V
q k
k = 1,2, n
(2)
Jika sistem yang ditinjau tersebut berada dalam kondisi
setimbang, hal ini berarti bahwa semua gaya rampatan
Qk harus sama dengan nol. Kondisi yang harus dipenuhi
dalam keadaan setimbang tersebut adalah
83
Qk
V
0
q k
(3)
Sistem tersebut tetap dalam keadaan setimbang
jika tidak ada gaya luar yang bekerja padanya. Misalkan
sistem tersebut dipindahkan dari posisi setimbangnya.
Setelah dipindahkan, sistem dapat kembali ke keadaan
setimbang atau ke keadaan tidak setimbang. Jika
setelah mengalami pergeseran sistem tidak kembali ke
keadaan kesetimbangan semula, sistem tersebut
dikatakan berada dalam kesetimbangan stabil (stable
equilibrium). Jika sistem tidak kembali ke keadaan
kesetimbangan semula, dinamakan kesetimbangan tak
stabil (unstable equilibrium). Sedangkan jika sistem
cenderung menjauh dari kesetimbangan semula setelah
diberi pergeseran yang cukup kecil, sistem tersebut
berada
dalam
kesetimbangan
netral
(neutral
equilibrium).
Marilah kita telaah lebih jauh hubungan antara
fungsi energi potensial V dengan kestabilan sebuah
sistem. Misalkan dalam keadaan setimbang energi
kinetik dan energi potensial sistem masing-masing
adalah To dan Vo. Jika sistem mengalami pergeseran
(dengan memberikan sedikit gaya) energi kinetik dan
energi potensial masing-masing menjadi T dan V. Oleh
karena energi total sistem kekal, maka
To + Vo = T + V
T - To = -(V - Vo)
(4)
Misalkan bahwa bentuk grafik energi potensial V
dengan koordinat rampatan q adalah seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut :
84
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
V(q)
B
Vo
V
V
Vo
q
A
V
sama dengan nol,
q
kesetimbangan
Kesetimbangan stabil :
Kesetimbangan tak stabil :
d2V/dq2 < 0
dapat
dinyatakan
d2V/dq2 > 0
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Jika dnV/dtn 0,
stabil
Contoh :
Tunjukkan bahwa batang pemukul dengan panjang l
yang tergantung pada titik O dan pusat massanya
berada sejauh d dari O adalah berada dalam posisi
kesetimbangan stabil.
Penyelesaian : Untuk membahasnya, perhatikan
gambar 2. Ketika batang pemukul menyimpang , garis
OC membuat sudut dengan garis vertikal. Pusat
massanya akan naik setinggi h, sehingga energi
potensialnya :
V = mgh = mgd ( 1 - cos )
Seperti yang ditunjukkan dalam gambar, = 0, jadi :
dV/d = mgd sin
d2V/d2 = mgd cos
Jadi untuk = 0, dV/d =0 dan d2V/d2 = mgd >0 dan
sistem berada dalam kesetimbangan stabil.
Sebaliknya jika diletakkan dalam posisi seperti pada
gambar 2c,
V = -mgh = -mgd ( 1 - cos )
87
=0
Gambar 3.2.
Kesetimbangan stabil dan tak stabil pada bandul fisis
88
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
10
k1
m
20
k2
m
(5)
Jika kedua osilator dihubungkan oleh pegas dengan
tetapan k', sistem akan bergetar dengan frekuensi yang
nilainya berbeda dari frekuensi yang dinyatakan dalam
persamaan (5).
Energi kinetiknya adalah
T 12 mx 12 12 mx 22
(6)
89
V 21 k 1 x12 21 k 2 x 22 12 k ' ( x1 x 2 ) 2
(7)
Oleh karena itu fungsi Lagrangian dapat ditulis :
L=T-V
12 mx 12 21 mx 22 12 k 1 x12 12 k 2 x 22 21 k ' ( x1 x 2 ) 2
(8)
Persamaan Lagrange untuk gerak di atas adalah :
(9)
d L
dt x 1
L
0
x1
Dengan menggunakan
diperoleh solusi :
dan
d L
dt x 2
kedua
persamaan
L
0
x 2
di
atas,
mx1 k 1 x1 k ' ( x1 x 2 ) 0
(10)
mx2 k 2 x 2 k ' ( x 2 x1 ) 0
(11)
Suku ketiga dalam persamaan di atas muncul oleh
kedua osilator tergandeng. Jika kedua osilator tidak
tergandeng satu sama lain, osilator tersebut akan
bergetar dengan frekuensi seperti yang ditunjukkan
dalam persamaan (5). Persamaan diferensial pada di
atas dapat ditulis :
90
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
11
k1 k '
m
(14)
Dan jika massa m1 dalam keadaan diam, x1 = 0,
frekuensi getaran adalah frekuensi osilator kedua
21
k2 k'
m
(15)
Frekuensi 1' dan 2' adalah lebih besar dari 10 dan
20 yang dinyatakan dalam persamaan (5). Alasannya
adalah bahwa tiap massa dihubungkan pada kedua
pegas.
