Anda di halaman 1dari 10

PERUBAHAN KEBUDAYAAN

MASYARAKAT KOTA PALEMBANG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Diffah Ayu Ardana


2. Adila Julia Nuralami
3. Elysia Nova
4. Balqis Putri Yasmine
5. R.A Muthiah Wardani
6. Saffana Nadhira
7. Siti Chairunnisah Suyta
8. Syakirana Ciffa
9. M. Rezy Fahlevi
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................4
BAB II ISI............................................................................................................................................5
2.1 Budaya Makan.............................................................................................................................5
2.2 Budaya Bermukim.......................................................................................................................6
2.3 Budaya Berpakaian......................................................................................................................6
2.4 Budaya Bahasa............................................................................................................................7
2.5 Ekspresi beragama.......................................................................................................................7
2.6 Cara Berkomunikasi....................................................................................................................8
2.7 Dampak Perubahan Kebudayaan.................................................................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terciptanya dan terwujudnya suatu kebudayaan merupakan hasil interaksi antara manusia
dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan
pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan yang
disebutkan oleh Supartono sebagai daya manusia.

Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensia, dan intuisi yaitu
perasaan dan emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Kebudayaan bukanlah merupakan barang
yang bersifat umum melainkan spesifik hanya dalam khasanah eksistensi manusia, dan
karena itu juga merupakan bagian substansial dalam khasanah pengetahuan dan ilmu tentang
manusia. Jika kebudayaan itu bersifat universal, maka universalitasnya adalah sebatas
eksistensi manusia semata yang tidak boleh mengklaim diri sebagai realitas alam semesta.

Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Bermacam-macam


kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun
kekuatan lain yang tidak selalu baik. Oleh karena itu, manusia memerlukan kepuasan baik di
bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan
yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.

Dari waktu ke waktu kebudayaan selalu berkembang mencapai bentuknya yang semakin
sempurna. Perkembangan kebudayaan tersebut menjadi semakin kompleks mana kala terjadi
persinggungan antara kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat
yang lain. Dalam keadaan seperti inilah kebudayaan mengalami perubahan-perubahan.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan perubahan kebudayaan tersebut?


Perubahan kebudayaan ditandai dengan perubahan unsur-unsur budaya masyarakat yang
dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman untuk kemudian dibentuk suatu
kesatuan budaya baru yang sesuai dengan tuntutan zaman. Kebudayaan meliputi keseluruhan
dari sistem ide, sistem aktivitas, dan artefak-artefak. Perubahan kebudayaan yang dimaksud
bisa terjadi pada salah satu atau seluruh unsur kebudayaan yang ada.

Kota Palembang telah mengalami revolusi sejak masa Kerajaan Sriwijaya, masa
kesultanan Palembang Darussalam, beralih ke masa kolonial belanda dan masa kemerdekaan
Palembang hingga sekarang. Proses tersebut tak luput dari perubahan kebudayaan masyarakat
Palembang mulai dari makanan, adat istiadat, cara berpakaian, ekspresi beragama, dan
sebagainya. Untuk itu kami akan menganalisis bentuk-bentuk perubahan kebudayaan tersebut

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak perubahan kebudayaan di kota Palembang
2. Apa saja perubahan kebudayaan yang terjadi di kota Palembang

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk menjelaskan Bagaimana proses dan apa saja perubahan kebudayaan di kota
Palembang

4
BAB II
ISI

2.1 Budaya Makan


Peradaban budaya terus berkembang perkembangan kemajuan zaman menghasilkan
perubahan dalam budaya makan pada masyarakat. Makanan saat ini mengalami proses
adaptasi yang bukan dianggap tradisional variasi makanan akan membentuk karakter
makanan serta cara makanan yang berbeda. Perilaku masyarakat memilih tempat makan dan
jenis fast food menjadikan menu dan tujuan mereka mengaktualisasi dirinya menarik untuk
mengingat perilaku dan pola makan individu. Pada dasarnya dipengaruhi oleh pengalaman
budaya yang dimiliki oleh perubahan sosial budaya yang terjadi

