Anda di halaman 1dari 9

Makalah Seminar Kerja Praktik

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTROSTATIC PRECIPITATOR


(ESP) SEBAGAI PENANGANAN FLY ASH DI PT. KOMIPO
PEMBANGKITAN JAWA BALI - PLTU TANJUNG JATI B UNIT
3&4 JEPARA
1
Jihan Malik Yose Rizal, 2Maun Budiyanto,S.T., M.T, 3Atikah Surriani, S.T., M.Eng
Program Studi Diploma Teknologi Listrik, Departemen Teknik Elektro Dan Informatika, Sekolah Vokasi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Abstract - Pembangkit merupakan bagian terpenting dari sebuah sistem untuk terciptanya sebuah listrik.
Terdapat banyak jenis pembangkit yang telah ada saat ini, termasuk pembangkit berbahan bakar batu bara.
Bahan bakar batu bara yang digunakan sebagai sumber pembakaran pada pembangkit akan memberikan efek
buruk dari emisi yang dikeluarkan terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu
dibutuhkanlah sebuah teknologi yang dapat mengakomodasi hal tersebut, salah satunya yaitu electrostatic
precipitator. Perangkat ini merupakan salah satu teknologi yang canggih dan efisien untuk diterapkan saat ini
dalam dunia pembangkit atau industri lain guna meminimalisir zat buang yang merugikan dari sisa
pembakaran batu bara. Electrostatic precipitatorini akan dapat menyaring abu terbang (fly ash) dari sisa
pembakaran batu bara pada boiler. Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sistem
pada electrostatic precipitator dapat bekerja. Sifat dan proses dari fly ash yang mendapat ion negatif supaya
dapat tersaring oleh collecting electrode yang mengandung muatan positif. Pengaturan arus dan tegangan harus
diatur sedemikian rupa dengan nilai sebesar 400 mA – 500 mA yang memberikan efek terhadap pengumpulan
fly ash yang sesuai supaya tidak berdampak buruk. Selain itu sering terdapat trouble dan troubleshooting pada
bagian ESP seperti siklus yang tidak berjalan, conveyor yang macet, arus yang tidak stabil, dan percikan api
yang tinggi.
Keyword : electrostatic precipitator, fly ash, sistem control, collecting electrode, troubleshooting.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia kelistrikan di negri ini semakin zat sisa pembakaran ini dapat merusak kualitas
digencarkan di era saat ini. Hal ini karena letak udara di sekitar lokasi produksi atau juga dapat
geografis Indonesia yang cukup kompleks tidak menjadikan hujan abu yang berimbas kepada
sejalan dengan produksi listrik saat ini. Terdapat kehidupan manusia dan juga pertanian.
banyak daerah tertinggal yang masih belum teraliri Banyak teknologi yang dapat mengurangi
listrik atau hanya dalam sekejap merasakan listrik kandungan berbahaya pada dari sisa pembakaran
setiap harinya. Di Indonesia sendiri produksi listrik batubara yaitu flyash. Salah satu teknologi yang
masih bergantung kepada Pembangkit Listrik dinilia efektif yaitu Electrostatic Precipitatoryang
Tenaga Uap. Hal ini karena PLTU sendiri yang dapat meminimalisir 99% kandungan pada fly
saat ini memiliki efisiensi tertinggi dalam produksi ashdan juga absorberyang digunakan untuk
saat ini di Indonesia yaitu sekitar 30% -40%. menghilangkan kadar SOx dan NOx. ESP dinilai
Tingkat efisiensi yang tinggi tentu sejalan teknologi yang tepat dan mumpuni untuk
dengan dampak atau resiko yang dihasilkan. mengurangi emisi pembakaran batubara. Hal ini
Perusahaan pembangkit erat kaitannya dengan menjadi landasan untuk mengambil topik tentang
polusi udara. Hal ini tidak heran karena PLTU penangan emisi pada PLTU yang menggunakan
sendiri merupakan pembangkit yang menggunakan sistem alat bernama ESP (Electrostatic
bahan bakar batubara yang pastinya akan Precipitator). Dalam laporan ini nantinya akan
menimbulkan berbagai polusi jika tidak ditangani dibahas bagaimana sistem ini bekerja hingga
dengan tepat. Abu yang dihasilkan dari sisa mampu mengurangi sisa debu pembakaran pada
pembakaran batubara memiliki zat kandungan pembangkit yang menggunakan bahan bakar batu
yang cukup berbahaya, tidak hanya bagi manusia bara sebagai bahan bakar pembakaran.
tetapi juga kelangsungan hidup alam ini. Efek dari