Untuk memperoleh mode getaran yang berbeda,
kita harus memecahkan secara simultan persamaan
diferensial linier orde dua yang dinyatakan dalam
persamaan (10) dan (11). Persoalan ini dapat dibuat
menjadi sederhana dengan menganggap bahwa kedua
osilator benar-benar identik (sama), yakni k1 = k2 = k.
Jadi persamaan diferensialnya adalah :
(18)
x A cos t A sin t
(19)
(20)
x Aei (t )
x1 Aei (t 1 )
dan
x2 Ae i (t 2 )
(21)
Substitusi ke persamaan (16) dan (17) diperoleh :
(k k 'm 2 ) A k ' B 0
(22)
k ' A (k k ' m 2 ) B 0
(23)
92
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Gambar 3.3.
Osilator Tergandeng
A
k'
k k ' m 2
=
2
B k k 'm
k'
(24)
k'
0
k k ' m 2
(25)
Persamaan di atas disebut
Penyelesaian selanjutnya :
persamaan
sekuler.
93
( k k ' m 2 ) 2 k ' 2 0
(26)
1/ 2
(27)
k 2k '
1/ 2
(28)
x1 A1 e i1t A1 e i1t A2 e i 2t A2 e i 2t
(29)
A = +B
A = -B
x1 A1 e i1t A1 e i1t A2 e i 2t A2 e i 2t
(31)
94
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
x 2 A1 e i1t A1 e i1t A2 e i 2t A2 e i 2t
(32)
Gambar 3.4.
Osilator tergandeng dengan redaman
Persamaan Lagrange untuk system peredaman adalah :
d K E K E P E D E
0
dt q i
qi
qi
q i
dimana
1
1
1
2
c1 x 12 c 2 x 1 x 2 c 3 x 22
2
2
2
adalah energi peredaman.
DE
95
KE
1
1
m 1 x 12 m 2 x 22
2
2
1
1
1
2
k 1 x 12 k 2 x 1 x 2 k 3 x 22
2
2
2
Masing-masing adalah energi kinetik dan energi
potensial pegas.
PE
Sekarang,
d K E
m1 x 1 ,
dt x 1
K E
0,
x1
P E
k1x1 k 2 x1 x 2
x1
D E
c1 x 1 c 2 x 1 x 2
x 1
m1x 1 c1 c 2 x 1 k 1 k 2 x 1 c 2 x 2 k 2 x 2 0
d K E
m 2 x 2 ,
dt x 2
K E
0,
x2
P E
k 3 x 2 k 2 x1 x 2
x2
D E
c 3 x 2 c 2 x 1 x 2
x 2
m 2 x 2 c 2 c 3 x 2 k 2 k 3 x 2 c 2 x 1 k 2 x 1 0
96
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Koordinat Normal
Setelah tetapan yang terdapat dalam persamaan (29)
dan (30) ditentukan, tiap koordinat (x1 dan x2)
bergantung pada dua frekwensi 1 dan 2. Dalam hal ini
tidaklah sederhana dalam melakukan interpretasi tipe
gerakan ketika sistem ini bergetar. Kita hanya dapat
mencari koordinat baru X1 dan X2 yang merupakan
kombinasi linier x1 dan x2, sehingga setiap koordinat
baru bergetar dengan frekwensi tunggal. Oleh karena
itu penjumlahan dan pengurangan x1 dan x2 dinyatakan
dalam koordinat baru adalah
2( A1 e i1t A1 e i1t )
Ce i1t De i1t
X1 = x1 + x2 =
(33)
2( A2 e i1t A 2 e i1t )
Ee i1t Fe i1t
X2 = x1 - x2 =
(34)
k
m
X2 = 0 ; x1 = x2
(37)
Mode antisimetrik X2
-x2
k 2k '
m
X1 = 0; x1=
(38)
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
(a)
(b)
Gambar 3.5
Modus getaran osilator tergandeng : (a) mode simetrik
dan (b) mode antisimetrik
Untuk membangkitkan mode simetri, kedua
massa harus ditarik dari posisi setimbangnya dengan
jarak yang sama juga dalam arah yang sama, dan
setelah itu dilepaskan sehingga x1 = x1(t) dan x2 = x2(t)
mengambil bentuk :
x1 (0) = x2 (0)
dan
(39)
x 1 (0 ) x 2 (0 )
99
Yang
akan
mengandung
Dinyatakan
Dalam
x1
X1 X2
2
x2
X1 X2
2
(41)
(42)
Substitusi kedua persamaan
persamaan (6) diperoleh :
m X X 2
T 1
2
2
V
k X 1 X 2
2
2
m X X 2
1
2
2
2
k X 1 X 2
2
2
X
m 1
2
di
atas
2
X
m 2
2
ke
dalam
(41)
k' 2
X2
2
atau
100
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
V
(43)
dan
L T V
k X 12 k 2k '
2 2
2
X 22
m 2 m 2 k 2 k 2k ' 2
X1 X2 X1
X2
4
4
4
4
(44)
dt X 1
L
0 dan
X 1
(45)
d L
dt X 2
L
0
X 2
X 1 12 X 1 0
dimana
k
dan
m
X 2 22 X 2 0
dimana
k k'
m
(46)
yang berarti bahwa mode X1 bergetar dengan frekuensi
1, dan mode X2 bergetar dengan frekuensi 2 yang
sesuai dengan hasil yang telah diperoleh sebelumnya.
