Anda di halaman 1dari 10

Machine Translated by Google

Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Vol, 24, No.1, Maret 2022: 16-25
ISSN 1411 - 0911 : eISSN: 2443-2660

HETEROGENISASI BUDAYA PADA MASYARAKAT ADAT RAJA AMPAT


(Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Raja Ampat, Papua Barat)

George Mentansan1 , Bani Sudardi2 , and Sahid Teguh Widodo3


1
Faculty of literature and culture, University of Papua, St. Gunung Salju Amban Manokwari, West Papua
98314 2,3 Study program of Doctoral in Cultural Studies Sebelas Maret, University Surakarta, St. Ir.
Sutami No.36 Kentingan, Jebres District, Surakarta City, Central Java, 57126 E-
mail:georgementansan@gmail.com; E-mail:banisudardi@yahoo.co.id

ABSTRAK. Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang hidup dengan nilai dan norma tradisional sebagai pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Sistem alat dan perlengkapan hidup masih sederhana, kekerabatan masih sangat erat, agama
dan seni menjadi satu kesatuan yang utuh dalam membangun keharmonisan dengan alam, ternyata dihadapkan pada
fenomena modernitas yang lahir sebagai penakluk dengan alat pendukung seperti ekonomi kapitalis, industrialisasi,
eksploitasi sumber daya alam, pengawasan kelompok dominan, rasionalisasi nilai dan sekularisasi telah bergerak cepat
menyerang dan menguasai masyarakat adat Raja Ampat. Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi, bentuk dan
dampak kekuasaan modernitas pada masyarakat adat Raja Ampat. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode studi
kasus kualitatif dengan pendekatan etnografi di Waisai, Kabupaten Raja Ampat. Teknik penentuan informan dilakukan
secara purposive dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan secara deskriptif
kualitatif dengan ragam bahasa ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bentuk-bentuk heterogenisasi budaya antara lain
ekonomi kapitalis yang ada dengan berbagai kesempatan kerja, industrialisasi perikanan dan pariwisata, eksploitasi sumber
daya alam secara masif, pengawasan kelompok dominan seperti birokrasi Raja Ampat, rasionalisasi nilai dan sekularisme
tanpa batas wilayah dan adat. Namun, hal ini juga bermasalah karena produk modernitas memediasi tuntutan hidup untuk
bergerak cepat, tepat, efektif dan efisien.

Kata Kunci: Heterogenisasi Budaya; Kekuatan Modernitas; Masyarakat Adat; Raja Ampat

HETEROGENISASI KULTURAL PADA MASYARAKAT ADAT RAJA AMPAT


(Studi Kasus Kuasa Modernitas di Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)

ABSTRAK. Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang hidup dengan nilai-nilai dan norma tradisi sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup yang masih sederhana, hubungan
kekerabatan yang masih sangat akrab, religi dan kesenian merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membangun
harmonisasi dengan alam, ternyata diperhadapkan pada sebuah fenomena modernitas yang lahir sebagai penakluk dengan
perangkat-pendukungnya seperti: ekonomi kapitalis, industrialisasi, eksploitasi sumberdaya alam, pengawasan dari
kelompok dominan, rasionalisasi nilai-nilai dan sekulerisasi telah bergerak cepat menyerang dan mendominasi masyarakat
adat Raja Ampat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi, bentuk dan dampak kuasa modernitas dalam masyarakat
adat Raja Ampat. Penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di Waisai
Kabupaten Raja Ampat dalam pendekatan etnografi. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive dengan
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data penelitian yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data dan menarik
Penyajian data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan bahasa ragam ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kuasa modernitas telah membentuk heterogenisasi kultural kehidupan masyarakat adat Raja Ampat seperti: hadirnya
ekonomi kapitalis dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang semakin bervariasi, lahirnya industrialisasi pada bidang
perikanan dan pariwisata, eksploitasi sumberdaya alam secara masif, pengawasan dari kelompok dominan seperti birokrasi
Raja Ampat, rasionalisasi dan sekulerisasi nilai-nilai tanpa mengenal batas wilayah dan batas adat. Namun kuasa
modernitas ini pun menimbulkan luka yang perih dengan adanya kehidupan yang dituntut untuk bergerak cepat, tepat,
efektif, efisien dan termediasi oleh produk-produk modernitas.

Kata kunci: Heterogenisasi Kultural; Kuasa Modernitas; Masyarakat Adat; Raja Ampat

PENGANTAR pulau-pulau kecil tersebar di seluruh wilayah ini. Pulau-


pulau utama umumnya bergunung-gunung dan tertutup
Raja Ampat terletak di ujung barat laut Papua hutan tropis, tetapi kawasan ini juga terkenal dengan
di Indonesia timur dan terletak di Bentang Laut fitur karst batu kapur yang spektakuler, yang terdapat
Kepala Burung di jantung Segitiga Terumbu Karang di bagian selatan dan barat laut Raja Ampat. Pulau-
(Agostini, et al, 2012:9). Wilayahnya meliputi 4,5 pulau utama umumnya bergunung-gunung dan tertutup
juta hektar lautan, pulau-pulau kecil, dan terumbu hutan tropis, tetapi kawasan ini juga terkenal dengan
karang. Empat pulau utama dan ratusan lainnya fitur karst batu kapur yang spektakuler, yang terdapat di

DOI: https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v24i1.29348
Diserahkan: 03 September 2020, Diterima: 20 Maret 2022, Diterbitkan: 02 Maret 2022
Machine Translated by Google
Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022 17

