Anda di halaman 1dari 31

MAINTENANCE

Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman mengenai Maintenance Gas Engine, Diesel Engine, Gas
Turbine, Gas Compressors, Air Compressors, Centrifugal, Reciprocating Pump, Bearing dan
Equipment lainnya
Tampilkan posting dengan label Maintenance. Tampilkan semua posting
Kamis, 30 September 2010
Keandalan (Reliability)
Dasar pemikiran konsep analisa keandalan adalah bertolak dari pemikiran layak atau tidaknya
suatu sistem melakukan fungsinya. Keandalan / Reliability dapat didefinisikan sebagai nilai
probabilitas bahwa suatu komponen atau sistem akan sukses menjalani fungsinya, dalam jangka
waktu dan kondisi operasi tertentu. Keandalan dapat dirumuskan sebagai integral dari distribusi
probabilitas suksesnya operasi suatu komponen atau sistem, sejak waktu mulai beroperasi
(switch on) sampai dengan terjadinya kegagalan (failure) pertama.
1. Laju Kerusakan ( Failure Rate)
Dalam masa kerjanya, suatu komponen atau sistem mengalami berbagai kerusakan. Kerusakan
kerusakan tersebut akan berdampak pada performa kerja dan efisiensinya.
Kerusakan kerusakan tersebut apabila dilihat secara temporer, maka ia memiliki suatu laju
tertentu yang berubah ubah. Laju kerusakan (failure rate) dari suatu komponen atau sistem
merupakan dinamic object dan mempunyai performa yang berubah terhadap waktu t ( sec, min,
hour, day, week, month and year). Keandalan komponen / mesin erat kaitannya dengan laju
kerusakan tiap satuan waktu. Hubungan antara kedua hal tersebut ditunjukan apabila pada saat t
= 0 dioperasikan sebuah komponen kemudian diamati banyaknya kerusakan pada komponen
tersebut maka akan didapat bentuk kurva seperti pada gambar berikut:

Grafik laju kerusakan (failure rate) terhadap waktu

Grafik diatas, yang sering disebut sebagai Bathtub Curve, terbagi menjadi tiga daerah kerusakan,
ketiga daerah tersebut adalah:
1. Burn in Zone (Early Life)
Daerah ini adalah periode permulaan beroperasinya suatu komponen atau sistem yang masih
baru (sehingga reliability nya masih 100% ), dengan periode waktu yang pendek. Pada kurva
ditunjukan bahwa laju kerusakan yang awalnya tinggi kemudian menurun dengan bertambahnya
waktu, atau diistilahkan sebagai Decreasing Failure Rate (DFR). Kerusakan yang terjadi
umumnya disebabkan karena proses manufacturing atau fabrikasi yang kurang sempurna.
2.Useful Life Time Zone
Periode ini mempunyai laju kerusakan yang paling rendah dan hampir konstan, yang disebut
Constant Failure Rate (CFR). Kerusakan yang terjadi bersifat random dan dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Ini adalah periode dimana sebagian besar umur pakai komponen atau sistem
berada.
Dalam analisa, tingkat kehandalan sistem diasumsikan berada pada periode Useful life time,
dimana failure rate - nya konstan terhadap waktu. Asumsi ini digunakan karena pada periode
early life time, tidak dapat ditentukan apakah sistem tersebut sudah bekerja sesuai dengan standar
yang ditentukan atau belum. Sedangkan pada periode wear out time, tidak dapat diprediksi kapan
akan terjadi failure.
Pada periode useful life time, dimana failure rate - nya adalah konstan, persamaan reliability
yang digunakan:

Jika persamaan diatas diterapkan pada sistem atau komponen yang masih baru, maka tingkat
kehandalannya diasumsikan pada pada keadaan 100% atau R0 = 100%. Sedangkan untuk
komponen atau sistem yang sudah tidak baru lagi, atau sudah pernah mengalami maintenance,
persamaannya dapat ditulis dalam bentuk :

Dimana :
R = nilai kehandalan (%)
M = nilai kehandalan setelah dilakukan aktifitas maintenance(maintainability)(%)
= laju kerusakan (failure rate)

3. Wear Out Zone


Periode ini adalah periode akhir masa pakai komponen atau sistem. Pada periode ini, laju
kerusakan naik dengan cepat dengan bertambahnya waktu, yang disebut dengan istilah
Increasing Failure Rate (IFR). Periode ini berakhir saat reliability komponen atau sistem ini
mendekati nol, dimana kerusakan yang terjadi sudah sangat parah dan tidak dapat diperbaiki
kembali.

Topik lanjutan : Waktu Rata rata (Mean Time) Dalam Maintenance


Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 05.44 4 komentar Link ke posting ini
Label: Maintenance
Reaksi:
Rabu, 29 September 2010
TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
Konsep Total Productive Maintenance (TPM) pertama kali diterapkan di Jepang pada tahun
1971. Konsep TPM mencakup semua hal yang berhubungan dengan Maintenance termasuk
implementasinya di lapangan. Pada TPM mengikut sertakan pekerja dari bagian produksi untuk
ambil bagian dalam kegiatan maintenance tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kerusakan semaksimal mungkin. Dengan TPM diharapkan akan terjadi kerjasama yang baik
antara bagian maintenance dan Produksi. Kegiatan TPM mencakup :

1. Operator mesin ikut bertanggung jawab terhadap kondisi mesinnya dan sebisa mungkin
harus dapat ikut ambil bagian dalam kegiatan maintenance awal seperti misalnya
memberikan pelumasan, membersihkan mesin dan daerah sekitar serta berperan serta
aktif dalam inspeksi karena yang pertama kali mengetahui kondisi mesin tersebut adalah
operator.

2. Teknisi-teknisi maintenance hanya akan bertugas pada masalah-masalah serius seperti


misalnya apabila ada trouble dan repair.

3. Dibentuknya staff teknik khusus untuk menganalisa siklus kualitas dari masalah yang
timbul, memberikan ide pengembangan yang menguntungkan serta dapat memberikan
pandangan tentang maintenance yang berkualitas.

Institusi Management Pabrik di Jepang menganggap bahwa TPM harus dapat diaplikasikan pada
sebuah organisasi dengan membagi menjadi 12 langkah sebagai berikut :

1. Sebuah keputusan pada level tertinggi, sebisa mungkin harus melalui hasil perundingan
dengan staffnya.

2. Pendidikan dan latihan teknis dilakukan melalui seminar atau pertemuan rutin.

3. Semua kegiatan atau gagasan harus tertuju pada peningkatan TPM.

4. Melakukan survey dan analisa secara umum pada semua perlengkapan secara seksama.

5. Memberikan sebuah rencana kerja.

6. Menetapkan rencana kerja tersebut sebagai sebuah langkah kerja yang harus
dilaksanakan.

7. Meningkatkan kesiapan tim termasuk masing-masing mesin yang ada.

8. Mangoptimalkan, dari masalah ekonomis sampai dengan sebuah pelayanan maintenance


yang baru yang akan dikembangkan.

