Anda di halaman 1dari 9

KEARIFAN LOKAL SISTEM SASI LAUT PADA MASYARAKAT MALUKU

Dandri Harapenta Tarigan


21160025
Program Studi Pendidikan Agama Kristen, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas HKBP Nomensen Medan

dandriharapenta.tarigan@student.uhn.ac.id
Abstrak
Sistem sasi laut adalah suatu bentuk tradisi pengelolaan sumber daya laut yang
digunakan oleh masyarakat di Maluku. Sistem hukum tradisional ini berkonsentrasi pada
upaya menjaga ekosistem laut dan lingkungan serta mengatur pengelolaan sumber daya alam
yang terdapat di laut. Sistem ini membantu masyarakat untuk mempertahankan keseimbangan
ekosistem laut dan memastikan adanya sumber daya laut yang terus tersedia bagi generasi
berikutnya. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan masyarakat dan analisis dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem sasi laut di Maluku memiliki peran penting dalam
pengelolaan sumber daya laut. Namun, adanya pengaruh globalisasi dan pembangunan yang
tidak berkeadilan membawa dampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem laut. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya untuk memperkuat sistem hukum tradisional ini agar tetap diterapkan
dan dapat membantu melindungi lingkungan dan ekosistem laut.

Kata Kunci : Sistem sasi laut, masyarakat Maluku, pengelolaan sumber daya laut

Abstract

The marine sasi system is a traditional form of marine resource management used by the people
of Maluku. This traditional legal system focuses on efforts to protect marine ecosystems and
the environment, and regulates the management of marine natural resources. . Data were
collected through community interviews and document analysis. Research results show that
the marine sasi system in Maluku plays an important role in the management of marine
resources. However, the effects of globalization and unfair development have negatively
impacted the marine environment and ecosystems. Therefore, efforts should be made to
strengthen this traditional legal system so that it continues to be enforced and can help protect
the marine environment and ecosystems.

Key word: Sea Sasi system, Maluku, marine resource management


PENDAHULUAN
Maluku sebagai wilayah kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan
budaya, telah mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya alam yang unik dan
berkelanjutan selama berabad-abad. Salah satu sistem tersebut adalah "Sasi," sebuah bentuk
kearifan lokal yang telah menjadi pijakan utama bagi masyarakat Maluku dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan keberlangsungan hidup mereka.

Kata "Sasi" sendiri berasal dari bahasa Maluku yang berarti larangan atau tabu. Sistem
Sasi merupakan sebuah aturan adat yang mengatur pengelolaan sumber daya alam, seperti
hutan, laut, dan sumber air, dengan cara memberlakukan larangan atau pembatasan dalam
penggunaan dan penangkapan selama periode tertentu. Praktik Sasi ini mencerminkan kearifan
lokal masyarakat Maluku dalam beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan menjaga
keseimbangan ekosistem pulau-pulau di wilayah tersebut.

Sistem sasi laut telah menjadi bagian penting dari budaya masyarakat Maluku selama
berabad-abad. Sistem ini digunakan untuk mengatur dan memanfaatkan sumber daya laut,
seperti ikan dan tanaman laut, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Namun, dengan
meningkatnya permintaan akan sumber daya laut dan pertumbuhan populasi, sistem sasi laut
ini mungkin memiliki dampak negatif pada lingkungan laut dan ekosistem yang ada di sana.

Tujuannya dalam jurnal ini adalah untuk mengkaji sistem sasi laut pada masyarakat
Maluku dan melihat dampaknya terhadap lingkungan serta bagaimana system sasi
mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut da mengidentifikasi peran serta nilai-nilai budaya
yang terkandung di dalamnya . Jurnal ini juga akan membahas upaya yang dapat dilakukan
untuk meminimalkan dampak negatif dari sistem sasi laut dan memastikan bahwa sumber daya
laut dapat terus tersedia untuk generasi mendatang.