bagian selatan dan barat laut Raja Ampat. Sejak awal 1800- Berdasarkan hasil penelitian berbagai pihak,
an, ekspedisi ilmiah ke Raja Ampat telah menyoroti ditemukan bahwa perairan Raja Ampat memiliki tingkat
keanekaragaman laut yang luar biasa di kawasan ini keanekaragaman hayati tropis yang tinggi dan merupakan
(Palomares et al. 2007:34). Keanekaragaman hayati yang bagian dari 'segitiga karang dunia' (coral triangle) dan
tinggi di berbagai taksa di Raja Ampat telah berkontribusi merupakan kawasan dengan ekosistem paling asli dan
pada identifikasi Bentang Laut Kepala Burung sebagai terkaya ( Kurniasari, dkk, 2014:265); (Mcleod, Elizabeth,
prioritas nasional dan global untuk konservasi (Roberts dkk, 2009:660). Masyarakat tradisional Raja Ampat telah
2002:13). Survei terumbu karang pada tahun 2001 mempertahankan kehidupan yang menyenangkan melalui
menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa terumbu karang penggunaan bahasa asli (daerah) secara terus menerus
Raja Ampat adalah yang paling beragam di planet ini. selain bahasa Indonesia sebagai media komunikasi sehari-hari.
Jumlah total spesies ikan terumbu karang yang tercatat Kahn, et al (1988) dalam (Nurti, 2017:4) menekankan
saat ini adalah 1.427, dan 553 spesies karang pembentuk makanan sebagai sosok yang sangat penting di wilayah
terumbu telah tercatat, yang merupakan lebih dari 75% Mikronesia dan Polinesia, karena peran sosial yang
jumlah total spesies karang dunia (Allen & Erdmann dimainkan sebagai media komunikasi, standar kekayaan,
2009:587; Veron et al.2009:95). parameter status sosial, dan simbolik. penengah.
Salah satu pendorong keanekaragaman hayati yang luar Sementara itu, kegiatan berburu dan menangkap ikan, di
biasa ini adalah keanekaragaman habitat yang tinggi, mulai samping sistem ekonomi yang bernuansa kekeluargaan,
dari habitat terumbu dangkal yang meliputi terumbu karang organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian, serta
tepi, penghalang, tambalan dan atol hingga saluran dalam sistem religi, terpelihara dengan baik secara lestari. Praktek
di antara pulau-pulau utama. Raja Ampat memiliki warisan masyarakat dengan kodratnya menghasilkan kearifan lokal
budaya yang kaya dan beragam yang mencakup penduduk seperti yang dijelaskan oleh (Vuspitasari & Ewid, 2020:26)
asli Melanesia, pemukim lama dari daerah sekitar Indonesia, bahwa kearifan lokal ada karena adanya kebiasaan yang
dan dari Timur Tengah karena era perdagangan rempah- menghasilkan suatu tindakan yang menimbulkan sikap
rempah. Sebagian besar penduduk yang tinggal di dalam menyikapi suatu peristiwa. Selain itu, adat istiadat
Kepulauan Raja Ampat termasuk dalam kelompok etnis sebagai salah satu bentuk sosial budaya merupakan
Raja Ampat, yang terdiri dari dua suku besarÿMaya dan seperangkat aturan atau tata cara untuk menentukan
Matbat–dan setidaknya 17 suku yang lebih kecil. Suku perilaku masyarakat. Menurut laporan Iyai, dkk (2020: 206),
Maya menempati bagian utara Kepulauan Raja Ampat masyarakat Papua diketahui berburu dengan menggunakan
meliputi Waigeo, Salawati dan beberapa pulau kecil di jerat, tombak, dan panah serta bantuan anjing terlatih.
sekitarnya. Suku Matbat umumnya menempati bagian Modernisasi sebagaimana ditegaskan oleh Suwardani
selatan Kepulauan Raja Ampat: Misool dan pulau-pulau (2015:254), bahwa ketidakpastian nilai masyarakat saat ini
kecil di sekitarnya (TNC 2004). Juga transmigrasi penduduk terjadi karena sisi negatif modernisasi dengan
yang diprakarsai pemerintah, khususnya dari Jawa (Timmer mengutamakan kemampuan akal, dengan meminggirkan
2007:37 ) telah memperkenalkan sejumlah suku tambahan peran nilai transendental dan tunduk pada paham
(misalnya Bugis, Buton, Maluku). individualisme, materialisme. , dan kapitalisme. Proses ini
Agama memiliki pengaruh yang sangat kuat, dan banyak juga yang dialami masyarakat tradisional Raja Ampat diikuti
desa kantong Kristen dan Muslim yang tersebar di seluruh oleh perkembangan kapitalisme, industrialisasi, eksploitasi
nusantara. Keterpencilan Raja Ampat dan populasi yang sumber daya, pengawasan kelompok dominan, rasionalisasi
cukup rendah hingga saat ini memungkinkan terumbu nilai, dan sekularisme, dianggap sebagai masalah besar
karang dan habitat lainnya tetap dalam kondisi yang cukup dalam masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat adat
baik dibandingkan daerah lain di Indonesia. Waisai mengalami serbuan modernitas dengan adanya
kapal kekinian, speedboat, motor jonson, katinting, mobil,
Provinsi Kabupaten Raja Ampat luasnya sekitar motor roda dua, televisi, parabola, komputer, internet,
, dengansisanya
67.379,61 Km2 Km2 sedangkan luas daratan
adalah7.559,6
lautan handphone (HP), ruko, bank , mesin cuci, makanan
(Raja Ampat Dalam Angka, 2020). Selanjutnya, Waisai kemasan, susu formula, depot air minum, dan air mineral
telah menjadi ibu kota dan pusat pemerintahan untuk kemasan.
wilayah ini dari tahun 2003 hingga saat ini, dengan luas
saat ini 1120,02 Km2 . Ini terdiri dari empat kelurahan dan
populasi 32.499
266,67 orang,
orang dan mengukur
per kilometer kepadatan
persegi, sehinggasekitar
menjadi Situasi dan kondisi tersebut menyebabkan
kota terpadat dari dua puluh empat kabupaten (Kabupaten masyarakat adat di Raja Ampat khususnya di kota Waisai
Raja Ampat dalam angka, 2020). sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, poros birokrasi
pemerintahan dan pelayanan masyarakat, pusat informasi,
teknologi dan komunikasi yang menyebabkan masyarakat
adat

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
18 Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022