Contoh :
Tentukan persamaan gerak dan frekwesni alami system
massa dan pegas seperti yang digambarkan berikut :
101
m 2 x 2 k 2 ( x 2 x 1 )
Asumsikan bahwa gerakannya periodic,
dan merupakan gabungan gerak
harmonic dengan berbagai amplitude dan
frekwensi. Misalkan komponenkomponennya adalah :
x 1 A sin t
x 2 B sin t
Gambar 3.6. Pegas tergandeng dengan dua buah
massa
k 2 m1 2 A k 2 B 0
k 2 A k 2 m 2 2 B 0
102
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
k 1 k 2 m 1 2
k2
dengan
nol
k2
0
k 2 m 2 2
k 1 k 2 k 2 2 k 1k 2
0
m2
m1 m 2
m1
k1 k 2
k
2
2m 1
2m 2
1
4
k1 k 2
k
2
2m 2
2m 1
k 1k 2
m1m 2
x 1 A1 sin 1 t 1 A 2 sin 2 t 2
x 2 B1 sin 1 t 1 B 2 sin 2 t 2
103
A1
k2
k 2 m 2 12 1
B1 k 1 k 2 m112
k2
1
A2
k2
k 2 m 2 22 1
B 2 k 1 k 2 m1 22
k2
2
Selanjutnya 4 buah tetaapan dalam persamaan di atas
dilainya ditentukan oleh syarat awal
x 1 0, x 1 0, x 2 0, x 2 0.
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
1 3n 3n 2 V
2! n 1 m 1 q l q m
ql q10
qm qm 0
1
1!
3n
V
q l
i 1
+
ql q10
(q l q1 )(q m q m0 )
(
47)
Ql
l = 1,2, ,3n
V ( q1 ,q2 ,...q3n )
1 3n 3n 2V
2! n 1 m 1 ql qm
ql q10
qm qm0
( ql q10 )( qm qm0 )
(
49)
105
dan
2V
Vlm Vml =tetapan
ql qm ql q10
(51)
qm qm 0
2V
0
ql2
l =1,2, , 3n
2V
ql2
2V
ql qm
2V
ql qm
2V
qm2
l=1,2, , 3n
m=1,2, , 3n
lm
106
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
.
.
2V
q12
2V
q1 q 2
2V
q 3 n q1
.
.
2V
q1 q 2
2V
q 22
2V
q 3 n q 2
2V
q 1 q 3 n
2V
....
0
q 2 q 3 n
.
.
....
....
2V
q 32n
(52)
atau dalam bentuk notasi matriks, koefisien Vlm=Vml
mesti memenuhi syarat :
V11 >0
V11
V21
V12
0
V22
V11
V12
V13
V21
V31
V22
V32
V23 0
V33
107
.
.
.
.
3n
1
2
m &x
i 1
2
i i
(54)
Persamaan transformasi dari koordinat Cartesian ke
koordinat
rampatan
dapat
dilakukan
dengan
menyatakan T dalam koordinat rampatan yakni
xj = xj(q1, q2, . q3, t)
108
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
x j
3n
x j
dan
q q
l 1
x j
(55)
Oleh karena itu energi kinetik dapat dinyatakan dengan
1
2
3n
j 1
3n
x j
m j
l 1
q l
x j
3n
x j
q
m 1
q m
x j
(56)
Setelah menguraikan pada ruas kanan, ternyata T
terdiri dari tiga suku (1). Suku yang mengandung
kuadrat kecepatan (2). Suku yang mengandung bentuk
linier kecepatan dan (3). suku yang sama sekali tidak
mengandung koordinat rampatan. Dalam hal ini kita
hanya akan membatasi pembahasan pada transformasi
persamaan yang tak mengandung t secara eksplisit
(suku seperti xj/t mengandung t secara eksplisit). Jadi
persamaan (54 ) dapat ditulis :
1
T
2
3n
3n
3n
l 1 m 1
(57)
j 1
mj
x j x j
q l q m
ql q m
109
x j x j 3n 3n x j x j
m j m j m j k . .
