PENGANTAR
interaksi
Peran symbol-
simbol
Interaksi individu
kehidupan
Akulturasi Budaya
Kata „Kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta
budhayah, yaitu bentuk jamak dari dudhi yang berarti
“budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budayaan dapat
diartikan : “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada
sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatau
perkembangan dengan kata majemuk budi-daya, yang
berarti, daya dan budi. (P.j.Zoetmulder 1951 dalam
Koentjaraningrat 2009). Karena itu mereka membedakan
budaya dan kebudayaan. Demikianlah budaya adalah akal
dan budi berupa cipta, rasa dan karsa. Sedangkan
kebudayaan hasil dari cipta, rasa, dan karsa
(M.Djojodigoeno,1958:24-27,dalam
Koentjaraningrat,2009). Dalam istilah antropologi-
budaya perebedaan itu ditiadakan. Kata culture
Merupakan kata asing yang sama artinya dengan
“kebudayaan”. Berasal dari kata colera yang berarti
“mengolah” mengerjakan,‟ terutama mengolah tana dan
bertani. (Koentjaraningrat 2009:146)
62
2http://psikologi-online.com.4/2/2009/prasangka-etnik-minoritas/
82
2005.http://islamliberal.blogspot.com/2006/06/islam-inklusif-adian-husaini.html.
113
Ketiga: Hermeneutik
Berikut dijelaskan pengertian Hermeneutik serta
fungsi dan statusnya dalam ilmu pengetahuan
133
Gambar.
Penelitian Model Induktif
Sumber : Crasswell, (1994 : 96)
Kelima:Lapangan Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Kecamatan Liukang
Tupabbiring. Kecamatan ini merupakan salah satu dari
tiga kecamatan di Kabupaten Pangkep yang terletak di
144
Objek Penelitian
Objek dalam kajian ini mencakup komunkasi
verbal dan nonverbal dalam proses interaksi, motif
tindakan keagamaan dan budaya, makna simbolik agama
dan budaya (tradisi yang terkait upacara lingkaran hidup
dan upacara keagamaan), simbol keagamaan ini ditelusuri
maknanya yang boleh jadi berbeda, serta tingkat
akulturasi budaya.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen manusia
(peneliti) sebagai alat pengumpul data utama.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup
rumit. Ia sekaligus perencana, pelaksana pengumpulan
data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelapor hasil penelitian. Manusia (peneliti) sebagai
150
responses.
Not all
people are
equally
articulate
and
perceptive.
Docu Public Enable May
ment documents s a be protected
such as researches to information
minutes of obtain the unavailable
meetings, language and to public or
newspaper words of private
private information. access.
documents Can be Requires the
such as accessed at a researher to
journal time convient search out
ordiary, to researcher- the
letter an information
159
unobtrusive in hard to
sources of find places.
information, Require
represent transcrbing
date that are or optically
thoughtful in scanning for
that computer
informants entry.
have given Materials
attention to may be
compilling. incomplate
As written the
evidance, it documants
saves a may not be
researcher authentic or
the time and accurate.
expense of
transcribing.
Audi Photo May be May
160
Tabel
Tahap Analisis Data
Sumber, Cresswell (1998: 148-149)
inisial
Menggambarkan Menggambarkan makna dari
data peristiwa untuk penelitian
Mengklasifikasi Membuat pertanyaan-
data pertanyaan bermakna, dan
membuat daftarnya
Mengelompokkkan
pertanyaan yang sama pada
unit-unit makna tertentu
Interpretasi data Membangun deskripsi
tekstural (apa yang terjadi)
Membangun deskripsi struktur
( bagaimana peristiwa itu
dialami)
Membangun deskripsi
keseluruhan dari peristiwa
(esensi peristiwa)
Visualisasi dan Narasi esensi peristiwa,
presentasi data dilengkapi dengan table
163
Tabel
Teknik Validitas Data
6Balai Pusat Statistik, Pangkep dalam Angka 2005 (Makassar: UD. Areso
Maret 2010.