tercerabut dan terkoyak dari kehidupan tradisionalnya meliputi reduksi dan penyajian data, serta penarikan
menuju masyarakat modernitas. Hal tersebut menjadikan kesimpulan atau verifikasi. Penyajian data hasil analisis
penelitian ini menarik untuk dilakukan penelitian karena dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan berbagai
berdasarkan berbagai literatur dan hasil penelitian di Raja bahasa ilmiah dan didukung oleh gambar dan foto yang
Ampat ternyata lebih terfokus pada keanekaragaman relevan dengan penelitian.
hayati yang ada di laut Raja Ampat sedangkan kehidupan
sosial budaya masyarakat terabaikan.
HASIL DAN DISKUSI
Dengan demikian, penelitian ini didasarkan pada
permasalahan utama kehidupan sosial budaya masyarakat Kondisi Masyarakat Adat Raja Ampat Menurut
adat Raja Ampat di Waisai dalam pusaran modernitas (Retnowati, 2011:153) nelayan tradisional adalah
yang merambah sendi-sendi kehidupan masyarakat adat perorangan yang pekerjaannya menangkap ikan dengan
di bidang ekonomi, sosial budaya, politik, hukum dan menggunakan perahu dan alat tangkap sederhana (tradisional).
keamanan. aspek. Kajian ini mendasarkan penelitiannya Nelayan tradisional biasanya adalah nelayan yang sudah
pada permasalahan pokok sebagai berikut: 1. Bagaimana turun temurun melaut untuk memenuhi kebutuhan hidup.
kondisi masyarakat adat Raja Ampat di Waisai; 2. Masyarakat adat Raja Ampat sebagian besar adalah
Bagaimana bentuk kekuatan modernitas pada masyarakat nelayan dengan pekerjaan sampingan bertani dan berburu
adat Raja Ampat di Waisai dan 3. Bagaimana dampak babi hutan, menetap di desa-desa kecil yang jauh dari
kekuatan modernitas pada masyarakat adat di Waisai lokasi yang kegiatan ekonominya lebih sederhana
Kabupaten Raja Ampat. (Sagrim, et al, 2020:5) dan (Iyai, et al. 2020 :207)
Selanjutnya, hasil dari kegiatan pertanian terutama untuk
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini konsumsi sehari-hari sedangkan sisanya dijual melalui
bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi masyarakat barter, dimana ikan, umbi-umbian, singkong, hasil laut
adat Raja Ampat, bentuk-bentuk kekuatan inovatif dan dan beras dipertukarkan satu sama lain. Menurut
pengaruh heterogenisasi budaya masyarakat adat di (Amiruddin, 2014:107) sebagian masyarakat nelayan
Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. tradisional melakukan usaha dalam bentuk skala kecil
dan menengah. Secara empiris lebih banyak nelayan
METODE
tradisional dari pada mereka yang lebih subsisten dalam
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. mempertahankan kehidupan keluarganya. Transaksi ini
Bogdan & Tylor (1993:30) melaporkan teknik ini dalam tergantung pada kesepakatan dan ketersediaan media
(Prastowo 2012:22) sebagai prosedur penelitian yang pertukaran di antara masyarakat, intensitas interaksi
digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa barter ini menyebabkan hubungan sosial budaya yang
ungkapan tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati. erat di antara masyarakat tradisional, seperti yang
Kajian dilakukan di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, ditekankan oleh (Kaplan & Manners, 2002:114) bahwa
Provinsi Papua Barat, dengan objek kajian kekuatan untuk bertahan hidup dalam suatu budaya, orang
modernitas. Ratna (2010:12) menyebut fenomena ini membutuhkan pengetahuan tertentu tentang cara kerja
sebagai adanya seluruh gejala budaya yang ada di sekitar benda-benda di dunia sekitar mereka. Beberapa dari
masyarakat. Investigasi saat ini adalah studi kasus pengetahuan itu mungkin didasarkan pada pengalaman
dengan pendekatan etnografi. Stake (2011:479) dan “tidak dapat dijelaskan”. Bagian lainnya berupa
melaporkan analisis kontekstual sebagai keputusan yang pengetahuan teoretis. Dalam arena inilah muncul adaptasi
tidak sistematis, melainkan sebagai pilihan subjek untuk yang dapat diartikan sebagai proses yang menghubungkan
dipelajari atau diteliti. Yin (2012:13) mengidentifikasi studi suatu sistem budaya dengan lingkungannya (Kaplan &
kasus sebagai strategi yang lebih cocok untuk pertanyaan Manners, 2002:112). Apalagi tingkat kedekatan tersebut
penelitian yang berkaitan dengan bagaimana dan secara definitif diperkuat dengan terjadinya perkawinan
mengapa, atau kemungkinan mengendalikan peristiwa dalam suku Raja Ampat, baik antara suku asli Raja
Ampat, Biak,
yang sedang diselidiki. Kajian juga difokuskan pada fenomena kekinian dalamMaluku,
konteksTernate, Tidore
kehidupan dan suku pendatang
nyata.
lainnya. Proses ini disebut akulturasi, mengacu pada hasilsosial,
instrumen
terutama
utama
ketika
dalamsekelompok
penelitian ini
orang
meliputi
denganproses
buku
catatan, pedoman wawancara, tape recorder, kebiasaan tertentuSelanjutnya
terpapar elemen
budaya
dari
observasi.
kamera asing,
Juga, dasar-dasar
dan jadwal. ini
secara bertahap menerima teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
kepribadian penelitian,
budaya. danwawancara
melalui terintegrasi,mendalam
tanpa kehilangan
dan
dokumentasi. Penelitian ini (Indira, et al, 2019:37) menggunakanlaporan
model Miles dan
tentang Huberman
analisis sebagai
data sosial metode.
yang dekat.Ada juga
Prastowo
(2012:241) melaporkan hubungan dan ikatan budaya antara analisis
terdiridata
dari kualitatif
masyarakat tradisional
di Rajapulau
Ampatsebagai
berdasarkan
prosesarus
yang
tiga aktivitas ekonomi yang terjadi secara bersamaan, dan interaksi. Oleh
Heterogenisasi
karena itu, masyarakat
Budaya dalam
mengandaikan
Masyarakat Adat
wahana
Raja Ampat (Studi kasus kekuasaan modernitas di Kabupaten Waisai Raja Ampat Papua Barat)

(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)


Machine Translated by Google
Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022 19

untuk memperoleh nilai sosial budaya (enkuturasi) sebelum adat menyambut gempuran arus manusia dari berbagai daerah baik
terbentuk (Ningrum, 2012:48). Sementara itu, intensitas interaksi dari Kota Sorong maupun kota - kota lainnya di Tanah Papua
ekonomi dan sosial antara masyarakat adat Raja Ampat dengan maupun dari luar dan dari luar negeri yang berkunjung sebagai
masyarakat pendatang mendorong terjadinya pergeseran nilai wisatawan untuk menikmati keindahan perairan dan laut Raja
dan adat istiadat tradisional. Masyarakat adat Saonek melakukan Ampat.
kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat Hasil penelitian menunjukkan pendatang kurang beruntung
sederhana, antara lain nilon dan umpan. Namun, praktik ini tidak di sektor ekonomi ini karena beberapa faktor antara lain
lagi terjadi, karena modernisasi, karena beberapa individu saat rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan berwirausaha,
ini menggunakan alat tangkap yang lebih modern termasuk kurangnya kepemilikan modal usaha meskipun sumber daya
jaring, pukat, bom, potasium, untuk mendapatkan hasil yang alam melimpah, dan rendahnya integritas usaha. Sebagai
besar dalam waktu yang relatif singkat, terlepas dari dampak masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan,
lingkungan. masyarakat adat di Waisai tergolong masyarakat miskin yang
Fenomena ini juga terjadi di kalangan masyarakat Indramayu, menurut (Imron, 2003:24) sangat mudah dilihat dan diwujudkan
seperti yang ditunjukkan oleh (Gumilar, 2018:147) dimana dalam berbagai kebutuhan pokok manusia seperti pangan,
peningkatan kebutuhan ekonomi dilaporkan telah menyebabkan sandang, papan dan kesehatan. Kemiskinan dalam dimensi
sikap apatis masyarakat terhadap kelestarian lingkungan. ekonomi secara kualitatif dapat disebabkan oleh kondisi rumah
Namun impunitas ini berangsur-angsur terhapus dengan yang kumuh dengan perabot yang minim, serta rendahnya
masuknya organisasi konservasi internasional khususnya CII kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan
(Conservation International Indonesia) di Raja Ampat khususnya kesehatan. Hal ini juga disebabkan oleh minimnya peralatan
Kepulauan Saonek. yang dimiliki masyarakat untuk kegiatan penangkapan ikan dan
sulitnya transportasi menuju kota Sorong serta sangat terbatasnya
Menyusul perpindahan pemerintahan Kabupaten Raja sarana/fasilitas tradisional yang digunakan untuk menangkap
Ampat ke Waisai, pertumbuhan ekonomi berangsur-angsur ikan dan hasil laut (Pongantung, 2018:114). Selanjutnya,
dimulai dan migrasi penduduk, termasuk Pegawai Negeri Sipil berbagai sektor ekonomi menunjukkan dominasi pendatang baru
(PNS) Pemerintah Kabupaten Raja Ampat. dan pemilik modal luar dalam penjualan dan jasa (transportasi
Selanjutnya pembangunan infrastruktur dan pelayanan antar pulau di Waisai) termasuk kapal cepat, tukang ojek,
pemerintahan mendorong peningkatan mobilisasi penduduk pedagang pakaian, toko, pedagang kaki lima, warung makan,
untuk mencari pekerjaan dan wirausaha dari berbagai daerah penjual sayur dan ikan; dan dalam kewirausahaan skala besar
Raja Ampat, Kota Sorong dan dari luar Tanah Papua. Selain itu, yang terdiri dari investor hotel, homestay, pondok, kontraktor,
pihak swasta termasuk perusahaan pertambangan, investor dan penyedia layanan.
pariwisata, konstruksi, transportasi dan pasokan jasa, yang
bergerak di bidang ekonomi makro dan ekonomi mikro, mulai
berkembang di Waisai, di mana pendatang dari luar Raja Ampat Bidang sosial budaya menunjukkan hubungan yang erat,
yang terdiri dari orang Bugis, Makassar, Jawa, Toraja, Manado terpelihara dengan baik dan harmonis karena hubungan kekerabatan
mendominasi. dan perkawinan dalam masyarakat sebelumnya, dengan adat-
istiadat yang mengikat pada gaya hidup dan perilaku masyarakat tradisional.
Sikap dan pola perilaku dalam menjalin hubungan sosial dalam
Pemerintah mendukung pengembangan ini dengan suatu kelompok masyarakat sangat ditentukan oleh norma sosial
menyediakan sarana dan prasarana untuk informasi, teknologi, dan ikatan adat yang berlaku dalam kelompok tersebut
transportasi, komunikasi, layanan kesehatan, pendidikan, (Pongantung, 2018:115). Namun, hal ini tereduksi dan
perikanan, kelautan, dan pariwisata, industri unggulan di mana terfragmentasi oleh perkembangan kawasan dan masuknya
turis asing tertarik dengan paket perjalanan yang ditawarkan. berbagai pengaruh luar berupa mobilisasi imigran untuk
Selanjutnya, perkembangan sektor ekonomi secara signifikan berbisnis, khususnya yang berkaitan dengan pariwisata,
dipengaruhi oleh pariwisata dan jasa. perikanan, kelautan, perdagangan, informasi dan teknologi. Oleh
karena itu, terjadi penggantian dengan hubungan untung-rugi
Menurut (Mohamed, 2019:34), kelompok kapitalis mempengaruhi dan (Mohamed, 2019:35) mengungkapkan kelonggaran dalam
perdagangan dengan mencari peluang bisnis dan investasi hubungan interpersonal dan organisasi sosial di antara warga
melalui pemasaran, pembelian bahan dan perekrutan pekerja. pesisir.
Situasi ini menyebabkan gerakan pembangunan dan reformasi
sistem birokrasi yang pesat di berbagai sektor, terutama sektor
perikanan, kelautan, dan pariwisata untuk menyediakan berbagai Bentuk-Bentuk Kekuasaan Modernitas atas Tradisional
sarana dan prasarana bagi penyedia layanan baik birokrasi Society in Waisai City, Raja Ampat Regency
maupun swasta untuk Modernitas sangat kuat, tanpa batas, memengaruhi
setiap bidang kehidupan manusia, dan mendukung ekonomi kapitalis,