ql qm j1 ql q qm q j1 k1 qk ql qm q10
j 1
3n
x j x j
3n
10
qm 0
m0
(58)
dimana k = (qk-qk0). Oleh karena kita hanya membahas
getaran dengan amplitudo kecil, maka kita hanya
yang dinyatakan dalam T yang memiliki
pertahankan q
orde yang sama dengan q yang dinyatakan oleh V. Oleh
karena q l l dan q m m , kita dapat menuliskan :
T
3n
1
2
3n
l m
lm
l 1 m 1
(59)
dimana
Tlm
1
2
3n
x j
ql
m
j
j 1
q10
x j
q m
Tmn
qm 0
1
2
3n
3n
l m Tlm l m
lm
l 1 m 1
(60)
Jadi persamaan Lagrangenya adalah :
110
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
d L
L
0
dt
(61)
m Vlm m ) 0
lm
l = 1,2,,3n
m 1
(62)
atau
1 Vl 1 1 Tl 2
2 Vl 2 2 ... Tl 3 n
3 n Vl 3 n 3 n 0
Tl 1
Persamaan di atas persamaan diferensial linier 3n,
tergandeng, dan berorde dua. Dari solusi untuk kasus
satu dimensi, solusinya adalah :
m Am cos(t m )
(63)
dimana Am adalah amplitudo dan m adalah sudut fase
yang ditentukan berdasarkan syarat awal, sedangkan
frekuensi alamiah ditentukan berdasarkan tetapantetapan sistem. Substitusi persamaan (61) ke dalam
persamaan (60) diperoleh :
V
3n
lm
m 1
l = 1,2, , 3n
(64)
111
(60)
V
3n
lm
2Tlm Am 0
l = 1,2, , 3n
m 1
(65)
Oleh karena cos (t + ) tidak sama dengan nol (secara
umum), maka diperoleh
V
3n
lm
2 Tlm Am 0
l = 1,2, , 3n
m 1
(66)
Jadi diperoleh semuanya ada 3n persamaan aljabar
linier, homogen dalam Am dan yang dapat dinyatakan
dengan :
(V11 - 2T11)A1 + (V12 - 2T12)A2 ++(V1,3n - 2T1,3n)A3n =
0
(V3n,1 - 2T3n,1)A1 + (V3n,2 - 2T3n,2)A2 + +(V3n,3n
-2T3n,3n)A3n = 0
(67)
Untuk solusi non trivial, determinan koefisien Am pada
persamaan (64) harus sama dengan nol
(V11 - 2T11)A1 (V12 - 2T12)A2 (V1,3n - 2T1,3n)A3n
(68)
(V3n,1 - 2T3n,1)A1
=0
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
V -2 T = 0
atau
(69)
3n
kl
cos( k t k )
k 1
(70)
dimana nilai k dapat diketahui dari persamaan sekuler,
sedangkan Akl dan k ditentukan dari syarat awal.
Jika 2 negatif, akan menjadi kompleks dan
tidak terdapat osilasi. Jika 2 = 0, koordinat tetap
konstan, dalam hal ini tidak terjadi osilasi, hanya
translasi atau rotasi yang ada pada keseluruhan sistem.
Hanya jika 2 > 0 akan terjadi osilasi dalam sistem di
sekitar titik kesetimbangan. Jadi :
Jika k2 0
(71)
2
Jika k 0
k Ak ei k t Bk e i k t
2
Jika k 0
k Ek e k t Fk e k t
k C k t Dk t
(72)
(73)
Kita peroleh frekuensi, akan tetapi pekerjaan
yang masih tersisa adalah perhitungan amplitudo.
Amplitudo Akl dikaitkan dengan hubungan aljabar dalam
persamaan (64). Substitusi tiap nilai k secara terpisah
ke dalam persamaan (64), adalah mungkin untuk dapat
113
A
Ak 2 Ak 3
,
,..., k , 3 n
Ak 1 Ak 1
Ak 1
(74)
Jadi ada 6n tetapan yang harus dihitung (3n adalah Akl
dan 3n adalah k), yang semuanya dillakukan
berdasarkan syarat awal.
D. PERUMUSAN DALAM BENTUK TENSOR TEORI
GETARAN DENGAN AMPLITUDO KECIL
Persoalan getaran dengan amplitudo kecil seperti
yang sudah dibicarakan dalam dua bagian sebelumnya
dapat disajikan dan diselesaikan secara menarik
dengan menggunakan analisis tensor.
Untuk sistem dengan 3n derajat kebebasan,
ungkapan osilasi dengan amplitudo kecil di sekitar titik
kesetimbangan, persamaan Lagrangiannya adalah :
V
3n
lm
2 Tlm Am 0
l = 1,2, , 3n
m 1
(75)
Tlm
3n
j 1
x j
ql
m j
q10
x j
q m
Tlm
qm 0
(76)
114
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
.
.
.
.
115
.
.
.
.
V -2 T = 0
116
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
A1
:
A=
:
A3 n
(81)
Contoh 1:
Perhatikan gambar berikut. Dua bandul yang
tergandeng dengan massa m dihubungkan oleh pegas
dengan tetapan k.
Gunakan notasi matriks untuk menghitung : (a).
komponen Vlm tensor V. (b). komponen Tlm tensor T. (c ).
Frekwensi normal
(d). mode normal (e). persamaan
gerak sistem dan (f). solusi umum.