Perubahan sosial, perubahan iklim, dan urbanisasi yang semakin cepat di dunia modern
saat ini telah berdampak besar pada kearifan lokal seperti Sasi. Masyarakat Maluku
menghadapi tantangan baru dalam upaya melestarikan tradisi dan nilai-nilai budaya mereka.
Oleh karena itu, jurnal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi pentingnya menjaga kearifan
lokal di tengah-tengah tekanan perubahan global dan bagaimana penerapan nilai-nilai Sasi
dapat terus relevan dalam konteks kontemporer.
METODE

Penelitian ini dilakukan di kota Ambon, Maluku ketika penulis mengikuti program
pertukaran mahasiswa merdeka yang merupakan program dari kementrian pendidikan.
Pengambilan data hanya dilakukan satu kali yakni saat mengikuti seminar mengenai kearifan
lokak masyarakat Maluku yaitu sistem sasi yang dilakukan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Pattimura.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan melibatkan


wawancara dengan narasumber yang sudah melihat dan menyaksikan system sasi pada
masyarakat maluku, serta analisis dokumentasi dari berbagai sumber primer dan sekunder
terkait Sasi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih
mendalam tentang sistem Sasi, nilai-nilai budaya yang melekat pada tradisi ini, serta
kontribusinya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan masyarakat Maluku.

Melalui pemahaman yang komprehensif tentang sistem Sasi, diharapkan jurnal ini
dapat memberikan masukan berharga bagi pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mendukung
upaya pelestarian kearifan lokal di Maluku. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
memicu minat lebih lanjut tentang pentingnya keberlanjutan budaya dan ekologi dalam konteks
global yang terus berubah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Sasi Laut berakar pada budaya dan tradisi masyarakat pesisir di wilayah
Maluku dan Papua, Indonesia. Sistem ini telah ada selama berabad-abad sebagai bentuk
pengaturan penggunaan sumber daya laut untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan
ekosistem di lingkungan mereka.

Sasi Laut diyakini berasal dari budaya Maluku dan Papua yang telah lama mendiami
wilayah pesisir dan pulau-pulau di kepulauan Indonesia. Masyarakat pesisir ini bergantung
pada hasil laut sebagai sumber utama kehidupan mereka, seperti ikan, kerang, dan biota laut
lainnya. Untuk menjaga kelangsungan hidup dan keberlanjutan sumber daya alam ini, mereka
mulai mengembangkan sistem pengaturan yang kemudian dikenal sebagai Sasi Laut.

Sasi laut muncul sekitar akhir 1400-an yang dimulai ketika adanya transisi
pemerintahan uku lima(masyarakat gunung) dan uku lua(masyarakat pantai). Kedua entitas
masyarakat ini memiliki sistem kepemimpinan, tradisi, dan wilayah yang berbeda-beda.
Pada tahun 1517 kedua persekutuan masyarakat bersatu dalam satu pemerintahan
dibawah kepemimpinan Raja Latula Hasan Huliselan yang menandai era masyarakat
pantai dan membuka pemukiman di suatu wilayah yang disebut Namalrole. Dimasa
ini, sasi lautdan sasi daratdisatukan dalam satu sistem kelembagaan yang dikelola oleh
rajadan kewang. Sistem property rightbelum banyak berubah, dimana masyarakat
memiliki hak yang sama dalam mengakses sumberdaya alam baik di darat dan laut
secara bebas.

Lebih jauh dijelaskan bahwa pada masa pemerintahan Raja Adrian Pasalbessy
(1652-1658) terjadi pemindahan pemukiman dari wilayah Namalrole ke Tanjung Hatawano
(desa saat ini). Implementasi praktek sasiselanjutnya semakin berkembang yang
ditandai dengan berbagai kebijakan lokal oleh pemerintah desaseperti registrasi tanah dan
perbatasan desa, membangun batas desa dan pemasangan tonggak-tonggak permanen
disetiap perbatasan, serta registrasi dusun-dusun pusaka yang dimiliki oleh soa3dan
marga Perkembangan ini menunjukkan bahwa praktek sasimakin kompleks yang ditandai
dengan kelembagaan sasi yang semakin maju seperti munculnya kepemilikan pribadi
(private property right), penguatan perbatasan, serta masuknya budaya luar
(kolonialisme).Pada era modern sasi laut mengalami perubahan radikal pada mekanisme
pengelolaan serta dinamika perubahan kepemilikan pribadi sehingga pada tahun 1976 mulai
diberlakukan mekanisme lelang dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Mekanisme ini tidak
terepas dari efek komersialisasi komoditas perikanan.