9. Pengembangan pada sistem maintenance itu sendiri.

10. Memberikan pelatihan-pelatihan pada operator untuk membuka pandangan dan wawasan
baru pada pola kerjanya.

11. Membiasakan untuk selalu merancang sebuah sistem management yang handal.

12. Setelah melewati periode tertentu, taksir perubahan yang dihasilkan, tentukan maksud
dan tujuan baru yang akan dilaksanakan kemudian pada program berikutnya.

Pada dasarnya kunci keberhasilan dari TPM adalah motivasi dan pelatihan-pelatihan pada
staffnya secara berkesinambungan. Obyek utama dalam TPM adalah :

1. Pengurangan waktu tunda antara kesiapan mesin sampai dengan waktu produksi.

2. Peningkatan kesiapan perlengkapan, menambah sebagian waktu produksi.

3. Penjagaan umur peralatan produksi agar bisa panjang.

4. Mengikutsertakan pemakai mesin dalam kegiatan maintenance didukung dengan teknisiteknisi maintenance.

5. Membuat rutinitas yang didasarkan pada kondisi preventive maintenance.

6. Meningkatkan tingkat pemeliharaan pada perlengkapan dengan menggunakan sistem


yang handal untuk mandiagnosa masalah dengan mempertimbangkan pada perancangan
dasarnya.
Sampai saat ini kegiatan maintenance suatu pabrik di Indonesia secara keseluruhan dikerjakan
oleh bagian maintenance. Untuk pabrik-pabrik ukuran kecil bagian maintenance dalam struktur
organisasinya berada di bawah bagian produksi. Kedua bagian ini memiliki orientasi kerja yang
berbeda dan kadangkadang berlawanan. Hal ini menyebabkan ketidakselarasan antara kedua
bagian ini yang dapat merugikan perusahaan secara keseluruhan.
Tindakan-tindakan pencegahan perlu segera diambil dengan merubah pola kerja lama dimana
seluruh kegiatan maintenance hanya dikerjakan oleh bagian maintenance, menjadi pola kerja
baru dimana tidak seluruh kegiatan maintenance ditimpakan kepada bagian maintenance, tetapi
sebagian pekerjaan maintenance ikut dikerjakan oleh bagian-bagian lain dalam struktur
organisasi perusahaan. Dengan kata lain seluruh karyawan perusahaan tanpa kecuali wajib
melakukan pekerjaan maintenance sesuai dengan bagian masing-masing. Pekerjaan-pekerjaan
maintenance yang dapat dikerjakan oleh bagian-bagian lain tersebut terbatas pada pekerjaanpekerjaan antara lain :

Membersihkan debu dan kotoran-kotoran lain yang mengganggu peralatan produksi


perbaikan-perbaikan ringan, memberi pelumasan bila diperlukan, mengencangkan
bagian-bagian kendur.

Mencegah datangnya debu dan kotoran-kotoran lain yang mengganggu, memikirkan


cara-cara maintenance yang lebih baik.

Membakukan tata cara kerja maintenance pada kasus-kasus tertentu dan disepakati
bersama.

Melakukan pekerjaan-pekerjaan inspeksi dan perbaikan-perbaikan ringan.

Bila pekerjaan seperti membersihkan dan inspeksi serta perbaikanperbaikan ringan sudah
dikerjakan secara rutin oleh bagian-bagian lain di luar bagian maintenance khususnya oleh
operator-operator bagian produksi maka beban atau tugas yang dikerjakan oleh bagian
maintenance sudah berkurang sehingga bagian maintenance dapat mengkonsentrasikan

kegiatannya pada masalah-masalah corrective agar diperoleh hasil yang lebih andal.
Hasil pekerjaan-pekerjaan corrective yang lebih handal akan mengurangi down time sehingga
interupsi terhadap jadwal produksi akan berkurang. Dengan diserahkan sebagian tugas-tugas
maintenance kepada bagian-bagian lain, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para
karyawan/operator akan pentingnya atau manfaatnya pekerjaan maintenance ini bagi kehandalan
dan kemajuan perusahaan yang dapat menjamin kelangsungan hidup para karyawan/operator
yang bersangkutan. Meskipun demikian perlu disadari bahwa pengalihan sebagian tugas-tugas
maintenance ini kepada bagian lain pada mulanya akan mengalami hambatan-hambatan atau
tantangan-tantangan. Oleh karenanya pengalihan sebagian tugas-tugas maintenance ini perlu
dilakukan secara bertahap
Tahap pertama adalah menyadarkan bahwa maintenance dan merapikan suatu alat kerja adalah
suatu proses yang bersifat mendidik yang secara langsung atau tidak langsung membangkitkan
rasa ingin tahu terhadap segala sesuatunya dari alat yang sedang dibersihkan, misalnya :

Bagaimana cara alat ini bekerja.

Darimana datangnya debu yang mengotori alat ini.

Bagaimana cara memasang dan mengencangkan baut-baut yang lepas.

Bagaimana membedakan suara mesin yang normal dan yang tidak normal.

Tahap kedua memberikan pengertian bagaimana caranya agar peralatan produksi tidak mudah
terkena debu atau kotoran-kotoran lain yang mengganggu. Misalnya dengan memberikan tutup
atau alat pelindung lainnya agar mesin peralatan produksi terhindar dari debu atau kotoran.
Makin besar tanggung jawab yang dibebankan kepadanya atas peralatan produksi yang harus
dipeliharanya, makin besar keinginannya untuk menjaga peralatan produksi tersebut tetap bersih
dan terpelihara.
Tahap ketiga, bila kesadaran yang ditanamkan pada tahap 1 dan 2 sudah tercapai maka tahap
berikutnya adalah menugaskan secara rinci dan terjadwal pekerjaan-pekerjaan maintenance
yang nanti menjadi tugas rutinnya. Para karyawan/operator dibiasakan mempelajari dan
mengerjakan instruksiinstruksi yang terdapat dalam manual instruction book secara disiplin.
Misalnya operator diwajibkan tiap hari 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi

minyak pelumas pada peralatan -peralatan produksi sebelum dan sesudah operasi. Tiap akhir
minggu disediakan waktu 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak
pelumas pada peralatan peralatan produksi sebelum atau sesudah operasi. Tiap akhir minggu
disediakan waktu 30 menit dan tiap akhir bulan disediakan waktu 60 menit khusus untuk
membersihkan dan memeriksa system pelumasan pada peralatan produksi iperalatan produksi
yang bersangkutan.
Tahap keempat, para karyawan /operator diwajibkan mengikuti training/latihan yang berkaitan
dengan kegiatan maintenance khususnya dalam bidang inspeksi peralatan produksi secara umum.
Kegiatan tahap keempat ini memakan waktu agak lama karena setiap karyawan/operator dituntut
mengembangkan kemampuannya untuk dapat mengamati adanya ketidakberesan pada suatu
peralatan produksi yang menjadi tanggung jawabnya
Pada tahap kelima, karyawan/operator dilatih untuk membuat Check List Form atau tabel-tabel
untuk keperluan inspeksi bagian-bagian peralatan produksi. Untuk keperluan ini dari para
karyawan/operator dituntut wawasan pengetahuan yang lebih tinggi mengenai beberapa
peralatan produksinya.
Kemudian tabel-tabel ini bila telah disepakati bersama akan menjadi tabel yang baku.
Tahap keenam, kepada karyawan/operator akan diperkenalkan organisasi kerja perusahaan
sehingga wawasannya lebih luas mengenai seluk beluk perusahaan dan setelah menghayatinya
akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan ini dan secara sadar dan
otomatis akan memelihara peralatan produksi dengan baik seperti miliknya sendiri.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 03.55 4 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:

Link ke posting ini

Selasa, 28 September 2010


Corrective Maintenance (lanjutan)
Corrective Maintenance tidak hanya berarti memperbaiki tetapi juga mempelajari sebab-sebab
terjadinya kerusakan serta cara-cara mengatasinya dengan cepat dan benar sehingga tercegah
terulangnya kerusakan serupa. Untuk mencegah terjadinya kejadian kerusakan yang serupa perlu
dipikirkan dengan mantap. Tindakan-tindakan berikut ini dapat dipakai sebagai pilihan atau
alternatif antara lain :

1. Merubah proses produksi sehingga semua proses produksi berubah.

2. Mengganti design/konstruksi/material dari komponen yang mengalami kerusakan.

3. Mengganti komponen yang rusak dengan design/konstruksi/material yang lebih baik.

4. Seluruh peralatan produksi diganti baru.

5. Memperbaiki prosedur Preventive maintenance, misalnya memperbaiki jadwal


maintenance.

6. Mempertimbangkan / mengganti prosedur operasi misalnya dengan dilakukan pelatihanpelatihan terhadap operator peralatan produksi produksi.

7. Merubah/mengurangi beban pada unit.

Aliran Informasi Corrective Maintenance


Adanya kerusakan atau gangguan dalam instalasi pabrik perlu segera dikonfirmasikan dengan
semua bagian terkait agar masalah ini dapat ditanggulangi secara baik dan benar.
Pada gambar dibawah ini memperlihatkan contoh blok diagram aliran informasi dalam corrective
maintenance. Adapun pada kenyataannya aliran informasi seperti ini bergantung pada
kebijaksanaan perusahaan-perusahaan masing-masing untuk mencapai corrective maintenance
yang handal

Oleh karenanya laporan terperinci tentang suatu kerusakan peralatan adalah sangat penting untuk
dianalisis sehingga dapat diambil tindakan-tindakan yang tepat untuk mengatasi atau mencari
alteratif penyelesaian sebelum kerusakan serupa terulang kembali (lihat gambar). Perlu disadari
bahwa corrective maintenance tidak dapat menghilangkan atau mengeliminasi semua kerusakan,
tetapi harus mampu mencegah terulangnya kerusakan yang serupa.
Dengan corrective maintenance ini maka jumlah kerusakan berkurang dan waktu terhentinya
peralatan produksi (down time) juga berkurang sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan.
Pada beberapa kasus di lapangan kegiatan perbaikan sangat erat hubungannya dengan bagian
produksi dimana semakin cepat informasi adanya kerusakan dari bagian produksi masuk ke
Maintenance maka kerusakan dapat lebih cepat ditangani serta kerusakan yang lebih parah dapat
dicegah.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 04.05 0 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:

Link ke posting ini

Senin, 27 September 2010


Preventive Maintenance (lanjutan)
Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknisekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur
peralatan yang bersangkutan. Tujuan preventive maintenance adalah untuk dapat mencapai suatu
tingkat pemeliharaan terhadap semua peralatan produksi agar diperoleh suatu kualitas produk
yang optimum. Adapun kegiatan Preventive Maintenance meliputi:

1. Inspeksi (inspection), adalah kegiatan pemeliharaan periodik untuk memeriksa kondisi


komponen peralatan peralatan produksi dan area sekitar peralatan produksi. Lihat, rasa,
dengar, adalah kegiatan pemeliharaan untuk memeriksa kondisi peralatan melalui
penglihatan, perasaan dan pendengaran.

2. Pemeliharaan berjalan (running maintenance), adalah kegiatan pemeliharaan yang


dilaksanakan tanpa mengehentikan kerja peralatan.

3. Penggantian komponen kecil (small repair), adalah kegiatan pemeliharaan yang berupa
penggantian komponen kecil.

4. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance), adalah pemeliharaan yang dapat


dilakukan hanya pada saat peralatan produksi berhenti.

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik
antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Kuantitas Stop peralatan produksi dapat dikurangi (down time peralatan produksi
diperkecil)

Biaya perbaikan yang mahal dapat dikurangi

Interupsi terhadap jadwal yang telah direncanakan waktu produksi maupun pemeliharaan
dapat dihilangkan atau dikurangi.