175
Karakteristik Geografis
Kabupaten Pangkep merupakan salah satu
Kabupaten yang memiliki keunikan dalam hal
178
Karakteristik Kependudukan
Jumlah pernduduk Kabupaten Pangkep tahun 2006
sebanyak 289.347 jiwa. Jika jumlah penduduk 2006
dibandingkan dengan 2005 yaitu sebanyak 285.172 jiwa
maka jumlah tersebut ada kenaikan jumlah penduduk
sekitar 1,46 %, pada tahun 2010 jumlah penduduk
pangkep 367.371 jiwa . Untuk mendapatkan gambaran
184
KarakteristikPemerintahan
Kecamatan Liukang Tupabbiring dilihat dari
administratif pemerintahan terdiri dari 1 kelurahan dan 14
buah desa. Secara lengkap digambarkan kelurahan dan
desa sesuai dengan wilayah pulau-pulau yang masuk
dalam satu kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan
Liukang Tupabbiring. Kelurahan Mattiro Sompe
wilayahnya adalah Pulau Balang Lompo, Balang Caddi,
Pananbungang dan Pulau Langkadea. Desa Mattiro Bulu
wilayahnya hanya satu pulau yaitu Pulau Karangrang.
Desa Mattiro Dolangeng: Pulau Podang-Podang Lompo,
Podang-Podang Caddi, Lamputang, Pala dan Pulau
Cangkeh. Desa Mattiro Labangen terdiri dari Pulau Laiya
dan Pulau Polowali. Desa Mattiro Wulen wilayahnya
adalah Pulau Kolambing dan Pulau Bangko-Bangkoang.
188
8 . sulawesi.cseas.kyoto-u.ac.jp/lib/pdf/DataKepulauan%20Pangkep.pdf
189
SIMBOL-SIMBOL KEAGAMAAN
Gambar.
(Barang Peninggalan Ulama di Masjid
Pulau Salemo 13 Februari 2010)
Pada gambar di atas menjelaskan tentang beberapa
peninggalan Ulama pada masa lalu yang terbuat dari kayu
diantaranya mic, kaligrafi masjid dan kotak amal yang
dianggap berberkah, sehingga bagi masyarakat Pulau
perlu dijaga dan dilestarikan.
199
Tanggal 21 Maret 2010 di Pulau Balang Caddi, Kuburan keramat di Timur, ada
sebuah cerita terdahulu bahwa mayat itu adalah orang yang hanyut dengan memakai
tasbih di lehernya tetapi tidak ada yang tau dengan benar siapa orang tersebut”
203
Tanggal 21 Maret 2010 di Pulau Balang Caddi, „ Banyak orang dari luar Pulau
datang ke Pulau ini untuk menyimpan buga-buga karena sebuah syarat, atau karena
setelah kawin bilamana ada anaknya nanti, maka mereka akan lebih sering ke tempat ini”
204
Gambar.
(Makam Buaya yang disakralkan
Pulau Karangrang 18 April 2011)
sering ada masayarakat yang datang ke kuburan tapi itu orang kafir.
209
Gambar.
(Gambar pohon yang di sakralkan terlihat sesajen
Pulau Karangrang 18 April 2011)
Pulau Karangrang.
214
“Kalau bulan purnama tiba, tidak ada masyarakat pulau ke laut, mereka lebih
memilih untuk tinggal bersama keluarga sehingga menyebabkan banyak
keturunan/anak.
216
“Ada beberapa tanda lain, yang biasa digunakan masyarakat pulau, seperti
bulan, bintang, angin, tanda tersebut menjadi isyarat apakah mereka berangkat
217
atau tidak ke pulau, kalau datang awan gelap merupakan tanda bahaya, atau
bintang yang dikelilingi awan hitam, pertanda hujan deras, tanda-tanda seperti
itu diberi nama sesuai dengan nama ikan, misalnya ikan lambaru”
218
Tabel.