1
1.2 Rumusan Masalah kemudian mendirikan PT KPJB pada 1 Oktober
1. Karakteristik umum dari electrostatic 2012.
precipitator.
2. Proses penyaringan yang terjadi pada III. DASAR TEORI
electrostatic precipitator. 3.1 Fly Ash
3. Pengaturan dan hubungan tegangan dan
arus yang digunakan pada electrostatic
precipitator.
4. Alarm dan permasalahan yang terjadi
pada electrostatic precipitator.
5. Karakteristik hopper sebagai
penampung fly ash.
Gambar 3.1 Fly Ash Batubara
1.3 Batasan Masalah
1. Membahas pengertian dan fungsi dari Fly Ash seperti yang tampak pada
sebuah alat penyaring abu terbang (fly gambar 3.1 diatas atau dalam Bahasa
ash). Indonesia berarti abu terbang berupakan
2. Membahas proses penyaringan yang limbah hasil pembakaran dari batubara yang
terjadi apa Electrostatic Precipitator. digolongkan B3 (Bahan Berbahaya dan
3. Membahas karakteristik Electrostatic Beracun) berdasarkan PP No. 85 tahun 1999
Precipitator tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Sedangkan SNI
II. PROFIL PERUSAHAAN 03-6414-2002 mendefinisikan pengertian fly
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ash adalah limbah hasil pembakaran batu
Tanjung Jati B Unit 3 & 4 terletak di Desa bara pada tungku pembangkit listrik tenaga
Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, uap yang berbentuk halus, bundar dan
Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. PLTU Tanjung bersifat pozolanik.
Jati B terdiri 4 buah unit pembangkit aktif dan 2 Abu terbang sendiri memiliki
unit pembangkit (unit 5 & 6) yang sedang dalam beberapa karakteristik diantaranya adalah,
pembangunan.
Sebagai Perusahaan Operasi dan Tabel 3.1 ciri-ciri umum fly ash
Pemeliharaan, PT KPJB bertanggung jawab atas Indikator Karakteristik
operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik, Kandungan Silika (Si), Alumina (Al),
penanganan batubara, dermaga dan manajemen Ferrum (Fe), Kalsium
pelabuhan untuk Tanjung Jati B # Unit 3 & 4 (2 × (Ca), Magnesium (Mg),
660 MW) Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Sulfur (S), Sodium (Na),
(CFPP/Coal Fired Power Plant) berdasarkan Potassium (P), dan
Perjanjian O&M dengan PT. PLN (Persero) Karbon (C)
Pembangkitan Tanjung Jati B. Kandungan Arsenic, Berilium, Boron,
Dalam melaksanakan Layanan O&M, KPJB Bahan Cadmium, Chromium,
menerapkan Standar Manajemen Kelas Dunia yang Berbahaya Cobalt, Lead, Mangan,
didukung oleh karyawan yang berpengalaman dan Merkuri, Selenium,
kompeten dan juga didukung oleh perusahaan Strontium, Thallium,
induk yang berpengalaman dan tepercaya yang Vanadium, juga
bergerak dalam bisnis pembangkit listrik. mengandung Dioksin dan
TJB Coal Fired Power Plant milik PT senyawa PAH (polycyclic
Central Java Power (PT CJP). Unit 3 & 4 adalah aromatic hydrocarbon)
Ekspansi dari Pembangkit Listrik Unit 1 & 2 yang Ukuran 0,5 μm - 300 μm
ada dan disewakan kepada PT PLN (Persero) Luas 300 m2/kg - 500 m2/kg
Tanjung Jati B berdasarkan Perjanjian Sewa Permukaan
Pembiayaan Ekspansi. PLN TJB menunjuk Specific 1,9 - 2,55
konsorsium Korea Midland Power Co. Ltd. Grafity
(KOMIPO) dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PT Massa Jenis 540 - 860 kg/m3
PJB) sebagai penawar terpilih untuk layanan
Operasi dan Pemeliharaan, konsorsium ini Berdasarkan tabel 3.1 diatas,
meskipun abu terbang ini merupakan limbah
2
yang memiliki kandungan cukup 2. Konsep Dasar
membahayakan, akan tetapi abu terbang Pada ESP seperti gambar 3.3
dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai dibawah, abu terbang sisa
campuran beton. Terdapat beberapa sifat pembakaran batubara pada boiler akan
dari abu terbang ini yang menjadi di ionisasi terlebih dahulu oleh DE
keuntungan jika digunakan dalam campuran (Discharge Electrode) untuk
beton. Ukuran partikel dari abu terbang yaitu mendapatkan muatan negatif supaya
sangat halus, yang membuatny dapat nantinya abu tersebut dapat menempel
mengisi celah kecil dalam komposisi adukan pada plat positif. Abu yang menempel
beton, sehingga meningkatkan kepadatan dan terkumpul pada plat positif akan
beton untuk lebih impermeable (kedap air), di ketuk supaya dapat jatuh dan
lebih tahan terhadap abrasi, dan ditampung oleh hopper yang akan
memperkecil susut beton. Yang kedua dalam didorong ke silo atau penampungan.
kadar tertentu dan lingkungan yang
mendukung (kelembaban cukup dan suhu
normal/kamar), kandungan senyawa silika
atau silika + alumina yang ada pada abu
terbang akan mengikat senyawa sisa hasil
hidrasi semen (kalsium hidroksida) yang
tidak mempunyai kemampuan mengikat,
menjadi senyawa baru yang mempunyai
sifat cementitious (mengikat) sehingga
dalam taraf tertentu akan meningkatkan
kekuatan beton yang dihasilkan. Dan dari
Gambar 3.3 Skema Penangkapan
segi ekonomi, abu terbang ini memiliki lebih
Abu Oleh ESP
ekonomis dibanding dengan semen.
Teknologi pengurangan kadar limbah
3.2 Electrostatic Precipitator dengan menggunakan ESP dapat
1. Pengertian mengurangikandungan dari abu
hingga 90% sehingga teknologi dinilai
efektif untuk digunakan terutama pada
pabrik berskala besar atau pada
pembangkit yang menggunakan bahan
bakar fosil.

