ABSTRAK
Banda Neira merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Maluku. Wilayah ini kaya
akan potensi sumber daya perikanan karena memiliki ekosistem terumbu karang, pelagis dan demersal.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji nilai ekonomi terumbu karang di Banda Neira. Penelitian
ini dilakukan pada tahun 2015 di Banda Neira. Nilai Ekonomi Total (TEV) terumbu karang di kawasan
TNKpS dihitung dengan mengagregasi nilai pemanfaatan dan nilai non pemanfaatan. Berdasarkan hasil
penelitian, Pertama, nilai pemanfaatan tidak langsung dari terumbu karang adalah pelindung pantai,
dimana panjang pantai yang dilindungi oleh karang pada wilayah Banda Neira diperkirakan mencapai
10.562 meter sehingga nilai yang terbentuk adalah Rp.1.936.366.667 atau setara dengan Rp.4.588.547/
ha karang. Kedua, nilai keberadaan terumbu karang adalah sebesar rata-rata Rp.113.162,-/tahun. Jika
dikalikan jumlah populasi dibagi luas terumbu karang, maka WTP Rp.2.580.733,-/orang/ ha/ tahun.
Ketiga, nilai pemanfaatan langsung perikanan sebesar Rp.323.071.865,- per pelaku usaha perikanan,
nilai pemanfaatan langsung untuk pariwisata sebesar Rp.482.654.114,10. Jadi total, nilai total ekonomi
terumbu karang di Banda Neira mencapai lebih dari 17 triliun rupiah. Sebagian besar masih disumbang
dari sumber daya ikan yang telah dimanfaatkan khususnya pelagis. Nilai ekosistem secara ekologi
berdasarkan parameter-parameter yang diukur hanya menyumbang kurang dari 1% dengan nilai sekitar
empat miliar rupiah per tahun. Kecilnya kontribusi nilai pariwisata terhadap pemanfaatan langsung karena
sulitnya aksesibilitas Banda Neira, sistem transportasi yang kurang mendukung seperti penerbangan
udara hanya satu kali seminggu. Diharapkan pemerintah memperbaiki aksesibilitas ke Banda Neira,
dengan memperbanyak frekuensi transportasi udara.
Kata Kunci: karang, valuasi ekonomi, keberadaan, manfaat langsung, manfaat tidak langsung
ABSTRACT
Banda Neira is one of the areas located in Maluku Province. This region has potential fisheries
resources because of coral reef ecosystems, pelagic and demersal. The purpose of this study was
to analyze the economic value of coral reefs in Banda Neira. The study was conducted in 2015 in
Banda Neira district, Maluku Province. The Total Economic Value (TEV) of coral reefs in the TNKpS
area is calculated by aggregating the value of utilization and non utilization. Based on the results of
the research, First, the indirect use value of coral reefs is coastal protection, where the length of coral
protected beaches in the Banda Neira region was estimated to reach 10,562 meters so that the value
was 1,936,366,667 IDR or equivalent to 4,588,547 IDR / ha corals. Secondly, the value of coral reefs
was an average of 113.162 IDR, - / year. If multiplied by the total population divided by coral reef area,
then the WTP value was 2.580.733 IDR, - / person / ha / year. Third, direct fishery utilization value was
323,071,865 IDR, - per fishery business actor, direct use value for tourism was 482.654.114,10 IDR.
So that total economic value of coral reefs in Banda Neira reaches more than 17 trillion rupiah. Most of
it is still contributed from fish resources that have been utilized, especially pelagic. Ecological value of
ecosystem based on measured parameters only contribute less than 1% with value of about 4 billion
rupiah per year. The small contribution of tourism value to direct use because of difficulty of Banda Neira
accessibility, less supportive transportation system like air flight only once a week . The government is
expected to improve accessibility to Banda Neira, by increasing the frequency of air transport.
