dapat dituliskan:
Jika temperatur dinyatakan dalam temperatur mutlak (°K) maka dapat dituliskan sebegai berikut:
Jadi karena persamaan di atas Hukum Charles dapat pula dikatakan “Pada proses tekanan tetap, volume
gas berbanding lurus
P.𝑣 𝑘 = tetap
Dimana
P1,P2 : Tekanan (kgf/m2)
v1, v2 : Volume (m3)
k : Indeks adiabatic
Cara untuk menjaga suhu konstan selama kompresi gas adalah untuk melakukan kompresi secara
perlahan, sehingga cukup lambat untuk memungkinkan panas menyebar, atau dengan adanya sumber
dingin. Misalnya dengan mengompresi gas dalam silinder maka harus ada sumber dingin yang
mengelilingi silinder dan mulai menekan gas, dengan kompresi suhu gas akan meningkat tetapi karena
sumber dingin di sekitarnya, sistem akan kehilangan panas dan mendapatkan kembali suhu aslinya.
Dari kurva yang ditunjukkan pada gambar 2.2.1, terbukti bahwa usaha yang dilakukan dalam proses
adiabatik lebih dari isotermal. Jadi hanya kompresi isotermal yang diinginkan dalam kompresor udara.
Namun dalam prakteknya, kompresi isotermal tidak mungkin dicapai. Untuk mencapai kompresi
isotermal, jika gerakan piston di udara kompresi diperlambat dan dengan lubang kecil dari dinding silinder
untuk mengekstraksi panas yang diterima dalam proses kompresi, laju udara yang diinginkan menjadi
masalah. Inilah alasannya, kompresor memampatkan udara secara politis.
Kedua jenis kompresor Piston ini bisa memiliki sumbu vertikal maupun horizontal
2.3.1.2 Kompresor Rotary Screw
Sebuah kompresor rotary screw memiliki dua rotor heliks yang terletak dalam satu rumah. Udara
masuk melalui katup, biasanya disebut katup inlet dan dibawa ke ruang di antara rotor. Saat sekrup
berputar, volume udara berkurang, sehingga meningkatkan tekanan.
Gambar 2.3.4 Kedua rotor heliks dalam kompresor
Sumber: http://www.kaeser.ca
2.3.2 Kompresor Dinamis (Dynamic)
Dibandingkan kompresor perpindahan positif yang mengurangi volume udara yang tertangkap,
kompresor dinamis mempercepat udara yang tertangkap sehingga memiliki kecepatan tinggi, kemudian
membatasi aliran udara sehingga penurunan kecepatan menyebabkan tekanan meningkat. Kompresor
dinamis termasuk tipe aksial dan sentrifugal.
2.3.2.1 Kompresor Sentrifugal
Kompresor sentrifugal menarik udara ke pusat impeller, dan kemudian mempercepatnya keluar
menuju lingkar luar ruang. Di situ udara mengenai pelat diffuser dan outlet, di mana kecepatan menurun
dan tekanan meningkat.
Dimana:
λ = Koefisien gesekan dalam pipa (0.0561/Qx0.148)
l = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan aliran pada permukaan saluran (m/s)
ρ = Densitas udara (1.293 kg/m3)
d = Diameter pipa dalam (m)
Sudut putar ξ
13 0.6
15 0.8
19 1.5
20 1.5
21 1.55
22 1.7
24 2
25 2.2
26 2.5
27 2.8
29 3.7
30 4
31 3.85
32 3.9
34 5.5
35 6
36 6.5
37 8
38 9
39 10
42 11.5
43 12
46 17
47 18.81
49 14.72
50 12.25
53 13.25
54 13.5
55 13.75
Pengaplikasian sistem pipa udara juga terdapat pada sistem starting engine
pada kapal awalnya udara dihasilkan dari kompressor yang kemudian udara tersebut
ditampung di tabung/bejana udara (air reservoir). Tekanan kerja untuk udara start ini
dimulai dari tekanan 25 – 30 bar. Kompresor bisa di jalankan secara auto atau manual,
dan pada kompressor maupun tabung udara ini dilengkapi juga dengan katup
pengaman(safety Valve) untuk mencegah terjadinya kelebihan tekanan berlebihan akibat
human error maupun salah satu sistemnya yang error.
