Anda di halaman 1dari 37

BERSATU DALAM PLURALITAS

Keberadaan SARA di Kampung Cina Karawang

Karya Tulis Ilmiah Ini Bertujuan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Proyek
Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2022/2023

Disusun Oleh :

Kelas XI.D

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 CIKAMPEK


JL. IR. HAJI JUANDA, JOMIN BARAT, KEC. KOTA BARU,
KARAWANG, JAWA BARAT 41374
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang senantiasa memberikan nikmat
dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilimiah ini yang
berjudul Bersatu Dalam Pluralitas. Karya tulis ilmiah ini disusun agar pembaca
dapat mengetahui apa saja SARA yang ada di Kampung Cina Karawang serta
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penelitian ini disusun untuk
memenuhi Tugas Akhir Proyek Kurikulum Merdeka tahun ajaran 2022/2023.

Adapun karya tulis ilmiah ini di lakukan dengan cara observasi, wawancara dan
studi literatur yang telah kami lakukan dengan disertai bantuan dari guru
pembimbing, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah kami dalam
menyusun karya tulis ilmiah ini. Untuk itu tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada guru pembimbing karena telah membantu kami dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat beberapa kekurangan
atau masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan para pembaca.

Cikampek, Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan Observasi ...................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pluralitas ................................................................................. 3
2.2 Pengertian Pluralisme ............................................................................... 3
2.3 Pluralisme Agama .................................................................................... 3
2.4 Hubungan Pluralitas dan Pluralisme ........................................................ 4
2.5 Contoh Sikap Pluralisme .......................................................................... 4
2.6. Dampak Pluralisme .................................................................................. 4
2.6.1. Dampak Positif Pluralisme....................................................................... 4
2.6.2. Dampak Negatif Pluralisme ..................................................................... 5
2.7. Manfaat Pluralisme ................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................... 8
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 8
3.1. Metode Penelitian ..................................................................................... 8
3.2. Teknik Penelitian ...................................................................................... 8
3.2.1 Observasi .................................................................................................. 8
3.1.2. Wawancara ............................................................................................... 9
3.1.3. Studi Literatur .......................................................................................... 9
3.3 Tempat dan Waktu Observasi ................................................................ 10
3.4 Aspek yang di Observasi ........................................................................ 10
3.5. Instrumen Penelitian ............................................................................... 10
3.5.1. Observasi ................................................................................................ 10
3.5.2. Wawancara ............................................................................................. 11

ii
3.6. Prosedur Penelitian ................................................................................. 11
3.7. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 11
BAB IV ................................................................................................................. 12
HASIL OLAH DATA ......................................................................................... 12
4.1. Pluralitas & Keadaan di Kampung Cina ................................................. 12
4.1.1. Sejarah Kampung Cina ........................................................................... 13
4.1.2 Keunikan Kampung Cina ........................................................................ 16
4.2. Tanggapan Masyarakat terhadap Pluralitas ............................................. 17
4.3. Faktor–faktor Mempengaruhi Pluralitas di Kampung Cina .................... 17
BAB V................................................................................................................... 19
PENUTUP ............................................................................................................ 19
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 19
5.2. Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
LAMPIRAN ......................................................................................................... 22

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia bersifat plural, dengan segala kekayaan dan
keanekaragamannya dengan beragam suku, agama, ras, antargolongan dan
lainsebagainya. Perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan ini
biasanya kita kenal dengan sebutan SARA. Bahkan, Indonesia memiliki
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap
satu”.

Pluralitas adalah keberagaman yang ada dalam masyarakat. Entah


itu keberagaman dalam hal agama, budaya, suku bangsa dan
antargolongan. Pluralitas yang ada di Indonesia sudah semestinya menjadi
penguat bangsa, bukannya malah memecah belah orang-orang yang ada di
dalamnya. Kesadaran akan pluralitas adalah hal yang sangat penting, dan
sikap pluralisme perlu dipahami setiap orang.

Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk


(bersangkutan dengan sistem social). Pluralisme adalah ketika kamu
menghargai masyarakat tersebut untuk tetap menjaga keunikan
budayanya. Perbedaan itu sendirilah yang seharusnya membuat indah
karena lebih “berwarna”. Hal ini terjadi pada salah kampung yang ada di
daerah Karawang.

Kampung ini tepatnya berada di dusun Kampung Cina, Kelurahan


Tanjung Pura, Kecamatan Karawang Timur. Kampung Cina memiliki
keunikan SARA terutama dalam hal agama dan diantaranya Islam,
Kristen, Budha dan Konghucu. Maka dari itu, kami ingin mengobservasi

1
mengenai adanya pluralitas yang ada di Kampung Cina untuk mengetahui
tanggapan dan keadaan masyarakat sekitar tentang perbedaan yang ada.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Apakah adanya pluralitas di Kampung Cina?
2. Bagaimana tanggapan warga sekitar mengenai pluralitas yang ada di
Kampung Cina?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pluralitas di Kampung
Cina?

1.3. Tujuan Observasi


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan observasi ini yaitu :
1. Mengetahui adanya pluralitas di Kampung Cina
2. Mengetahui tanggapan para masyarakat sekitar mengenai pluralitas
yang ada di Kampung Cina.
3. Memperoleh faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi plurallitas di
Kampung Cina dari lingkugan dan masyarakat sekitar.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Pluralitas


Pluralitas merupakan bentuk nyata dari adanya kehidupan.
Pluralitas ini biasanya kita kenal sebagai keberagaman atau kemajemukan.
Adanya pluralitas tentu saja bukan hal yang harus diingkari, melainkan
harus dijaga dan dapat memberi warna dalam kehidupan. Pluralitas bisa
membangun rasa persatuan dan kesatuan. Pluralitas terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, seperti adanya pluralitas suku, ras,
etnik, agama, sosial, budaya, keadaan fisik, politik dan lain sebagainya.
Dalam hal ini kita akan fokus terhadap salah satu bentuk pluralitas
tepatnya pluralitas yang ada di Kampung Cina, Kelurahan Tanjungpura,
Kecamatan Karawang Timur.