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
20 Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022

penetrasi rasionalitas, pembentukan solidaritas organik, digunakan sebagai patokan dalam hubungan tersebut.
kapasitas pengawasan, dan industrialisme yang Pergerakan manusia dan ekonomi berkembang begitu
melibatkan sumber energi tak hidup dan peralatan pesat dan melahirkan relasi sosial dan ekonomi yang
bertenaga mesin yang digunakan untuk produksi barang. semakin bervariasi dan sarat dengan kepentingan tertentu.
Lebih jauh lagi, nilai-nilai modern bersifat mendasar dan Pertambahan penduduk meningkat, pendapatan
menjadi acuan bagi cita-cita lain akibat aktivitas meningkat, jenis pekerjaan semakin bervariasi namun
masyarakat, dan ini membentuk rasionalisasi dan keadaan ini semakin menunjukkan ketimpangan, semakin
sekularisasi. Fenomena modernitas yang pesat di abad terlihat kesenjangan status masyarakat miskin,
ke-21 memiliki dua efek yang terdiri dari perkembangan terpinggirkan dan terlantar yang lebar.
dan penyebaran institusi sosial modern, sehingga Produk modernitas tampak pada berbagai sektor
menciptakan peluang yang luas untuk menikmati kehidupan masyarakat tradisional Raja Ampat meliputi
keberadaan yang aman dan memuaskan secara global, ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan
menggantikan sistem pramodern lainnya. Namun, keamanan. Sektor ekonomi mencakup akses informasi,
penetrasi modernitas menyebabkan malapetaka yang komunikasi, teknologi, dan khususnya masuknya
signifikan di abad ini (Giddens 2005:9) dan risiko sosial berbagai transportasi modern termasuk katinting, Jonson,
yang didukung oleh Ulrich Beck. Namun, Jurgen sudah tersedia di Waisai. Kondisi ini menyebabkan
Habermas mengemukakan kesinambungan dalam ketergantungan dan keinginan untuk memiliki produk
perkembangan modernitas menuju rasionalisasi beberapa modernitas menjadi sangat mendasar karena efisiensi
sistem sosial, sehingga memunculkan sistem kompleks dan efektifitas penggunaan alat transportasi tersebut,
yang berciri nalar yang terdiferensiasi, terintegrasi, dan instrumental.
misalnya jarak tempuh yang semakin pendek namun
Ada dua hal yang secara bersamaan dilakukan biaya yang dikeluarkan relatif lebih mahal. Ada
oleh modernitas, yaitu pematangan diri dan penetrasi ke kebanggaan tersendiri memiliki alat transportasi ini di
luar. Selain itu, pematangan diri melibatkan kelimpahan Kota Waisai karena bisa digunakan kapan saja dan
informasi dan produksi barang karena kapitalisme dimana saja meski biaya perawatan dan operasionalnya
industri. Oleh karena itu, negara berkembang termasuk tinggi. Relasi ekonomi dan sosial masyarakat selama ini
Indonesia menjadi sasaran modernitas (Wardhana, diukur dari kepemilikan alat transportasi dan alat
2012:8), dengan dominasi geografi kelautan yang ada komunikasi yang ternyata membutuhkan dana yang tidak
mendukung penetrasi di berbagai wilayah, termasuk sedikit untuk memperoleh produk tersebut.
Papua umumnya, dan lebih khusus lagi di Kota Waisai,
Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Penetrasi Bidang sosial meliputi pembentukan kelompok
dan terobosan modernitas terjadi sebagai akibat kontak bermain, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, SMK,
sosial dan hubungan dagang yang terjadi pada kelompok remaja masjid dan gereja, televisi, internet,
masyarakat adat Waisai dengan pihak luar seperti: konsumen, informasi, telekomunikasi, cendekiawan,
nelayan dari Sorong dan Ternate-Tidore; Kontak ini juga intelektual, dan komunitas individu. Juga rumah sakit,
menjadi jembatan penyebaran teknologi modern, perkantoran, bank, tempat percetakan dan fotokopi,
khususnya yang berkaitan dengan teknologi penangkapan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal dan
ikan modern yang menghasilkan tangkapan besar dalam internasional termasuk CII (Conservation International
waktu relatif singkat dengan mengabaikan resiko Indonesia), dan TNC (The Nature Conservancy).
kerusakan sumber daya laut akibat penggunaan
penangkapan ikan modern yang merusak. gigi. Migrasi Bidang budaya meliputi pembentukan rumah
orang luar ke Kota Waisai juga menjadi faktor pendukung modern, toko, aneka model pakaian, sepeda motor, obat-
merebaknya modernitas di wilayah ini. obatan, peralatan dan perawatan kecantikan, mesjid,
gereja, vihara, gaya hidup, hobi, dan aksesoris tari
Sasaran ekspansi modernitas adalah daerah berbusana modern. Sehingga untuk memenuhi keinginan
perkotaan, sementara ekonomi uang adalah media tersebut, pemanfaatan sumber daya alam di Waisai
pengendali penyebaran, karena penyelidikan Simmel sangat tinggi dan produk kawasan modernitas sangat
menunjukkan dua situs utama yang saling berhubungan dibutuhkan untuk melengkapi desain dan model modern.
- kota dan uang. Selanjutnya, modernitas terkonsentrasi Desakan ini juga merupakan kedekatan masyarakat adat
atau diintensifkan di kota-kota, sedangkan perluasannya untuk meningkatkan produktivitasnya dengan etos kerja
melibatkan ekonomi uang (Ritzer, 2012:933). Oleh yang tinggi dan kreatif dalam mengumpulkan peningkatan
karena itu, sebagai ibu kota Kabupaten Raja Ampat, pendapatan yang jauh lebih tinggi dari biasanya yang
Waisai tidak terlepas dari gejolak modernitas. Fakta dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan yang semakin bervariasi.
bahwa uang telah menjadi alat tukar yang sah dan Sektor politik melibatkan pembentukan partai politik
sarana transaksi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat adatdengan
dan merupakan
berbagai ideologi, yang terdiri dari