(Sumber H.Arif)
(Hari-hari yang menjadi pedoman hidup Masyarakat
Pesisir)
Hari
W a k t u
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
Jam
Jum‟ Bai Ko Se Hal Ra Cel Sel Ko Cela Resk Hala- Sel
at k - la- a- h- a- a- - ka i ngan a-
so M nga Ma Ka Ma son mat
ng at n t t g
Sabtu Hal Sel Ce Re- Bai Ko Ra Cel Rah Cela Hala- Ce-
a- a- la- Ski k - h- a- mat ka ngan lak
Ng ma Ka So Ma Ka a
an t ng t
Ahad Re- Ce K Re- Hal Re- Ce- Ra Cela Kos Rah- Hal
234
Maret 2010
237
Pangkajene“Ada yang dinamakan acara rujakan itu kalau anak pertama, kalau
acara rujakang yang dipersiapkan, seperti sabuk kelapa, gula merah, yang berarti
kebahagian”
25 Zaenal “ Guru Mengaji, Wawancara Tanggal 14 Maret 2013 di Pulau
Salemo. “tidak banyak masyarakat pesisir yang mengaqeqah anaknya tapai kalau
masuk rumah baru dirangkaikan dengan aqeqah, akan tetapi ada pemahaman
238
masyarakat pesisir yang dinamakan accera, memotong ayam dan dianggap telah
aqeqah”
239
Pulau Salemo
240
Gambar.
(Prosesi Penghafalan al-Quran
Pulau Salemo 14 Pebruari 2010)
Gambar.
mungkin belum ada petunjuk Tuhan sebagaimana dalam al -Qur‟an “ Inna Allaha
Yahdhi Man Yasa’u”.
259
Tanggal 21 Maret 2010 di Pulau Balang Caddi., Tidak banyak persennya orang
yang sholat di Mesjid, zaman sekarang bukan agama yang memerintah kita,
tetapi kita yang perintah agama, misalnya sholat Isya banyak pahalanya, tetapi
kurang jamaahnya, dhuhur kurang amalnya tetapi banyak orang yang
mengerjakannya, karena memang masyarakat punya paham seperti itu, inilah
yang dikatakan orang terdahulu kita bahwa” lebih banyak berbicara daripada
pelaksanaannya”
261
Pulau Salemo
297
Pulau Balang Caddi “Kuburan yang keramat di pulau, ada cerita masa lalu yang
mengatakan bahwa manyat tersebut adalah mayat yang hanyut di laut dengan
memakai bilang-bilang di lehernya, dan ketika masyarakat menghanyutkan
mayat tersebut manyat itu kembali ke pulau lagi, dan menurut masyarakat tidak
ada yang tau siapa mayat tersebut”
301
Gambar.
(Penumpang Kapal Menuju Pulau 13 Pebruari
2010)
Pada gambar di atas terlihat bagaimana kapal
jollloro yang bersandar di dermaga pasar yang akan
berangkat ke pulau, kapal tersebut sementara menunggu
penumpang yang selesai berbelanja di pasar.
Wawancara Jauhar “anjo ripuloa punna sore
akkumpulu ngasengmi anak mudae tapi nia todo
tau toa biasa punna anak muda mangei anggodo
312
Gambar.
(Dermaga Multi guna
Pulau Karangrang 18 April 2011)
“Menurut Jauhar orang pulau kalau sudah di darat, tidak lagi seperti nelayan
karena pakaiannya bagus-bagus, memakai songko, sarung, seperti orang kota”
316
AKULTURASI BUDAYA
Maret 2013”
323
56. Penumpang Jolloro, Abd Jalil, Wawancara pada tanggal 17 April 2011
“Masyarakat Pulau sangat susah bilamana mereka ingin ke pulau, apalagi bila
333
ada ombak besar, begitupula di tengah laut tidak ada signal jadi bila kapal rusak
sangat berbahaya”
57. Penumpang Jolloro,pada tanggal 17 april 2011 di Pulau Karangrang.
334
Pulau Karangrang “ Saya merasa sakit kepala disebabkan ombak yang besar dan
ketika mesin kapal mati saya sangat kaget, saya berfikir kasihan orang pulau
yang setiap hari merasakan seperti ini”
335
Pulau Salemo „Kalau bulan purnama, masyarakat pulau tidak ke kota mereka
membuat kapal, bagang, serta membuat anak”
337
Karangrang. „ Kalau acara safar banyak juga uang yang habis dipakai beli bensin
belum lagi acara makan”
339
di Pulau Karangrang. „orang tua dahulu kala mandi safar dengan membaca
barazanji, membawa makanan ke Pulau, akan tetapi sekarang sudah tidak seperti
itu lagi, mandi safar sudah menjadi momentum rekreasi, silaturrahim, pada saat
mandi safar yang terpenting adalah membahagiakan anak-anak, pada mandi
safar semua masayarkat Pulau berkumpul pada satu pulau yakni di Pulau Walli,
kapoposan di pulau itulah dilaksanakan acara makan.