Penyelesaian :
Seperti yang ditunjukkan dalam gambar, tiap
bandul memiliki panjang l dan massa m dan berada
dalam keadaan setimbang apabila keduanya berada
dalam posisi vertikal x1=x2 = 0. Kedua massa
dihubungkan oleh pegas dengan tetapan pegas k.
Pergeseran x1 dan x2 ke kanan berharga positif,
sementara 1 dan 2 adalah positif jika searah jarum
jam.
(a). energi potensial sistem adalah :
2
mgl(1 cos 1 ) mgl 1 1 ...
2
2 mgl x mg 2
mgl
x
2
2 l
2l
(83)
Jadi :
V
mg 2 mg 2 1
x1
x 2 k(x1 - x 2 ) 2
2l
2l
2
mg
mg
12 k x12 12 k x 22 kx1x 2
l
(84)
V mg
k x 1 kx 2 0
x1 x10 l x10
x 2 0
x 2 0
V mg
k x2 kx1 0
x2 x10 l x10
x2 0
(85)
(86)
x 2 0
118
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
1 l
O1
m
O2
x1
x2
m
k
(a)
x1=x2
x1
O1
x1=-x2
O2
x2
m
O
1
x2
m
x1
x
1
t
x2
(b)
(c)
Gambar 3. 7
Modus getar bandul
(a). mode simetrik
(b). mode antisimetrik
119
2V
mg
k
2
x1 x1 0 l
2V
mg
k
2
x2 x1 0 l
dan
x 2 0
x 2 0
(87)
2V
k
x1 x2 x1 0
2V
k
x2 x1 x1 0
dan
x 2 0
x 2 0
(88)
Matriks untuk energi potensialnya adalah :
k
V=
mg
l
k
k
mg
l
(89)
Yang
mana
memberikan
bentuk kuadrat
berhingga.
yang
V11 V12
V2& V22
homogen
0;
merupakan
bernilai
positif
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
T 12 mx 12 12 mx 22
(90)
Komponen Tll dan Tlm adalah koefisien-koefisien dari
1
x l x m . Jadi
2
2 x l dan
m
T=
0
(91)
0
m
L = T-V =
i 1
1
2
Tlm x l x m
Vlm x l x m
l 1
(92)
Sedangkan persamaan Lagrange sistem adalah :
2
lm
xl Vlm xl 0
m=1,2
l 1
(93)
yang memberikan persamaan-persamaan berikut :
T11&
x&1 V11 x1 T12&
x&1 V12 x1 0
(94)
121
mx1 k
x1 kx 2 0
l
(96)
mg
mx2 k
x 2 kx1 0
l
(97)
yang keduanya merupakan persamaan yang saling
terkait.
(c ). Untuk menentukan frekuensi normal atau frekuensi
karakteristik, digunakan persamaan :
(98)
V -2 T = 0
mg
m 2
l
k
k
mg
k
m 2
l
(99)
yang memberikan persamaan kuadrat :
mg
k
m 2 k 0 , sehingga akar-akar
l
2 12
(100)
g
g
atau 1
l
l
1/ 2
122
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
mg
m 2 k 0 ,
l
sehingga akar-akar
g 2k
atau 2 g 2k
m
l m
l
2 22
(101)
1/ 2
x1 Ae it dan x 2 Be it
(102)
Hasil yang diperoleh adalah :
(103)
k
(104)
mg
m 2 A kB 0
l
mg
m 2 B kA 0
l
g
, diperoleh A = B
l
g 2k
Jika 2 12
, diperoleh A = -B
l m
Jika 2 12
x1 A1 e i1t A1 e i1t A2 e i 2t A2 e i 2t
(105)
x 2 A1 e
(106)
i 1t
A1 e i1t A2 e i 2t A2 e i 2t
123
(107)
atau :
V
3n
lm
2 Tlm Am 0
l = 1,2
m 1
(108)
2
2
yang berarti untuk 1
mg mg
l
l
k
g
, diperoleh :
l
a
11 0
mg mg a12
k
l
l
(109)
atau
k a11
0
k a12
(110)
yang berarti bahwa jika a11 = 1, a22 = -1, maka mode
normalnya adalah :
1 a11 x1 a12 x 2
(111)
124
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
2 a 21 x1 a 22 x 2
(112)
Substitusi nilai a11 , a12, a21 dan a22 ke dalam persamaan
matriks dan mode normal di atas, serta nilai x1 dan x2
dari solusi persamaan umum, diperoleh :
(114)
2 x1 x 2 2 A2 e i 2t A2 e i 2t
125
m
2
(x1,y1
)
(x2,y2
)
m
2
2
126
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
(a)
x1 = l1 sin 1
x2
=
l1
(115)
sin
l2
sin
y1 = l1 cos 1
127
y2 = l1 cos 1 + l2 cos 2
Energi 128omponen128 sistem adalah :
V mgy 1 mgy 2