Salah satu dari tujuan Preventive Maintenance adalah untuk menemukan suatu tingkat keadaan
yang menunjukan gejala kerusakan sebelum alat-alat tersebut mengalami kerusakan fatal. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan membuat perencanaan dan penjadwalan kegiatan maintenance
dengan interupsi sekecil mungkin terhadap proses produksi.
Pada dasarnya tidak cukup hanya dengan membuat perencanaan penjadwalan (scheduled
maintenance) yang matang akan tetapi perlu diperhatikan usaha-usaha untuk memusatkan
perhatian pada unit-unit peralatan produksi yang dianggap rawan dan kritis. Suatu kualifikasi
terhadap unit yang rawan didasarkan pada:

1. Kerusakan pada unit tersebut dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan kerja.

2. Kerusakan dapat mempengaruhi jalannya proses produksi dan kualitas produk.

3. Kerusakan dapat menyebabkan proses produksi terhenti.

4. Modal yang tertanam pada unit tersebut dinilai cukup tinggi.

Untuk memelihara atau memeriksa seluruh unit secara ketat dan teratur hanya sekedar
menghilangkan kemungkinan kerusakan pada peralatan produksi adalah suatu usaha yang tidak
praktis karena memerlukan manusia-manusia dengan persyaratan tinggi dan biaya yang tidak
sedikit. Akibat bentuk dan saat terjadinya gangguan sangat sulit untuk diperkirakan secara dini,
maka pemeliharaan perlu dilakukan secara teratur dan periodik dari waktu ke waktu terhadap
semua unit instalasi. Untuk melakukan hal tersebut maka dibutuhkan usaha-usaha pemeliharaan
yang antara lain meliputi :

1. Pemeliharaan rutin

2. Pemeliharaan (sifatnya perbaikan) kecil/medium

3. Bongkar seluruhnya (overhaul)

Pemeliharaan rutin adalah usaha pemeliharaan terhadap unit-unit instalasi yang dilakukan secara
rutin dan periodik dengan interval waktu pelaksanaan yang tetap dan singkat.
Jenis pekerjaan yang termasuk dalam pemeliharaan rutin pada dasarnya adalah usaha
pemeliharaan yang dilakukan tanpa melelui proses pembongkaran. Bentuk pekerjaan dalam
pemeliharaan rutin antara lain adalah:

Inspeksi rutin adalah merupakan peninjauan secara visual terhadap kondisi fisik
komponen dari unit instalasi peralatan produksi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan secara
rutin setiap satu hari sampai satu minggu sekali, tergantung kebutuhan.

Pengetesan rutin, merupakan usaha untuk mengatur atau memantau kondisi kerja suatu
komponen sacara rutin agar komponen dapat diusahakan untuk beroperasi pada kondisi
normal.

Kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan dalam pemeliharaan rutin misalnya :

Memeriksa fungsi dari mekanisme komponen

Memeriksa dan menyetel (adjustment)

Membersihkan

Mengencangkan bagian-bagian yang kendur

Pemeliharaan kecil/medium adalah usaha perbaikan-perbaikan ringan terhadap gejala gangguan


yang berhasil terdeteksi selama pemeriksaan rutin. Perbaikan ringan sangat penting peranannya
dalam mencapai tingkat keberhasilan proses pemeliharaan yang dilakukan terhadap suatu
komponen unit instalasi.
Kegiatan Overhaul pada mesin biasanya dilakukan secara periodik dan sangat teratur serta
mempunyai konsentrasi dan perhatian yang lebih dibanding pemeriksaan rutin dan pemeliharaan
kecil. Pada kegiatan ini dilakukan pembongkaran mesin untuk mengecek kondisi komponen
mesin secara menyeluruh dimana dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan kerusakan yang
terjadi pada mesin yang tidak dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan rutin. Contoh kegiatan
seperti ini misalnya pada penggantian batu tahan api di tanur/kiln pabrik semen.
Disamping dilakukan pemeliharaan dengan perencanaan dan penjadwalan yang matang, didalam
preventive maintenance dikenal pula kegiatan yang sering disebut dengan pemeliharaan prediktif
(predictive maintenance) yang dapat diartikan sebagai strategi pemeliharaan dimana
pelaksanaannya didasarkan pada kondisi peralatan produksi itu sendiri
Mengingat tingkat kepastian 100% tidak pernah ada maka orang lebih suka menggunakan istilah
prediksi atau perkiraan untuk memastikan pendapatnya. Dalam menduga-duga inipun pada
dasarnya dibutuhkan dukungan data dan pengetahuan yang cukup mendalam tentang perilaku
dari peralatan produksi yang diamati.

Beberapa contoh dukungan pengetahuan yang diperlukan untuk mengantisipasi keadaan ini
antara lain :

Penguasaan prinsip kerja alat yang bersangkutan.

Penguasaan karakteristik alat.

Pengalaman pengoperasian alat yang sama di masa lalu baik oleh diri sendiri maupun
orang lain.

Penguasaan dan pengambilan data yang tepat.

Penguasaan pengolahan data.

Kemampuan mengkorelasikan antara satu kejadian dengan kejadian lain dalam kaitannya
dengan bidang maintenance.

Berwawasan luas dalam bidang peralatan produksi kaitannya dengan kemajuan teknologi.

Seperti telah diketahui, preventive maintenance berfungsi menangani langsung hal-hal yang
bersifat mencegah terjadinya kerusakan pada fasilitasfasilitas yang dilakukan dengan jalan
memeriksa alat/fasilitas secara teratur dan berkala serta memperbaiki kerusakan kecil yang
dijumpai selama pemeriksaan. Bagaimanapun baiknya kondisi suatu peralatan produksi yang
telah direncanakan, keausan dan kerusakan selama pemakaian pada umumnya masih dapat
terjadi, namun demikian laju keausan dan kerusakan ini masih dapat diperkirakan besarnya bila
peralatan produksi/alat dipakai dalam kondisi normal.
Khususnya dalam bidang peralatan listrik dan elektronika sering diperingatkan bahwa kerusakan-

kerusakan komponen listrik adalah bahaya yang selalu mangancam sehingga tidak ada
alat/instrument yang dapat memeriksa dan mengukur terhadap kerusakan komponen secara
detail. Yang umum dilakukan dalam praktek, contohnya adalah mengganti semua bola lampu
listrik dalam waktu tertentu, jadi tidak menggantinya satu persatu setelah bola lampu tersebut
padam. Hal yang sama juga pada dilakukan pada menggantian bearing pada peralatan produksi.
Contoh diatas adalah contoh kasus dari pendekatan predictive maintenance. Predictive
maintenance juga merupakan suatu teknik yang banyak dipakai dalam cara produksi berantai
dimana bila ada gangguan darurat sedikit saja pada sistem produksi tersebut akan mengakibatkan
kerugian yang cukup besar. Seperti misalnya sistem produksi dengan sistem inline process,
apabila proses produksi tersebut terhenti karena kerusakan yang terjadi pada inline process
tersebut maka dapat dibayangkan kegagalan produksi yang terjadi.