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022 21

tujuh partai besar pada tahun 2019: Golkar, Demokrat, PDI Kebutuhan perlindungan dan menjadi kebutuhan prioritas karena
Perjuangan, Hanura, Gerindra, PAN, dan PKS pada tahun 2019. adanya rasa tidak aman, takut terancam dan rusaknya fasilitas
Selanjutnya, terdapat konflik kepentingan yang lebih luas dan atau harta benda pribadi sehingga kesempatan kerja sebagai
nyata dengan identitas primordial dan kelompok etnis yang saling petugas keamanan semakin terbuka lebar dan menjadi sarana
bersaing, seperti yang disorot oleh (Snanfi, et al, 2018:123) peningkatan kualitas masyarakat di lingkungannya. bentuk
tentang permainan politik identitas Moi dengan mengembangkan disiplin dan mengikuti aturan siap.
isu etnisitas tentang tanah ulayat . Politik identitas kemudian
terkuak dan menjadi dasar kontestasi dan pertanyaan yang
dimainkan oleh pihak-pihak dalam memperjuangkan kepentingan Dampak Kekuatan Modernitas Pada Masyarakat Adat Raja
politik demi kepentingan masyarakat adat. Menurut (Salim, Ampat di Kota Waisai Kabupaten Raja Ampat Pembahasan
2015:668) politik identitas merupakan ideologi yang ada pada tentang dampak kekuatan modernitas pada masyarakat
setiap etnis; keberadaannya bersifat laten dan potensial dan dari tradisional Raja Ampat menunjukkan manfaat dan kerugian
waktu ke waktu dapat muncul sebagai kekuatan politik yang yang muncul di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum,
dominan. Secara empiris, politik identitas merupakan aktualisasi dan keamanan.
partisipasi politik yang terkonstruksi dari akar budaya masyarakat
setempat, dan mengalami proses internalisasi secara terus Di bidang ekonomi, hubungan sosial mempengaruhi
menerus dalam budaya masyarakat dalam suatu jalinan interaksi pilihan, keinginan dan tindakan (Sairin et al, 2002:13-14).
sosial. Politik identitas semakin meluas dan terlihat dalam Selanjutnya, pengaruh kekuatan modernitas ekonomi mendorong
kehidupan masyarakat di Kota Waisai dan menyebabkan semangat rasionalitas instrumental (Mentansan, 2019:21) dalam
gesekan sosial semakin melebar. Politik identitas biasanya eksplorasi sumber daya alam (SDA) termasuk perikanan, kelautan
digunakan oleh para pemimpin sebagai retorika politik dan pertambangan (Waimbo, 2012: 216) dan di sektor pariwisata,
sebagaimana kita menyebutnya “orang pribumi” yang sektor unggulan penghasil pendapatan daerah. Perkembangan
menginginkan kekuasaan dan mereka untuk “pendatang baru” sektor-sektor tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi
yang harus melepaskan kekuasaan. Jadi singkatnya, politik yang pesat, sehingga menimbulkan berbagai kesempatan kerja
identitas hanya digunakan sebagai alat manipulasi — alat untuk dan tersedianya produk-produk modern untuk dimiliki, digunakan
mengumpulkan politik — untuk memenuhi kepentingan ekonomi dan dinikmati oleh masyarakat tradisional. Ini termasuk pakaian,
dan politiknya” (Haboddin, 2012:127) makanan kemasan (mie, kue, air mineral, makanan kaleng,
bumbu dapur, minyak goreng, rokok, susu formula, mainan anak
dan lain-lain), peralatan masak modern dan beragam, bahan
Bidang hukum meliputi pembentukan aparat penegak bangunan yang dikemas rapi, terdiri dari semen, cat, seng ,
hukum yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, hakim, dan ini kanopi, profil tangki, barang tersier terdiri dari televisi, mobil,
dominan untuk mengatur, mengawasi dan menangani setiap sepeda motor, CD ( Compact Disk), tape, speaker aktif, AC,
perbuatan yang dianggap bertentangan dengan hukum atau dispenser, mesin cuci, kipas angin, kamera digital, handphone,
mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat. parabola, komputer, laptop, bank, kantor pegadaian, rumah toko,
Masyarakat adat diatur untuk mengikuti dan menaati berbagai pasar, rumah makan, dan ruko.
aturan yang diatur melalui sosialisasi, kampanye dan pemasangan
spanduk dan baliho sebagai media komunikasi dan edukasi
masyarakat adat di Kota Waisai.

Kondisi ini membuat masyarakat adat lebih sadar dan patuh Namun, modernitas tidak menguntungkan karena pemilik
terhadap penerapan peraturan dan hukum di daerah ini. sumber daya ekonomi, termasuk tanah dalam masyarakat
Kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum tradisional, terpaksa menjual dan mengalihkan pemilik modal
semakin kuat dan merakyat dibuktikan dengan berbagai untuk berbisnis. Selanjutnya, ibu pertiwi (Rumansara, 2015:53)
permasalahan sosial budaya, ekonomi, kepemilikan hak ulayat telah ditukar dengan uang yang diperlukan, dan sebagai aset
dan politik yang mewakili masyarakat adat dipercayakan kepada ekonomi yang vital, tanah Waisai diperebutkan oleh beberapa
aparat penegak hukum di Waisai. kelompok etnis yang mengaku sebagai pemilik yang sah, yang
terdiri dari Ma'ya (suku asli) , Betew/Beser (orang Biak) dan
Bidang keamanan telah berdirinya Institusi Kepolisian Umkai (orang Maluku). Oleh karena itu, hal ini menimbulkan
(Polres Raja Ampat), Pasukan Angkatan Darat (Kostrad), dan kecemburuan di kalangan masyarakat tradisional, dan
Angkatan Laut, berkedudukan di Sorong namun dengan wilayah menimbulkan keresahan bagi Pemerintah dan investor swasta.
operasional di Raja Ampat. Selain itu, Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) dan Satuan Pengamanan (Satpam) membawahi
Bank, PLTD Waisai dan lembaga ekonomi masyarakat vital Dalam bidang sosial, modernitas telah memberikan
lainnya. berbagai rangkaian perubahan yang mempengaruhi masyarakat utama