Perkembangan makanan itu sendiri sekarang sudah menjadi suatu budaya karya seni
makanan akan membentuk karakter serta cara makan yang berbeda pada masa sebelumnya.
Masyarakat Palembang menyajikan makanan lokal atau dengan khasnya untuk dikonsumsi
kini kuliner lokal tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kota Palembang tetapi telah
berubah menjadi proses produksi

Pempek merupakan makanan khas Palembang yang berkategori tangan lokal atau
makanan tradisional. Sebagai salah satu produk budaya yang bernilai ekonomis pempek
merupakan makanan yang diolah oleh masyarakat secara tradisional, kini tidak lagi
digunakan sebagai konsumsi semata makanan ini dikemas dan diproduksi sehingga
menghasilkan varian dan bentuk yang berbeda dari asliny. Mampu memberikan nilai tambah
berupa penghasilan kepada masyarakat.

Dan berkembangnya budaya fast food dan western food kota Palembang, menjadi
rujukan masyarakat saat ini trend dan kebanggaan tersendiri ketika menyantap kuliner asing.
Hingga pada akhirnya membentuk identitas kepribadian dan pengalaman dalam diri individu
di masyarakat Palembang menjadi sebuah diplomasi.

Jika dikaitkan dengan kuliner lokal Palembang seperti pempek telah digunakan sejak
dulu, sebagai salah satu buah tangan yang menjadi kekhasan daerah Palembang.
Kecenderungan memberi buah tangan di Indonesia merupakan bagian dari sopan santun dan
juga bagian dari ungkapan terima kasih kepada seseorang. Dengan kayanya kebudayaan
Indonesia menjadikan kebiasaan memberi kuliner khas sebagai penghargaan dan identitas
budaya. Sedangkan gerak reguler lokal dalam gastro diplomasi digunakan hanya untuk
memperkenalkan dan menciptakan pengenalan terhadap identitas seseorang.

Semenjak munculnya kuliner fast food di Palembang kuliner ini memang tidak dijadikan
buah tangan atau sebagai perlambang terima kasih, akan tetapi menjadi alat dalam
meningkatkan hubungan kenyamanan. Tempat menjadi alasan orang berdiskusi atau
mengajak rekan bisnis dalam berdiskusi sembari makan.

5
2.2 Budaya Bermukim
Salah satu perwujudan dari budaya suku bangsa adalah kehidupan bermukim tepi sungai,
yang di dalamnya terdapat tatanan nilai, aturanaturan dan norma-norma serta kearifan lokal
(local wisdom) dari kebudayaan lokal masyarakat yang bermukim di tepian sungai sehingga
menjadi bagian dari identitas budaya bermukim tepian sungai.

Kebudayaan bermukim tepi sungai Musi berawal dari suku asli Palembang yaitu suku
Musi. Suku Musi ini merupakan kelompok masyarakat yang menetap di sekitar aliran Sungai
Musi dan membuat rumah-rumah rakit maupun panggung yang menjadi langgam arsitektur
vernakular tepian Sungai Musi.

Sungai Musi memiliki peran besar terhadap kehidupan masyarakat Palembang, sehingga
untuk melangsungkan kehidupan sehari-hari mereka memilih menetap di tepian sungai dan
membentuk kelompok permukiman berdasarkan adat istiadat, suku dan sosial budaya. Mata
pencaharian masyarakat tepian Sungai Musi sebagian besar adalah sebagai nelayan,
pedagang, dan buruh harian, maka moda transportasi air yang sibuk hilir mudik di perairan
Sunga Musi adalah perahu.