3. Konstruksi Utama

Gambar 3.2 Electrostatic


Precipitator PLTU Tanjung Jati B
Unit 3&4

ESP atau Electrostatatic


Precipitator seperti yang terlihat pada
gambar 3.2 diatas merupakan suatu
teknologi yang digunakan untuk Gambar 3.4 Konstruksi Pada ESP
mengurangi limbah berupa abu
terbang (fly ash) sisa hasil Gambar 3.4 merupakan
pembakaran yang biasanya digunakan konstruksi utama pada ESP, dimana
pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap ESP memiliki beberapa bagian
di Indonesia. Teknologi ESP penting untuk membantu proses
digunakan dalam upaya pengurangan penangkapan abu, serta beberapa
zat berbahaya yang ada pada fly bagian penunjang yang dapat
ashuntuk mendapatkan kadar limbah membuat proses semakin berjalan
yang aman sesuai dengan peraturan. dengan baik. Adapun bagian-bagian
dalam ESP adalah sebagai berikut :

3
a) Casing c) Hopper
Secara umum Casing dari ESP
terbuat dari baja karbon berjenis
ASTM A-36 atau yang serupa.
Sedangakan susunannya terdapat
beberapa bagian dari casing yaitu dari
vertikal, panel samping, panel ujung,
penahan pipa, dll. Casing, bersama
dengan saluran masuk dan saluran
keluar, atap dan gerbong, membentuk
unit kedap gas. Sistem kedap gas ini
bertujuan gas dan abu terbang yang Gambar 3.6 Hopper pada ESP
disalurkan dari boiler tidak keluar PLTU Tanjung Jati unit 3 & 4
atau mengalami kebocoran. Selain itu
ia didesain memiliki ruang untuk Hopper merupakan suatu
pemuaian karena pada operasional wadah yang berbentuk dengan
normalnya ESP bekerja pada piramida terbalik yang digunakan
temperatur cukup tinggi. Oleh karena sebagai penampungan fly ash yang
itu pula sisi luar casing ini dipasang dijatuhkan dari collecting electrode
insulator tahan panas demi dan discharge electrode. Seperti pada
keselamatan kerja. gambar 3.6 diatas,hopper ini terletak
pada bagian bawah ESP dan sifat
b) Discharge Electrode penyimpanan dari abu yang berhasil
tersaring, akan ditampung sementara
sebelum nantinya akan di transfer
menuju Fly Ash Silo. Proses transfer
dari abu yang tertampung pada
Hopper menggunakan udara
bertekanan yang cukup tinggi untuk di
dorong menuju Silo.