Keywords: coral reefs, economic valuation, presence, direct benefits, indirect benefits
Korespodensi Penulis:
Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 11
Gedung Balitbang KP I Lt. 4 Jalan Pasir Putih Nomor 1 Ancol Timur, Jakarta Utara, Indonesia
Telp: (021) 64711583 Fax: 64700924
J. Sosek KP Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 11-20
12
Valuasi Nilai Ekonomi Terumbu Karang di Banda Neira ........................................ (Mira, Subhechanis Saptanto dan Hikmah)
Q = F (X1, X2, X3, X4, X5, X6) ........ (1) Dimana/ Where:
Dimana/ Where:
Dimana/ Where: PV = NilaiPVKini/ Present
= Nilai Kini/Value
Present Value
Q = Hasil tangkapan / The catch V = NilaiV terumbu
= Nilaikarang/
terumbu Coral reef value
karang/ Coral reef value
I = Suku Bunga/
I = Suku Bunga/ Interest rate Interest rate
X1 = Harga ikan/ Fish prices
t = Waktu ( tahun ke 1,2,3, ….)/ Time (year of 1
t = Waktu ( tahun ke 1,2,3, ….T)/Time (year of
X2 = Umur responden/ Age of respondent
1,2,3,.....T)
X3 = Jumlah trip / Number of trips
X4 = Pendidikan/ Education Teknik
Teknikcontingent valuation
contingent method
valuation (CVM) (CVM) digun
method
X5 = Pendapatan / Revenue digunakan untuk menghitung nilai manfaat
keberadaan
keberadaan ekosistem
ekosistem terumbu terumbu
karang karang
di Bandadi Banda N
X6 = Jumlah anggota keluarga/ Number of family
Neira. Metode initentang
menanyakan digunakan
nilai untuk menanyakan
atau harga yang diberikan ma
members
tentang nilai atau harga yang diberikan masyarakat
terumbu karang agar tetap terpelihara. Menurut Suprap
Sedangkan untuk aspek pariwisata secara akan keberadaan ekosistem terumbu karang agar
fungsional manfaat langsung dapat ditulis sebagai metode
tetap yang berbasiskan
terpelihara. surveyetdimana
Menurut Suprapto dalam kuesion
al. (2015)
berikut: CVMyangadalah sebuah metode
dipersepsikan yang dengan
masyarakat berbasiskan
keberadaan eko
survey dimana dalam kuesioner ditanyakan
Y = F (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) ........(2) lestari. nilai
tentang Berdasarkan
atau harga hasilyang
wawancara rata-rata masyara
dipersepsikan
Dimana/ Where: masyarakat
keberadaandengan dan fungsikeberadaan ekosistem
serta manfaat ekosistem terum
Y = Kunjungan/ Visit terumbu karang supaya tetap lestari. Berdasarkan
X1= Biaya perjalanan/ Travel cost hasil wawancara rata-rata masyarakat sudah
sangat mengenal tentang keberadaan dan fungsi
13
J. Sosek KP Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 11-20
serta manfaat ekosistem terumbu karang di Banda Nilai ekonomi terumbu karang, mangrove,
Naira. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan atau wilayah konversi bervariasi, hal ini dapat
ekosistem terumbu karang rata-rata menyatakan dilihat dari nilai ekonomi satu kawasan konservasi
mau berkontribusi terhadap kelestarian ekosistem dengan kawasan konservasi berbeda-beda di
terumbu karang. setiap negara dan daerah. Hal ini dikarenakan
kawasan konservasi setiap negara mempunyai
Kelemahan dari metode CVM adalah adanya karakteristik sumber daya terumbu karang, sosial
perbedaan karakteristik masyarakat di berbagai ekonomi, pemanfaatan yang berbeda-beda.
daerah di Indonesia yang tentunya juga akan
memberikan nilai yang berbeda (Kalatouw et al.,
2015). Variabel yang dilihat menurut Kalatouw et al. HASIL DAN PEMBAHASAN
(2015) adalah manfaat tidak langsung (nilai yang
1. Karakteristik Sumber Daya Kelautan dan
dirasakan secara tidak langsung terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan Perikanan di Banda Neira
lingkungan), manfaat langsung (nilai yang dihasilkan Banda Neira memiliki potensi ikan dan
dari pemanfaatan secara langsung), nilai manfaat potensi non ikan seperti lobster, kerang-kerangan
pilihan (nilai pilihan untuk melakukan preservasi dan teripang. Namun, potensi non ikan ini belum
bagi penggunaan barang dan jasa sumber daya menjadi perhatian masyarakat nelayan karena
dan lingkungan terumbu karang di masa yang kecenderungannya masih terkonsentrasi pada
akan datang yang tidak dapat digunakan pada perikanan tangkap. .Ada pun jenis perikanan tangkap
saat sekarang), dan nilai manfaat ekonomi total yang yang memiliki potensi untuk dikembangkan
(penjumlahan dari seluruh manfaat yang telah untuk perekonomian masyarakat yaitu :
diidentifikasi dari ekosistem terumbu karang).