Jadi Predictive maintenance adalah merupakan bentuk baru dari Planned Maintenance dimana
penggantian komponen/suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu terjadinya kerusakan.
Untuk membantu melaksanakan predictive maintenance terdapat suatu diagram analisa
predictive yang sering digunakan yang mengacu pada kondisi peralatan produksi besangkutan.
Diagram analisa ini sering dikenal dengan instilah Bath Tube Curve karena grafik yang
dihasilkan yang menyerupai bak mandi.
Pada diagram analisa tersebut dibagi menjadi 3 phase lifetime dari suatu peralatan produksi.
Phase I atau sering juga disebut dengan early failure karena pada phase ini peralatan produksi
dalam kondisi running in/masih baru (penyesuaian) dan pertama kali dioperasikan maka
permukaan kerja (working surface) dari peralatan produksi masih kasar. Pada kondisi ini terdapat
proses penghalusan permukaan tersebut karena terjadinya kontak kerja permukaan. Setelah
melewati phase ini, karena permukaan bidang kerja sudah halus maka tingkat kontak kerja
permukaan juga sudah menurun karena permukaan kerja peralatan produksi sudah pada kondisi
stabil. Phase II ini dikenal sebagai useful life-period. Pada periode inilah yang akan menentukan
umur peralatan produksi sebenarnya. Karena permukaan bidang kerja mempunyai lapisan
kekerasan dengan ketebalan yang terbatas maka bila lapisan keras ini sudah habis terkikis maka

laju keausan/kerusakan akan meningkat kembali. Hal ini akan berlangsung selama phase III yang
dikenal sebagai periode keausan cepat (wearing out period).
Pada contoh kasus penggantian bearing peralatan produksi, dengan mengacu pada diagram
analisa predictive tersebut maka penggantian sebaiknya dilakukan sebelum phase III atau
menjelang phase II berakhir dengan demikian kondisi bearing tidak sampai rusak parah sehingga
kerusakan pada peralatan produksi yang fatal akibat hancurnya bearing dapat dihindari dan tidak
merambat pada komponen yang lain sehingga terhentinya proses produksi yang lama dapat
dicegah.
Dalam predictive maintenance terdapat beberapa metode dalam mamantau atau monitoring
kondisi dari suatu peralatan produksi, antara lain :

1. Monitoring minyak pelumas Dengan cara mengambil sample oli dari peralatan produksi
untuk mengecek kekentalannya atau melihat kuantitas oli yang masih tersimpan di tangki
oli sesuai dengan anjuran dari manual book mesin merupakan cara-cara untuk monitoring
minyak pelumas.

2. Monitoring Visual Metode ini menggunakan panca indera yang meliputi lihat, rasa,
dengar guna mengetahui kondisi mesin. Untuk lebih akurat bisanya digunakan alat Bantu.

3. Monitoring kinerja Merupakan teknik monitoring kondisi peralatan produksi dengan cara
memeriksa dan mengukur parameter kinerja dan kemudian dibandingkan dengan
standarnya.

4. Monitoring Geometris Diharapkan penyimpangan geometris yang terjadi pada peralatan


produksi dapat diketahui dan kemudian dilakukan kegiatan meliputi pengukuran leveling
dan pengukuran posisi (alignment).

5. Monitoring getaran Monitoring ini memeriksa dan mengukur letak getaran secara rutin
dan terus menerus sehingga getaran yang akan mengakibatkan kerusakan peralatan
produksi lebih lanjut dapat dicegah.

Historical record pada Preventive maintenance

Pencatatan riwayat peralatan produksi yang dirawat perlu dilakukan untuk memantau
perkembangan dan kondisi peralatan produksi dari waktu ke waktu. Adapun tujuan pencatatan
riwayat peralatan produksi secara umum adalah :
1. Preventive maintenance dengan historical record yang baik akan menghasilkan kerja
yang lebih efektif karena kondisi peralatan produksi dapat termonitor.

2. Bila menggunakan metode inspeksi dengan program-program yang ketat akan


mengasilkan hasil yang baik dengan biaya relative cukup murah dibandingkan dengan
nilai perbaikan dari sebuah kerusakan yang terjadi.

3. Siklus Overhaul peralatan produksi dapat diprakirakan dengan baik bila data historical
record diperoleh dengan lengkap.

4. Usaha untuk memperpanjang siklus overhaul akan berhasil bila data dari historical record
lebih ketat.

5. Makin akurat penentuan diagnosis kerusakan pada peralatan produksi maka biaya
preventive maintenance semakin ekonomik.

Keuntungan dan Kerugian Preventive maintenance


Keuntungan dari preventive maintenance antara lain :
1. Preventive maintenance bersifat antisipasif, oleh karenanya bagian produksi maupun
bagian maintenance seharusnya dapat melakukan prakiraan dan penjadwalan produksi
yang baik.

2. Preventive maintenance dapat meminimumkan waktu berhentinya peralatan produksi


(down time).

3. Preventive maintenance dapat meningkatkan mutu pengendalian suku cadang.

4. Preventive maintenance dapat menurunkan tingkat kegiatan pekerjaan yang bersifat


darurat.

Kerugian dari Preventive maintenance adalah dapat terjadi pemborosan suku cadang bila
penggantian suku-suku cadang dilakukan sebelum rusak.
Dari berhasilnya program preventive maintenance yang baik maka perlu dikembangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Suatu paket pencatatan (historical record) data maintenance yang baik.

2. Adanya pengertian yang saling menunjang antara bagian produksi dan bagian
maintenance.

3. Para teknisi maintenance menunjukkan kemampuannya sebagai pekerja yang baik.

4. Memiliki program inspeksi yang baik.

5. Memiliki program perbaikan yang korektif.

6. Preventive maintenance memiliki sistem administrasi yang baik.


Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 21.47 2 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:
Klasifikasi Pekerjaan Maintenance

Link ke posting ini

Secara garis besar kegiatan maintenance dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu:
Planned maintenance
Unplanned maintenance
Dalam Planned maintenance terbagi lagi menjadi Preventive maintenance dan Corrective
maintenance. Yang termasuk dalam kegiatan Preventive maintenance adalah Cleaning,
Inspection, Small Repair, Running maintenance dan Shutdown. Yang termasuk dalam kegiatan
Corrective maintenance adalah Shutdown dan Breakdown maintenance yang didalamnya sudah
termasuk minor overhaul (semi overhaul) dan mayor overhaul (general overhaul)
Yang termasuk dalam Unplanned maintenance adalah emergency maintenance yang sifatnya
sangat darurat. Untuk lebih jelasnya pembagian klasifikasi ini dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 21.30 0 komentar


Label: Maintenance
Reaksi:

Link ke posting ini

Tiga Dasar Utama Dalam Maintenance


Pekerjaan pertama yang paling mendasar dalam maintenance adalah membersihkan (cleaning)
peralatan/peralatan produksi dari debu maupun kotoran-kotoran lain yang dianggap tidak perlu.
Debu tersebut akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi dari uap air yang berada di udara.
Sebagai awal dari korosi.