2.2. Pengertian Pluralisme


Menurut wikipedia, Istilah ini juga bisa dikenal sebagai pluralisme,
yang terdiri dari dua kata yakni plural (beragam) dan isme
(paham) sehingga memiliki arti paham atas keberagaman. Secara
umum, pluralisme merupakan sebuah paham yang menghargai adanya
perbedaan di tengah kehidupan masyarakat dan mengizinkan kelompok
berbeda itu tetap menjaga budayanya sebagai ciri khas.

2.3. Pluralisme Agama


Dikutip dari Deepublish store, Pluralisme agama adalah sebuah
konsep yang memiliki makna luas, berkaitan dengan penerimaan
terhadap agama yang berbeda dan digunakan dalam cara yang berbeda-
beda. Pluralitas agama ini mengingatkan bahwa semua keyakinan itu
sama, karena kebenaran setiap agama adalah relatif. Karena itu, setiap
umat beragama tidak boleh menyatakan bahwa keyakinan yang
dianutnya paling benar dan lainnya salah. Selain itu, keberagaman
agama dalam masyarakat ini menjadikan hidup lebih berwarna.

3
Keberagaman ini juga bisa diimbangi dengan sikap toleransi. Tanpa
sikap toleransi, keberagaman agama ini bisa mengakibatkan perpecahan
maupun konflik dalam masyarakat. Seperti yang diketahui, di Indonesia
terdapat 6 agama yang diakui oleh pemerintah, yakni Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Setiap warga negara Indonesia
berhak memeluk salah satu dari keenam agama tersebut.

2.4. Hubungan Pluralitas dan Pluralisme


Pluralisme tidak bisa dipisahkan dengan makna pluralitas.
Pluralisme merupakan proses yang bisa menerjemahkan realitas
keragaman dan sistem nilai, sikap yang menjadi kohesi sosial yang
berkelanjutan. Sedangkan Pluralitas adalah perbedaan dalam persoalan
budaya, etnik dan agama.

2.5. Contoh Sikap Pluralisme


Beberapa contoh dari sikap pluralisme dalam kehidupan masyarakat
beragama, antara lain:

1. Saling menghargai dan menghormati perbedaan keyakinan yang


ada.
2. Saling menghormati dan mengakui hak setiap individu untuk
beragama sesuai dengan keyakinannya sendiri.
3. Menciptakan ruang dialog antar agama yang saling menghormati
dan terbuka.
4. Dua rumah ibadah yang berbeda keyakinan berdiri berdampingan
maupun berhadapan dan tetap saling menghargai.
5. Masyarakat Kampung Cina yang mayoritas beragama Budha tetap
bisa hidup berdampingan dan menerima orang dari luar Kampung
Cina yang mungkin berbeda keyakinan.
2.6. Dampak Pluralisme
2.6.1. Dampak Positif Pluralisme
Berikut beberapa contoh dari dampak positif pluralisme dalam
kehidupan sehari – hari yaitu :

4
1. Memahami perbedaan
Perbedaan adalah keadaan, sifat dan karakter yang telah
diciptakan oleh Tuhan agar manusia saling mengenal,
berinteraksi, saling memahami dan memberi manfaat satu sama
lain. Jika seseorang memahami adanya keberagaman atau
pluralisme, maka sikap ini akan menciptakan lingkungan yang
tenang, damai dan saling tolong-menolong.
2. Masyarakat lebih modern
Modern biasanya merujuk pada sesuatu yang terkini, baru dan
semacamnya. Modern bisa merujuk pada zaman maupun gaya
yang sifatnya terbaru.
3. Meningkatkan pendapatan negara
Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan negara
terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan
pajak dan penerimaan hibah.
4. Meningkatkan daya tarik turis
Daya tarik adalah kualitas yang menyebabkan minat, keinginan
atau tarikan pada seseorang atau sesuatu. Daya tarik bisa
dihasilkan dari rangsangan visual. Pluralitas atau keberagaman
budaya, suku dan ras yang ada di Indonesia.

2.6.2. Dampak Negatif Pluralisme


Berikut beberapa contoh dari dampak negatif pluralisme dalam
kehidupan sehari-hari yaitu :

1. Menimbulkan persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau
lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai suatu
tujuan atau kemenangan.

5
2. Menimbulkan rasa egois
Egois adalah sifat selalu memprioritaskan keinginan dan
kebutuhan sendiri di atas kebutuhan dan keinginan orang lain.
3. Menimbulkan gesekan sosial
Gesekan sosial bisa dikatakan sebagai pertikaian yang muncul
akibat konflik mengenai pluralitas yang ada, baik pluralitas
agama, budaya, sosial dan lainnya.
4. Menimbulkan sikap individualisme
Individualisme adalah satu filsafat yang memiliki pandangan
moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan
manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan
sendiri.

2.7. Manfaat Pluralisme


Berbagai macam pluralisme yang ada di Indonesia ini pastinya
memberikan sejumlah manfaat bagi masyarakatnya. Berikut ini, manfaat
adanya pluralisme.