Prinsip kerjanya, untuk start engine baik pada saat kapal berangkat ataupun
saat olah gerak, dilaksanakan sebagai berikut, saat Udara bertekanan dialirkan dari
tabung udara, selanjut nya distributor valve menggerakan plunyer untuk bekerja maka
udara ini langsung menekan piston melalui air starting valve di cylinder head. Jadi udara
tersebut melaksanakan kerja parallel, disamping mengatur ke distributor valve sekaligus
untuk udara start mendorong piston kebawah sesuai tekanan dalam botol angin. Udara
dari bejana udara 17 bar karena bila tekanan udara dibawahnya, maka udara tersebut
tidak mampu menekan piston kebawah. Katup tekan di bejana udara dibuka penuh, maka
udara akan keluar ke main starting valve. Setelah udara tersebut direduksi tekanannya
hingga ±9- 10 bar.
Kesimpulannya untuk membuka air starting valve menggunakan udara reduksi
yang mengatur distributor valve. Setelah air starting valve terbuka, maka udara start
dengan tekanan sesuai pada tekanan kerja dibotol angin masuk silinder motor melalui air
starting valve yang terbuka untuk mendorong piston kebawah (TMB), sehingga mesin
dapat dijalankan. (ON).
Gambar 2.10. Instalasi sistem starter
Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor
dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini
refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi refrigent
fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di
dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan
dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari
substansi yang akan didinginkan.
Perlu diketahui Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya adalah
fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat
dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi.
Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling
coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa),
condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar. Udara panas dari
ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigerant yang dingin,
sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan.
Pada kompresor, gas refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara
pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan,
yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat mengontrol motor kompresor
untuk mengatur suhu ruangan.
Gambar 2.13. Rangkaian sistem pada AC
BAB III
TAHAPAN PRAKTIKUM
Tali
1. Buka katup inlet pada pipa 1 dan katup inlet pada pipa 2 dan 3 ditutup
2. Nyalakan kompresor
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur (mengikuti instruksi grader)
4. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatur sudut putaran katup (mengikuti instruksi
grader)
5. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang di tentukan
6. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan
1. Buka Katup inlet pada pipa 3 dan katup inlet pada pipa 1 dan 2 ditutup.
2. Kompresor dinyalakan
3. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur kembali, bila berubah dari kapasitas awal
4. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatur sudut putaran (mengikuti instruksi grader)
5. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang diberikan
6. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan
1. Buka Katup inlet pada pipa 2 dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup
2. Kalibrasi ulang flow meter jika terjadi perubahan pada percobaan pertama
3. Kompresor dinyalakan
4. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur jika berubah
5. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatursudut putaran katup (mengikuti instruksi grader)
6. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang diberikan
7. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan
1. Buka Katup inlet pada pipa 2 dan katup inlet pada pipa 1 dan 3 ditutup.
2. Masukan es pada tempat yang sudah di sediakan pada aliran pipa 2
3. Ukur sampai temperatur yang sudah di tentukan
4. Kompresor dinyalakan
5. Kapasitas udara awal pada flowmeter diatur jika berubah
6. Tekanan divariasikan, dengan cara mengatur sudut putaran katup (mengikuti instruksi
grader)
7. Ukur dan catat besar tutupan sudut katup oulet sesuai tekanan yang diberikan
8. Catat nilai perubahan kapasitas pada flowmeter pada masing-masing tekanan.
4.1 Perhitungan
= 77.637 *10-6m3/s
= 1.963*10-5 m2
Re =
0.005 𝑥 3.955 𝑥 .1.293
1.5 𝑥 10−5
Re = 1704.605
64
𝑓 =
𝑅𝑒
64
=
1704.605
= 3.75 x 10−2
● Menghitung nilai gaya.
F =PxA
F = 4900 x 1.963 x 10−5
F = 0.0962 N
● Menghitung kerugian akibat panjang pipa.
𝑓 𝑥 𝑙 𝑥 𝑉2 𝑥 𝜌
𝛥𝑃1 =
2𝐷
3.75 𝑥 10 −2
𝑥 1.91 𝑥 3.9552 𝑥 1.293
𝛥𝑃1 =
2 𝑥 0.005
𝛥𝑃1 =144.939 N/m2
● Menghitung kerugian akibat belokan pipa.