Membersihkan berarti lebih dari sekedar membuat barang bersih. Hal ini merupakan sebuah
falsafah dan komitmen untuk bertanggung jawab atas segala aspek peralatan/peralatan produksi
yang ada dan untuk memastikan semua peralatan/peralatan produksi selalu berada dalam
keadaan prima.
Seperti contoh, butir air yang terjadi pada debu akan merusak permukaan diatasnya sehingga
secara keseluruhan permukaan peralatan/peralatan produksi tersebut akan menjadi rusak atau
menurun performancenya. Pekerjaan membersihkan ini pada umumnya diabaikan orang karena
dianggap tidak penting. Dalam melaksanakan pekerjaan ini perlu ada petunjuk tentang :
Bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut.
Kapan pekerjaan tersebut harus dilakukan.
Alat bantu apa saja yang diperlukan.
Hal-hal apa saja yang harus dihindari dalam melakukan pekerjaan tersebut
Kegiatan membersihkan dalam maintenance dihubungkan dengan faktor kebersihan peralatan
produksi/peralatan itu sendiri dan daerah sekitar peralatan produksi itu berada. Performance
peralatan produksi akan kelihatan lebih baik apabila kondisinya bersih dan baik, sehingga akan
menumbuhkan semangat kerja operator untuk mengoperasikan dan menjaga kondisi peralatan
produksi tersebut yang secara tidak langsung tentunya akan meningkatkan produktivitas dan
menumbuhkan sense of belonging.
Pekerjaan membersihkan akan sangat baik apabila dilaksanakan secara periodik dan disiplin
serta komitmen yang tinggi, dengan menyesuaikan dinamika operasi peralatan
produksi/peralatan bersangkutan.
Proses pembersihan dilakukan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan dan jenis-jenis
pengotoran yang terjadi. Seperti misalnya, apabila kotoran banyak mengandung debu mungkin
cukup di lap atau dengan menggunakan vacum cleaner, hisap angin (gunakan masker), apabila
pengotoran banyak mengandung unsur serbuk metal atau sejenisnya hindari menggunakan
semprot angin akan tetapi cukup dilap saja.
Pekerjaan kedua adalah memeriksa (inspection) bagian-bagian dari peralatan produksi yang
dianggap perlu. Pemeriksaan terhadap unit instalasi peralatan produksi perlu dilakukan secara
teratur mengikuti suatu pola jadwal yang sudah diatur. Jadwal ini dibuat atas dasar
pertimbangan-pertimbangan yang cukup mendalam antara lain :

1. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang sama diperoleh
informasi mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melaksanakan pemeriksaan
seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko yang berupa
kerusakan pada unit instalasi yang bersangkutan.

2. Berdasarkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah unit instalasi
peralatan produksi beroperasi dalam selang waktu tertentu.

3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik (manual book) unit instalasi peralatan produksi
yang bersangkutan.

Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki (repair) bila terdapat kerusakan-kerusakan pada


bagian unit instalasi peralatan produksi sedemikian rupa sehingga kondisi unit instalasi tersebut
dapat mencapai standard semula dengan usaha, waktu dan biaya repair yang wajar.
Dengan meningkatnya persaingan yang cukup ketat dalam bidang industri, jelas perhatian
ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut usaha-usaha untuk dapat meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya operasi produksi, dengan segala
cara yang memungkinkan.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 21.06 0 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:

Link ke posting ini

Konsep Dasar Maintenance


Pemeliharaan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awal.
Dibentuknya bagian pemeliharaan dalam suatu perusahaan industri dengan tujuan agar mesinmesin produksi, bangunan maupun perlatan pendukung industri lainnya selalu dalam keadaan
siap pakai secara optimal.
Bagian pemeliharaan merupakan satu kesatuan dengan bagian-bagian lainnya dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. Untuk dapat memelihara peralatan dengan baik dan
benar maka prinsip kerja dari peralatan yang bersangkutan harus dapat dikuasai dengan baik
pula. Dari pengertian diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :

1. Fungsi pemeliharaan sangat berhubungan erat dengan proses produksi.

2. Peralatan produksi yang selalu dapat digunakan untuk berproduksi adalah suatu indikasi
bahwa adanya hasil dari usaha pemeliharaan.

3. Aktivitas pemeliharaan harus mampu dikontrol berdasarkan kepada kondisi yang terjaga.
Dalam penerapannya, pemeliharaan memerlukan teknik-teknik yang merupakan penerapan dari
ilmu pengetahuan dan pronsip-prinsip dasar pemeliharaan yang bertujuan untuk menjaga kondisi
suatu peralatan produksi dalam kondisi siap pakai.

Kepentingan terhadap Maintenance


Pada langkah awal kegiatan perencanaan pembangunan sebuah industri disamping perencanaan
yang detail juga diperlukan sistem pemeliharaan peralatan industri yang ada guna
mempertahankan dan meningkatkan keberadaan fungsi dan kerja dari perlatan tersebut.
Pemeliharaan yang dikenal di dunia industri dengan istilah maintenance selanjutnya dijadikan
bagian dari sistem produksi untuk mendukung tercapainya produktifitas yang maksimal.
Beberapa orang yang berkepentingan dengan masalah pemeliharaan antara lain, penanam
modal, manager dan karyawan perusahaan yang bersangkutan juga masyarakat dan
pemerintah.
Ditinjau dari kepentingan penanam modal, maintenance menjadi penting karena

1. Dapat melindungi modal yang ditanam dalam perusahaan baik yang berupa bangunan
gedung maupun peralatan produksi.

2. Dapat menjamin penggunaan sarana perusahaan secara optimal dan berumur panjang.

3. Dapat menjamin kembalinya modal dan keuntungan.


.
4. Dapat menjamin kelangsungan jalannya perusahaan.

5. Dapat mengetahui dan mengendalikan biaya maintenance sehingga dapat membantu


menentukan anggaran biaya dimasa mendatang serta kebijakankebijakan lain yang akan
diambil.

Para Manager berkepentingan untuk mengembangkan sistem maintenance ini dengan harapan
dapat membantu :

1. Melindungi bangunan dan instalasi pabrik terhadap kerusakan.

2. Meningkatkan daya guna serta mengurangi waktu stop peralatan poduksi.

3. Mengendalikan dan mengarahkan tenaga karyawan.

4. Meningkatkan efisiesi bagian maintenance secara ekonomis.

5. Mencegah pemborosan perkakas suku cadang dan material.

6. Memperbaiki komunitas Teknik.

Ditinjau dari segi kepentingan karyawan perusahaan pengembangan masalah maintenance


diharapkan dapat :

1. Menjamin kelangsungan hidup karyawan yang memadai dalam jangka waktu panjang,
dimana akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga peralatan/sarana
yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya akan dijaga dan dipelihara dengan baik.

2. Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

3. Menumbuhkan rasa bangga bila bekerja pada perusahaan yang sangat terpelihara
keadaannya.

Dari segi kepentingan masyarakat, diharapkan pengembangan maintenance dapat :

1. Menjamin kontinuitas tersedianya produk yang bersangkutan di masyarakat luas.

2. Menjamin kualitas produk dalam arti yang luas.

3. Menjaga fluktuasi harga.

Ditinjau dari kepentingan pemerintah maintenance diharapkan dapat :


1. Membantu menjamin kebutuhan masyarakat.

2. Membantu menjamin peningkatan devisa negara.

3. Mampu bersaing dengan produk luar negeri.

Atas dasar kepentingan itulah maka maintenance perlu dikembangkan dan diaplikasikan sesuai
dengan bentuk dan sifat perusahaan yang berkepentingan secara maksimal.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 20.17 1 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:
Senin, 06 September 2010
PREDICTIVE MAINTENANCE

Link ke posting ini

Seperti yang telah kita ketahui, preventive maintenance berfungdi menangani langsung hal-hal
yang bersifat mencegah terjadinya kerusakan pada alat/fasilitas yang dilakukan dengan jalan
memeriksa alat/fasilitas secara teratur dan berkala serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil
yang dijumpainya selama pemeriksaan.
Bagaimana baiknya suatu mesin yang telah direncanakan, keausan dan kerusakan selama
pemakaian, pada umumnya masih dapat terjadi, meskipun demikian laju keausan ini masih dapat
diperkirakan besarnya bila mesin/alat dipakai dalam kondisi normal.
Khususnya dalam bidang peralatan listrik dan elektronika sering diperingatkan bahwa kerusakankerusakan komponen-komponen listrik adalah bahaya yang selalu mengancam sehngga tidak ada
alat/instrumen yang dapat dipercaya yang mampu melakukan pemeriksaan dan pengukuran
terhadap kerusakan komponen.
Yang umum dilakukan dalam praktek, contohnya adalah mengganti semua bola lampu listrik
dalam bengkel atau daerah tertentu sekaligus setelah beroperasi dalam jangka waktu tertentu,
jadi tidak menggantinya satu persatu setelah bola lampu tersebut padam.
Contoh diatas adalah contoh khusus dari pendekatan predictive maintenance.
Predictive maintenance ini juga merupakan suatu teknik/cara yang banyak dipakai dalam cara
produksi berantai dimana bila ada gangguan darurat sedikit saja pada sistem produksi tersebut
misalnya ada kerusakan pada belt conveyor dapat menyebabkan terhentinya aliran produksi
sehingga dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar pada perusahaan yang bersangkutan.
Dalam industri yang menggunakan proses kimia, terhentinya aliran sistem produksi beberapa
detik saja dapat menimbulkan kerusakan dan bila berhenti beberapa menit saja sudah dapat
menimbulkan kerusakan berat yang fatal.
Jadi predictive maintenance merupakan bentuk baru dari planned maintenance dimana
penggantian komponen/suku cadang dilakukan lebih awal dari waktu terjadinya kerusakan.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 23.34 1 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:

Link ke posting ini

CORRECTIVE MAINTENANCE
Corrective maintenance tidak hanya berarti memperbaiki tetapi juga mempelajari sebab-sebab
terjadinya kerusakan serta cara-cara mengatasinya dengan cepat, tepat dan benar sehingga
tercegah terulangnya kerusakan yang serupa.
Untuk mencegah terulangnya kerusakan yang serupa perlu dipikirkan dengan mantap.
Tindakan-tindakan berikut ini dapat dipakai sebagai
pilihan (alternative):

1. Merubah proses produksi, sehingga semua


sistem produksi berubah.
2. Mengganti design/konstruksi/material dari
komponen yang mengalami kerusakan.
3. Mengganti komponen yang rusak dengan
komponen sejenis dengan design atau
konstruksi yang lebih baik.
4. Seluruh mesin diganti baru.
5. Memperbaiki prosedur preventive maintenance,
misalnya memperbaiki jadwal pelumasan.
6. Mempertimbangkan/mengganti prosedur operasi,
misalnya dilakukantraining terhadap operator
untuk mengoperasikan suatu unit khusus
dengan benar.
7. Merubah/mengurangi beban pada unit.

Oleh karenanya laporan terperinci tentang suatu kerusakan peralatan adalah sangat penting untuk
dianalisa sehingga dapat diambil tindakan-tindakan yang tepat untuk mengatasinya atau mencari
alternative penyelesaian.
Perlu disadari pula bahwa corrective maintenance tidak dapat menghilangkan atau eliminasi
semua kerusakan, tetapi harus mampu mencegah terulangnya kerusakan serupa.
Dengan corrective maintenance ini maka jumlah kerusakan berkurang atau down time juga
berkurang sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan disamping itu pula masih membuka
kemungkinan berubahnya proses produksi, penggantian peralatan dan perencanaan kembali
peralatan demi penyempurnaan.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 23.01 0 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:
PREVENTIVE MAINTENANCE

Link ke posting ini

Melalui pemanfaatan prosedur preventive maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi
yang baik antara bagian produksi dan maintenance, maka akan didapat manfaat:
1. Meningkatkan safety condition
2. Menurunkan down time
3. Meningkatkan umur peralatan
4. Kerugian waktu produksi dapat di perkecil
5. Biaya perbaikan yang mahal dapat di kurangi atau diperkecil
6. Interupsi terhadap jadwal yang telah direncanakan waktu produksi
maupun maintenance dapat dihilangkan atau dikurangi.
Baik bagian produksi maupun bagian maintenance mempunyai tujuan yang sama yaitu
menghasilkan produk dengan kualitas baik dengan efisien dan biaya rendah.
Maintenance merupakan kunci untuk menjamin kelangsungan produksi dimana preventive
maintenance merupakan sarana, baik untuk untuk bagian produksi maupun bagian maintenance
untuk mencapai produksi yang pada tingkat biaya perbaikan yang minimum.