Sasi laut, adalah sasi yang meliputi kawasan pantai dan laut yang termasuk pertuanan
desa. Hal ini berarti segala kandungan laut yang di-anggap penting oleh masyarakat
setempat, ter-gantung pada nilai ekonomis hasil laut tersebut. Yang mula-mula diatur oleh
sasiadalah khusus ikan. Inipun meliputi jenis ikan tertentu yang biasanya bergerak
berpindah-pindah secara berkelompok seperti ikan Lompa. Bila satu ke-lompok telah
memasuki satu labuhan maka masyarakat dilarang untuk menangkapnya. Sejak saat
itu sasimulai berlaku. Contoh sasilaut, seperti: bialola (sejenis kerang), rumput laut, mutiara,
dan ikan. Pengelolaan sasi laut di masing-masing daerah berbeda-beda tergantung dari wilayah
serta kebudayaan yang ada di daerah tersebut. Penentuan jangka waktu sasi antara 3 bulan, 6
bulan, 1 tahun, dan 2 tahun yang disesuaikan dengan jenis sumber daya alam yang diatur sesuai
dengan kebutuhan dan musim yang berlaku.

Sasi ditandai dengan upacara tutup sasi yakni pernyataan bahwa larangan itu mulai
berlaku dengan memberikan tanda sasi yaitu berupa kayu yang iikat dengan pucuk daun kelapa
muda dan tanaman pada batas areal terlarang, dan pada akhirnya dia-dakan upacarabuka
sasidengan mengangkat tanda sasitadi dengan upacara adat sebagai tanda larangan itu
tidak berlaku lagi. Setelah sesudah upacara itu, barulah si pemilik dapat mengambil hasilnya
yang sudah matang. Terdapat 2 macam upacara tutup dan buka sasi, yaitu :

1. Upacara tutup dan buka menurut adat. Pelak-sanaan upacara tutup sasidapat
dikemukakan sebagai berikut, biasanya 1 atau 2 hari men-jelang upacara, telah
ada pemberitahuan yang dilakukan oleh kepala kewangdan anak-anak
kewangkepada seluruh masyarakat. Dengan demikian masing-masing orang atau
keluarga telah mempersiapkan kebutuhannya selama masa tutup sasi itu.
2. Upacara tutup dan buka sasi menurut gereja. Sasi gereja pada umumnya dilakukan
secara perorangan. Keluarga tersebut akan mengutarakan maksudnya kepada
majelis jemaat dan pada hari minggu saat dilaksanakan ibadah. Akan ada pengu-
muman dari majelis jemaat serta didoakan oleh pendeta. Sejak saat itu kebun
milik keluarga ter-sebut akan diberlakukan sasigereja. Biasanya sasigereja
dilakukan oleh beberapa keluarga secara ber-sama-sama. Tanaman atau pohon yang
disasidiberi tanda sasi seperti kayu yang dipalang yang berbentuk salib. Sasi
gereja dibuka dengan acara doa pada saat ibadah digereja pula, dan biasanya
hasil pertama pada saat panen diberikan kepada gereja dan juga pendeta.

Otoritas sasi laut berada ditangan seorang raja yang memiliki legitimasi sebagai
pemimpin adat dan kepala pemerintahan desa adat. Raja yang memiliki kewenangan
penuh untuk mengangkat dan mengesahkan kewang serta bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan sasi laut. Kewenangan ini dibatasi oleh peraturan adat yang menegaskan
tentang distribusi kekuasaan lokal pada soa dan marga tertentu. Kewang merupakan kumpulan
orang orang yang bertugas mengontrol dan menjaga wilayah yang sedang di sasi serta
melakukan pengawasan terhadap tindakan semena-mena dari penduduk luar desa maupun
penduduk desa itu sendiri. Kewang memegang peran penting dalam pelaksanaan sasi laut.
Keberlanjutan sistem sasi laut sangat tergantung pada kewang dalam menjalankan fungsinya.
Tugas utama dari lembawa kewang adalah sebagai berikut :

1. Mengamankan dan mengawasi pelaksanaan semua peraturan sasi yang telah


diputuskan oleh sidang Dewan Adat
2. Melaksanakan sanksi / hukuman kepada siapa saja anggota masyarakat yang
melanggarnya
3. Memeriksa dan mengamankan batas-batas tanah, hutan, sungai dan laut yang
termasuk dalam wilayah yang diberlakukan sasi
4. Melakukan pemasangan terhadap tanda-tanda sasi
5. Menyelenggarakan pertemuan terkait pelaksanaan sasi.