d) Collecting Electrode
Gambar 3.5 Discharge Electrode

Discharge electrode atau sering


disebut pula emitting electrodeyang
tampak pada gambar 3.5
diatasmerupakan salah satu komponen
dari ESP yang berfungsi untuk me-
charging abu yang masuk dari sisa
pembakaran pada boiler agar
bermuatan negatif. DE ini sendiri
terhubung dengan sumber arus DC
dengan tegangan tinggi sehingga Gambar 3.7 Plat pengumpul
nantinya akan berpendar menciptakan
korona listrik. DE terpasang pada tiap CE (Collecting Electrode)
tengah-tengah CE (Collecting digunakan sebagai tempat berkumpul
Electrode) dan untuk mencegah abu yang bermuatan negatif sebelum
terjadinga short circuit, pada DE dijatuhkan ke hopper, seperti yang
terpasang juga insulasi yang tampak pada gambar 3.7 diatas. Jarak
memisahkan dengan CE dan casing antar CE dalam ESP sangatlah
yang bermuatan netral. beragam, berada pada rentang 305-
406 mm dengan masing-masing
(depan dan belakang) berfungsi untuk
menangkap abu yang bermuatan
negatif. Letak CE harus
diperhitungkan dengan baik karenan
4
akan mempengaruhi sistem kerja dari Dalam sebuah konstruksi
ESP dimana saat jarak CE terlalu electrostatic precipitator, pemberian
dekan maka akan terjadi short circuit muatan pada abu dilakukan oleh
dan disaat jarak CE terlalu jauh maka sebuah perangkat yang bernama
efektivitas penangkapan abu oleh CE discharge electrode melalui sebuah
akan sangat kecil. konduktor yang terletak berdekatan
dengan collecting electrode. Terlihat
e) Rapper pada gambar 4.1 diatas, medan listrik
ini ditunjukan dengan corona
discharge. Corona discharge
merupakan tempat penyediaan sumber
ion uni-polar yang bergerak ke arah
collecting electrode. Diantara
discharge electrode dengan collecting
electrode terdapat ruang kosong yang
diisi dengan sebuah space charge uni-
polar. Partikel abu sisa pembakaran
yang melalui ruang ini akan menyerap
partikel-partikel bermuatan negatif
yang sangat tinggi.

2. Pengumpulan Partikel
Gambar 3.8 Poros dan Bantalan (Collecting Particle)
Hammer
Proses pengumpulan partikel
Rapper merupakan suatu alat ini dilakukan oleh perangkat
yang digunakan untuk menjatuhkan collecting electrode. Abu yang telah
abu ke Hopper yang menempel pada melewati space charge dan
CE ataupun DE. Penggerak pemukul mengandung partikel bermuatan
ini menggunakan sebuah motor yang negatif yang sangat tinggi akan secara
terletak di atas ESP yang otomatis terserap atau menempel pada
dihubungkan dengan pemukulnya, perangkat collecting electrode yang
seperti yang terlihat pada gambar 3.8 pada dasarnya bermuatan partikel
diatas yang merupakan poros dan positif.
bantalan antara hammer dan rapper.
3. Pengangkutan Material
IV. KARAKTERISTIK
ELECTROSTATIC PRECIPITATOR Material yang terkumpul dari
partikel-partikel abu yang menempel
4.1 Proses Penyaringan Fly Ash pada collecting electrodeakan melalui
1. Pemberian Muatan Pada proses penggetaran. Proses ini
Partikel (Particle Charging) menggunakan perangkat yang
bernama rapperdimana bertujuan
untuk manjatuhkan partikel yang
berhasil tersaring dan menempel pada
collecting electrode agar jatuh ke
dalam penampungan yang telah
disediakan atau yang biasa disebut
dengan hopper. Terlihat pada gambar
4.2 dibawah, perangkat hopper bukan
merupakan tempat akhir dari abu yang
tersaring, melainkan hanya bersifat
sementara hingga pada level
Gambar 4.1 Proses Pemberian penampungan yang telah ditentukan.
Muatan Setelah mencapai batas yang telah
diatur, maka abu aka di dihisap
menuju penampungan akhir yakni fly
5
ash silo dengan menggunakan sebuah
vacum blower.