= -mgl cos 1 mgl (cos 1 + cos 2)
(116)
V
0
1 1 0
2 0
dan
V
0
2 1 0
2 0
(117)
2V
V11 2 mgl mgl 2mgl
1 1 0
(118)
2 0
2V
V22 2 mgl
2 1 0
dan
V12
V21
2 0
(119)
Jadi, matriks energi potensialnya adalah :
V12 2 mgl
V
V 11
V21 V22 0
mgl
(120)
128
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Oleh karena
V11
V12
V21
V22
T 12 m x 12 y 12 21 m x 22 y 22
2
2
2
l( sin 1 ) &1 12 m l cos 1&1 l cos 2&2
12 m lcos 1&1 12 m
2
1
& 2 1 m
l( sin 1 ) &1
2 m l( sin 1 ) 1
2
(121)
Pada posisi kesetimbangan 1 = 2 = 0 :
1
2
2ml
)12 12 ml 2 22 ml 21 2
(122)
1
2
12 dan
2ml 2
(123)
T =
2
ml
ml 2
ml 2
129
V -2 T = 0
(124)
yang juga dapat ditulis dengan
2mgl 2 2ml
2 ml
2 ml
0
mgl 2 ml
(125)
yang memberikan nilai frekuensi :
12 2 2
gl
dan
22 2 2
gl
(126)
Mode normal bandul ganda untuk frekuensi 2 12
adalah :
g
2
2mgl (2 2 ) 2ml
l
(2 2 ) ml 2
(2 2 ) ml 2
g
2
2mgl (2 2 ) 2ml
l
a11
0
a 21
(127)
yang dapat direduksi menjadi :
(2 2 2 ) a11 (2 2 )a 21 0
( 2 2 ) a11 (1 2 )a 21 0
(128)
130
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
(129)
1 = a11x1 + a12x2 = x1 + x2
2 = a21x1 + a22x2 = 2 (x1 + x2)
131
Gambar 3.9.
Bandul berayun yang diikatkan pada sebuah balok
Contoh (3)
Di bawah ini adalah sebuah contoh penggunaan konsep
getaran dengan amplitudo kecil untuk sistim mekanik
132
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
1
1
1
M x 12 M x 22 M x 32
2
2
2
1
1
mg 2
2
2
k x1 x 2 k x 2 x 3
x 1 x 22 x 32
2
2
2L
M 0 0
Tij 0 M 0
0 0 M
133
mg
k
L
Vij k
0
2k
mg
mg
k
L
Persamaan karakteristik :
mg
M 2
L
2k
mg
M 2
L
0
k
=0
mg
M 2
L
k A 11
k A 12
k A 11
2 k A 12
k A 12
0
k A 13
k A 13
0
0
134
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Persamaan
kedua
amplitudo
diperoleh
dengan
2
2
mensubstitusikan 2 ; hal itu memberikan :
k A 22
k A 21
k A 23
k A 22
0
0
0
Kemudian diperoleh :
A21
A22 = 0
Bo
A 21 = -A23
namakan saja
Persamaan
ketiga
amplitudo
diperoleh
2
2
mengambil 3 ; hal itu memberikan :
2 k A 31
k A 31
k A 32
k A 32
k A 32
k A 33
2 k A 33
dengan
0
0
0
Kemudian diperoleh :
A32
x1
Ao
x 2 2 Ao
x
A
3
o
Bo
0
Bo
Co
2 Co
C o
cos 1 t
cos 2 t
cos t
3
x1 x 2 x 3
3A o
x1 x 3
2 0
x 2x x
0
2
3
1
0
2 Bo
0
0
4 C o
cos 1 t
cos 2 t
cos t
3
diatas
adalah
; bergetar dengan
; bergetar dengan
; bergetar dengan
x1 x 3 0
x 1 x 2 x 3 setiap saat
x 1 2 x 2 x 3 0
Pola
getarnya
dilukiskan
dalam
frekuensi getarnya 1 g
L
sketsa
disebelah;
136
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
x1 x 2 x 3 0
x 1 2 x 2 x 3 0
x2 0
x 1 x 3 0
Cara getar
dibawah :
X1
Setiap saat
mode
X2
ini
digambarkan
X1
X3
X1
X2
X2 =0
dalam
sketsa
X3
X3
Gambar 3.10
Tiga modus getar yang dinyatakan dalam soal
Massa ditengah tak beranjak dari tempatnya (X2 = 0).
k g
2
.
Frekuensi getar sistem 2
M L
137
x 1 x 2 x 3 0
x1 x 3 0
x1 x 3
dan
yang memberikan
x2 x3
3k g
M L
138
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
139
Osilator kedua : t = 0, x2 = A, x 2 0
Osilator pertama : t = 0, x1 = 0, x 1 0
Gambar 3.11
Bentuk gelombang resonansi antara dua osilator
tergandeng
Dalam kasus contoh 14.2, misalkan pada t =0,
kita dapatkan x1 = 0, x 1 = 0, x 2 A1 dan x 2 0 .