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
22 Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022

institusi atau melibatkan transisi dari satu tipe masyarakat termasuk masyarakat tradisional menjadi individualistis,
ke tipe masyarakat lainnya. Menurut (Giddens, 2005:376), materialis, dan terpecah-pecah karena etnis, agama,
kehidupan sosial manusia dibentuk dan dibentuk kembali kepentingan dan tujuan. Ada juga pengukuran hubungan
dalam praktek-praktek yang dilakukan sehari-hari. Oleh sosial dengan uang, munculnya proses kerja industri
karena itu, kekuatan modernitas mengarah pada perluasan menyebabkan peningkatan ukuran dan pembagian kerja,
sektor kerja dan pertumbuhan privatisasi keluarga, serta mekanisasi dan intensifikasi kerja, pengaturan hubungan
pemisahan masing-masing dari kehidupan keluarga dan sosial yang teratur dalam jarak ruang-waktu yang tak
kontrol sosial masyarakat. Kapitalis sebagai agen akumulasi terbatas, Giddens dalam (Barker, 2009:139). Ketidakfleksibelan
modal dalam konteks persaingan kerja dan pemasaran dalam hubungan kekerabatan dari mediasi perangkat
produktif (Barker, 2009:14), telah menjerat dan mengambil teknologi termasuk telepon seluler dan internet.
alih kehidupan tradisional masyarakat humanis. Juga, ada
peningkatan pemisahan kerja dan liburan dan konsumerisme, Dalam bidang politik, masyarakat nasional diatur dan
di mana kehidupan sehari-hari difokuskan pada pendapatan dipimpin oleh pemerintah-negara (Duverger, 2007:xi xii).
dan barang konsumsi dipandang sebagai simbol yang Gramsci dalam (Simon, 2004:15) menyatakan bahwa politik
signifikan (konsumsi yang mencolok, berbelanja sebagai adalah kegiatan utama manusia di mana manusia
aktivitas yang memuaskan diri terlepas dari kebutuhan). mengembangkan kapasitas dan potensinya. Selanjutnya,
Featherstone dalam Kahn (2016:203) menyebutkan banjir peran negara semakin besar, dan menjalankan fungsi baru
informasi, pengetahuan, uang, komoditas, masyarakat dan dalam mengatur dan mengkoordinasikan produksi, distribusi
citra yang meningkat sedemikian rupa sehingga kesadaran kekayaan, perlindungan kedaulatan ekonomi, dan stimulasi
akan perbedaan spasial yang memisahkan dan mengisolasi pengembangan pasar luar negeri. Tanggung jawab ini
manusia dari kebutuhannya mengingatkan semua dilakukan khususnya di bidang pariwisata dimana wisatawan
masyarakat lain, yang membentuk apa dikenal sebagai tertarik dengan berbagai bentuk promosi ke mancanegara.
kemanusiaan, telah terkikis. Dampaknya adalah kita semua Situasi ini menyebabkan pembangunan ekonomi yang
kembali ke satu sama lain. Selanjutnya, dengan seharusnya disertai etos kerja rasional dan penundaan
berkembangnya individualisme, hubungan sosial menjadi kepuasan, terpaksa mengakui mekanisme pasar yang
tidak fleksibel, dimediasi oleh keabadian dan dibentuk menawarkan kelimpahan dan pemenuhan sementara dan
berdasarkan kepentingan terencana. Munculnya proses sekarang (Kuntowijoyo, 2006:13). Namun dampak yang
kerja industri menyebabkan peningkatan ukuran dan merugikan antara lain digunakannya masyarakat tradisional
pembagian kerja, mekanisasi dan intensifikasi kerja, oleh lembaga legislatif dan eksekutif sebagai wadah untuk
organisasi reguler -kontrol hubungan sosial dalam jarak menghasilkan suara instan dan parsial dalam pemilihan
ruang-waktu yang tak terhingga, Giddens dalam (Barker, umum. Mobilisasi massa ini memiliki pengaruh jangka
2009:138). Hubungan Oleh karena itu, penelitian ini panjang dalam kehidupan sosial, menciptakan pemisahan
menunjukkan reformasi dalam hubungan sosial masyarakat antara kelompok yang menang dan pendukung yang kalah.
tradisional di mana hubungan kekerabatan dan pertemuan Karena yang hilang dalam bifurkasi ini adalah rasa budaya
langsung sekarang menjadi pertemuan pihak ketiga dengan sebagai medan pertempuran, yang memecah belah para
media teknologi termasuk ponsel, dan kesibukan kerja dan penggunaan waktu(Anderson,
protagonis senggang 2008:232).
lainnya telah menyebabkan jarak.
Dalam ranah budaya, dampaknya meliputi Oleh karena itu, kekuatan modernitas berfungsi sebagai
terbentuknya sekularisasi dan merosotnya arti penting sumber konflik dan alat penindas. (Duverger, 2007:16-18)
keyakinan agama, kekuatan supranatural, nilai dan norma, atau mengobrak-abrik aspek antagonisme atau konflik
digantikan oleh gagasan dan aturan yang disahkan oleh kekuasaan dan politik ini.
argumentasi dan pertimbangan duniawi. Selanjutnya, peran Di bidang hukum, efek menguntungkan dari kekuatan
utama ilmu pengetahuan adalah untuk memperoleh modernitas adalah semakin terkonsep dan jelas hadirnya
pengetahuan yang akurat, dimanfaatkan dalam bentuk teknologi atau
hukum
kegiatan
tertulis,
produktif.
dan penegakannya berdasarkan peraturan
Juga, ada demokratisasi pendidikan untuk menjangkau perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Menurut
populasi yang berbeda dan tingkat akademik yang lebih pemikiran Stoic (Leyh, 2011:27), hukum manusia ditujukan
tinggi, sementara munculnya produk budaya massa, estetika, untuk mencerminkan logo universal atau “nyala api” nalar,
sastra, dan seni menjadi komoditas yang dapat dipasarkan yang diyakini didistribusikan secara merata di antara semua
secara luas yang menarik selera semua lapisan masyarakat. orang. Apalagi, sementara lembaga peradilan termasuk
Dalam Kuntowijoyo (2006:16) menggambarkan kondisi ini Pengadilan Negeri tidak ada, ada Kepolisian Raja Ampat di
secara paralelisme yang berarti bahwa sekarang perubahan Waisai dan lembaga penegak hukum lainnya, termasuk
berlangsung dalam skala dan kecepatan yang lebih besar, komisi hukum di DPRD di Raja Ampat, dengan tugas khusus
sedangkan antara perubahan struktural dan perubahan membuat baru peraturan. Badan-badan ini
budaya tidak sejalan, sehingga terjadi anomi dalam
perangkat nilai. Namun, efek buruknya