• Pelagis besar diantaranya Tuna dan Cakalang
Menurut Pieter et al. (2015), variabel dalam
• Pelagis Kecil..diantaranya layang, selar,
penelitian ini pada dasarnya adalah segala sesuatu
tongkol, wakong, marwaji, kawalinya.
yang berbentuk jasa lingkungan dari ekosistem
terumbu karang yang dinilai berdasarkan persepsi • Ikan Demersal diantaranya, kerapu, sikuda,
masyarakat. Penilaian tersebut ada yang bersifat samandar, biji nangka/salmaneti dan kakap.
sebagian saja atau parsial, namun ada juga yang
• Ikan hias diantaranya tiger fish, bat fish, angel
melakukan penilaian secara total (nilai ekonomi
fish, morrish fish, anemone fish dan lain-lain.
total ) dengan menjumlahkan manfaat langsung
(perikanan, pariwisata), manfaat tidak langsung Sedangkan untuk perikanan budidaya,
(feeding ground, nursering ground, pelindung berkembang usaha budidaya berupa pembesaran
pantai), nilai warisan, dan nilai keberadaan. teripang, budi daya kerang, dan budi daya rumput
laut. Setiap aktivitas usaha budidaya tersebut
Menurut Setiyowati et al. (2016), untuk dilakukan dalam bentuk “sasi”. Usaha budi daya
menghitung manfaat tidak langsung menggunakan selain dilakukan perorangan atau kelompok
metode replacement cost, dalam hal ini adalah oleh masyarakat juga sudah dilakukan dalam
sejumlah nilai moneter yang dikorbankan apabila bentuk usaha berbadan hukum, seperti usaha budi
kawasan terumbu karang mengalami kerusakan, daya tiram yang dikembangkan oleh CV. Banda
dimana nilai yang diberikan masyarakat merupakan Marine.
nilai minimum. Menurut Aryanto dan Mardjuka
(2005), pentingnya perhitungan moneter untuk Selain itu perekonomian masyarakat Banda
keuntungan dan kerugian lingkungan yaitu untuk Neira juga ditopang oleh sub sektor pariwisata, jadi
mengetahui dan mengartikan ‘moneterisasi’ tidak hanya mengandalkan sub sistem perikanan.
keinginan individu membayar untuk kepentingan Secara keseluruhan di Kecamatan Banda sampai
lingkungan, misalnya keinginan untuk membayar tahun 2013 terdapat 43 obyek wisata yang terdiri
bukan hanya pelestarian dan perbaikan saja, atas satu wisata alam, 25 wisata sejarah, 12 wisata
namun juga untuk menerima kompensasi dari bahari, tiga wisata budaya dan dua minat khusus.
kerugian. Biasanya metode yang digunakan dalam Ada pun wisata bahari yaitu wisata penyelam yang
valuasi adalah metode effect on production, dan menjadi ciri khas di Banda Neira adalah wisata
CVM yang diperoleh dari WTP per individu maupun penyelam di sekitar terumbu karang yang berasal
per rumah tangga, pada penelitian menggunakan dari batuan lahar Gunung Api Banda. Banda Neira
metode CVM. memiliki 14 titik penyelaman.
14
Valuasi Nilai Ekonomi Terumbu Karang di Banda Neira ........................................ (Mira, Subhechanis Saptanto dan Hikmah)
KETERANGAN/ INFORMATION:
Gambar 1. Peta Nilai Manfaat Langsung Berbagai Ekosistem Di Pesisir Bandaneira, Kab.
Maluku Tengah (Data Primer Diolah, 2015)
Gambar 1. Figure
Peta Nilai
1. MapManfaat Langsung
of Direct Benefit Value Berbagai Ekosistemindi
Of Various Ecosystems Pesisir
Coastal Banda Neira,
Bandaneira Kabupaten
.Maluku District,
TengahCentral Maluku Region (Primary Data Processed, 2015)
Figure 1. . Map of Direct Benefit Value of Various Ecosystems in Coastal Banda Neira District,
Rata-rata responden yang melakukan penangkapan ikan berusia 42 tahun, dengan
.Central Maluku
pendidikan sebagian Region.