Terapkan syarat ini pada persamaan (xviii) dan (xix)
dalam contoh 14.2 kita dapatkan :
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
A1 A 1 A 2 A 2 0
i1 (A1 A 1 ) i2 (A 2 A 2 ) 0
1 (A1 A 1 ) i2 (A 2 A 2 ) 0
Selesaikan
persamaan-persamaan
menghasilkan :
A1 A 1
Masukkan hasilnya
14.115, diperoleh :
x1 ( t )
di
atas,
A
A
dan A 2 A 2
4
4
dalam
persamaan
14.114
A i1 t
e e i1 t ei 2 t e i 2 t
4
dan
A i1 t
e e i1 t ei 2 t e i 2 t
4
Oleh karena 2 cos = ei + e-i, kita dapat tulis
x 2 (t)
x1
A
cos 1t cos 2 t
2
x2
A
cos 1t cos 2 t
2
2 1
2
t sin 1
t
2
2
1
2
x 2 A cos 2
t cos 1
t
2
2
x1 A sin
2 1
t sin o t
2
1
x 2 A cos 2
t cos o t
2
x1 A sin
2
4
2 1
142
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Osilator kedua
Osilator pertama
Gambar 3.12
Fenomena kejut antara dua osilator tergandeng
Jika kedua bandul memiliki frekwensi yang berbeda
sedikit, pertukaran energi tetap berlangsung akan
tetapi pertukaran energinya tidak lengkap. Bandul
kedua yang bergerak bergerak lebih awal telah
mencapai amplitudo minimum, tetapi harganya tidak
sama dengan nol. Bandul pertama, yang mula-mula
diam, mencapai amplitudo nol
dalam gerakannya.
Fenomena ini disebut kejut seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 14.5. Kita dapat menerapkan hal yang
sama pada kasus bandul ganda, seperti yang telah kita
bahas dalam contoh 14.3. dan seperti yang ditunjukkan
pada gambar contoh 14.3. Jika kedua massa dan
panjangnya sama, kita tetap memperoleh getaran
resonansi symphatetic. Tetapi apa yang terjadi jika
kedua massa (tentu saja beratnya) berbeda. Misalnya
bandul yang berada di sebelah atas massanya lebih
besar daripada yang berada di sebelah bawah. Hal ini
143
144
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
1
k ( x 2 x1 a ) 2
2
1
1
m1 x 12 m2 x 22
2
2
(a)
(b)
Gambar 3.13
Model molekul diatomik
Ungkapan persamaan energi potensial tersebut
bukanlah merupakan fungsi kuadrat yang tak homogen,
oleh karena itu transformasi linier ke koordinat normal
145
u x2 a
u x 2
dan
(c)
Substitusi persamaan c ke persamaan a dan b
V
1
k (u x1 ) 2
2
1
1
m1 x 12 m2 u 2
2
2
dapat
1
1
(m1 x 12 m2 u 2 ) k (u x1 ) 2
2
2
dan persamaan Lagrange :
L T V
d L
L
dt x1
x1
dan
d L
L
0
dt u
u
m1 x1 kx1 ku 0
m2 u ku kx1 0
(d)
x1 Ae it
dan
u Be it
(e)
146
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
m
1
k A kB 0
(f)
kA m2 2 k B 0
(g)
m1 k
m2 k
(h)
yang menghasilkan :
( m1 2 k ) ( m2 2 k ) k 2 0
(i)
2 m1 m2 2 k (m1 m2 ) 0
(j)
1 0
dan
k ( m1 m2 )
2
m1 m 2
(k)
1 0 , A B
m
A 2 B
2 ,
m1
(L)
(m)
147
x1 A1t A1 A2 i 2 t A2 i 2 t
x 2 A1t A1
(n)
m1
m
i t
A2 2 1 A 2 i 2 t
m2
m2
(o)
X1
m1
m
x1 u 1 1 A1t A1
m2
m2
m
X 2 x1 u 1 1 A2 i 2 t A 2 i 2 t
m2
(p)
(q)
Jika modus
X1 dibangkitkan, dan modus X2 diredam (dimatikan),
berarri :
Untuk modus X1
X 2 x1 u 0 atau
x1 u x 2 a
Gambar 3.13
148
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Untuk modus X2
X1
m1
x1 u 0 atau
m2
x1
m2
m
u 2 ( x2 a)
m1
m1
(r)
Gambar 3.14
Salah satu modus getar molekul diatomik
akan
dipancarkan
radiasi
150
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Translasi
Osilasi
Osilasi
Gambar 3.15
Molekul triatomik dan ketiga kemungkinan modus
vidrasinya
G. SISTIM TEREDAM DAN OSILASI DIPAKSA
Sejauh ini pembahasan tentang osilasi dengan
amplitude kecil, pengaruh gesekan kita diabaikan.
Situasi yang umum dijumpai adalah adanya gaya
redaman yang harganya sebanding dengan kecepatan.