2
(𝛽 ⁄ 90). 𝜉. 𝑣 .𝜌
∆𝑃2 =
2
2
(90 ⁄ 90).1,5 . 3,955 . 1,293
∆𝑃2 =
2
∆𝑃2 = 15.176 N/m2
● Menghitung kerugian pada katup.
2
𝜉. 𝑣 .𝜌
∆𝑃3 =
2
Sudut putar katup yaitu 40º, maka ξ = 10.5
2
10,5. 3,955 . 1,293
∆𝑃3 =
2
∆𝑃3 = 106.238 N/m2
● Menghitung kerugian total.
Re = 1,6181*103
Dari nilai Re didapati friction factor (friction factor bernilai 64/Re untuk laminar):
𝑥 = 0,0402 atau 4,02*10-2
Menghitung luas penampang sebagai berikut.
A = ¼ π D2 = ¼ π (0,005)2
= 1,963*10-5 m2
Nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.
𝑄
V =
𝐴
8,841∗10−5
=
1,963∗10−5
= 4,504 m/s
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
F =PxA
= 9800 x 1,963*10-5 m2
= 0,384
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 =
2
90/90 ∗1,08∗4,5042 ∗1,293
=
2
= 28,3428 N/m2
Menghitung kerugian pada katup sebagai berikut.
Dari tabel koefisien hambatan akibat sudut putar, dikarenakan sudut putar 26º, maka ξ = 4
𝜉∗𝑉
2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 =
2
4∗4,5042 ∗1,293
=
2
= 52,487 N/m2
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
= 7.6536*10-5m3/s
= 1.963*10-5 m2
·
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
F = P x A = 43120 x 1.963*10-5 m2= 0,834
= 3,8989 m/s
Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 24°C yaitu
1.832*10-5
(𝐷 𝑥 𝑉𝑠 𝑥 𝜌)
Re = 𝜇𝑒
(0,005 𝑥 3.8989 𝑥 1.293 )
= 1.832𝑥10−5
Re = 1,375 * 103
Dari nilai Re didapati friction factor (friction factor bernilai 64/Re untuk laminar):
64
𝑓 = 1,375∗103 = 0,0465 𝑎𝑡𝑎𝑢 4,65 ∗ 10−2
· Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃1 =
2∗𝐷
4,65.10−2 ∗0,83∗3,89892 ∗1,293
= 2∗0,005
= 75,905 N/m2
·
Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.
Koefisien Belokan Pipa 𝜉 = 2 Standard Tees
= 2*0,54
= 1,08
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 = 2
90/90∗1,08∗3.89892 ∗1,293
= 2
= 21,2391 N/m2
= 135,203 N/m2
·
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
𝛥𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝛥𝑃1 + 𝛥𝑃2 + 𝛥𝑃3
= 75,905 N/m2 + 21,2391 N/m2 + 135,203 N/m2
= 232,347 N/m2
= 1.963*10-5 m2
·
Menghitung nilai gaya sebagai berikut.
= 3,9921 m/s
Menghitung nilai koefisien gesek berdasarkan berikut.
Nilai relative roughness kuningan adalah 0,002 serta viskositas udara 35°C yaitu
1,884*10-5
(𝐷 𝑥 𝑉𝑠 𝑥 𝜌)
Re = 𝜇𝑒
(0,005 𝑥 3.8989 𝑥 1.293 )
= 1.884∗10−5
Re = 1,369 * 103
Dari nilai Re didapati friction factor (friction factor bernilai 64/Re untuk laminar):
64
𝑓 = 1,369∗103 = 0,0467 𝑎𝑡𝑎𝑢 4,67 ∗ 10−2
· Menghitung kerugian akibat panjang pipa dengan persamaan berikut.
𝑓∗𝑙∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃1 = 2∗𝐷
4,67.10−2 ∗0,83∗3,99212 ∗1,293
= 2∗0,005
= 83,7556 N/m2
·
Menghitung kerugian akibat belokan pipa sebagai berikut.
Koefisien Belokan Pipa 𝜉 = 2 Standard Tees
= 2*0,54
= 1,08
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 = 2
90/90∗1,08∗3,99212 ∗1,293
= 2
= 22,2551 N/m2
= 82,4263 N/m2
·
Menghitung kerugian total sebagai berikut.