besar hanya sampai tamat SLTP. Jumlah tanggungan keluarga responden
Sumber: Data Primer Diolah, 2015/Source: Primary Data Processed, 2015
rata-rata berjumlah lima orang. Hasil tangkapan responden dapat mencapai rata-rata 11.000
kg/tahun dengan harga rata-rata Rp 18.000/kg. Usaha penangkapan ikan di Banda Neira
membutuhkan investasi untuk pembelian alat pancing seharga Rp 100.000/unit, armada perahu
15
dengan harga Rp 2.000.000,-/unit dan mesin seharga Rp 3.000.000,-/unit. Jumlah trip dalam
setahun dapat mencapai sekitar 196 trip atau berkisar 16-17 trip tiap bulannya. Pendapatan
responden per tahun bersihnya dapat mencapai Rp 118.711.716,- atau sebesar 9 jutaan rupiah
J. Sosek KP Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 11-20
Harga/
Price
Kunjungan/
Visit
Gambar
Gambar 2. 2. Surplus
Surplus ProdusenUntuk
Produsen UntukTravel
Travel Cost
Cost Method Banda
Banda Neira
Neira
Figure 2. Producer Surplus For Travel Cost Method Banda
Figure 2. Producer Surplus For Travel Cost Method Banda Neira District Neira District
Sumber:
Sumber : Data Data(Diolah),
Primer Primer (Diolah),
2015/ 2015/Source:
Source : Primary
PrimaryData (Processed),
Data 2015
(Processed), 2015
Tabel 2. Hasil
Pada Analisis
Tabel 2Regresi
hubunganLinear Berganda
biaya Model
perjalanan Permintaan
bertanda Wisata
negatif, di Banda
sedangkan Neira.
pada gambar
Table 2. Results of Multiple Linear Regression Model Analysis of Tourism Demand in Banda Neira.
sebelumnya bertanda positif, hal ini dikarenakan model dimasukkan ke fungsi, sehingga
Model Regresi/ Koefisien Beta/ Standardized
Model
Unstandardized Coefficients Coefficients
B
1 (Constant) 2.036 2.294
10
Biaya perjalanan/ Travel Cost -2.60E-009 .000 -.032
Pendapatan/ Income 6.41E-009 .000 .130
Umur/ Age -.009 .016 -.110
Pendidikan/ Education .039 .089 .075
Rombongan/ Entourage .029 .092 .063
Jarak/ Distance -.119 .271 -.093
Pengalaman/ Experience -.365 .430 -.141
Sumber: Data Primer (Diolah), 2015/Source: Primary Data (Processed), 2015
16
Valuasi Nilai Ekonomi Terumbu Karang di Banda Neira ........................................ (Mira, Subhechanis Saptanto dan Hikmah)
Jika dilihat pengaruh biaya perjalanan wisatawan adalah pendapatan, pendidikan dan
terhadap kecenderungan wisatawan asing, ada jumlah rombongan.
fenomena yang cukup menarik adalah wisatawan
asing terutama dari Australia menginap di yacht b. Manfaat Tidak Langsung
yang mereka miliki, tapi untuk makan mereka
Salah satu fungsi terumbu karang adalah
makan di hotel. Faktor kedekatan jarak dan
melindungi lingkungan pesisir khususnya dari
keekonomisanlah yang membuat turis Australia
ancaman erosi akibat gelombang laut yang
menggunakan yacht, selain itu menurut mereka
besar. Nilai ekonomi dari fungsi terumbu karang
dengan menggunakan yacht mereka bisa
ini diperoleh melalui pendekatan biaya pengganti
mengatasi kesulitan aksesibilitas dan mengurangi
sebesar sepertiga dari biaya pembangunan
biaya perjalanan pada beberapa pulau kecil di
pemecah gelombang. Berdasarkan hasil Focus
Indonesia termasuk pulau-pulau di Banda Neira.
Group Discussion (FGD) diketahui bahwa standar
biaya yang digunakan untuk setiap meter kubiknya
Y = 2, 036 – 0, 0000000026 X1 + 0,0000000064 memiliki nilai antara Rp.500.000,- sampai dengan
X2 – 0,009 X3 + 0,039X4 + 0,029 X5 – 0,119 Rp.600.000,- sehingga diambil nilai antara sebesar
X6 – 0,365 X7 ...........................................(2) Rp.550.000,- per meter kubik. Kemudian setiap
satu meter panjang pemecah gelombang memiliki
Dimana/Where: dimensi sebesar enam meter kubik dengan
Y = Kunjungan/Visit asumsi lebar satu meter dan ketinggian enam
meter. Tinggi enam meter dibuat dengan catatan
X1 = Biaya perjalanan/Travel Cost
pondasi sebesar tiga meter dan tiga meter lebihnya
X2 = Pendapatan/Revenue adalah rata-rata jarak permukaan tertinggi dengan
X3 = Umur/Age permukaan terendah air laut. Panjang pantai yang
X4 = Pendidikan/Education dilindungi oleh karang pada wilayah Banda Neira
X5 = Rombongan/Entourage diperkirakan mencapai 10.562 meter sehingga nilai
X6 = Jarak/Distance yang terbentuk adalah Rp.1.936.366.667,- atau
X7 = Pengalaman/Experience setara dengan Rp.4.588.547,-/ ha karang.
KETERANGAN/ INFORMATION:
Gambar 3. Peta Nilai Manfaat Tidak Langsung (Fungsi Water Break) Ekosistem Terumbu
Gambar 3. Peta NilaiKarang
Manfaat Tidak Langsung
di Bandaneira, Kabupaten (Fungsi Water
Maluku Tengah PrimerEkosistem
Break)
(Data Diolah, 2015) Terumbu Karang di
Banda Neira,
Figure Kabupaten
3. Map Maluku
of Indirect Use Tengah.as Water Break) Coral Reef Ecosystem at
Value (Function
Bandaneira, Kabupaten Maluku Tengah (Primary Data Processed, 2015)
Figure 3. Map of Indirect Use Value (Function as Water Break) Coral Reef Ecosystem at Banda Neira,
Maluku Tengah Regency.
Sumber: Data Primer (Diolah), 2015/Source:
Terumbu Primary
karang juga Data (Processed),
merupakan tempat yang2015
sangat produktif dimana menurut hasil
penelitian Dahuri (2003) melaporkan bahwa potensi lestari ikan karang konsumsi ditinjau dari
sembilan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), tercatat sekitar 1.452.500 ton/ tahun. 17
Sehingga dengan total area 50.000 km2, maka MSY (Maximum Sustainable Yield) ikan karang
di Indonesia terdapat sekitar 29,05 ton/ km2/ tahun atau setara dengan 290 kg per hektar per
tahun. Atas dasar tersebut, nilai eksisting terumbu karang sebagai fungsi penyedia sumber
J. Sosek KP Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 11-20
KETERANGAN/ INFORMATION:
NILA I PEMA NFAATAN T IDAK LAN GSUN G PRO DU KTIVITAS PRIMER / VA LUE OF INDIR EC T UTI LIZATI ON PRIMAR Y PR ODU CTIVITI ES
terumbu karang sebagai fungsi penyedia sumber terumbu karang. Hanya nilai kesediaan mereka
daya ikan dengan asumsi harga rata-rata untuk berkontribusi terhadap keberadaan dan
tertimbang ikan sebesar Rp.18.000 dapat dihitung kelestarian ekosistem terumbu karang (willingness
yaitu sebesar Rp.2.202.840.000/ tahun atau to pay) rata-rata sebesar rata-rata Rp.113.162,-/
14
Rp.5.220.00/ ha/ tahun. tahun. Jika dikalikan jumlah populasi dibagi luas
terumbu karang, maka WTP Rp.2.580.733,-/ orang/
c. Nilai Manfaat Keberadaan ha/ tahun.
Berdasarkan hasil wawancara rata-rata Nilai rata-rata WTP (willingness to pay)
masyarakat sudah sangat mengenal tentang responden hanya 0,47% dari pendapatan rata-rata
KETERANGAN/ INFORMATION:
Gambar 5.. Peta Nilai Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang di Banda Neira, Kab. Maluku Tengah.
