Anda di halaman 1dari 10

J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.

3 : 259 – 268 ISSN 1411-4674

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DAN SNORKLING DI PULAU NUSA RA


DAN NUSA DEKET BERDASARKAN POTENSI BIOFISIK PERAIRAN

Suitability Ecotourism Diving and Snorkeling in Nusa Ra and Nusa Deket Island
Based Biophysical Potential Water

Martha Hadi Natha1, Ambo Tuwo2, Farid Samawi2


1
Bagian Pengelolaan Pantai dan Laut Dangkal, Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Universitas Hasanuddin
2
Bagian Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

(E-mail: marthahadinatha@gmail.com)

ABSTRAK

Pengelolaan dan pengembangan wisata bahari hendaknya diterapkan pengelolaan yang didasari pada
konsep ekowisata yaitu suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan
mengikuti kaidah-kaidah kesimbangan dan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kondisi serta potensi biofisik perairan (sumberday perairan), baik
untuk konservasi maupun aktifitas yang sesuai untuk pengembangan ekowisata selam dan snorkling
di Pulau Nusa Ra dan Pulau Nusa Deket Kabupaten Halmahera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan
dari bulan Januari-April 2014. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif untuk menganalisis
biofisik lingkungan mencakup kondisi terumbu karang, ikan karang, dan fisik perairan. Data yang
dikumpulkan diolah dan dianlisis untuk mendapatkan kesesuaian ekowisata selam dan snorkeling di
Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket. Data yang digunakan yaitu data primer dengan pendekatan
observasi eksploratif dengan menggunakan metode survey dan pengukuran langsung di lapangan dan
data sekunder melalui studi literatur. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisik perairan dapatlah
disimpulkan bahwa perairan disekitar kawasan Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket tidak melebihi
ambang batas kualitas perairan untuk keberlangsungan hidup organisme terumbu karang, ikan
karang maupun organisme laut lainnya. Ikan karang ditemukan 127 jenis yang berasal dari 22 famili,
terumbu karang di Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket bertipe karang tepi (fringing reef) dan ditemukan
13 jenis life form, kisaran tutupan karang hidup 17% sampai 86%. Kesesuain wisata dan daya
dukung kawasan di Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket terbagi kedalam 3 kategori, sangat sesuai (S1),
sesuai (S2) dan sesuai bersyarat (S3).

Kata Kunci: Biofisik Perairan, Kesesuaian, Ekowisata

ABSTRACT

Management and development in marine tourism should be organized by the concept of ecotourism,
the tourism concept that reflects the environment concept and follow the rules of the environment
balance and conserve. The aims of this research is to identify and analyze the condition and potential
bio-physical of water resources both for conservation and activity which match to the development
of dive and snorkel ecotourism in Nusa Ra and Nusa Deket Island, South Halmahera. This research
applied from January-April 2014. The method of this research is descriptive quantitative to analyze
the bio-physical of the environment such the condition of the coral reef, coral fish, water physical.
The collected data processed and analyzed to gain the compatibility in dive and snorkel ecotourism
in Nusa Ra and Nusa Deket Island. The primary data gained by explorative observation approach by
using survey method and direct measurement in the field and the secondary data gained by the
library research. Based on the measurement parameter of physical water, summarized that water
around the Nusa Ra and Nusa Deket Island do not exceed the watershed quality to the life force of
coral reef, coral fish and the other living things in the sea. This research found 127 species of Coral
fish from 22 families, the type of coral reef in Nusa Ra and Nusa Deket Island is fringing reef, and
this research also found 13 types of life form, whirl-cover of living coral is 17% to 86%. Tourism

259
Martha Hadi Natha ISSN 1411-4674

compatibility and area support capability in Nusa Ra and Nusa Deket Island divided into three
categories; very compatible (S1); compatible (S2); conditional compatible (S3).