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022 23

memainkan peran yang sangat dominan dalam kehidupan dominasi pengelolaan sektor pariwisata oleh pihak asing
masyarakat tradisional, terutama untuk mengontrol dan sedangkan transportasi antar pulau yang menjadi
menjamin keamanan dan ketertiban sesuai dengan hukum perekonomian utama Sorong-Raja Ampat dimonopoli dan
Indonesia yang berlaku. Lebih lanjut, ini menjamin dikuasai oleh perusahaan pelayaran transportasi cepat.
terwujudnya tatanan sosial dan secara individual bermanfaat
secara sosial. Dalam masyarakat sipil, penegakan hukum
positif oleh aparat hukum melengkapi dan memperkuat KESIMPULAN
keabsahan hukum dan tata kelola pemerintahan. Tujuan
utama masyarakat menurut pendapat Locke adalah (Leyh, Bentuk-bentuk kekuasaan modernitas pada masyarakat
2011:19) menjamin jaminan keamanan untuk menikmati tradisional Raja Ampat di Kota Waisai meliputi dominasi
hidup dan kepemilikan. Oleh karena itu, undang-undang ekonomi kapitalis, eksplorasi sumber daya alam, rasionalisasi,
menjadi penting untuk mencapai hal tersebut, dan tugas kekuasaan pengawasan, sekularisme, dan perubahan ruang
utama hukum persemakmuran positif fundamental yang dan waktu dari kemajuan teknologi. Selanjutnya, ada dua
pertama adalah melembagakan atau membentuk badan pembagian dampak kekuatan modernitas, yaitu
pengatur atau kekuasaan legislatif untuk menjadi otoritas tertinggi dan
menguntungkan
juga dihormati
danoleh
merugikan.
masyarakat.
Sisi manfaat mengarah
Dengan demikian, menurut sudut pandang (Turner, pada terbentuknya berbagai mata pencaharian, tersedianya
2008:152) modernitas membuka jalan bagi proyek filosofis bahan pokok yang lebih lengkap, hubungan kekerabatan
Pencerahan abad ke-18 dalam pengembangan ilmu yang efisien dengan pemanfaatan perkembangan teknologi
pengetahuan, moralitas dan hukum, serta seni sesuai telepon seluler, birokrasi yang representatif untuk memenuhi
dengan logikanya masing-masing untuk mencapai kebutuhan hidup masyarakat tradisional, dan kepastian
'rasionalitas'. kesatuan kehidupan sosial sehari-hari'. penegakan hukum yang terjamin. Namun, dampak yang
Namun kerugian yang dialami dengan dominasi hukum merugikan antara lain eksploitasi sumber daya alam yang
tertulis (KUHAP) adalah berkurangnya kebebasan karena berlebihan, hilangnya identitas, individualisme, sekularisme,
adanya sanksi yang tegas bagi setiap pelanggaran, dan perampasan kebebasan, dan tekanan hidup dan
melemahnya hukum adat. kekeluargaan yang dimediasi secara tepat waktu, efektif
Di bidang keamanan, keuntungannya adalah adanya dan efisien oleh produk-produk modernitas.
kontrol sosial dari aparat keamanan Waisai, terlihat dari
penegakan ketertiban lalu lintas melalui penyisiran kendaraan
bermotor secara rutin, dan kontrol terhadap ormas-ormas, REFERENSI
terutama yang diduga melakukan makar dan disintegrasi
bangsa. Namun dampak buruknya adalah berkurangnya Agostini, VN, Grantham, HS, Wilson, J., Mangubhai, S.,
partisipasi masyarakat adat karena keamanan dipandang Rotinsulu, C., Hidayat, N. & Erdmann, MV (2012).
sebagai tanggung jawab lembaga negara yang terdiri dari Mencapai tujuan perikanan dan konservasi di dalam
TNI dan Polri. kawasan lindung laut: zonasi jaringan Raja Ampat.
The Nature Conservancy, Program Kelautan
Dampak menguntungkan dan merugikan dari bentuk- Indonesia, Denpasar, Inodnesia. Doi: https://
bentuk kekuatan modernitas pada masyarakat tradisional birdsheadseascape.com/download/ research/
Raja Ampat mengarah pada pencapaian yang secara umum conservation/Agostini%20etal12_
ditandai dengan pembentukan optimisme yang tinggi. Lebih Raja%20Ampat%20Zoning%20LAPORAN. pdf
jauh lagi, ini termasuk keyakinan luas pada akal, sains,
teknologi, dan efisiensi dan efektivitas kapitalisme sebagai
pelindung pertumbuhan permanen.
Allen, GR, & Erdmann, MV (2009). Ikan karang di
Namun, efek ambivalen dari kekuatan modernitas tidak dapat
semenanjung kepala burung, Papua Barat,
disangkal, dan Marx berpendapat bahwa kerusakan yang
Indonesia. Daftar Periksa, 5(3), 587-628. Doi: https://
mengasingkan itu tragis.
www.reefresilience.org/pdf/Allen_
Kajian ini menemukan adanya dominasi yang
and_Erdmann_Reef_Fishes_of_Birds_Head. pdf
signifikan antara satu etnik terhadap etnik lainnya dalam
bidang ekonomi, sosial dan budaya, dengan contoh
pendatang antara lain Jawa, Bugis, Makassar, Buton yang Amiruddin, S. (2014). Jaringan sosial pemasaran pada
menguasai perputaran ekonomi di Waisai. Apalagi komunitas nelayan tradisional Banten. Komunitas:
International Journal of Indonesian Society and
Pemerintahan dikuasai oleh suku Biak (Beser), Beser/Betew
(Biak) dan Umka (Ternate dan Tidore), sedangkan suku Culture, 6(1), 106-115. Doi: http://dx.doi.org/
Ma'ya (asli Raja Ampat) terpinggirkan dan terpinggirkan. 10.15294/ komunitas.v6i1.2949
Juga,

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
24 Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022

Anderson P. (2008). Asal-Usul Posmodernitas. Mentansan, G., Phil, KA, Suarka, IN & Dhana, IN
Yogyakarta: Pustaka Pelajar (2019). Membangkitkan Tradisi Yang Telah Mati.
Igyaserhanjob 1 (1), 19-24. https://doi. org/
Barker C. (2009). Studi Budaya. Metode &
Praktik.Bantul:Kreasi Wacana. 10.47039/ish.1.2019.19-24

Micleod, E., , Brian, S. & Salm, R. (2009). Sasi and


Duverger M. (2007). Sosiologi Politik. Terjemahan.
Marine Conservation in Raja Ampat, Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers.
Coastal Management. 37 (6). Doi: https://doi.org/
Giddens A. (2005). Konsekuensi-Konsekuensi 10.1080/08920750903244143
Modernitas (penterjemah: Nurhadi). Yogyakarta:
Kreasi Wacana. Muhammad, AH (2017). Globalisasi Dan Dampak Sosial
Budaya. Jurnal Antropologi: Masalah Sosial
Gumilar, I. (2018). Partisipasi masyarakat pesisir dalam Budaya, 19(1), 33-45. Doi: https://doi. org/
pelestarian ekosistem hutan mangrove (Studi 10.25077/jantro.v19.n1.p33-45.2017
kasus di Kabupaten Indramayu Jawa Barat).
Ningrum, E. (2012). Dinamika Masyarakat Tradisional
Sosiohumaniora, 20(2), 145-153. doi: https://
Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya.
doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v20i2
MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan,
Haboddin, M. (2012). Menguatnya Politik Identitas di 28(1), 47-54. doi: https:// ejournal.unisba.ac.id/
Ranah Lokal. Jurnal Studi Pemerintahan, index.php/mimbar/ article/view/338/36
3(1).Doi:/http://dx.doi.org/10.18196/ jgp.2012.0007