Pada batas sasi laut yang telah ditetapkan masyarakat dilarang melakukan aktifitas
perikanan selain menggunakan alat tangkap handlineuntuk jenis ikan karang di wilayah sasi
laut. Melakukan aktifitas-aktifitas pemanfaatan sumberdaya perikanan dikawasan sasi
lautdiancam dengan ancaman denda sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan
sebelumnya.

Pada sistem sasi terdapat sanksi yang diberikan kepada orang yang melanggarnya.
Terdapat 3 jenis sanksi terharap pelanggar sasi laut, yaitu hukuman fisik, hukuman non fisik
(biasanya sanksi teologis dari otoritas gereja) serta sanksi dalam bentuk denda. Sanksi
fisik dilakukan oleh kewangatau raja dalam bentuk hukuman fisik (dicambuk dengan
rotan) berdasarkan tingkat kesalahan yang dilakukan. Pemberlakuan sanksi denda telah diatur
secara jelas dalam peraturan sasi. Sanksi diberlakukan tergantung pada jenis pelanggaran
yang dilakukan oleh masyarakat. Berikut ini adalah beberapa sanksi denda terhadap
pengambilan sumberdaya-sumberdaya perikanan di kawasan sasi laut.Sanksidalam bentuk
denda masih efektif berlaku terhadap pelanggar sasi.

Sistem Sasi memainkan peran yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya laut
dan lingkungan maritim. Dalam konteks masyarakat pesisir di wilayah-wilayah seperti
Maluku, Papua, dan beberapa wilayah lain di Indonesia, sistem ini telah digunakan secara
tradisional untuk menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem laut. Berikut adalah
beberapa peranan utama Sistem Sasi dalam pengelolaan sumber daya laut.

1. Pengaturan Penangkapan
Salah satu peran utama Sistem Sasi adalah mengatur waktu, tempat, dan cara
penangkapan ikan dan sumber daya laut lainnya. Melalui aturan-aturan ini,
masyarakat menghindari penangkapan berlebihan dan mengizinkan sumber
daya alam untuk pulih dan diperbaharui secara alami.
2. Pelestarian Spesies
Sasi membantu melindungi spesies-spesies tertentu, terutama yang terancam
punah atau yang memiliki nilai ekologis dan budaya yang tinggi. Penangkapan
spesies-spesies ini bisa dibatasi atau dilarang sepenuhnya dalam periode
tertentu untuk memastikan kelangsungan hidup mereka.
3. Menghargai Keanekaragaman Hayati
Sasi Laut mencakup berbagai jenis sumber daya alam yang ada di ekosistem
laut. Hal ini membantu mencegah dominasi satu jenis sumber daya yang dapat
menyebabkan gangguan ekosistem secara keseluruhan.
4. Pengawasan dan Penegakan Hukum
Masyarakat lokal berperan dalam pengawasan dan penegakan aturan Sasi Laut.
Dengan demikian, Sistem Sasi mempromosikan partisipasi aktif masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya alam dan memberdayakan mereka untuk
bertanggung jawab atas lingkungan mereka
5. Melestarikan budaya Lokal
Sasi Laut merupakan bagian dari kearifan lokal dan tradisi budaya masyarakat
pesisir. Dengan menerapkan Sistem Sasi, masyarakat melestarikan nilai-nilai
budaya mereka yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
6. Pendekatan berkelanjutan
Sasi Laut adalah contoh pendekatan pengelolaan sumber daya berbasis lokal
yang berkelanjutan. Dalam jangka panjang, sistem ini membantu mencegah
kerusakan lingkungan dan kelebihan penangkapan yang dapat mengancam
kehidupan manusia dan ekosistem secara keseluruhan.

Namun, penting untuk diingat bahwa di era modern dengan perubahan sosial dan
ekonomi, Sistem Sasi juga menghadapi beberapa tantangan. Penduduk yang meningkat,
peningkatan permintaan terhadap sumber daya alam, dan aksesibilitas teknologi dapat
mempengaruhi implementasi dan efektivitas Sistem Sasi. Modernisasi dan komersialisasi
merupakan faktor utama yang menyebabkan erosi umum nilai-nilai tradisional. Keduanya
mempengaruhi dan menuntun masyarakat lokal ke pasar komersial. Kondisi ini yang
menjadi faktor memudarnya praktek sasi lautdi hampir seluruh desa di MalukuOleh karena
itu, upaya pelestarian dan revitalisasi sistem ini penting untuk memastikan peran pentingnya
dalam pengelolaan sumber daya laut terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi masyarakat
dan lingkungan.