Keywords: Water bio-physical, Compatibility, Ecotourism

PENDAHULUAN Rencana Tata Ruang Wilayah tahun


Indonesia merupakan negara yang 2011-2031 telah menetapkan beberapa
mempunyai ciri khas tersendiri karena wilayah di perairan Halmahera Selatan
terdiri atas gugusan pulau yang tersebar yang dijadikan sebagai kawasan perun-
di seluruh wilayah Nusantara. Penge- tukan pariwisata terutama pengembangan
lolaan potensi wilayah secara tepat dan wisata bahari salah satunya Pulau Nusa
benar melalui suatu kajian secara ilmiah Ra yang berlokasi di Kecamatan Bacan.
akan mempengaruhi keberhasilan pem- Dalam mengembangkan sektor pariwisata
bangunan wilayah pada masa mendatang. ini tentunya harus memperhatikan aspek
Potensi sumberdaya alam kelautan daya dukung dan kesesuaian kawasan
merupakan potensi terbesar Indonesia serta potensi sumberdaya pesisir dan laut
dengan beragam nilai dan fungsi, antara secara terpadu akan tetapi dalam
lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai pengelolaannya belum sejalan dengan
produksi (sumber bahan pangan dan tujuan pembangunan wilayah secara
ornamental) dan nilai konservasi atau berkelanjutan, Sebab aktifitas manusia di
sebagai pendukung proses ekologis dan tempat wisata berupa rekreasi yang tidak
penyangga kehi-dupan di daerah pesisir, ramah lingkungan, usaha perikanan
sumber sedimen pantai dan melindungi budidaya dilokasi wisata yang tidak
pantai dari ancaman abrasi. mengedepankan fungsi ekologis serta
Potensi sumberdaya perairan penangkapan ikan pada sekitar kawasan
Indonesia juga dikenal dunia sangat wisata yang menggunakan alat tangkap
eksotis. Wilayah lautan Indonesia yang yang tidak ramah lingkungan, penam-
luas tersebut menjadikan Indonesia batan jangkar nelayan serta penambangan
mempunyai kekayaan dan keaneka- atau pengambilan karang sebagai fondasi
ragaman hayati terbesar di dunia, salah rumah yang mengakibatkan rusaknya
satunya adalah ekosistem terumbu terumbu karang sehingga nilai eksotis
karang. Ekosistem terumbu karang dan nilai ekonomi yang merupakan faktor
merupakan bagian dari ekosistem laut utama dalam sebuah ekowisata akan
yang penting karena menjadi sumber hilang.
kehidupan bagi beraneka ragam biota Dalam pengelolaan dan pengemb-
laut. Di dalam ekosistem terumbu karang angannya suatu wilayah perlu memper-
ini pada umumnya hidup lebih dari 300 hatikan aspek kelestarian lingkungan.
jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 Pengelolaan dan pengembangan wisata
jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis bahari hendaknya diterapkan pengelolaan
moluska, crustacea, sponge, alga, lamun yang didasari pada konsep ekowisata
dan biota lainnya (Dahuri, 2003). yaitu suatu konsep pariwisata yang
Terumbu karang bisa dikatakan sebagai mencerminkan wawasan lingkungan dan
hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan
terdapat di laut dangkal yang hangat dan dan kelestarian serta dapat meningkatkan
bersih dan merupakan ekosistem yang kualitas hubungan antar manusia, kualitas
sangat penting dan memiliki keaneka- hidup masyarakat setempat dan menjaga
ragaman hayati yang sangat tinggi serta kualitas lingkungan. Secara konseptual
dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata. ekowisata merupakan suatu konsep
Pemerintah Kabupaten Halmahera pengembangan pariwisata berkelanjutan
Selatan Provinsi Maluku Utara dalam dengan tujuan untuk menyelesaikan atau