1. Kemandirian
Kemandirian adalah kesiapan dan kemampuan individu untuk berdiri
sendiri dengan ditandainya sikap inisiatif. Adanya pluralisme bisa
memberikan manfaat untuk meningkatkan kemandirian. Karena, setiap
orang memiliki hak untuk hidup dan maju serta berhak mengembalikan
tradisi atau kultur yang sudah ada menjadi panutannya dalam kehidupan
bersosial.
2. Kebebasan
Kebebasan adalah kemampuan bertindak tanpa paksaan, ketiadaan
kendali dan kekuasaan untuk memilih tindakan seseorang. Individu
memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya.
Adanya pluralitas bisa memberikan manfaat berupa kebebasan akan
institusi, pranata sosial dan kultural yang bisa berdiri sebanyak-
banyaknya tanpa ada halangan serta rintangan.

6
3. Menumbuhkan sifat saling menghargai
Adanya pluralisme ini bisa membantu meningkatkan sifat saling
menghargai setiap orang yang berbeda ras, etnik, suku, agama dan
keyakinan.
4. Toleransi
Adanya sikap pluralisme dalam kehidupan masyarakat akan
menimbulkan jiwa yang penuh toleransi tanpa adanya diskriminasi
terhadap perbedaan apapun. Jadi, masyarakat bisa segera mengatasi
atau menemukan solusi ketika dihadapkan dengan berbagai macam
konflik sosial.

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode penilitian
kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Menurut keduanya, pendekatan dengan metode kualitatif
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistic).

Di antara alasan pengambilan metode penelitian kualitatif ini adalah


karena penelitian ini mencoba mengungkapkan keadaan yang berkenaan
dengan pluralitas yang terdapat di Kampung Cina. Selain itu, metode ini
sesuai ketika peneliti hendak mendapatkan wawasan tentang hal yang baru
sedikit diketahui, karena sampai saat ini masih sedikit penelitian tentang
pluralitas yang terdapat di Kampung Cina ini.

Alasan berikutnya, karena metode kualitatif dapat memberikan


rincian yang kompleks tentang keadaan yang sulit diungkapkan oleh
metode kuantitatif. Secara umum penelitian ini termasuk juga dalam jenis
penelitian lapangan (Field Research), yaitu penulisan langsung ke
lapangan atau ke objek penelitian untuk mengetahui secara langsung
tentang pluralitas yang terdapat di Kampung Cina.

3.2. Teknik Penelitian


3.2.1 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan jika
pembahasan atau datanya berkaitan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan responden yang diamati tidak terlalu
besar. Observasi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: pertama
berdasarkan pengumpulan data, dalam hal ini observasi dibagi lagi

8
menjadi dua bagian yakni menjadi observasi yang berperan langsung
dan observasi yang tidak berperan langsung. Kemudian yang kedua
berdasarkan instrumentasi yang digunakan, observasi dibedakan
menjadi dua, yaitu observasi tersutruktur dan tidak terstruktur. Pada
penelitian ini, kami melakukan observasi yang berperan secara
langsung, dimana kami mengamati dan berinteraksi langsung
dengan para narasumber.
3.1.2. Wawancara
Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu wawancara. Teknik ini
didasarkan pada laporan diri sendiri juga pengetahuan atau
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Sutrisno Hadi
yang dikutip oleh Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, R&D.” yaitu anggapan atau data yang didapat
dari sumber peneliti yang perlu dipegang oleh peneliti pada teknik
ini adalah sebagai berikut:
1. Yang dijadikan sebagai sumber data orang (responden) adalah
orang yang tahu tentang dirinya sendiri.
2. Apa yang diucapkan atau nyatakan oleh responden merupakan
hal yang bisa dipercaya.
3. Apa yang dinterpretasikan oleh responden terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti adalah sama dengan apa
yang dimaksudkan oleh peneliti.

Berikut narasumber yang kami wawancarai adalah : Suhu Ceng-


ceng, Pak RT Dudu, Ibu Ika dan masyarakat sekitar.

3.1.3. Studi Literatur


Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelola bahan penelitian (Zed, 2008:3). Studi kepustakaan
merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya
penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan

9
aspek teoretis maupun aspek manfaat praktis. Dengan melakukan
studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih
luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.
Melakukan studi literatur ini dilakukan oleh peneliti antara setelah
mereka menentukan topik penelitian dan ditetapkannya rumusan
permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan (Darmadi, 2011)

3.3. Tempat dan Waktu Observasi


Penelitian ini dilakukan yang berlokasi di Vihara atau Klenteng Sian
Djin Ku Poh, Kampung Cina, Kelurahan Tanjung Pura, Kecamatan
Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 18 Mei 2023 dengan menggunakan prosedur
observasi, wawancara, dan studi literatur.

3.4. Aspek yang di Observasi


Sesuai dengan isi rumusan masalah dan tujuan penilitian, maka
penelitian kami ini akan meneliti keadaan Kampung Cina terutama dalam
hal pluralitas seperti tanggapan masyarakat mengenai pluralitas di tengah
kehidupan mereka.

3.5. Instrumen Penelitian


3.5.1 Observasi
Berikut data persentase penganut agama di Kampung Cina:

No Agama Persentase

1 Islam

2 Kristen

3 Katolik

4 Buddha

10
5 Hindu

6 Konghucu

3.5.1. Wawancara
Daftar pertanyaan terlampir.
3.6. Prosedur Observasi
Sebelum melaksanakan penelitian, kita akan melakukan persiapan,
seperti menentukan lokasi dan subjek penelitian seperti Kampung Cina
untuk membahas pluralitas yang ada dikampung tersebut. Mempersiapkan
surat izin penelitian, mempersiapkan kelengkapan instrumen penelitian
seperti daftar pertanyaan dan tabel observasi. Dan menentukan jadwal
observasi pada tanggal 18 Mei 2023.

3.7. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data utama atau data pokok yang digunakan dalam
penelitian. Data pokok dideskripsikan sebagai jenis data yang diperoleh
langsung dari tangan pertama atau responden. Cara memperolehnya yaitu
dengan teknik observasi dan wawancara kepada narasumber tentang isu
pluralitas SARA yang terjadi di Kampung Cina.

11
BAB IV

HASIL OLAH DATA

4.1. Pluralitas & Keadaan di Kampung Cina


No Agama Persentase

1. Kristen 30%

2. Islam 25%

3. Buddha 20%

4. Katolik 15%

5. Konghucu 10%

6. Hindu 0%

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kampung


Cina mayoritas menganut agama Kristen Protestan dan mayoritas kedua
adalah islam. Meskipun mayoritas menganut agama Kristen Protestan dan
Islam, sesuai namanya Kampung Cina tetap menjadi pusat ibadah agama
Budha. Dengan adanya pluralitas agama di Kampung Cina membuat
Kampung Cina ini memiliki keunikan seperti hal nya terdapat berbagai
macam tempat ibadah diantaranya Vihara atau Klenteng Sian Djin Ku Poh
dan Buddha Loka.

Vihara atau Klenteng Sian Djin Ku Poh adalah vihara tertua di Jawa
Barat yang dibangun sejak tahun 1770 dan tak hanya sebagai pusat ibadah
agama Buddha, vihara atau klenteng ini juga menjadi wisata religi yang
ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri dan tak hanya
penganut agama Buddha saja. Vihara ini juga terkenal dengan kentalnya
akan kisah masa lampau yaitu kisah Mak Ku Poh.

12
4.1.1. Sejarah Kampung Cina
Pada zaman dahulu, kurang lebih abad 17 banyak kaum atau
suku yang berdatangan ke tempat ini dan bermukim, khususnya
orang-orang Tionghoa, karena banyaknya kaum Tionghoa yang
berdatangan ke tempat ini, tempat ini menjadi sebuah komplek
keluarga Tionghoa yang diisi oleh keluarga dari 3 marga Tionghoa
yaitu Khouw, Lauw dan Tjung lalu ditetapkannya menjadi kampung
cina.

Abu Mak Ku Poh yang terdapat di Altar Vihara atau


Klenteng Sian Djin Ku Poh yang di bawa dari Tiongkok sampai
akhirnya menemukan sebuah tempat yang tepat di Kampung Cina
untuk menyimpan abu tersebut. Pada sekitar abad ke 17-18 Masehi
di Negeri Tiongkok terdapat tiga keluarga yang bermarga Lauw,
Tjung dan Khouw. Mereka tinggal di Siaw Liu Cun Jen kampung
yang bernama Ta Pu-Ta Ma di Provinsi Kwang Tung/Canton,
tempat di Tiongkok Selatan berseberangan dengan Pulau Formosa
atau sekarang disebut Taiwan. Ketiga marga tersebut adalah
pengusaha atau pedagang di bidang hasil bumi (rempah-rempah),
yang mencari dan memasarkan dagangannya dengan cara berlayar
bersama menggunakan sebuah kapal milik mereka dari satu tempat
ke tempat lainnya, menyusuri Sungai Kuning atau Sungai Huang
Ho, yang merupakan sungai terpanjang kedua di Tiongkok sampai
ke pelosok di pesisir Laut China Selatan

Suatu hari ketiga marga berangkat dari kampungnya untuk


berlayar menyusuri Sungai Huang Ho di Tiongkok Selatan menuju
ke tempat-tempat di seberang lautan untuk mencari rempah-rempah.
Ketika melewati area hutan jati yang berada di sisi Sungai Huang
Ho, mereka bertemu dengan seorang gadis kecil berusia antara 7-8
tahun yang bermain sendirian di tepi sungai. saat kapal mereka
berlayar tepat di depan gadis kecil tersebut bermain, gadis kecil itu

13
menyapa mereka memberitahukan untuk tidak melanjutkan
pelayarannya ke lautan, karena sebentar lagi akan ada badai di lautan
yang akan mereka tuju. Keluarga ketiga marga tersebut tidak
menghiraukan peringatan dari gadis kecil, dan tetap melanjutkan
pelayarannya. Kapal sedang melanjutkan pelayarannya dan keluar
dari muara Sungai Huang Ho menuju lautan luas, baru masuk ke
lautan sejarak 2-3 km, langit menjadi gelap sepertinya akan segera
turun hujan lebat. Tak lama kemudian memang benar terjadi hujan
lebat disertai topan dan badai di lautan yang kejadiannya persis
seperti tadi diperingatkan oleh gadis kecil. Hujan badai membuat
kapal menjaditerombang-ambing di tengah lautan terhempas angin
kencang, sepertinya ombak ganas hendak “menelan” kapal tersebut.
Kemudian badai reda dan lautan kembali tenang, Akibat dari badai
yang begitu dahsyat ternyata semua awak dan penumpangnya
selamat, dan kondisi kapal hanya mengalami kerusakan kecil yang
tidak berarti. Keajaiban yang terjadi dimana seharusnya akibat badai
yang begitu dahsyat sulit untuk bisa selamat, tetapi sepertinya ada
yang melindungi mereka saat badai terjadi.

Sampai suatu hari seperti biasanya saat melewati hutan jati,


mereka melihat dari kejauhan tampak seperti sosok gadis kecil yang
sedang asyik bermain batu kerikil sendirian di tepi sungai. Dengan
perasaan gembira mereka menghampiri gadis kecil tersebut. Kali ini
gadis kecil itu tidak menyapa mereka seperti sebelumnya.
Menyadari bahwa gadis kecil yang ada dihadapannya bukanlah anak
kecil biasa, mereka tidak berani mengganggunya. Setelah ditunggu,
gadis kecil itu berbicara kepada mereka, “Pelayaran akan selamat
dan usaha akan untung”.

Kemudian kapal kembali melanjutkan pelayarannya, cuaca


sangat bersahabat dan kondisi ombak tenang. Terjadi mukjizat lagi,
yaitu dagangan mereka semua habis terjual dengan keuntungan yang

14
besar. Merekapun bersepakat mendarat dan masuk ke dalam hutan
jati untuk mencari kampung atau tempat hunian kemungkinan gadis
kecil ini tinggal bersama keluarganya, ternyata di hutan jati tidak
ditemukan adanya rumah atau kampung. Keluarga melakukan
upacara sembahyang memohon petunjuk. Upacara sudah dilakukan,
suatu malam salah satu dari keluarga ini yang bermarga Khouw
bermimpi bertemu dengan seorang gadis kecil, wujudnya seperti
yang ditemuinya di hutan jati. Gadis kecil itu mengaku bermarga Ku
(versi lain menyebut bermarga Kwee-mandarin: Kwok), dari suku
Hokkian (versi lain menyebut suku Khe). Dalam mimpi gadis kecil
itu mengatakan bahwa ia akan selalu mendampingi dan melindungi
dalam pelayaran keluarga ketiga marga ini.

Mereka bersepakat untuk membuat sebuah Hio Lou dari batu


gunung berwama hitam di kiri-kanan atasnya diberi tonjolan batu
yang berbentuk kepala kura-kura. Hio Lou inilah yang sekarang
berada di altar Kelenteng atau Vihara Sian Djin Ku Poh-
Tanjungpura, Karawang, Indonesia. Mereka selalu pasang hio
meminta keselamatan dan kelancaran usahanya. Keluarga ini sering
melihat wujud seorang gadis kecil kadang-kadang dalam wujud
seorang nenek tua di atas kapal mereka. Sebagai rasa hormat,
mereka kemudian memanggilnya Ku Poh yang dalam dialek
mandarin artinya Nenek Ku. Karena mereka telah mengalami
beberapa mujizat, maka mereka memanggilnya Sian Djin Ku Poh,
yang arti harfiahnya adalah Nenek Ku yang telah mencapai tingkat
kedewaan. Ku Poh sendiri adalah seorang nenek yang pada masa
hidupnya di negeri Tiongkok suka menolong sesamanya. Versi lain
menyatakan bahwa Sian Djin Ku Poh adalah titisan dari Dewa atau
Dewi sebelumnya yang memiliki kesaktian yang tinggi, untuk itulah
kita tidak tahu asal usul dan nama lengkapnya. Maka dari Vihara
atau Klenteng tersebut diberi nama Sian Djin Ku Poh. Dengan
adanya vihara atau klenteng ini disebut juga sebagai Kampung Cina

15
karena diduga tempat bermukim rata rata masyarakat Tiongkok kala
itu.

4.1.2. Keunikan Kampung Cina


Kampung Cina memiliki etnis yang beraneka ragam, seperti
Kristiani, Islam, Buddha dan yang lainnya. Pada dahulu, saat vihara
ini berdiri sudah banyak keturunan yang ada, namun diluar hal
tersebut terdapat adanya bukti keturunan yang terdeteksi dari
makam besar yang sudah ada di kampung tersebut, yang merupakan
makam pejuang keturunan Tionghoa. Makam ini sudah ada sebelum
berdirinya Vihara atau Klenteng Sian Djin Ku Poh. Masyarakat
setempat menyebutnya Peringatan 10 Ribu Arwah dilakukan setelah
15 hari ulang tahunnya Mak Ku Poh namanya hari Cioko seperti
memberikan makan tunawisma.
Peninggalan yang terdapat di Kampung Cina ini yaitu
makam dari suhu pertama dan pendiri pertama di Vihara atau
Klenteng Sian Djin Kupoh. Makam orang Tionghoa dapat dengan
mudah diketahui. Dari bentuk kuburan, nisan, dan mausoleum
(bangunan pelindung makam), memiliki ciri khas dan gaya
arsitektur tersendiri. Rata-rata makam Tionghoa juga berukuran
besar. Dan makam Tionghoa biasanya diisi oleh dua orang.

Kelenteng merupakan tempat untuk berziarah kepada Mak


Ku Poh dan biasanya memakai dupa , terkadang juga ada yang
memakai menyan ini sebagai lambang penyampaian. Sedangkan,
vihara digunakan sebagai tempat beribadah untuk hari-hari besar
seperti pernikahan dan sebagainya. Dan saat persembahyangan suhu
membunyikan lonceng beberapa kali dan selalu menggunakan lilin-
lilin yang besar. Klenteng atau vihara tetap berdiri sampai saat ini
karna adanya umat, sehingga tetap terjaga dan terlestarikan menjadi
sebuah cagar budaya di daerah Karawang. Seperti tempat ibadah
pada umumnya, seseorang yang mengunjungi tempat ibadah

16
sebaiknya memakai pakaian sopan, berperilaku baik dan melakukan
hal-hal baik lainnya. Salah satu keunikan penganut Buddha yaitu
lampion berwarna merah yang di percaya sebagai simbol cahaya dan
seolah-olah bisa menerangkan dari permasalahan kehidupan
maupun yang lainnya. Lampion biasa dipasang saat perayaan Shejit
pada hari raya Imlek.

4.2. Tanggapan Masyarakat terhadap Pluralitas


Kampung Cina itu terkenal akan tinggi toleransinya, mereka saling
menghargai di setiap perbedaan yang ada di Kampung Cina ini. Jika ada
acara perayaan agama lain, semua masyarakatnya selalu mendukung dan
menghormati, terutama saat acara ulang tahun pemilik tempat ini yang
biasanya disebut Mak Ku Poh acara ini biasa disebut dengan Perayaan
Shejit tiap penanggalan imlek Chit Gwee Cap Sah. Setiap penanggalan
imlek Chit Gwee Ji Si melaksanakan ritual Sembahyangan Ulambana atau
disebut Upacara Patumodana. Sembahyang rebutan yang dilaksanakan di
Ban Lin Tan yang dirayakan setiap tanggal 15 Bulan 7 dalam penanggalan
kalender China. Dengan sendirinya para masyarakat dari berbagai suku,
agama, ras dan antar golongan bergabung untuk memeriahkan acara
tersebut, jadi tidak pernah ada perselisihan dan konflik yang
mengakibatkan suatu perpecahan di Kampung Cina ini.

Tak hanya dalam hal beragama, masyarakat Kampung Cina juga


sangat tolerasi terhadap ras, suku dan antar golongan seperti hal nya di
kampung tersebut ada beberapa masyarakat yang keturunan Cina yang
hidup damai berdampingan dengan masyarakat asli pribumi tanpa saling
membeda bedakan satu sama lain. Para masyarakat Kampung Cina pun
sangat ramah kepada para wisatawan ataupun para pengkaji untuk
memenuhi tugas.

4.3. Faktor–faktor Mempengaruhi Pluralitas di Kampung Cina


Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pluralitas yang
ada di Kampung Cina, diantaranya :

17
1. Suku
Kampung Cina ini terdiri dari dua suku mayoritas yaitu suku Tionghoa
dan suku Sunda. Meski perbedaan kedua suku ini sangat kontras tapi
mereka tetap bersatu dan hidup damai dalam perbedaan.
2. Agama
Kampung Cina adalah kampung yanng sangat beragam terutama dalam
keyakinan. Kampung Cina ini memiliki 5 keyakinan yaitu Islam, Kristen
Protestan, Katolik, Buddha, Konghucu. Berbeda keyakinan bukanlah
sebuah alasan untuk tidak bersatu. Bahkan, terdapat beberapa rumah
ibadah yang dibangun di sana untuk memperat hubungan para
masyarakat sekitar.
3. Ras
Perbedaan ras yang sangat mencolok terutama terlihat dari segi fisik,
warna kulit, tinggi badan dan berbagai hal lainnya. Meskipun hal ini bisa
menjadikan perpecahan di antara mereka tapi sama sekali tidak
mempecah belah kerukunan mereka.
4. Antar Golongan
Dahulu kala, terdapat satu tempat di Kampung Cina yang banyak sekali
tulang belulang bergelimpangan. Tulang belulang tersebut tidak
diketahui latar belakang mereka ini berasal dari mana dan entah siapa.
Namun, para warga Kampung Cina ini tetap menguburkan mereka
selayaknya dan mendoakannya sesuai dengan kepercayaan yang dianut
oleh para pendoa atau penziarah .

18
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Studi ini dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman dan
melakukan pengamatan terhadap isu-isu pluralitas SARA (Suku, Agama,
Ras, dan Antargolongan) yanng terjadi di Kampung Cina serta tanggapan
masyarakat sekitar yang terkait hal ini. Kampung Cina sebuah desa yang
berlokasi di wilayah Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pluralitas SARA yang ada di kampung tersebut, serta
sikap masyarakat terhadap berbagai perbedaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi isu SARA di kampung tersebut. Selain itu, studi ini juga
bertujuan untuk menemukan tantangan dan dukungan dalam memahami
pluralitas SARA di Kampung Cina.

Keberagaman adalah kenyataan bahwa manusia diciptakan Tuhan


dengan karakteristik yang berbeda-beda sebagai fitrah atau yang biasa
disebut Pluralitas. Sementara pluralisme adalah suatu konsep tentang
bagaimana menghadapi dan memahami keberagaman tersebut dalam
interaksi dengan individu-individu yang berbeda dalam kehidupan.
Dengan adanya keberagaman, dunia menjadi lebih berwarna dan didukung
oleh sikap pluralisme untuk mencapai persatuan dan kesatuan.

Penerapan pluralisme agama di masyarakat di Kampung Cina sangat


didasarkan pada kesadaran akan perbedaan agama. Dalam kehidupan
bermasyarakat, pluralisme menjadi kesadaran untuk menerima satu sama
lain dengan saling menghargai, sehingga dapat hidup dalam kenyamanan
dan kedamaian. Sikap kerja sama, gotong royong, dan saling menjaga satu
sama lain menjadi pilar utama dalam hidup berdampingan dengan sesama
manusia. Untuk mencapai hal-hal tersebut, tidaklah memandang
perbedaan suku, agama, ras atau antar golongan. Dalam penerapan

19
pluralisme, dampak positifnya dapat terlihat ketika kesadaran yang baik
dalam memahami perbedaan keyakinan menjadi faktor pendukungnya.

5.2. Saran
Melalui hasil penelitian tentang Bersatu Dalam Pluralitas di
Kampung Cina, penulis menemukan bahwa terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan demi menjaga kelestarian budaya tersebut sebagai
bentuk kepedulian terhadap warisan budaya di daerah Karawang. Seluruh
elemen masyarakat di Kampung Cina dan sekitarnya seharusnya berperan
aktif dalam menjaga dan melestarikan ciri khas kebudayaan yang ada. Hal
ini mampu melestarikan budaya dan dapat membantu memahami
kebudayaan masyarakat di Kampung Cina sehingga memunculkan rasa
saling menghormati antara kebudayaan yang berbeda.
Pemerintah juga harus berperan penting dalam membangun serta
menjaga keutuhan dan kerukunan di Kampung Cina ini sebagai pusat
kebudayaan Tionghoa di Kabupaten Karawang. Hal ini juga akan
memberikan dampak positif pada perekonomian Kabupaten Karawang
khususnya di Kampung Cina karena Kampung Cina juga merupakan
perkampungan bersejarah yang dapat meningkatkan sektor pariwisata.
Oleh karena itu, masyarakat di Kabupaten Karawang diharapkan selalu
merangkul, menghormati, dan menghargai setiap perbedaan yang ada
untuk menjaga persatuan dan kesatuan di wilayah NKRI.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agus, B. (2006). Agama dalam Kehidupan Manusia. Dalam Pengantar


Antropologi Agama. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Ali, S. (2002). Metodologi Penelitian Agama. Dalam Pendekatan Teori dan
Praktek. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Ardi, R. D. (2018). Sukarno Tionghoa dan Indonesa. Surabaya: Ecosystem
Publishing.
Asiati, T. (t.thn.). “Identitas Tionghoa-Indonesia Melalui Hermeneutika Tipologi
Bongpay di Bong Muntang-Tanjung Banyumas". Dalam Jurnal
Cakrawala Mandarin.
Atmaja, D. S. (2019). A Portrait of Chinese Diaspora on Cidayu Area. Dalam
Dinamika Perepsi dan Argumentasi Antar Etnis. Pontianak: IAIN
Pontianak Press.
Hanjaya, W. ( 2014). Sekilas Sejarah Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh
Tanjungpura Karawang Indonesia. Karawang: Yayasan Vihara Sian Djin
Ku Poh Tanjungpura Karawang.
Husnul, A. (2022, Juni 14). Liputan 6. Diambil kembali dari Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/hot/red/4980879/pluralitas-adalah-
keberagaman-dalam-masyarakat-pahami-pluralitas-di-indonesia
Kurniasari, N. G. (2021, Maret 29). kompasiana. Diambil kembali dari
kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/amp/gegyuke/arti-sebuah-
keyakinan_55530b666523bd470c16ff1a
Menzies, A. (2015). Sejarah Kepercayaan dan Agama-Agama Besar Dunia.
Dalam T. A. Asnawi. Yogyakarta: Indoliterasi.
Yusuf, A. M. (t.thn.). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: 2014.

21
LAMPIRAN

Gambar 1 Pintu Gerbang utama Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh

Gambar 2 Altar Utama Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh

22
Gambar 3 Altar Buddha di Vihara Sian Djin Ku Poh

Gambar 4 Altar Koan Im Po Sat di Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh

23
Gambar 5 Altar Kwan Se Im Pou Sat di Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh

Gambar 6 Ban Lin Tan

24
Gambar 7 Makam Ketua Yayasan Pertama di Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh

Gambar 8 Makam Suhu Pertama di Vihara/Kelenteng Sian Djin Ku Poh

25
Gambar 9 Foto bersama Suhu Ceng-ceng

Gambar 10 Wawancara dengan Suhu Ceng-ceng

26
Gambar 11 Wawancara dengan Pak RT Dudu

Gambar 12 Gerbang Pintu Vihara Buddha Loka Sian Djin Ku Poh

27
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan masalah pada
karya tulis ilmiah yang berjudul Bersatu Dalam Prularitas.

Daftar pertanyaan :

1. Bagaimana awal mula Kampung Cina ?


2. Bagaimana awal mula abu Mak Ku Poh ditemukan?
3. Apakah ada adat yang dilakukan masyarakat secara bersama sama?
4. Apa yang menjadi identik dari Kampung Cina selain masyarakat keturunan
Tionghoa?
5. Kampung Cina terkenal akan toleransinya, namun apakah ada persilisihan
mengenai SARA di kampung ini?
6. Jika ada hari-hari besar agama lain, apakah masyarakat lain ikut
merayakannya atau hanya penganut saja yang merayakan?
7. Terdapat tempat apa saja yang ada di vihara atau kelenteng ini?
8. Kapan waktu untuk menggunakan vihara atau kelenteng ini?
9. Faktor apa yang membuat vihara atau kelenteng ini berdiri kokoh hingga saat
ini?
10. Apakah terdapat persyaratan untuk mengunjungi tempat ibadah ini?
11. Jika ingin beribadah atau berziarah ditempat ini, hal apa saja yang harus
dilakukan?
12. Apa fungsi lampion yang terdapat disekitar kelenteng?
13. Apakah ada peninggalan atau makam leluhur yang masih ada sampai saat ini?
14. Suhu menjadi informan bagi para pengunjung, apakah untuk menjadi suhu
harus dari keturunan Tionghoa?
15. Dengan keberagaman yang ada Kampung Cina ini, apakah terdapat tempat
ibadah lain selain vihara dan kelenteng?
16. Banyak sekali pengunjung yang beribadah ke tempat ini, baik minoritas
maupun mayoritas. Apakah ada tindakan diskriminasi dari mayoritas?

28
LAPORAN PENELITIAN

(Hasil Wawancara)

Tanggal : 18 Mei 2023

Waktu : 09.00 WIB

Narasumber : Suhu Ceng-ceng

Jabatan : Suhu

1. Bagaimana awal mula Kampung Cina ?


2. Bagaimana awal mula abu Mak Ku Poh ditemukan?
7. Terdapat tempat apa saja yang ada di vihara atau kelenteng ini?
8. Kapan waktu untuk menggunakan vihara atau kelenteng ini?
9. Faktor apa yang membuat vihara atau kelenteng ini berdiri kokoh hingga
saat ini?
10. Apakah terdapat persyaratan untuk mengunjungi tempat ibadah ini?
11. Jika ingin beribadah atau berziarah ditempat ini, hal apa saja yang harus
dilakukan?
12. Apa fungsi lampion yang terdapat disekitar kelenteng?
14. Suhu menjadi informan bagi para pengunjung, apakah untuk menjadi
suhu harus dari keturunan Tionghoa?

Jawaban :
1. Di zaman dahulu kurang lebih abad 16, banyak kaum atau suku yang
berdatangan ke tempat ini dan bermukim, khususnya orang orang Tionghoa,
karena banyaknya kaum Tionghoa yang berdatangan ke tempat ini. Tempat
ini menjadi sebuah komplek keluarga Tionghoa yang diisi oleh keluarga dari
3 marga Tionghoa dan ditetapkan menjadi kampung cina.
2. Sebenarnya abu Mak Ku Poh itu dibawa ke sini karena wilayah abu Mak Ku
Poh sebelumnya ada di wilayah perang (Tiongkok) dan di bawa ke sini

29
karena sudah menemukan tempat yang berlokasi di Vihara atau Klenteng
lenteng Sian Djin Ku Poh.
7. Dewi Kwan Im berada di sebelah kiri , Dewa Bumi berada di paling
belakang, Vihara di sebelah kanan dan sebagainya.
8. Hari minggu untuk umum, minggu pagi untuk anak-anak dan minggu sore
untuk remaja.
9. Tetap dari umat, tanpa umat tidak mungkin vihara ini berdiri dan tetap harus
dilestarikan.
10. Memakai pakaian sopan, berperilaku sopan dan sama seperti ketika
mengunjungi tempat ibadah pada umumnya.
11. Biasa memakai dupa, terkadang juga ada yang memakai menyan.
12. Lampion termasuk kepercayaan penganut agama Buddha, banyak yang
percaya ini adalah simbol cahaya dan seolah mampu "menerangkan" entah
itu masalah atau kehidupan dan sebagainya. Lampion ini biasa dipasang saat
ulang tahun Mak Ku Poh dan perayaan hari raya Imlek.
14. Suhu sama saja seperti ustadz, kita harus belajar agama terlebih dahulu. Jadi
suhu tidak harus dari keturunan terdahulu.

30
LAPORAN PENELITIAN

(Hasil Wawancara)

Tanggal : 18 Mei 2023

Waktu : 09.00 WIB

Narasumber : Pak Rt Dudu

Jabatan : Kepala Rukun Tetangga

4. Apa yang menjadi identik dari Kampung Cina selain masyarakat


keturunan Tionghoa?
5. Kampung Cina terkenal akan toleransinya, namun apakah ada
persilisihan mengenai SARA di kampung ini?
13. Apakah ada peninggalan atau makam leluhur yang masih ada sampai saat
ini?
15. Dengan keberagaman yang ada Kampung Cina ini, apakah terdapat
tempat ibadah lain selain vihara dan kelenteng?

Jawaban :

4. Pada awalnya hampir mayoritas adalah keturunan Tionghoa, namun


dikarenakan banyaknya faktor seperti pernikahan, pergaulan, pertemanan,
dan sebagainya. Oleh karena itu, pada zaman sekarang Kampung Cina ini
sudah tergabung dari berbagai macam suku, ras dan agama.
5. Tepat jika Kampung Cina itu terkenal akan tinggi toleransinya, di
Kampung Cina jika ada acara perayaan agama lain, semua masyarakatnya
ikut berbaur, terutama saat acara ulang tahun pemilik tempat ini (Mak Ku
Poh) dengan sendirinya para masyarakat dari berbagai ras, suku dan agama
langsung tergabung untuk memeriahkan acara tersebut. Jadi tidak pernah
ada perselisihan yang terjadi di Kampung Cina ini.

31
13. Disini terdapat makam suhu pertama dan makam pendiri pertama atau
ketua Yayasan.
15. Tidak hanya vihara dan kelenteng saja disini terdapat masjid, gereja dan
tempat ibadah agama lainnya.

32
LAPORAN PENELITIAN

(Hasil Wawancara)

Tanggal : 18 Mei 2023

Waktu : 09.00 WIB

Narasumber : Bu Ika

Jabatan : Mayarakat Setempat

3. Apakah ada adat yang dilakukan masyarakat secara bersama sama?


6. Jika ada hari-hari besar agama lain, apakah masyarakat lain ikut
merayakannya atau hanya penganut saja yang merayakan?
16. Banyak sekali pengunjung yang beribadah ke tempat ini, baik minoritas
maupun mayoritas. Apakah ada tindakan diskriminasi dari mayoritas?

Jawaban :

3. Saat perayaan hari raya Imlek pada saat tanggal 1 Imlek dan 15 Imlek
terdapat perayaan saat malam Imlek dan banyak orang yang datang. Lalu
terdapat perayaan Shejit dan ulang tahun Mak Ku Poh.
6. Setiap ada acara keagamaan lain, masyarakat selalu mendukung acara
keagamaan tersebut, masyarakat saling menghormati acara keagamaan
lain.
16. Disini tidak ada seperti itu, disini menjunjung tinggi toleransi dan saling
menghormati.

33

Anda mungkin juga menyukai