Di era modern dengan perubahan sosial dan ekonomi, serta pengaruh globalisasi, tradisi
Sasi Laut menghadapi tantangan baru. Perubahan pola hidup, kebutuhan ekonomi, dan
aksesibilitas teknologi bisa mengurangi kesadaran dan partisipasi dalam menjalankan sistem
Sasi Laut. Namun, di sisi lain, ada juga upaya untuk melestarikan dan memperkenalkan
kembali kearifan lokal ini sebagai bagian dari upaya pelestarian sumber daya alam dan
keanekaragaman budaya.

KESIMPULAN

Sasi laut merupakan tradisi kearifan lokal yang telah berhasil menjaga keberlanjutan
sumber daya laut di wilayah Maluku. Melalui pengaturan waktu dan tempat penangkapan ikan,
sasi laut membantu mencegah penangkapan ikan secara berlebihan, sehingga memungkinkan
populasi ikan dan ekosistem laut untuk pulih dan tumbuh kembali. Sasi laut adalah contoh
pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat yang telah ada selama berabad-abad di
Maluku. Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat lokal dapat secara efektif mengatur
penggunaan sumber daya alam tanpa memerlukan campur tangan otoritas eksternal. Sasi laut
memiliki peran penting dalam budaya dan identitas masyarakat Maluku. Praktik ini menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari dan memainkan peran penting dalam menjaga warisan
budaya dan pengetahuan lokal. Sasi laut menghadapi tantangan dalam menghadapi perubahan
sosial dan ekonomi modern. Perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan faktor ekonomi dapat
mengancam kelangsungan praktik kearifan lokal ini. Konsep pengelolaan sumber daya alam
berbasis lokal seperti sasi laut dapat memberikan inspirasi bagi program pengelolaan sumber
daya di tingkat global. Pengintegrasian kearifan lokal dalam upaya konservasi dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas langkah-langkah perlindungan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Satria.Arif,Mony.Ahmad. Dinamika Praktek Sasi Laut di tengah Transformasi Ekonomi dan


Politik Lokal. The Dynamics of Sasi Laut Practices amidst Local Economic and Political
Transformations - CORE Reader dikases pada tanggal 10 Mei 2023

Judge.Julfikar,Nurizka.Marissa.2008. PERANAN HUKUM ADAT SASI LAUT DALAM


MELINDUNGI KELESTARIAN LINGKUNGAN DI DESA ETI KECAMATAN SERAM BARAT
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT.18037-ID-peranan-hukum-adat-sasi-laut-dalam-
melindungi-kelestarian-lingkungan-di-desa-eti.pdf (neliti.com) diakses pada tanggal 11 Mei 2023

Wakano.Abidin.2019. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Kearifan Lokal


Masyarakat Maluku. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Kearifan Lokal
Masyarakat Maluku | Wakano | al-Iltizam: Jurnal Pendidikan Agama Islam
(iainambon.ac.id) diakses pada tanggal 14 Mei 2023

Rachman Persada.Nadia Putri.dkk.2018. SASI SEBAGAI BUDAYA KONSERVASI


SUMBER DAYA ALAM DI KEPULAUAN MALUKU. SASI SEBAGAI BUDAYA
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DI KEPULAUAN MALUKU | Rachma
Persada | Ilmu dan Budaya (unas.ac.id). diakses pada tanggal 14 Mei 2023

Rakuasa.Heinrich,Pinoa.W.S.2023.PEMETAAN KEARIFAN LOKAL BUDAYA SASI


LAUT DI NEGERI NUWEWANG KECAMATAN PULAU LETTI, KABUPATEN
MALUKU BARAT DAYA. PEMETAAN KEARIFAN LOKAL BUDAYA SASI LAUT DI
NEGERI NUWEWANG KECAMATAN PULAU LETTI, KABUPATEN MALUKU
BARAT DAYA | Jurnal Geografi (undana.ac.id). dikases pada tanggal 17 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai