Pendahuluan Untuk pengukuran kinerja memerlukan data. Data tersebut diproleh dengan mengumpulkan secara komulatif hasil pencatatan pengusahaan yang dilakukan oleh para operator / petugas yang berkompoten, maupun yang terekam oleh peralatan ukur. Pendahuluan Maksud dan tujuan pengukuran kinerja : Sebagai alat manajemen untuk mengetahui realisasi unjuk kerja dalam upaya pencapaian target yang telah ditetapkan. Memberi gambaran hasil unjuk kerja pengelolaan unit tersebut di dalam pencapaian targetnya, sehingga dapat diambil langkah- langkah perbaikan baik teknis/operasional, bila hasil yang dicapai belum memuaskan. Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan yang lebih baik dimasa mendatang. Sebagai dasar acuan manejemen untuk menilai tingkat keberhasilan unit organisasi maupun personil yang menanganinya. Data-data pengusahaan PLTD Adapun data-data pengusahaan yang diperlukan dalam hal kinerja ialah : Spesifikasi unit PLTD meliputi merk,type no.seri dan daya terpasang Jumlah produksi energi listrik bruto Jumlah pemakaian sendiri energi listrik Jumlah pemakaian bahan bakar perperiode Jumlah pemakaian minyak pelumas perperiode Jumlah / daya mampu unit pembangkit Beban puncak perperiode Data-data pengusahaan PLTD-Lanjutan
Jumlah gangguan perperiode
Jumlah jam keluar secara operasi Jam yang tersedia untuk operasi Jumlah jam operasi pembangkit Jumlah biaya pemeliharaan perperiode Jumlah jam keluar untuk pemeliharaan secara rutin (preventif) Daftar rencana pemeliharaan Data-data pengusahaan PLTD-Lanjutan
Dari data-data operasi tersebut dapat diketahui / dihitung
mengenai Efisiensi Hasil perbandingan antara capaian dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan capaian tersebut,secara singkat efesiensi adalah perbandingan antara output dengan input. Sasaran efesiensi salah satunya adalah penghematan. Keandalan Suatu indikator tingkat kemampuan, kelancaran, ketahanan maupun keamanan suatu SPD dalam operasinya untuk memproduksi tenaga listrik (KWH) sesuai keperluan / target yang telah direncanakan. Indikator Kinerja Efisiensi Indikator kinerja efesiensi terdiri dari : Faktor kapasitas (capacity factor) Faktor produktivitas (out put factor) Faktor beban (load factor) Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel oil consumption) Faktor konsumsi minyak pelumas (specific lub oil consumption) Efisiensi thermal (thermal efficiency) Biaya pemeliharaan spesifik Faktor waktu pemeliharaan Setiap indikator kinerja tersebut dalam periode tertentu ditentukan besarnya target yang akan dicapai agar dapat ditentukan bahwa suatu PLTD / SPD akan di operasikan atau tidak dengan nilai efisiensi yang ada. Indikator Kinerja Efisiensi - Lanjutan Namun terkadang meskipun efesiensi dari pembangkit kurang baik tetap juga dioperasikan . Hal ini dibuat demikan karena ada pertimbangan lain misalnya : Untuk menghindari pemadaman karena daya cadangan tidak ada, sedangkan unit lain ada yang sedang mengalami pemeliharaan. Untuk mengembangkan suatu daerah seperti listrik pedesaan yang unitnya terbatas Untuk menjaga keandalan sistem bila ada acara - acara penting contoh seperti misalnya PLTD Senayan untuk mensuplai energi listrik kantor DPR bila ada acara penting / sidang. 1. Faktor Kapasitas (Capacity Factor)
Faktor kapasitas merupakan tolok ukur besarnya
pemanfaatan unit pembangkit untuk memproduksi tenaga listrik secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan daya yang tersedia 2. Faktor Produktivitas (Out put Factor)
Merupakan kemampuan memproduksi tenaga