Gambar 5. Peta Nilai Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang di Bandaneira, Kab
Maluku Tengah (Data Primer Diolah, 2015)
Gambar 5. Map of Figure
Existence Use Value
5. Map of Existence Coral
Use Value Reef
Coral Reef Ecosystem
Ecosystem at Banda
at Bandaneira, Maluku Neira, Maluku Tengah
Regency. Tengah Regency (Primary Data Processed, 2015)
mereka per tahun yakni sebesar Rp.24.119.658/ KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
tahun. Nilai rata-rata ini mengindikasikan bahwa
apresiasi nelayan terhadap jasa lingkungan yang Panjang pantai yang dilindungi oleh karang
dihasilkan terumbu karang masih kurang. Padahal pada wilayah Banda Neira diperkirakan mencapai
mereka mempunyai keterkaitan yang erat terhadap 10.562 meter sehingga nilai manfaat tidak langsung
ekosistem terumbu karang, karena mereka yang terbentuk adalah Rp.1.936.366.667 atau
mengambil atau mengekstraksi langsung sumber setara dengan Rp.4.588.547/ ha karang. Nilai
daya ikan yang berhubungan langsung dengan eksisting terumbu karang sebagai fungsi penyedia
ekosistem terumbu karang tersebut. Faktor yang sumber daya ikan dengan asumsi harga rata-rata
berhubungan erat dengan kesediaan masyarakat tertimbang ikan sebesar Rp.18.000 dapat dihitung
membayar untuk keberlangsungan ekosistem yaitu sebesar Rp.2.202.840.000/ tahun atau
terumbu karang adalah tingkat pendapatan, tingkat Rp.5.220.00/ha/tahun. Nilai keberadaan terumbu
pendidikan, fungsi ekosistem terumbu karang, dan karang (kesediaan responden untuk berkontribusi
kontribusi kelestarian ekosistem terumbu karang. terhadap keberadaan dan kelestarian ekosistem
terumbu karang (willingness to pay) rata-rata
c. Nilai Total Ekonomi Terumbu Karang di sebesar Rp.113.162,-/tahun. Jika dikalikan jumlah
Banda Neira populasi dibagi luas terumbu karang, maka WTP
Rp.2.580.733,-/orang/ha/tahun. Estimasi terhadap
Berdasarkan hasil analisis, diketahui nilai nilai manfaat langsung perikanan sebesar
total ekonomi sumber daya pesisir di Banda Neira Rp.323.071.865,- per pelaku usaha perikanan.
mencapai lebih dari 17 triliun rupiah. Sebagian Jasa ekosistem terumbu karang atau nilai manfaat
besar masih disumbang dari sumber daya ikan langsung pariwisata sebesar Rp.482.654.114,10.
yang telah dimanfaatkan khususnya pelagis. Nilai Berdasarkan hasil analisis, diketahui nilai total
ekosistem secara ekologi berdasarkan parameter- ekonomi terumbu karang di Banda Neira mencapai
parameter yang diukur hanya menyumbang kurang lebih dari 17 triliun rupiah. Sebagian besar masih
dari 1% dengan nilai sekitar 4 miliar rupiah per disumbang dari sumber daya ikan yang telah
tahun. dimanfaatkan khususnya pelagis. Nilai ekosistem
19
J. Sosek KP Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 11-20
Aryanto, R. dan M. Y. Mardjuka. 2005. Valuasi Ekonomi Uyarra, M., A. Watkinson and I. M. Cote. 2009. Managing
dengan Travel Cost Methode Pada Obyek Dive Tourism for the Sustainable Use of Coral
Ekowisata Pesisir. Jurnal Ilmiah Pariwisata 10 Reefs. Environment and Management Journal
(1):58-76. 43 (1):1-16.
Burke, J. L., G. C. Waghorn and I. M. Brookes. 2002. An Wahyuni, Y., E. I. K. Putri dan S. Simanjuntak. 2014.
evaluation of sulla (Hedysarum coronarium) with Valuasi Total Ekonomi Manggrove di Kawasan
pasture, white clover and lucerne for lambs. New Delta Mahakam Kabupaten Kutai Kertanegara
Zealand (62): 152–156. Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Kehutanan
Wallacea (3) 1:1-12.
Cooper, E., L. Burke and N. Bood. 2009. The Economic
Contribution of Belize’s Coral Reefs. WRI Working Welly, M. dan A. Muljadi. 2012. Survei Manta Tow di
Paper. World Resources Institute. Washington Kepulauan Banda, Maluku Tengah, Propinsi
DC. Maluku, Indonesia. https://www.researchgate.
net/publication/. Diakses tanggal 4 September
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset 2017.
Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Fauzi, A. 2000. Kebijakan Pengelolaan Sumber daya
Pesisir. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Firdaus, A. M., J. M. Pelupessy dan J. R. Tampubolon.
2016. Strategi Penyelesaian Masalah Sosial
Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kepulauan Banda
Neira, Maluku Tengah. Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan 11 (1): 55-74.
20