260
Biofisik Perairan, Kesesuaian, Ekowisata ISSN 1411-4674

menghindari konflik dalam pemanfaatan untuk memperoleh gambaran biofisik


dengan menetapkan ketentuan dalam perairan yang ada di Pulau Nusa Ra dan
berwisata, melindungi sumberdaya alam Pulau Nusa Deket serta kawasan
dan budaya, menghasilkan keuntungan sekitarnya.
dalam bidang ekonomi untuk masyarakat
lokal (Tuwo, 2011). Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini dilaksanakan selama
mengidentifikasi dan menganalisis kurang lebih 4 (empat) bulan, dari bulan
kondisi serta potensi biofisik perairan Januari 2014 sampai April 2014. Lokasi
(sumberdaya perairan), baik untuk penelitian berada di Pulau Nusa Ra dan
konservasi maupun aktifitas yang sesuai Pulau Nusa Deket Kabupaten Halmahera
untuk pengembangan ekowisata selam Selatan Provinsi Maluku Utara, dengan
dan snorkling di Pulau Nusa Ra dan jarak dari pusat kota 5 km. Kabupaten
Pulau Nusa Deket Kabupaten Halmahera Halmahera Selatan terletak antara 1260
Selatan. 45’ BT – 1290 30’ BT dan 00 30’ LU –
20 00’ LS, dengan batas wilayah: sebelah
BAHAN DAN METODE utara dibatasi oleh Kota Tidore
Rancangan Penelitian Kepulauan dan Kota Ternate, sebelah
Penelitian ini adalah deskriptif selatan dibatasi oleh Laut Seram, sebelah
melalui pendekatan kuantitatif untuk timur dibatasi oleh Laut Halmahera,
menganalisis biofisik perairan melalui sebelah barat dibatasi Laut Maluku
observasi dan pengukuran langsung, (Gambar 1).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

261
Martha Hadi Natha ISSN 1411-4674

Alat dan Bahan terumbu karang pada lokasi penelitian,


Peralatan dan bahan yang digunakan dianalisis berdasarkan pada kategori
dalam penelitian ini yaitu gps,tiang skala, karang dan persentase tutupan karang
meteran/ tali/roll meter, termometer, hidup (lifeform). Persentase penutupan
handrefractometer, layangan arus/floating karang hidup ini diperoleh dengan
drough, stop watch, secci disk, botol pengamatan metoda Point Intersept
sampel, cool box, ph meter, perangkat Transect (PIT) yaitu menjelaskan
komputer, alat selam (scuba), buku kondisi terumbu karang daerah penelitian
identifikasi ikan karang. dengan transect segment, panjang transek
yang digunakan adalah 50 m dengan
Pengumpulan Data pengambilan data setiap 0,5 m sehingga
Pengumpulan data dilakukan untuk jumlah data yang diperolah sepanjang
memperoleh informasi dibutuhkan dalam transek adalah 100 data (persen data).
rangka mencapai tujuan penelitian. Analisis mortality indeks (MI)
Pengumpulan data dilakukan melalui merupakan nilai yang menunjukan
pengumpulan data primer dengan tingkat kematian pada titik penyelaman.
mengidentifikasi dan menganalisis Nilai MI diperoleh dari % karang mati
biofisik perairan selanjutnya dibuatkan (termasuk patahan karang) dibagi %
peta baik peta sumberdaya perairan dan karang mati + % karang hidup. Nilai MI
peta kesesuian kawasan wisata. berkisar antara 0 sampai dengan 1.
Biologi perairan berupa kondisi Semakin mendekti 1 berarti tingkat
terumbu karang dan ikan karang yaitu kematian karang semakin tinggi. Analisis
persentasi penutupan karang, indeks indeks ekologi ikan karang menggunakan
mortalitas karang dan untuk ikan karang tiga pendekatan analisis yaitu
meliputi keanekaragaman, keseragaman keanekaragaman jenis (shanon-waver),
dan dominansi. Data tersebut diperoleh keseragaman (shanon-waver), dan
dari lokasi penelitian sebagai data primer Dominansi (shanon-waver), (Fahrul
yang diperoleh melalui kegiatan 2007).
pengukuran dan pengamatan langsung di Anailisis fisik perairan pada suatu
lapangan pada titik-titik stasiun sampling. kawasan ekosistem terumbu karang
Fisik perairan berupa parameter merupakan salah satu faktor utama dalam
lingkungan pembatas terumbu karang menentukan keberlangsungan hidup
terdiri dari kecepatan arus, kecerahan, organisme dikawasan tersebut. Analisis
kedalaman, suhu, salinitas, pH, dan parameter fisik perairan yaitu kecapatan
kekeruhan. arus menggunakan floating drough/laying
arus, kecerahan perairan menggunakan
Penentuan Stasiun secchi disk, kedalaman perairan
Pengambilan data biofisik dalam menggunakan tali dan meteran, suhu
penelitian ini dilakukan pada 6 stasiun perairan menggunakan thermometer,
penelitian dengan kedalaman perairan 3 salinaitas menggunakan refraktometer,
dan 10 meter. Penentuan stasiun pH menggunakan pH meter dan
penelitian dilakukan secara sengaja kekeruhan menggunakan nephelometrik.
(pusposive sampling) didasarkan Analisis kesesuaian wisata setiap
pertimbangan bahwa lokasi/stasiun kegiatan wisata mempunyai persyaratan
mewakili wilayah aktifitas masyarakat sumberdaya dan lingkungan yang sesuai
lokal dan wisata. dengan obyek wisata yang akan
dikembangkan. Formula yang digunakan
Analisis Data untuk menentukan kesesuaian wisata
Analisis biologi perairan yaitu (Yulianda, 2007) adalah sebagai berikut :
mennganalisis tutupan karang dalam IKW =
rangka mengetahui kondisi ekosistem

262
Biofisik Perairan, Kesesuaian, Ekowisata ISSN 1411-4674

Dimana: jumlah jenis individu di masing-masing


lokasi pengamatan (Gambar 3). Selan-
IKW = Indeks kesesuaian wisata.
jutnya indeks ekologi ikan berdasarkan
Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x
stasiun pengamatan dipe-roleh hasil
skor).
keanekaragaman tinggi terdapat di
N.maks = Nilai maksimum dari suatu
stasiun 4a dengan nilai 2,87 dan
kategori wisata.
keanekaragaman rendah terdapat di
Selanjutnya analisis kesesuaian stasiun 5b dengan nilai 0,82. Kesera-
wisata dibagi kedalam dua kategori yaitu, gaman tinggi terdapat di stasiun 4a
kesesuaian wisata selam dengan mem- dengan nilai 0,79 dan keseragaman
pertimbangkan 6 parameter dengan 4 rendah terdapat di stasiun 5b dengan nilai
klasifikasi penilaian dan kesesuaian 0,37. Selanjutnya untuk dominansi
wisata snorkeling dengan mempertim- tertinggi berada di stasiun 5b dengan nilai
bangkan 7 parameter dengan 4 klasifikasi 0,57 dan terendah terdapat di stasiun 4b
penilaian (Yulianda, 2007). dengan nilai 0.08 (Gambar 4).
Pengukuran parameter fisik perairan
HASIL berupa pasang surut, kecerahan, arus,
Kisaran tutupan karang hidup 17% suhu, salinitas, pH, kekeruhan, di
sampai 86%. Jika dibandingkan antara perairan Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket
stasiun, tutupan karang hidup yang tinggi bervariasi, dimana pasang surut terjadi 2
terdapat pada Stasiun 3 dengan kisaran kali pasang dan 2 kali surut dengan
71% sampai 86%. Sedangkan tutupan ketinggian antara 239 – 316 cm dengan
karang terendah ditemukan pada Stasiun nilai rata-ratanya yaitu 276 cm.
5b dan 6b dengan kisaran 17% sampai Selanjutnya untuk nilai kecerahan anatar
18%. Sedangkan mortalitas indeks untuk 89,6 – 100 %, arus antara 7,5 – 14,1m/s
setiap stasiunnya beragam. MI terendah dengan rata-rata 10,3 m/s, suhu antara 25
berada pada stasiun 3b dan MI tertinggi – 28 0C dengan nilai rata-rata 26°C,
berada pada stasiun 6b (Gambar 2). salinitas berkisar anatar 30 – 310/00
Selama penelitian dilakukan di dengan nilai rata-rata 30 ‰, pH airi
Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket, antara 6,91 – 7,05 dengan nilai rata-rata
ditemukan 127 jenis ikan karang yang adalah 6.98, kekeruhan antara 0,21 – 0,95
berasal dari 22 famili. Hasil perhitungan NTU dengan nilai rata-rata 0.53 NTU.

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
MI

0.4
0.3
0.2
0.1
0
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
Stasiun

Gambar 2. Tutupan komunitas karang hidup dan motalitas karang

263
Martha Hadi Natha ISSN 1411-4674

Gambar 3. Rata-rata jumlah jenis ikan karang di setiap stasiun

Gambar 4. Indeks ekolgi ikan

Gambar 5. Peta Kesusaian Wisata Selam dan Snorkling

264
Biofisik Perairan, Kesesuaian, Ekowisata ISSN 1411-4674

Berdasarkan hasil analisis kese- keanekaragaman yang tinggi merupakan


suaian wisata selam, diperoleh nilai tempat hidup, tempat mencari makan
kesesuain wisata dengan kategori sangat (feeding ground), daerah asuhan (nursery
sesuai (S1)terdapat di stasiun 3a, 3b, dan ground) dan tempat memijah (spawning
5a dengan nilai masing-masing stasiun ground) untuk berbagai ikan karang.
yaitu 85, 94 dan 85. Kategori sesuai (S2) Di samping itu terdapat kurang lebih
terdapat di stasiun 1a, 1b, 2a, 2b, 4a, 4b, 13 jenis life form dengan life form
6a, dengan nilai setiap stasiun 74, 54, 59, tertinggi terdapat pada stasiun 3b dengan
65, 74, 59, 74. Selanjutnya untuk kategori jumlah life form sebanyak 13 jenis dan
sesuai bersyarat (S3) terdapat di stasiun jenis life form paling rendah terdapat di
5b dan 6b denga nilai 50 dan 44. stasiun 6b dengan jenis life form yang
Selanjutnya Berdasarkan hasil analisis ditemukan sebanyak 5. Adi et all., (2013)
kesesuaian wisata snorkling, diperoleh menjelaskan bahwa Jenis life form
nilai kesesuain wisata dengan kategori penting untuk diketahui untuk menge-
sangat sesuai (S1) terdapat di stasiun 3a, tahui karakteristik dari masing-masing
3b, dan 5a dengan nilai masing-masing daerah penyelaman karena setiap jenis
stasiun yaitu 91, 100 dan 91. Kategori lifeform memiliki daya tarik yang
sesuai (S2) terdapat di stasiun 1a, 1b, 2a, berbeda.
2b, 4a, 4b, 5b, 6a, dengan nilai setiap Ikan karang merupakan sumberdaya
stasiun 80, 59, 65, 70, 80, 65, 56, 80. hayati utama yang hidupnya berasosiasi
Selanjutnya untuk kategori sesuai dan sebagai penghuni terumbu karang.
bersyarat (S3) terdapat di stasiun 6b Menurut Omar (2012) ikan karang
denga nilai 50 (Gambar 5). mrupakan salah satu sumber protein
hewani yang sangat penting di dunia
PEMBAHASAN sehingga banyak manusia melakukan
Penelitian ini menemukan terumbu pembudidayaan dan penangkapan. Ikan
karang di Pulau Nusa Ra dan Nusa Deket karang umumnya dikelompokan atas tiga
bertipe karang tepi (fringing reef) dimana kelompok besar yaitu 1). Kelompok ikan
penyebaran karangnya mengikuti garis target, 2). Kelompok ikan indikator dan
pantai Pulau tersebut. Pertumbuhan 3). Kelompok ikan mayor. Secara umum
karang dimulai pada kedalaman 3 meter kondisi ikan pada masing-masing lokasi
yang didominasi oleh karang massive, (stasiun pengamatan) bervariasi, baik
karang-karang bercabang (branching). dari jumlah spesies, jumlah individu
Mendekati slope, pertumbuhan karang maupun dominasi populasinya. Naja-
semakin banyak dan beragam, banyak muddin, et all., (2012) kelompok ikan
ditemukan jenis-jenis karang bercabang indikator umumnya hidup soliter dan
(branching), karang meja (tabulate), merupakan jenis-jenis ikan yang umum-
massive, karang jamur (mushroom). nya digunakan sebagai indikator bagi
Berdasarkan kisaran tutupan karang kesehatan ekosistem terumbu. Menurut
hidup 17% sampai 86%. Jika diban- Manuputty & Winardi (2007), bahwa
dingkan antara stasiun, tutupan karang jumlah individu ikan mayor merupakan
hidup yang tinggi terdapat pada Stasiun 3 kelompok ikan karang yang memiliki
dengan kisaran 71% sampai 86%. kelimpahan yang tertinggi. Selanjutnya
Sedangkan tutupan karang terendah dikatakan, tingginya kelimpahan ikan
ditemukan pada Stasiun 5b dan 6b mayor tersebut merupakan sesuatu yang
dengan kisaran 17% sampai 18%. umum karena pada daerah terumbu
Sedangkan mortalitas indeks untuk setiap karang kelompok ini memang sangat
stasiunnya beragam. MI terendah berada dominan dijumpai baik dalam hal jumlah
pada stasiun 3b dan MI tertinggi berada jenis maupun kelimpahannya.
pada stasiun 6b. Najamuddin, et al, Hasil perhitungan jumlah jenis
(2012) habitat karang dengan tingkat individu di masing-masing lokasi

265
Martha Hadi Natha ISSN 1411-4674

pengamatan diperoleh bahwa Stasiun 3a ambang batas kualitas perairan untuk


memiliki jumlah jenis yang tertinggi (64 keberlangsungan hidup organisme
jenis/250m2). terumbu karang, ikan karang maupun
Tingginya jumlah jenis ikan karang organisme laut lainnya. Kebanyakan
di lokasi tersebut karena kondisi substrat karang kehilangan kemampuan menang-
di sekitar titik pengambilan data lebih kap makanan pada suhu diatas 33,50C
kompleks dibandingkan dengan lokasi dan dibawah 160C (Supriharyono, 2007).
lain walapun tutupan terumbu karang Faktor arus berdampak baik dan buruk,
hidupnya bukan yang tertinggi. Semen- bersifat positif apabila membawa nutrient
tara jumlah jenis terendah terdapat pada dan bahan-bahan organic yang diperlukan
Stasiun II (35 jenis/250m2). Pada Stasiun oleh karang dan zooxanthellae, sedang-
3 juga ditemukan ikan hias yang Letter kan bersifat negatif apabila menyebabkan
six (Paracanthus hepatus) yang termasuk sedimentasi di perairan terumbu karang
ikan hias yang langka untuk ditemui para dan menutupi permukaan karang
penyelam. Selain itu kurang lebih 600 sehingga berkibat pada kematian karang.
individu ikan-ikan jenis Anthias yang Fator ini berpengaruh terhadap rataan
menjadi daya tarik bagi penikmat bawah terumbu karang (reef flat), (Tuwo et all.,
laut terdapat di Stasiun 5a. Omar (2012) 2012). Selanjutnya dalam Kepmen LH
menjelaskan bahwa jenis ikan karang (2004) menjelaskan faktor fisik lainnya
yang banyak tertangkap antara perairan memiliki peran yang sama untuk
Indonesia bagian barat dan bagian timur perkembangan terumbu karang yaitu pH
agak berbeda. Dari penjelasan ilmiah dengan nilai kisaran 6-8.5, kekeruhan
dapatlah disimpulkan bahwa ikan karang dengan nilai batasan 30 NTU dan
yang terdapat di Pulau Nusa Ra dan Nusa salinitas 32-350/00. Sundra (2011)
Deket memilki nilai objek wisata yang menyatakan kualitas perairan penting
berbeda dan memilki nilai yang tinggi sebagai parameter dalam menentukan
baik secara ekonomis dan lainnya. Hal ini aktivitas wisata.
dikarenakan ada beberapa jenis ikan yang Kesesuaian kawasan di Pulau Nusa
ditemukan belum terdapat nama Ra dan Nusa Deket untuk kegiatan wisata
ilmiahnya sehingga di abaikan dalam sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
pendataan. kondisi biofisik kawasan dan jenis wisata
Secara umum perairan Pulau Nusa apa yang akan dilakukan. Setiap kegiatan
dan Nusa Deket juga menjadi tempat wisata mempunyai persyaratan sumber-
untuk jenis ikan lumba-lumba hidung daya dan lingkungan yang berbeda-beda.
botol, ikan napoleon dan penyu hijau Terdapat parameter-parameter tertentu
sehingga memberikan nilai ekowisata yang menjadi pembatas, tetapi ada pula
tersendiri. Selanjutnya Rahman (2007) yang memberikan nilai tambah dalam
menyatakan sumberdaya alam dan penentuan kawasan yang sesuai. Menurut
lingkungan pesisir dan luat merupakan Baksir (2013) kesesuaian lahan ekowisata
salah satu unsur terpenting dalam industri pulau-pulau kecil ditujukan untuk
pariwisata yang harus dijaga kelesta- menetapkan kegiatan ekowisata yang
riannya dengan tetap menjaga keber- dapat dikembangkan, ekowisata pantai
lanjutan (sustainable) sumberdaya dan ekowisata bahari. Analisis kesesuaian
tersebut agar tidak rusak dan juga kawasan untuk wisata pesisir dan laut
menghindari adanya intergap generation dibagi atas dua bagian yaitu pertama
bagi pemanfaatan sumberdaya alam kawasan wisata bahari dengan jenis
tersebut. kegiatan wisata selam (diving). Kedua
Berdasarkan hasil pengukuran fisik kawasan wisata bahari yang meliputi
perairan dapatlah disimpulkan bahwa kegiatan wisata snorkeling. Penentuan
perairan disekitar kawasan Pulau Nusa kesesuaian kawasan dibagi atas empat
Ra dan Nusa Deket tidak melebihi kelas kesesuaian yaitu Sangat Sesuai