1 1 1 1
I O
- - - -
A
1 2 3 4
s
h
Gambar 4.4 Alur penyaringan fly ash
Gambar 4.2 Penampungan
Sementara Partikel Dalam Hopper 4.3 Karakteristik arus Dan Tegangan
Berdasarkan gambar 4.3
1. High Voltage DC Power Source
dibawah dimana hopper akan
mengalami dalam 4 kondisi. Kondisi
tersebut dimana hopper dalam
keadaan pengisian, lalu dalam kondisi
penuh, pengangkutan, dan dalam
kondisi kosong. 4 kondisi tersebut Gambar 4.5 Tipe HVDC ESP
akan terjadi terus secara berulang
disaat produksi masih bekerja. Tegangan DC yang menyuplai
Partikel atau gas yang telah tersaring dalam ESP bertipe GGAJ02, seperti
oleh electrostatic precipitator akan yang tertera pada gambar 4.5. kode
keluar melalui stackdengan kondisi tersebut mengartikan tegangan yang
terbebas dari abu, akan tetapi masih digunakan adalah termasuk dalam
mengandung akan sulfur. Untuk tegangan tinggi. Tegangan tinggi ini
menghilangkannya perlu adanya digunakan untuk pengendalian gas
penambahan teknologi yang terpasang pada ESP dan menyesuaikan rasio
pada sistem PLTU. percikan pada field ke dalam kadar
yang optimal sehingga abu yang
disaring dapat tertangkap dengan
baik.

Gambar 4.3 Kondisi Dalam Hopper


Gambar 4.6 Visual Komponen SCR

4.2 Alur Penyaringan Dalam rangkaian elektronis


Electrostatic Precipitator yang ESP mengunakan sebuah SCR
terdapat pada PLTU Tanjung Jati B unit (Silicon Controlled Rectifier) yang
3&4 terdiri dari 2 buah bagian di setiap unit berfungsi sebagai pengontrol. SCR ini
pembangkitnya yaitu line A dan line B. bekerja seperti halnya diode normal
Dalam setiap line terdiri atas 4 field. Alur pada umumnya. Komponen ini
penyaringan fly ash pada electrostatic memiliki 3 pin kaki seperti pada
precipitator pada pembangkit ini melalui 4 gambar 4.6 diatas. Pada komponen
tahapan penyaringan seperti yang terlihat SCR memerlukan tegangan positif
pada gambar 4.4, dimana setiap penyaringan pada kaki Gateuntuk untuk
pada field diharapkan mampu menyaring fly mengaktifkannya. Pada saat kaki Gate
ash dengan efisiensi sebesar 90% dari abu diberikan tegangan positif sebagai
yang masuk atau dari penyaringan trigger, maka SCR akan
sebelumnya. menghantarkan arus dari sebuah
Anoda menuju Katoda. Triggeryang
6
diterima Gate tadi hanya bersifat 4
B2-
sementara karena saat trigger 1 385 V 124 A 41 kV 401 mA
dilepaskan, SCR akan tetap berjalan B2-
2 384 V 144 A 33 kV 500 mA
normal. Untuk mematikan SCR ini B2-
3 385 V 164 A 36 kV 500 mA
dapat dilakukan dengan menurunkan B2-
arus hingga titik Ih (Holding Current). 4 382 V 159 A 34 kV 500 mA
Besaran arus Holdingdapat dilihat
melalui datasheet. Unit 4 12 Agustus 2019
Untuk proses pendinginan pada Tegangan Arus Tegangan
Arus DC
AC AC DC
HVDC ini mengunakan minyak yang Sekunder
Primer Primer Sekunder
tertanam atau minyak yang dilindungi A1-
1 387 V 94 A 42 kV 300 mA
sebuah box besi. Proses pendinginan A1-
2
yang dilakukan berjalan secara alami A1-
atau tanpa bantuan alat tambahan. 3
A1-
Hanya dibantu dengan kondisi di 4 389 V 164 A 37 kV 500 mA
udara luar. A2-
1 391 V 20 A 38 kV 50 mA
A2-
2. Low Voltage 2 393 V 159 A 41 kV 500 mA
A2-
Tegangan rendah yang 3 391 V 159 A 39 kV 501 mA
digunakan dalam ESP lebih A2-
4 391 V 154 A 39 kV 501 mA
difungsikan sebagai kontrol. Contoh B1-
kegunaannya adalah sebagai berikut : 1 382 V 125 A 47 kV 400 mA
B1-
a. Program kontrolcollecting and 2 380 V 154 A 28 kV 501 mA
emitting rapping B1-
3 387 V 169 A 41 kV 500 mA
b. Pengontrolan tegangan tinggi B1-
insulator Heating and heating 4 384 V 154 A 41 kV 500 mA
B2-
temperature 1 382 V 134 A 43 kV 401 mA
c. Pengontrolan conveyor abu B2-
2 380 V 154 A 33 kV 500 mA
d. Pengontrolan kunci pengaman B2-
e. Pengontrolan pemanas hopper 3 384 V 5A 13 kV 8 mA
B2-
f. Pengukuran temperature gas 4 378 V 154 A 38 kV 500 mA
inlet dan oulet
g. Tampila sinyal terhubung dan Tabel 4.1 merupakan data
peralatan alarm penelitian tegangan dan arus selama 3
hari, dimana sumber tegangan pada
3. Pengaturan Arus DC ESP merupakan hasil step up
tegangan oleh tranformator. Tegangan
Tabel 4.1 Data Tegangan dan Arus primer yang diberikan sebesar 380 V
– 400 V. Nilai ini masih cukup aman
Unit 3 12 Agustus 2019
Tegangan Arus Tegangan
karena rating trafo untuk tegangan
Arus DC
AC AC DC
Sekunder
primer adalah 660 V. Sedangkan
Primer Primer Sekunder
A1-
rating arus primer dari trafo adalah
1 385 V 129 A 42 kV 401 mA 560 A sehingga sangat aman dengan
A1-
2 385 V 154 A 34 kV 500 mA
hasil penelitian data arus primer
A1- Untuk tegangan dan arus
3 384 V 169 A 24 kV 485 mA
A1- sekunder disini langsung disearahkan
4 382 V 154 A 37 kV 500 mA dengan menggunakan rangakaian
A2-
1 385 V 129 A 40 kV 401 mA rectifier setengah gelombang,
A2- sehingga tegangan terukur adalah
2 387 V 149 A 36 kV 500 mA
A2- tegangan DC yang nantinya
3 387 V 149 A 38 kV 500 mA digunakan sebagai sumber collecting
A2-
4 384 V 154 A 37 kV 500 mA electrode. Sebagai kontrol dalam ESP
B1- ini, nilai arus telah diatur dan
1 384 V 134 A 41 kV 400 mA
B1- ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
2 385 V 154 A 34 kV 500 mA Berdasarkan data penelitian, jika
B1-