Nurti, Y. (2017). Kajian Makanan dalam Perspektif


Imron, M. (2003). Kemiskinan dalam masyarakat Antropologi. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial
nelayan. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 5(1), Budaya, 19(1), 1-10. Doi: http://
63-82.Doi:https://doi.org/10.14203/jmb. v5i1.259 jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/
jantro/index
Indira, D., Mulyadi, R.M., & Nasrullah, R. (2019). Palomares, MLD, Heymans, JJ, & Pauly, D.
Komunitas Masyarakat Jawa di Desa Wanareja (2007). Historical ecology of the Raja Ampat
Sebagai Jejak Migrasi Masyarakat Jawa Ke Archipelago, Papua Province, Indonesia.
Pangandaran. Sosiohumaniora, 21(1), 34-39.doi: Sejarah dan filsafat ilmu kehidupan, 33-56. Doi:
10.24198/sosiohumaniora. v21i1.19024 https://www.researchgate.net/publication/5440524

Iyai , DA , Sada , Y. , Koibur , JF , Bauw , A. , Worabay , Pongantung, N.V. (2018). Perubahan Sosial Budaya
M. , Wajo , MJ & Wambrauw , H. (2020). dan Ekonomi Masyarakat Kampung Arborek
Potensi dan Pemanfaatan Satwa liar di
Kabupaten Raja Ampat Setelah Menjadi Kawasan
kampung Pasir Putih kabupaten Fakfak Papua Wisata. AGRI-SOSIOEKONOMI, 14(1), 109-116.
Barat. Jurnal Biologi Tropis, 20(2), 203-210. Doi:https://doi.org/10.35791/
Doi: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i2.1788 agrsosek.14.1.2018.19008
Kahn J.S. (2016). Kultur, Multikultur, Postkultur. Prastowo A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam
Yogyakarta: INDeS Perspektif Rancangan Penelitian.
Kaplan D & Manners RA. (2002). Teori Budaya. Cetakan II. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna N.K. (2010).Metodologi Penelitian Kajian Budaya
Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya.
Yogyakarta: Tiara Wacana. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniasari, Robitoh, Desi, Soewondo, Aris & Toha,


Abdul Hamid. (2014) Identifikasi Synaptula Retnowati, E. (2011). Nelayan indonesia dalam pusaran
(Echinodermata: Holothuroidea) Raja Ampat kemiskinan struktural (perspektif sosial, ekonomi
Berdasarkan Gen COI. Biotropika: Journal of dan hukum). Perspektif, 16(3), 149-159. Doi:
Tropical Biology, 2 (5), 265-268 http://dx.doi.org/10.30742/ perspektif.v16i3.79

Leyh G. (2011). Hermeneutika Hukum: Sejarah, Teori


dan Praktek. Terjemahan. Cetak II. Ritzer G. (2012). Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik
Bandung:Nusa Media Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.
Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)
Machine Translated by Google
Sociohumaniora, Vol, 24, No. 1 Maret 2022 25

Roberts, C,C., McClean, J., Veron, J., Hawkins, G., Konservasi Alam. (2004). Laporan penilaian pedesaan
Allen, D., McAllister, C., Mittermeier, F., Schueller, pesisir di wilayah Kofiau dan Kepulauan Boo dan
M., Spalding, F., Wells, C ., Vynne & Werner, T. Misool di kepulauan Raja Ampat. Laporan The
(2002). Hotspot keanekaragaman hayati laut dan Nature Conservancy South East Asia for Marine
prioritas konservasi untuk terumbu karang tropis. Protected Areas.
Sains 295:1280-84. Laporan. http://
Timmer, J. (2007). Sejarah Singkat Sosial Politik Papua
www.columbia.edu/itc/eeeb/baker/ N0316/
1962-2005. Dalam Ekologi Papua: bagian 2 (hlm.
Lecture%205/Roberts%20et%20 al%202002.pdf
1098-1124). Periplus. Doi: 10.1007/
s10745-012-9492-5
Rumansara, E.H. (2015). Memahami Kebudayaan Lokal
Turner B. (2008). Teori-Teori Sosiologi Modernitas
Papua: Suatu Pendekatan Pembangunan Yang
Posmodernitas.Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Manusiawi di Tanah Papua. Jurnal Ekologi
Birokrasi, 1(1).doi: https://doi. org/10.31957/ Veron, JE, Devantier, LM, Turak, E., Hijau, AL,
jeb.v1i1.491. Kininmonth, S., Stafford-Smith, M. & Peterson,
N. (2009). Menggambarkan segitiga karang.
Sagrim, M., Iyai, DA, Pakage, S. & Tukayo, R.
Galaxea, Jurnal Kajian Terumbu Karang, 11(2),
(2020). Kajian Biofisik Lahan dan Performans
91-100 Doi: 10.1.1.473.2050&rep=rep1&type=pdf
Bisnis Pertanian Dataran Tinggi Di Kabupaten
Konservasi Tambrauw Provinsi Papua Barat.
Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak Dan Tanaman, Vuspitasari, B.K. & Ewid, A. (2020). Peran Kearifan
8(1),1-10.doi:https://ojs3.unpatti.ac.id/index. php/ Lokal Kuma Dalam Mendukung Ekonomi
agrinimal/article/view/1979/1914 Keluarga Perempuan Dayak Banyadu.
Sosiohumaniora, 22(1), 26-35. Doi: https://
Sairin S. (2002). Pengantar Antropologi Ekonomi.
doi.org/10.24198/sosiohumaniora. v22i1.24078
Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salim, K. (2015). Politik Identitas di Maluku Utara.


Waimbo D.E. (2012.) Pengembangan pariwisata
Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan.
berkelanjutan:Keterlibatan masyarakat
pemimpin
& peran
11 (2), 1667-1678. Doi : http://journal.unas.ac.id/
lokal di Kampung Sawinggrai Kabupaten Raja
politik/index
Ampat. Tesis.
Simon R. (2004). Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wacana Salatiga.

Snanfi, F. L., Darwin, M. & Ikhwan, H. (2018). Politik Wardhana CD. (2012). Tradisi dan Hegemoni
Identitas Etnik Asli Papua Berkontestasi dalam Modernitas:Sebuah Gagasan Tradisi Sebagai
Pemilihan Kepala Daerah di Kota Sorong. Ideologi Pembangunan Untuk Memperkuat
Sosiohumaniora, 20(2), 122-131. doi: https:// Identitas Daerah. Majalah Ilmiah.Haluan Sastra
doi.org/10.24198/sosiohumaniora. v20i2 Budaya. ISSN 0852-0933. No 62.
Th.XXX Oktober Surakarta. Fakultas Sastra dan
Seni Rupa.
Pasak RE (2011). Studi Kasus Kualitatif. The Sage
Handbook of Qualitative Research 1. Norman K. Yin RK. (2012). Studi Kasus: Desain dan Metode.
Denzim & Yvonna S. Licoln (Editor). Cetakan ke-11. Jakarta:Rajawali Pers.
Yogyakarta:Pustaka pelajar.

Suwardani, N.P. (2015). Pewarisan nilai-nilai kearifan


lokal untuk memproteksi masyarakat Bali dari
dampak negatif globalisasi. Jurnal Kajian Bali,
5(2), 247-264. Doi: https:// ojs.unud.ac.id/
index.php/kajianbali/article/ view/16775

Heterogenisasi Budaya pada Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Kekuasaan Modernitas di Kabupaten Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat)
(George Mentansan, Bani Sudardi, and Sahid Teguh Widodo)

Anda mungkin juga menyukai