Sejak dahulu masyarakat yang tinggal di permukiman tepi Sungai Musi dan juga anak
sungainya (Sungai Perigi Kecik, Sungai Demang Jombel, Sungai Goren, Sungai Kenduruan
dan lain-lain) sangat menjaga kondisi lingkungan sungai. Namun dengan adanya kebutuhan
ruang daratan, membuat aktivitas masyarakatnya lebih dominan berpola darat, dan tidak
menggantungkan hidupnya ke sungai. Surutnya air karena panas global sehingga tidak
termasuk area yang basah lagi, menjadi faktor berubahnya identitas permukiman sungai yang
berpola darat

Aspek perubahan karakteristik permukiman tepi sungai akibat kecenderungan masyarakat


yang mulai meninggalkan budaya sungai sebagai sumber sumber daya penghidupan dan lebih
menggantungkan hidupnya ke darat. Kehadiran ruang darat yang lebih mendominan atau
memenuhi kebutuhan masyarakat membuat masyarakat mengembangkan pengetahuan dan
membuat hunian berciri rumah darat di tengah-tengah permukiman tepi sungai, membuat
jalan baru untuk menghubungkan interaksi antar rumah.

2.3 Budaya Berpakaian


Dulu, orang-orang bangga mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing. Namun,
saat ini rasanya hal itu sangat sulit dijumpai kecuali kalau ada acara-acara adat. Pakaian adat
Palembang sendiri sekarang jarang dipakai pada kehidupan sehari-hari melainkan
kebanyakan dipakai pada acara-acara pernikahan yang masih mengusung konsep tradisional.
Cara berpakaian dipengaruhi dari informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai media
seperti TV dan Internet. Saat ini, cara berpakaian sebagian masyarakat banyak dipengaruhi
oleh budaya barat.

6
2.4 Budaya Bahasa
Contoh perubahan budaya budaya lainnya adalah penggunaan bahasa daerah yang sudah
semakin jarang. Kita tahu bersama, ada banyak bahasa daerah di Indonesia ini bahkan di
Palembang pun masih terdapat perbedaan bahasa sebab keberagaman suku. Akan tetapi saat
ini banyak masyarakat lokal yang cenderung menggunakan bahasa nasional. Hal ini bukan
tanpa alasan, karena bahasa nasional lebih dimengerti oleh semua orang sedangkan bahasa
daerah hanya dimengerti oleh masyarakat daerah tertentu saja. Bahasa internasional juga
merebak karena masuknya teknologi dalam masyarakat.

2.5 Ekspresi beragama


Perkembangan ekspresi keagamaan masyarakat kota Palembang pada era tahun 1990-an
dapat dilihat dari latar belakang pemahaman terhadap keagamaan yang merupakan embrio
dari sejarah Islam masuk ke Palembang, kemudian latar belakang perubahan sosial dengan
memperlihatkan perilaku sosial keagamaan paradox, dan yang terakhir kondisi pertumbuhan
tingkat ekonomi.

Penyebab perubahan ekspresi keagamaan di kota Palembang dari era 1990-an sampai di
era globalisasi sekarang ini disebabkan oleh beberapa faktor yang melatarbelakangi
munculnya perubahan dan kontinuitas ekspresi keagamaan masyarakat kota Palembang
disebabkan oleh dua hal yaitu: pertama; pergeseran intelektual masyarakat muslim kota
Palembang; dan kedua; berbenturan arus globalisasi di dalam masyarakat kota Palembang.

Setelah masa runtuhnya kerajaan sriwijaya, dengan diproklamirkannya Kesultanan


Palembang Palembang Darussalam ini maka Agama Islam resmi sebagai Agama Kerajaan
(negara) sampai masa berakhirnya. Dengan Proklamasi Kesultanan Palembang ini,
keterkaitan dengan Mataram, baik kultural maupun politik terputus, dan Palembang
mengembangkan pemerintahan dan kehidupan masyarakat dengan tradisi dan kepribadian
sendiri.

Kultural jawa yang selama ini tertanam sebagai dasar legitimasi keraton Palembang yang
menumbuhkan keterkaitan sembah atau upeti dengan Pajang dan Mataram sudah tidak terjadi
lagi. Kultural masyarakat Palembang lebih banyak didasari kultural Melayu. Sultan
Palembang ini mempunyai minat dan perhatian khusus pada agama Islam. Beliau mendorong
tumbuhnya ilmu pengetahuan dan budaya Islam.

7
2.6 Cara Berkomunikasi
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi mengubah cara kita dalam
berkomunikasi. Dulu komunikasi dilakukan dengan surat-menyurat, tetapi saat ini dilakuan
dengan SMS atau surel. Dulu juga ada yang namanya telegram dan telegraf, akan tetapi saat
ini perannya digantikan dengan telepon, handphone, dan jejaring sosial. Ini membuktikan
bahwa perkembangan teknologi dapat menyebabkan perubahan budaya dimasyarakat.

2.7 Dampak Perubahan Kebudayaan


Faktor-faktor dalam perubahahan sosial dan budaya dapat mempengaruhi dan berdampak
pada perubahan sosial dan kebudayaan sendiri dapat terjadi dan berlangsung baik pada siapa
saja secara langsung dan secara tidak langsung. Dampak yang dihasilkan tersebut dapat
dikategorikan dalam dua kategori yakni perubahan kebudayaan yang bersifat positif dan
perubahan kebudayaan yang bersifat negative.

Dampak yang bersifat positif dari perubahan budaya akan terjadi jika kebudayaan dapa
disesuikan pada lingkungan masyarakat dan keadaan masyarakat mimiliki kemampuan dalam
menyesuaikan diri. Pada pengaruh yang bersifat positif ini akan memberikan hal-hal baik
yang dapat diterima dengan dalam masyarakat yang bersifat positif pada penerapan dan
pengaruhnya dan berdampak baik pada kehidupan masyarakat. Seperti keisiplinan, kerja
keras, rajin belajar, religious, dan mencintai kebudayaan sendiri.

Dampak negatif dapat terjadi jika kebudayaan dan masyarakat tidak dapat menyesuaikan
pada perubahan tersebut apabila perubahan kebudayaan tidak dapat disesuaikan dengan
norma yang berlaku serta menyimpang dari nilai-nilai yang ada, maka akan menghasilkan
dampak yang negative terhadap kehidupan pada masyarakat. Contohnya seperti Peniruan
berpakaian budaya luar yang bertolak belakang dengan budaya bangsa, meningkatnya
kenakalan remaja, terjadi kesenjangan budaya sehingga pelestarian adat kurang diminati,
lebih menyukai budaya luar, dan interaksi sosialatau sifat individulis yang kurang akibat
kemajuan informasi dan teknologi.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan kebudayaan adalah gejala yang dihasil akibat dari berubahnya kebudayaan
yang ada baik pada unsur perilaku, interaksi, budaya dan lainnya kehidupan sosial
masyarakat. Pada perubahan sendiri kebudayaan disebabkan oleh dua faktor utama yang
menjadi pemicu terjadinya perubahan kebudayaan yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Dan perubahan dan pengaruh lingkungan yang menuntut adanya adaptasi atau penyesuaian
budaya masyarakat dan Faktor eksternal yang timbul akibat adanya kontak dengan budaya
asing. Perubahan kebudayaan sendiri memiliki dampak yang positif dimana masyarakat akan
menjadi lebih baik dengan adanya perubahan kebudayaan ini. Selain itu perubahan
kebudayaan ini akan bersifat negative apaila tidak dapat memfilter pengaruh internal dan
eksternal dengan baik.

3.2 Saran
Mesti menganalisis lebih jauh mengenai sejarah dalam perkembangan perubahan
kebudayaan di Palembang dan cara agar kebudayaan itu sendiri tidak hilang atau tergeser
oleh kemajuan zaman.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.neliti.com/publications/199868/evaluasi-citra-kota-palembang-sebagai-
kota-air-tempo-doeloe-dan-masa-kini

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=1114740&val=16792&title=Perubahan%20Budaya%20Bermukim%20Masyarakat
%20Riparian%20Sungai%20Musi%20Palembang%20Tinjauan%20Proses%20dan
%20Produk

https://www.binadarma.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/GASTRODIPLOMACY-
KULINER-DAN-PENGEMBANGAN-POTENSI-EKONOMI-KREATIF-PADA-
MASYARAKAT-KOTA-PALEMBANG.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perubahan_budaya

10

Anda mungkin juga menyukai