266
Biofisik Perairan, Kesesuaian, Ekowisata ISSN 1411-4674

(S1), Sesuai (S2), Sesuai Bersyarat (S3) (fringing reef) dan ditemukan 13 jenis
dan Tidak Sesuai (N). life form, kisaran tutupan karang hidup
Kesesuaian wisata selam 17% sampai 86%. Sedangkan mortalitas
mempertimbangkan 6 parameter dengan indeks (MI) terendah berada pada stasiun
empat klasifikasi penilaian dan 3b dan tertinggi berada pada stasiun 6b.
kesesuaian wisata snorkeling mempertim- Kesesuain wisata di Pulau Nusa Ra dan
bangkan 7 parameter dengan 4 klasi- Nusa Deket terbagi kedalam 3 kategori,
fikasi. Parameter tersebut meliputi sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan sesuai
kecerahan perairan, tutupan komunitas bersyarat (S3). Selanjutnya saran dalam
karang, jumlah lifeform, jenis ikan penelitian ini Diperlukan upaya
karang, kecepatan arus, kedalaman rehabilitasi dan konservasi terhadap
terumbu karang dan lebar hamparan ekosistem terumbu karang yang rusak
terumbu karang. Klasifikasi S1 = Sangat akibat aktifitas masyarakat tidak ramah
sesuai dengan IKW 83 – 100, S2 = lingkungan.
Sesuai dengan IKW 51 - < 83 S3 = Sesua
bersyarat dengan IKW 17 < 50 dan N = DAFTAR PUSTAKA
Tidak sesuai dengan IKW < 17 Adi, A.B. et all. (2013) Kajian Potensi
(Yulianda, 2007). Kawasan dan Kesesuaian Ekosistem
Hasil analisis kesesuaian wisata Terumbu Karang di Pulau Lara
selam menunjukan stasiun 3b memilki Untuk Pengembangan Ekowisata
nilai tertinggi 94 sehingga dikategorikan Bahari. Jurnal Mina Laut Indonesia.
sangat sesuai dan stasiun dengan nilai Vol. 01 No. 01 januari 2013 : 49 –
terendah terdapat di stasiun 6b dengan 60.
nilai 44 sehingga masuk pada kategori Baksir, A. (2013). Analisis Kesesuaian
sesuai bersyarat. Sedangkan hasil analisis Lahan Pulau-Pulau Kecil Untuk
kesesuaian wisata snorkeling menunjukan Pemanfaatan Ekowisata Bahari Di
stasiun 3b memilki nilai tertinggi 100 Kecamatan Morotai Selatan Dan
sehingga dikategorikan sangat sesuai (S1) Morotai Selatan Barat Kabupaten
dan stasiun dengan nilai terendah terdapat Morotai, Propinsi Maluku Utara.
di stasiun 6b dengan nilai 50 sehingga Jurnal Ichthyos Vol. 8 No. 01
masuk pada kategori sesuai bersyarat. Januari 2009 : 43 – 48.
Claudet et al., (2010) menyatakan bahwa Claudet, J., Lenfant P., Schrimm M.
kegiatan yang terdapat disuatu area akan (2010) Snorkelers Impact on Fish