Dalam kasus ini, gerak partikel ke i dapat dinyatakan
dengan menggunakan hokum II Newton :
mi r Fi ci ri
Dalam bentuk komponennya, dapat kita tuliskan:
mi xi Fix c i x i
151
mi y i Fiy ci y i
mi zi Fiz ci z i
Dimana ci adalah tetapan-tetapan dan Fix, Fiy serta Fiz
hdala componen-komponen gaya resultan Fi yang
dapat diturunkadari sebuah fungsi potensial; potensial
tersebut merupakan fungsi kuadrat homogen dari
koordinatnya.
Misalkna sistim yang ditinjau memiliki l derajat
kebebasan dan dinyatakan dalam l koordinat yang
independen :
z q
y i y i q1' , q 2'
zi
'
1
, q 2'
,..., q
,..., q
'
l
'
l
m
i 1
xi
xi
yi
z i
yi
zi
'
'
qj
qj
q 'j
n
n
xi
yi
z i
xi
yi
z i
Fix
ci x i
y i
z i
iy
iz
'
'
'
'
'
qj
qj
q j
qj
qj
q 'j
i 1
i 1
dimana :
152
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
T
d T
'
dt q j
q 'j
V
Q j adalah gaya
q 'j
q 'j
Dimana
Fr
1
2
c ( x
i 1
2
i
1
2
c ( x
i 1
2
i
y i2 z i2
Fr
q 'j
y i2 z i2 ) merupakan fungsi
'
'
'
dt q j
qj
q j q 'j
Qrj
'
dt q j
q 'j
153
j Aj e
j t
cos ( j t j )
Selanjutnya, tidak seperti halnya dalam kasus tanpa
redaman dimana kita hanya mengamati satu jenis
osilasi, dalam kasus ini gerak osilasi dapat mengambil
bentuk underdamped, critically damped
atau
overdamped, yang mungkin saja geraknya bukan lagi
berupa getaran. Koordinat normal dan fasenya sama
halnya dengan kasus-kasus dalam gerak tanpa
154
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
Jawab :
Persamaan
adalah :
yang
menggambarkan
sistim
tersebut
mg
x1 k ( x1 x 2 ) cx 1 F cos t
l
mg
mx2
x 2 k ( x1 x 2 ) cx 2 F cos t
l
Persamaan yang melibatkan koordinat normal X1 dan X2
(1 X 1 x1 x 2 dan 2 X 2 x1 x 2 )
c
g
2F
X 1 X 1 X 1
cos t
m
l
m
c
g 2k
X 2 X 2 X 2 0
m
l m
Ingat bahwa, persamaan diferensial di atas memiliki
solusi ;
mx1
'
'
m
2
2 F cos t
2
o
2 c2
1/ 2
Dan
'
'
X 2 e ( c / 2 m )t A2 ei2t A 2e i2t
Dimana :
g
1/ 2
g
c2
g 2k
c2
'
1'
2
m 4m 2
l 4m
l
1/ 2
156
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
tan
c
2
o
1/ 2
Gambar 3.16
Gambar untuk soal no.3
Dari diagram diatas, dua persamaan gaya dapat
dituliskan :
m1x 1 k 1 x 1 k 2 x 1 x 2 Fo cos t
m 2 x 2 k 2 x 2 x 1 k 3 x 2
157
atau
m1 x 1 (k 1 k 2 ) x 1 k 2 x 2 Fo cos t
m 2 x 2 (k 2 k 3 ) x 2 k 2 x 1 0
x 1 A cos t ,
x 1 A 2 cos t
x 2 B cos t ,
x 2 B 2 cos t
k 2 m1 2 A k 2 B Fo
k 2 A k 2 k 3 m 2 2 B 0
Dengan aturan Cramer, diperoleh nilai A dan B :
Fo
0
k2
k 2 k 3 m 2 2
k 2 m1 2 k 2 k 3 m 2 2 k 22
Fo k 2 k 3 m 2 2
k1 k 2 m12 k 2 k 3 m 2 2 k 22
158
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
k
B
k 3 m 2 2
k2
Fo
0
k 2 m1 2 k 2 k 3 m 2 2 k 22
Fo k 2
k 1 k 2 m1 k 2 k 3 m 2 2 k 22
2
Fo k 2 k 3 m 2 2
x1 (t)
k1 k 2 m12 k 2 k 3 m 2 2 k 22 cos t
x 2 (t)
Fo k 2
cos t
k 1 k 2 m1 k 2 k 3 m 2 2 k 22
2
SOAL SOAL
1. Partikel dengan massa m bergerak dalam lintasan
satu dimensi dengan fungsi energi potensial :
k 2 k
a. V ( x ) x
2
x
bx
b. V ( x) kxe
c. V ( x ) k ( x 4 b 2 x 2 )
159
V ( ) mg a b cos b sin
dimana adalah sudut yang dibentuk oleh garis
penghubung
antara
benda
dengan
garis
mendatar.
Tunjukkan
bahwa
pada
= 0
kesetimbangannya adalah stabil atau tak stabil
bergantung pada apakah a lebih kecil atau lebih
besar dari b.
160
Bab III. Teori Getaran Dengan Amplitudo Kecil dan Osilator Tergandeng
m
Gambar 3.17
161