𝛥𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝛥𝑃1 + 𝛥𝑃2 + 𝛥𝑃3
= 83,7556 N/m2 + 22,2551 N/m2 + 82,4253 N/m2
= 188,437 N/m2
Hal ini sesuai dengan rumus F = P x A. Jadi, semakin besar P (tekanan) yang diberikan,
semakin besar pula F (gaya) yang dihasilkan.
Hal ini sesuai dengan rumus Q = V x A dan A = F/P Jadi, semakin besar P (tekanan) yang
diberikan, semakin kecil pula Q (Kapasitas) yang dihasilkan.
4.2.3 Grafik P (Tekanan) dengan 𝜃 (Sudut)
Hal ini sesuai dengan rumus P = F/A,sehingga semakin besar tekanan makin besar juga
sudut yang terbuka.
120
100 Pipa 1
80 Pipa 2 (Tanpa Es)
60 Pipa 2 Es
40 Pipa 3
20
0
0 20000 40000 60000
Tekanan (P)
30
Firction Loss ∆P1 25
20 Pipa 1
0
0 20000 40000 60000
Tekanan (P)
100
Pipa 1
80
Pipa 2 (Tanpa Es)
60
Pipa 2 Es
40
Pipa 3
20
0
0 20000 40000 60000
Tekanan (P)
Pada grafik 4.4, diperlihatkan hubungan antara tekanan dengan 𝛥𝑃1 atau losses yang
ƒ l V 2
disebabkan oleh panjang pipa. Hal ini sesuai dengan rumus , sehingga makin
2 D
panjang instalasi pipa, maka makin besar losses atau 𝛥𝑃1 .
Pada grafik 4.5, ditunjukkan hubungan antara tekanan dengan 𝛥𝑃2 yang merupakan
kerugian atau losses yang diakibatkan oleh fitting pada instalasi. Semakin banyak fitting pada
instalasi, maka makin besar losses yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan rumus
/ 90 V 2 , dimana terdapat koefisien fitting yang berarti semakin banyak fitting
2
semakin besar juga tekanan yang ada di pipa.
Pada grafik 4.6, diperlihatkan hubungan antara tekanan dengan 𝛥𝑃3 yang merupakan losses
yang dihasilkan oleh bukaan katup. Semakin besar bukaan katup, maka makin kecil luasan
V 2
penampang sehingga tekanan makin besar. Hal ini sesuai dengan rumus .
2
4.2.5 Grafik (Q) Kapasitas dengan (F) Gaya
8.800
8.600
8.400
Pipa 1
8.200
8.000
7.800
7.600
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
Gaya (F)
7.000
6.000
5.000
4.000 Pipa 2 Tanpa Es
3.000
2.000
1.000
0.000
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
Gaya (F)
8.600
8.400
8.200
Pipa 2 Es
8.000
7.800
7.600
7.400
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000
Gaya (F)
8.800
8.600
8.400
Pipa 3
8.200
8.000
7.800
7.600
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
Gaya (F)
Pada grafik-grafik diatas, ditunjukkan bahwa semakin besar gaya, kapasitas akan
semakin kecil. Hal ini tidak sesuai dengan rumus F = P x A dan Q = V x A. Dari kedua rumus
tersebut, dapat diambil rumus Q = V x (F/P) yang berarti semakin besar kapasitas maka gaya
akan semakin besar juga.
4.2.6 Grafik Q (Kapasitas) dengan (𝜃)Sudut Putar
50
40
Sudut (Ѳ)
Pipa 1
30
Pipa 2 Tanpa Es
20 Pipa 2 Es
Pipa 3
10
0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)
50
40
Sudut (Ѳ)
Pipa 2 Tanpa Es
30
Pipa 1
20 Pipa 2 Es
Pipa 3
10
0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)
50
40
Sudut (Ѳ)
Pipa 2 Es
30
Pipa 1
20 Pipa 2 Tanpa Es
Pipa 3
10
0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)
50
40
Sudut (Ѳ)
Pipa 3
30
Pipa 1
20 Pipa 2 Tanpa Es
Pipa 2 Es
10
0
0.00000000 2.00000000 4.00000000 6.00000000 8.00000000 10.00000000
Kapasitas (Q)
120
100 Pipa 1
80 Pipa 2 (Tanpa Es)
60 Pipa 2 Es
40 Pipa 3
20
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Kapasitas (Q)
ΔP1 adalah losses yang berhubungan dengan panjang pipa. Pada grafik didapatkan
bahwa semakin besar kapasitas semakin besar pula ΔP1. Semakin panjang instalasi pipa,
ƒ l V 2
semakin besar pula kapsitas yang diberikan. Hal ini sesuai dengan rumus .
2 D
Grafik 4.2.8 Grafik (Q) Kapasitas dengan 𝛥𝑃2
30
Firction Loss ∆P2
25
20 Pipa 1
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Kapasitas (Q)
100
Pipa 1
80
Pipa 2 (Tanpa Es)
60
Pipa 2 Es
40
Pipa 3
20
0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000
Kapasitas (Q)
ΔP3 adalah losses yang berkaitan dengan bukaan sudut katup. Kapasitas dan ΔP3
memiliki hubungan yaitu semakin besar sudut yang dibuka maka akan semakin besar tekanan
yang didapatkan sehingga kapasitas akan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan rumus
V 2
.
2
Bab V
Nuur Abdurrahman Eldwin Harits Suryaputra
04211641000021
2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan
alasan!
Semua kompresi terjadi, namun memiliki efek yang kecil pad percobaan sehingga tidak terlalu terlihat.
Pada praktikum ini kompresi yang cendrung terjadi adalah kompresi politropik karena terjadi pendinginan
pada pipa es yang berarti ada pengaruh dari luar terhadap gas yang ada di dalam pipa. Ini menunjukkan
ciri – ciri kompresi politropik.
7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasistas dengan losses?
a. Hubungan Antara Kapasistas dengan Gaya
Semakin besar kapasitas yang diberikan, semakin besar kecepatan yang dihasilkan
yang mengakibatkan gaya yang terjadi pada sistem.
b. Hubungan Antara Kapasitas dengan Losses
Semakin besar kecepatan akibat luasan instalasi pipa yang terjadi mengakibatkan
peningkatan losses pada sistem namun tidak mempengaruhi kecepatan yang yang
terjadi di dalam sistem.
8. Apa yang anda ketahui tentang SCFH?
SCFH adalah singkatan dari Scientific Cubic Feet per Hour yang berarti volume udara
ditetapkan oleh suhu dan tekanan udara standar. 1 SCFH memiliki nilai sama dengan
0.02832 Nmᶟ/ Hr.
9. Sebutkan contoh aplikasi pipa udara!
sistem pendigin udara, sistem starting engine, sistem aliran udara pada kargo muatan, dll.
5.2 Kesimpulan
1. Kerugian yang terjadi pada setiap pipa di setiap suhu menghasilkan kerugian yang berbeda.
Salah satu faktor penting yang berbeda pada setiap pipa yang menyebabkan terjadinya
kerugian pada praktikum ini adalah panjang pipa. Pipa 1 memiliki nilai jarak terpanjang
dibandingkan dengan panjang pipa lainnya yang menghasilkan nilai kerugian total terbesar
dibandingkan dengan pipa lainnya.
Losses pada Saluran Akibat Panjang Pipa
𝜆. 𝑙. 𝑣 2 . 𝜌
∆𝑃 =
2𝑑
2. Suhu juga menjadi salah satu faktor penting penyebab terjadinya kerugian pada instalasi pipa
udara. Pada percobaan pipa 2 tanpa es menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan
dengan percobaan pipa 2 dengan es karena pada saat suhu rendah karena suhu rendah mencegah
fluida (udara terkompresi) tidak dapat melakukan ekspansi sehingga kecepatan aliran menurun yang
mengakibatkan pipa 2 dengan es memiliki energi lebih besar daripada pipa 2 tanpa es.
BAB V
Jefferson Soadamara
04211641000023
BAB V
PENUTUP
5.1 Jawaban Pertanyaan
1. Apa instalasi pipa udara itu?
Instalasi pipa udara adalah adalah instalasi alat yang berupa sistem perpipaan dengan adanya aliran
fluida di dalam sistem itu yang bergerak dari inlet ke outlet. Fluida yang dimaksud di sini adalah udara
(Pipa udara). Instalasi pipa udara memanfaatkan udara yang dikompresi (memiliki tekanan) oleh
kompresor untuk bergerak di dalam instalasi perpipaan.
2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan alasan anda!
Kompresi yang terjadi adalah kompresi politropik, karena kondisi kompresi yang lain tidak dapat dicapai.
Kompresi Isotermal tidak tercapai karena udara mengalami peningkatan suhu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya suhu lebih tinggi pada kompresor. Kompresi juga tidak mencapai kondisi adiabatik
karena ada panas yang dihasilkan. Pendinginan pada pipa es, adanya pengaruh luar terhadap gas
menunjukkan ciri-ciri kompresi politropik.
6. Bagaimanakah hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas, tekanan
dengan bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi?
a. Untuk hubungan antara Tekanan dengan Gaya, dengan tekanan yang semakin besar Gaya akan
semakin besar.
P = F/A
Selain gaya yang semakin besar, ada penurunan juga pada nilai kecepatan karena hukum Boyle
(dan juga hukum bernoulli).
P1.V1 = P2. V2
b. Untuk hubungan tekanan dengan kapasitas, peningkatan tekanan mengakibatkan penurunan
kapasitas karena seperti pada poin (a.), adanya peningkatan tekanan mengakibatkan penurunan
kecepatan, sehingga mengurangi kapasitas.
Q = A.V
c. Hubungan tekanan dengan bukaan katup adalah adanya peningkatan tekanan dengan
pembukaan katup yang semakin besar seperti pada tabel data pipa 2 dengan es.
d. Hubungan tekanan dengan losses/rugi-rugi adalah peningkatan losses karena adanya
peningkatan kecepatan akibat tekanan. Losses bertambah karena koefisien yang dikalikan
dengan kecepatan (pertambahan kuadratik).
7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?
a. Hubungan antara kapasitas dengan gaya adalah adanya peningkatan gaya mengakibatkan
kecepatan yang semakin rendah sehingga nilai kapasitas ikut turun.
b. Hubungan antara kapasitas dengan losses adalah adanya peningkatan kapasitas mengakibatkan
peningkatan kecepatan sehingga adanya peningkatan losses dikarenakan luas area (A) sebuah
instalasi pipa udara tidak berubah-ubah/konstan sehingga hanya kecepatan (V) yang berubah.
Fernanda Rizqi w
04211641000019
Bab V
- Proses pemasangan pipa yang digunakan untuk mengalirkan suatu fluida (gas) dari suatu
tempat ke tempat yang lain dengan bantuan komprespor.
2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan alasan anda!
- Pada proses ini jenis kompresi yang terjadi yaitu kompresi politropik karena pada prosesnya
terjadi kenaikan temperature dan juga ada panas yang dikeluarkan.
- Pada pipa dengan pendinginan, semakin rendah suhunya, maka semakin kecil tekanannya.
4. Bagaimana pengaruh losses yang terjadi pada instalasi pipa udara?
Loses pada pipa dibagi menjadi dua yaitu minor losses yang dipengaruhi oleh factor energi
kinetic dari belokkan belokan pada pipa dan komponen komponen tambahan lainnya pada
pipa. Sementara major losses di pengaruhi oleh material dari pipa, Panjang pipa serta viscostias
dari fluida
f l V 2
1 =
2 D
/ 90 V 2
2 = 2
Gaya berbanding lurus dengan tekanan dimana ketika ada peningkatan tekanan, maka gaya yang
Tekanan berbanding terbalik dengan fitting (rugi-rugi) dimana ketika terjadi peningkatan fitting,
maka nilai tekanan akan semakin menurun.
7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?
Standard cubic feet per hour (SCFH) adalah laju alir molar dari gas yang dikoreksi ke kondisi
temperatur dan tekanan yang "standar" sehingga mewakili sejumlah mol gas yang tetap terlepas dari
komposisi dan kondisi arus yang sebenarnya.
Air Starting System, Ventilasi udara, Air conditioner, dan lain lain.
5. 2 Kesimpulan
2. Temperature mempengaruhi proses yang terjadi didalami instalasi pipa udara yang membuat losses
total yang lebih sedikit.
BAB V
Harris Perdana Kusuma
04211641000018
Untuk menghitung minor losses yang diakibatkan oleh belokan dan fitting,
digunakan rumus:
(𝛽/90)∗𝜉∗𝑉 2 ∗𝜌
𝛥𝑃2 =
2
Untuk menghitung minor losses yang diakibatkan oleh katup, digunakan rumus:
2
𝜉∗𝑉 ∗𝜌
𝛥𝑃3 =
2
5.2 Kesimpulan
Praktikum pipa udara berperan penting dalam pembelajaran mata kuliah Mesin Fluida
di Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya untuk mengembangkan teori yang sudah didapatkan di dalam
kelas untuk diaplikasikan di dunia nyata. Pada praktikum ini, mahasiswa Departemen Teknik
Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya dapat mengetahui kerugian atau losses pada instalasi pipa udara serta mengetahui
pengaruh temperatur pada saluran pipa udara. Mahasiswa juga mengetahui aplikasi dari
instalasi pipa udara tersebut dalam dunia marine maupun non-marine.
5.3 Saran
Saran dari penulis adalah untuk kelancaran praktikum, ada baiknya dilakukan
pergantian alat dan maintenance yang baik untuk menjaga umur dan kelayakan alat praktikum.
BAB V
Kevin Surya N.L / 04211641000020
5.1 Pertanyaan
1. Apa instalasi pipa udara itu?
Suatu alat yang digunakan untuk mangalirkan fluida udara
2. Dari berbagai jenis kompresi, kompresi manakah yang mungkin terjadi? Berikan
alasan anda!
Kompresi yang paling cocok adalah kompresi politropik. Karena dalam
kehidupan nyata isothermal dan adiabatic sulit untuk mempertahankan
temperatur untuk keadaan yang ideal. Sementara politropik terjadi kenaikan
temperature dan juga ada panas yang keluar yang menyebabkan temperature
dapat dipertahankan.
× 𝑙 × 𝑣2 × ρ
1 =
2×𝐷
Kerugian pada saluran akibat belokan
/ 90 v 2
2= 2
Kerugian pada saluran akibat fitting / aksesoris
v2
3= 2
6. Bagaimakah hubungan antara tekanan dengan gaya, tekanan dengan kapasitas,
tekanan dengan bukaan katup, serta tekanan dengan rugi-rugi?
Hubungan antara tekanan dengan gaya berbanding lurus. Jika tekanan naik
maka nilai gaya pun akan naik.
Hubungan antara tekanan dengan kapasitas berbanding terbalik. Dapat di
lihat dari rumus PV=RT yang memperlihatkan bahwa tekanan berbanding
terbalik dengan volume sedangkan untuk rumus kapasitas adalah Q=V x t,
volume itu berbanding lurus dengan kapasitas jadi dapat disimpulkan bahwa
tekanan berbanding terbalik dengan kapasitas.
Hubungan antara tekanan dengan bukaan katup adalah berbanding terbalik.
Jika bukaan katup diperbesar maka luas penampang pipa akan semakin kecil
sehingga tekanan tekanan akan semakin besar.
Hubungan antara tekanan dengan losses adalah berbanding terbalik yaitu jika
nilai loses besar maka nilai tekanan kecil.
7. Bagaimana hubungan antara kapasitas dengan gaya dan kapasitas dengan losses?
5.2 Kesimpulan
Ada tiga losses yang dapat terjadi pada instalasi pipa udara, yaitu kerugian
akibat panjang pipa, kerugian pada saluran akibat belokan, dan kerugian
pada saluran akibat fitting/ aksesoris. Terlihat dari faktor yang ada, maka
pengaruh losses pada instalasi pipa udara akan mempengaruhi laju aliran dari
fluida, kapasitas, tekanan dan gaya yang terjadi pada instalasi pipa udara.
Berdasarkan rumus
𝑃. 𝑉 = 𝑅. 𝑇
hubungan temperature berbanding lurus dengan semua komponen yang
bekerja pada pipa udara. Oleh sebab itu, jika temperature pipa udara
mengalami perubahan maka akan mempengaruhi kinerja dari pipa udara.
Temperatur pada instalasi pipa udara berpengaruh pada head loss, terdapat
pada viskositasnya. Nilai viskositas ditentukan oleh temperature fluida.
Semakin rendah temperature, maka nilai viskositasnya semakin kecil,
sehingga nilai head loss akan semakin besar.
5.3 Saran
Jika bisa di usahakan untuk segera memperbaiki instalasi pipa udara agar
mempermudah pengambilan data praktikum dan agar lebih akurat.