340
Gambar.
(Daun yang digunakan dalam Tradisi saffara
Pulau Karangrang 18 April 2011)
April 2011 di Pulau Karangrang “Mandi Safar sudah mulai tidak lagi
dilaksanakan, akan tetapi masih ada beberapa masyarakat yang melaksanakan
mandi safar di sumur, kemudian dituliskan ayat suci al -Quran yang berbunyi
Salamun Qaulan Min Rabbi Alamin”tapi Jauhar tidak tau apa nama daun itu tapi
menurutnya daun tersebut adalah daun pandang”
346
April 2011 “Perasaan bila habis mandi safar di sumur seperti bertambah hebat
dan seperti dosa terhapus”
347
Menurut Zaenal Sudah banyak anak pulau yang menikah dengan masayarakat
luar, seperti saya sekarang tinggal di barru bisnis Foto Copy, tapi kalau libur saya
tetap ke pulau, saya punya alasan kenapa saya ti nggal di luar pulau, karena
pemerintah susah mengangkat masayarakat pulau jadi PNS”
67 Zaenal Wawancara Pada tanggal 14 Maret 2013 di Pulau Salemo.
“Menurut Zaenal, Dalam acara pabuntingan bagi anaka perempuan pertama ada
istilah rujakkang (Makan Rujak)
353
2010 “ Menurut Zainal Ari-ari merupakan kakak dari bayi yang dilahirkan yang
dianggap telah berkorban demi keselamatan sang bayi”
367
Pangkajene
370
Pangkajene
375
2011 “Menurut Hasan pada acara kelahiran bayi ada istilah makan besar selama 7
hari dimana menunya (songkolo, gula merah) memiliki makna agar bayi kelak
perjalanan hidupnya dapat bahagia, setelah 40 hari dilakukan acara menginjak
tanah bermakna adaptasi diri terhadap dunia, dengan beragam makanan (doko -
doko cangkuning, onde-onde, baskom berisi beras dan kelapa yang sudah
bertunas)
384
Maulid yang telah dibaca akan berberkah, setiap tahun telah menjadi rutinitas,
akan tetapi masayarakat tidak pernah bosan karena menurutnya setelah
makanan maulid dibaca maka makanan itu terasa nikmat dimakan”
391
DAFTAR PUSTAKA
http://teguhimanprasetya.wordpress.comfenomenologi-
1/{/2008/09/25/}
http://wangmuba.com/filsafat-ilmu-dalam-psikologi-
fenomenologi/{/2009/04/20}
http://www.infoskripsi.com/Theory/Pendekatan-
Fenomenologis-Bagian-II.html
http://islamliberal.blogspot.comslam-inklusif-adian-
husaini.htm{l/2006/06/}
http://sosbud.kompasiana.com.kasiratangan-dalam-
perkawinan-makassar//2011/04/01/
Jandra, Mifedwil, Drs.dkk. 1989/1990 .Perangkat/Alat-
Alat Dan Pakaian S erta Makna Simbolis Upacara
Keagamaan Di Lingkungan Keraton Yogyakarta.
Depdikbud Direktorat Sejarah & Nilai Tradisional
Proyek Inventarisasi & Pessmbinaan Nilai-Nilai
Budaya DIY
Lubis Andriana Lusiana. 2002. Komunkasi
antarbudaya,digitized by usu digital library
Rasak Nasaruddin. Dienul Islam. Cet. IIV, Bandung: PT.
Al-Ma‟arif: t.th.
Manyambeang, Kadir Abul. 1983-1984. Upacara
Tadisional Yang Berkaitan Dengan Alam dan
Kepercayaan di Sulawesi Selatan.
Sunardi, “Dialog: Cara Baru Beragama, Sumbangan
Hans Kung bagi Dialog antar-Agama,” dalam Seri
481