meningkatkan ancaman terhadap habibat Commnuities and Algae in a
dan spesies di area tersebut. Olehnya itu Temperate Marine Protected Area.
analisis kesesuaian mutlak diperlukan Journal Biodiversity and Conser-
untuk menentukan aktifitas yang sesuai vation, 19 (6): 1649-1958.
pada kawasan tersebut. Dahuri R. (2003) Keanekaragaman
Hayati Laut, Aset Pembangunan
KESIMPULAN DAN SARAN Berkelanjutan Indonesia. Jakarta. PT
Berdasarkan hasil pengukuran Gramedia Pustaka Utama
parameter fisik perairan disimpulkan Fahrul, M.R. (2007) Metode Sampling
bahwa perairan disekitar kawasan Pulau Bioekologi. PT. Bumi Aksara.
Nusa Ra dan Nusa Deket tidak melebihi Manuputty Anna, E.W., & Winardi.
ambang batas kualitas perairan untuk (2007). Monitoring Ekologi Biak.
keberlangsungan hidup organisme terum- COREMAP II – LIPI. Jakarta
bu karang, ikan karang maupun Menteri Negara Lingkungan Hidup
organisme laut lainnya. Ikan karang (2004). Keputusan Menteri Negara
ditemukan 127 jenis yang berasal dari 22 Lingkungan Hidup Nomor 51
famili, terumbu karang di Pulau Nusa Ra Tentang Kriteria Baku Mutu Air
dan Nusa Deket bertipe karang tepi Laut.

267
Martha Hadi Natha ISSN 1411-4674

Najamuddin, et al. (2012). Keragaman Supriharyono. (2007). Pengelolaan


ikan karang di perairan Pulau Ekosistem Terumbu Karang.
Makian Provinsi Maluku Utara J. Djambatan. Jakarta.
Depik, 1(2): 114-120. Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata
Omar, S.B.A. (2012). Dunia Ikan. Pesisir dan Laut. Brilian Interna-
Universitas Gadjah Mada Press. sional. Surabaya.
Jogjakarta. Tuwo, A., J. Tresnati & B. S. Parawansa.
Rahman, A.F. (2007). Pemanfaatan (2012). Analisis Kelayakan Pengem-
sumberdaya alam dan lingkungan bangan Ekowisata Selam dan
pesisir dan laut untuk pariwisata di Snorkling di Kepulauan Tanakeke. J.
taman nasional laut kepulauan Sains & Teknologi, 9(2): 218 – 225.
seribu. J. Bintara, 12(2): 144-145. Yulianda F. (2007). Ekowisata Bahari
Sundra, I.K. (2011). Kualitas perairan Sebagai Alternatif Pemanfaatan
pantai di kabupaten badung yang Sumberdaya Pesisir Berbasis
dimanfaatkan sebagai aktivitas Konservasi. Makalah. Departemen
pariwisata. J. Bumi Lestari, 11(2): Manajemen Sumber daya Perairan.
227 – 233. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor (tidak diterbitkan).

268

Anda mungkin juga menyukai