3 387 V 154 A 38 kV 500 mA dalam keadaan normal, maka
B1- 385 V 149 A 34 kV 500 mA pengaturan arus yang diberikan dari
7
field 1 hingga filed 4 sebesar 400 mA, tikungan
500 mA, 500 mA, 500mA. Nilai arus bawah.
disini harus diperhatikan dengan Lepaskan
sekasama karena dapat mempengaruhi actuator dan
sebuah penyaringan dalam ESP. jika operasikan
perangkat
dalam pengaturan arus yang diberikan secara manual
terlalu tinggi maka akan dan lihat opesi
menyebabkan terbakarnya abu yang dari limit
tertangkap oleh collecting electrode. switch.
Hal lain akan terjadi jika arus diatur Dari titik
dengan nilai yang sangat kecil, maka terjauh
efisiensi penangkapan debu akan jaringan pipa
Jaringan
sangat kecil dan akibatnya kualitas ketuk pipa
pipa pada
udara yang dikeluarkan melalui stack sedikit dan
sistem
akan sangat buruk karena pastikan
tertutup
Conveying posisinya,
mengandung abu yang sangat banyak. akan tetapi
Sistem Berhenti mengisolasi
Oleh karena itu pengaturan arus harus tidak
pasokan udara
diperhitungkan dengan baik. terhalang
dan pasokan
Besaran arus di setiap field oleh
daya untuk
pada ESP dapat diatur dengan nilai apapun
mengurangi
yang sama ataupun berbeda. Akan kuantitas
tetapi perlu memperhatikan berbagai udara.
faktor yang terjadi. Seperti pada tabel, Disebabka
arus yang terdapat pada field 1 akan n banyak
jauh lebih rendah daripada field 2. Hal abu yang
tersimpan
ini tentu bertujuan dimana field 1 Membersihka
Perubahan Arus pada
merupakan tempat penyaringan abu Sekunder Tidak collecting
n secara
untuk pertama kalinya. Jika pada field manual pada
Stabil electrode
1 diberikan arus yang lebih rendah perangkat
dan tidak
supaya tidak terjadi over load pada terjatuh ke
hopper. Overload ini dapat dalam
menyebabkan penyumbatan. Dalam hopper
field 2,3,4 arus yang diberikan jauh
lebih besar karena proses penyaringan
pada field ini lebih ringan V. KESIMPULAN
dibandingkan dengan field 1. Dalam Adapun hasil dari penelitian yang
arti lain supaya penyaringan fly ash berjudul “Karakteristik Electrostatic
dapat berjalan dengan merata dan Precipitator (ESP) Sebagai Penanganan Fly
tidak memberatkan salah satu field Ash” yang dilakuakn selama kegiatan Kerja
yang tentunya akan berdampak pada Praktik adlah sebagai berikut,
keandalan dari ESP untuk menyaring. 1. Electrostatic Precipitator merupakan
sebuah teknologi yang digunakan untuk
4.4 Electrostatic Precipitator Trouble menyaring abu sisa dari hasil
pembakaran pada industry untuk
Tabel 4.2 Permasalahan Pada ESP megurangi tingkat polusi udara
2. Electrostatic precipitator menggunakan
Permasalahan Penyebab Penanganan sistem ionisasi untuk menambahkan
muatan negatif pada abu yang akan
melalui proses penyaringan sehingga abu
dapat menempel pada collecting
Mengisolasi
Pompa Aktif, jalur elektrik electrode
dome 3. Proses penyaringan fly ashakan
Dome Valve dan
valve tidak dilakukan sebanyak 4 kali untuk
Tertutup, Tidak pneumatic,
menutup mendapatkan hasil sisa pembakaran yang
Ada Abu Yang lalu
secara
Diangkut singkirkan maksimal.
sempurna
pipa dari
bagian
8
4. Pengaturan arus yang optimal diberikan
pada ESP sebesar 400 mA – 500 mA.
5. Permasalahan kerusakan sering terjadi
pada sistem kelistrikan dan sistem
pengangkutan fly ash yang tersaring.

VI. DAFTAR PUSTAKA

PT. KPJB - Official Website. (n.d.).


Retrieved August 4, 2019, from
https://www.kpjb.co.id/

Kpjb, T. (2013). BOILER & ALAT BANTU.


(November).

Environmental, Z. F., City, Z., & Province,


Z. (n.d.). INSTRUCTION MANUAL
Electrostatic Precipitator ( ESP ). (88).

Afrian, N., & Ervianto, E. (2015). Analisa


Kinerja Electrostatic Precipitator ( Esp )
Berdasarkan Besarnya Tegangan Dc Yang
Digunakan Terhadap Pulp and Paper. 2(2),
1–12.

Muttaqim, L. M., Trimulyono, A., & Hadi,


E. S. (2015). Analisa Electrostatic
Precipitator (Esp) Pada Exhaust Dalam
Upaya Pengendalian Partikulat Debu Gas
Buang Main Engine Kapal Latih Bimasakti.
Teknik Perkapalan, 3(1), 102–109.

Anda mungkin juga menyukai