listrik dari suatu SPD dalam periode tertentu dengan daya yang tersedia. Faktor produktivitas secara normal antara 65 - 85 % dalam waktu operasi 1 tahun. 3. Faktor Beban (Load Faktor) Faktor beban merupakan tolok ukur pemanfaatan daya pada saat beban tertinggi / beban puncak (peak load) dalam memproduksi tenaga listrik (KWh) semaksimal mungkin 4. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Specific Fuel Oil Consumption)
Konsumsi / pemakaian bahan bakar spesifik adalah
pemakaian bahan bakar yang digunakan untuk membangkitkan / memproduksi setiap satu satuan tenaga listrik (KWh). Pemakaian bahan bakar spesifik adalah untuk mengetahui tingkat pemakaian bahan bakar pada suatu unit pembangkit tenaga listrik/PLTD, apakah unit tersebut masih berada pada tingkat yang wajar sehingga menguntungkan atau sebaliknya. Sebagai tolok ukur (pedoman) besamya nilai konsumsi bahan bakar spesifik mengacu pada standard PLN (SPLN. 79 : 1987). 4. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Specific Fuel Oil Consumption) -Lanjutan Pemakaian bahan bakar perlu mendapat perhatian serius , mengingat biaya operasi yang terbesar ± 60 % adalah pemakaian bahan bakar, maka bila suatu SPD angka pemakaian bahan bakar spesifik tersebut terlalu besar melebihi standard SPD tersebut perlu perbaikan / pemeliharaan khusus. TABEL PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SPESIFIK SATUAN PEMBANGKIT DIESEL (Sumber : SPLN 79 : 1987) Pemakaian Bahan Bakar Spesifik ( SFC) Unit Kelas SPD Beban 100 Beban 75 % Beban 75 % No. % gr / kWh gr / kWh gr / kWh
5. Konsumsi Minyak Pelumas Spesifik (Specific Lub Oil Consumption) Pemakaian minyak pelumas spesifik prinsipnya sama dengan pemakaian bahan bakar spesifik yaitu pemakaian minyak pelumas yang digunakan sebenarnya selama memproduksi setiap satuan tenaga listrik (KWh) yang dibangkitkan. Untuk mengetahui tingkat efisiensi maupun kondisi pada bagian-bagian yang mendapatkan pelumasan terutama dengan adanya gangguan kebocoran, clearance (celah) pada bearing - bearing, keausan ring piston dll. Untuk memantau pemakaian minyak pelumas spesifik yang terlalu besar juga memperhatikan warna asap / gas buang, temperatur minyak pelumas, kebocoran pipa pipa penyaluran. TABEL PEMAKAIAN MINYAK PELUMAS SATUAN PEMBANGKIT DIESEL (Sumber : SPLN :79 1989)
pemanfaatan energi yang diberikan oleh bahan bakar yang diproses pada mesin pembangkit (PLTD) menjadi energi yang dapat dihasilkan oleh generator dalam bentuk energi/tenaga listrik (KWh) bruto. 6. Efisiensi Thermal (Thermal Efficiency) - Lanjutan
Besarnya efisiensi thermal menurut standar
PLN(SPLN)111 - 4 - 1995 antara 35 - 40 %. Pada produksi mesin-mesin yang baru / modern maka faktor efisiensi thermal selalu di tingkatkan di antaranya dengan cara : Menggunakan turbo charger Meningkatkan kwalitas pendinginan udara pembakaran, Meningkatkan kwaltitas bahan/material ruang bakar dan laluan gas hasil pembakaran Mengurangi hambatan-hambatan / mekanis (memperbaiki sistem pelumasan) 6. Efisiensi Thermal (Thermal Efficiency) - Lanjutan
Adapun penyebab nilai efisiensi thermal rendah disebabkan
adanya loses-loses (kerugian-kerugian) panas akibat pembuangan panas, proses dan gesekan. Kerugian - kerugian panas tersebut diantaranya : Panas yang ikut terbuang bersama gas buang ± 29,5 % Panas yang diserap Charge air cooler ± 12,5 % Panas diserap lube oil cooler ± 5 % Panas yang diserap jacket cooler ± 9 % Kerugian panas pompa-pompa ± 1,8 % Kerugian panas radiasi yang di pancarkan melalui body mesin ± 2 %. Kerugian alternator 1,5 % Diagram Balans Panas
RPP Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi BATANG TUBUH
RPP Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi BATANG TUBUH