Sebenarnya, salah satu dari tujuan preventive maintenance adalah untuk menemukan suatu
tingkat keadaan yang menunjukan gejala kerusakan sebelu alat tersebut mengalami kerusakan
yang fatal.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan membuat perencanaan dan penjadwalan kegiatan
maintenance dengan interupsi sekecil mungkin pada bagian produksi.
Pada saat ini orang-orang bagian maintenance lebih menyukai melakukan pekerjaan yang
terencana dan terjadwal dan menghindari pekerjaan - pekerjaan yang mendadak.
Oleh karena itu mereka berusaha meningkatkan daya guna dari sumber-sumber yang ada baik
sumber daya manusia untuk memperpanjang umur peralatan produksi.
Berhubung dengan bertambah rumitnya dan mahalnya harga mesin-mesin baru maka dianggap
perlu untuk memilki program-program maintenance yang terencana.
Sebetulnya tidak cukup dengan hanya menetapkan bahwa setiap mesin harus memiliki program
pemeliharaan yang terencana untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan mesin, tetapi
harus juga diadakan usaha untuk sedapat mungkin menghindari terjadinya interupsi-interupsi
pada jadwal yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan memusatkan perhatian pada unit-unit yang dianggap rawan
atau kriris.

Suatu kualifikasi terhadap unit yang rawan didasarkan pada:


1. Kerusakan pada unit tersebut dapat membahayakan keselamatan dan
kesehatan pada pekerja.
2. Kerusakan dapat mempengaruhi kualtas produksi.
3. Kerusakan dapat menyebabkan proses produksi terhenti.
4. Modal yang tertanam pada unit tersebut dinilai cukup tinggi.
Ini berarti perhatian terhadap preventive maintenance harus diarahkan secara menyeluruh dan
terperinci pada unit-unit yang dianggap kritis saja.
Dengan perkataan lain, suatu unit dapat dimasukan dalam program kegiatan preventive
maintenance apabila kegiatan ini dapat lebih menghemat biaya dibanding dengan biaya
maintenance secara tidak teratur (random.) ini berarti biaya preventive maintenance harus lebih
rendah dari pada biaya akibat terhentinya mesin, biaya perbaikan atau biaya penggantian dengan
mesin baru.
Diposkan oleh Budi Hendarto Wijaya di 21.51 3 komentar
Label: Maintenance
Reaksi:

Link ke posting ini

KONSEP UMUM DALAM MAINTENANCE


Pekerjaan pertama yang paling mendasar dalam konsep maintenance adalah "membersihkan"
peralatan dari debu maupun kotoran lain yang dianggap tidak perlu. Debu ini akan menjadi inti
bermulanya proses kondensasi uap air yang berada di udara. Butir air yang terjadi dalam pada
debu tersebut lambat laun akan merusak permukaan kerja dari peralatan tadi sehingga dari
keseluruhan peralatan tersebut akan menjadi rusak. Pekerjaan "membersihkan" ini pada
umumnya diabaikan orang karena dianggap tidak penting.
Dalam pekerjaan ini perlu ada petunjuk tentang:
- bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut
- kapan pekerjaan tersebut dilakukan
- alat bantu apa saja yang diperlukan
- hal-hal apa saja yang harus dihindari dalam melakukan pekerjaan tersebut
Pekerjaan kedua adalah "memeriksa" bagian-bagian dari peralatan yang cukup kritis.
Pemeriksaan terhadap unit instalasi perlu dilakukan secara teratur mengikuti suatu pola jadwal
tertentu. Jadwal ini dibuat atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang cukup mendalam antara
lain:
1. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang sama diperoleh informasi

mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan pemeriksaan seminimal mungkin dan
seekonomis mungkintanpa menimbulkan resiko yang berupa kerusakan pada unit instalasi yang
bersangkutan.
2. Berdasarkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah unit instalasi
beroperasi dalam selang waktu tertentu.
3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat unit instalasi yang bersangkutan.
Pekerjaan selanjutnya adalah "memperbaiki" bila terdapat kerusakan-kerusakan pada bagian
unit instalasi sedemikian rupa sehingga kondisi unit instalasi tersebut dapat mencapai standard
semula dengan usaha dan biaya yang wajar.
Dengan berkembangnya teknologi secara pesat dalam bidang industri maka maintenance
terhadap peralatan produksi secara sadar dinilai sangat penting.
Pada permulaan tumbuhnya industri, maintenance terhadap peralatan baru mendapat perhatian
setelah pada peralatan tersebut mengalami kerusakan, karena tidak pernah mendapat perhatian
yang layak.
Beberapa kerusakan pada peralatan produksi tidak hanya berakibat terhentinya sebagian alat
produksi, tetapi seluruh peralatan produksi lainnya akan ikut terhenti, karena saling terkait satu
sama lainnya.
Dengan meningkatnya persaingan yang cukup kuat dalam bidang industri, jelas perhatian akan
ditunjukan kepada hal-hal yang menyangkut usaha-usaha untuk dapat meningkatkan
produktivitas, meningkatkan kualitas dan penurunan biaya dengan cara yang mungkin dan wajar.
Dalam hal ini dengan sendirinya salah satu diantaranya adalah mengarah kepada peningkatan
efektifitas maintenance peralatan dengan cara yang lebih ilmiah yang dikenal dengan "planed
maintenance".
Dalam planed maintenance suatu peralatan akan mendapat giliran perbaikan sesuai dengan
interval waktu yang telah ditentukan, dengan demikian kerusakan yang lebih besar dapat
dihindari.
Interval waktu perbaikan ini ditentukan terutama berdasarkan beban dan derajat kerumitan dari
peralatan yang bersangkutan.
Jadi dengan planned maintenance ini (sudah termasuk didalamnya preventive maintenance dan
corrective maintenance) diharapkan dapat memperpanjang umur pakai peralatan 3 sampai 4 kali
lebih panjang dan dapat mengurangi terjadinya kerusakan yang tidak diharapkan.
DIsamping itu dengan planned maintenance diharapkan pula dapat menjamin ketelitian peralatan
produksi sehingga kualitas dan kelangsungan produksi dapat terpelihara baik.

Secara garis besar maintenance ini di klasifikasikan dalam planned maintenance (terencana) dan
unplanned maintenance (tidak terencana). Dalam planned maintenance terbagi lagi menjadi
preventive maintenance dan corrective maintenance.
Yang termasuk preventive maintenance adalah cleaning, inspection, running maintenance dan
shut down. Yang termasuk corrective maintenance adalah shut down dan break down
maintenance dimana di dalamnya termasuk minor overhaul dan mayor overhaul.
Yang termasuk unplanned maintenance adalah emergency maintenance yang sifatnya sangat
darurat.

Anda mungkin juga menyukai