Anda di halaman 1dari 5

Kehidupan di Kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia

Coral Triangle Center mendukung pemerintah dan masyarakat melakukan pelestarian


sumber daya alam laut dan pemanfaatannya secara berkesinambungan.

Kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Reef Triangle) merupakan pusat


keanekaragaman hayati laut dunia, utamanya terumbu karang. Kawasan Coral Triangle
memiliki luas terumbu karang sekitar 75.000 km2 (TNC, 2005) yang mencakup Indonesia,
Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon. Lebih dari
120 juta orang hidupnya sangat bergantung dari terumbu karang di kawasan tersebut. Hal
ini menjadi alasan yang sangat kuat untuk melakukan upaya konservasi terumbu karang
(Coral Reef) di kawasan tersebut.

The Nature Conservancy – sebuah lembaga konservasi alam terkemuka di dunia – sejak
tahun 2000 menginisiasi pendirian Coral Triangle Center (CTC) di Bali. Country Director
TNC-Indonesia Program, Rili Djohani, menjelaskan bahwa “CTC berfungsi sebagai center of
excellence, pusat pembelajaran mengenai konservasi kelautan dan pengelolaan kawasan
konservasi laut (KKL) yang efektif.” Lebih lanjut Rili menjelaskan “tujuan utama CTC adalah
membangun jejaring KKL yang tangguh dan dikelola secara efektif di kawasan Coral
Triangle”.

Penelitian Terumbu Karang (Coral Reef) Oleh Tim Terumbu Karang UBB di Bangka
Belitung

Kawasan Coral Triangle sendiri memiliki lebih dari 600 spesies karang. Hingga saat ini,
kepulauan Raja Ampat merupakan lokasi dengan keanekaragaman hayati terumbu karang
tertinggi di dunia dengan 537 jenis karang (CI, 2001 dan TNC, 2002). Jumlah jenis karang
tersebut merupakan 75% jenis karang yang ditemukan di dunia. Sementara itu kepulauan
Derawan selain memiliki keanekaragaman hayati terumbu karang yang tinggi, juga
merupakan pusat habitat penyu hijau terbesar di Asia Tenggara.

“Saat ini TNC-CTC telah bekerja bersama para mitra membangun jejaring KKL di Indonesia
(Komodo, Derawan, Wakatobi, Raja Ampat),” dijelaskan Abdul Halim, Program Manager ad-
interim TNC-CTC. Lebih lanjut Halim memaparkan bahwa “pada awal tahun ini, TNC
bersama para mitra termasuk pemerintah daerah Bali, BKSDA Bali, masyarakat,
Universitas, LSM internasional Conservation International, Bahtera Nusantara dan lainnya,
akan memulai kegiatan konservasi di Kecamatan Penida yang meliputi Nusa Penida,
Lembongan dan Ceningan.” Pulau Bali juga termasuk dalam kawasan Coral Triangle.

Terumbu Karang (Coral Reef) di Karang Kering Sungailiat Kabupaten Bangka Provinsi
Bangka Belitung

I Wayan Suarbawa, salah satu tokoh masyarakat di Nusa Lembongan mengatakan bahwa
“kami menyambut baik upaya-upaya pelestarian terumbu karang, hutan bakau dan hewan
laut lainnya di pulau kami karena itu berarti juga melindungi aset pariwisata bahari yang
menjadi salah satu andalan Kecamatan Penida.”

Kecamatan Penida yang terdiri dari tiga pulau, Nusa Penida, Lembongan dan Ceningan,
memiliki luas total sekitar 203 km2. Ketiga pulau ini memiliki luas total terumbu karang 13.01
km2 (citra LANSAT 2003) dan hutan bakau sekitar 2.5 km2 (citra IKONOS 2003). Disamping
itu Kecamatan Penida memiliki hewan laut unik dan langka yaitu mola-mola (sunfish), pari
manta (manta ray), dan penyu (sea turtle).
Berdasarkan pemantauan terumbu karang oleh Yayasan Bahtera Nusantara bekerjasama
dengan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Klungkung sejak tahun
2002–2007, kondisi terumbu karang di Kecamatan Penida masuk dalam katagori sedang
hingga baik.

Tahun Terumbu Karang (Coral Reef) Intenasional 2008

Tahun 2008, adalah tahun internasional untuk terumbu karang (Coral Reef) ke dua yang
dicanangkan oleh the International Coral Reef Initiative (ICRI). ICRI merupakan sebuah
wadah jejaring antara pemerintah dan lembaga non pemerintah dunia untuk membangun
kesadaran dan semangat konservasi terumbu karang.

Tahun terumbu karang internasional (the International Year of the Reef-IYOR) 2008 adalah
perayaan selama setahun untuk menginspirasi, membangun, dan melibatkan setiap orang
dalam konservasi terumbu karang. Selama satu tahun, pemerintah, LSM, universitas,
masyarakat setempat, para penikmat terumbu karang dan para pebisnis diharapkan bisa
membangun dan atau terlibat dalam kegiatan yang mempromosikan konservasi terumbu
karang secara lebih terintegrasi.

Di Indonesia IYOR bertepatan dengan pencanangan tahun kunjungan pariwisata.


Pencanangan dua tema ini: konservasi terumbu karang dan pariwisata dapat menjadi
momentum yang sangat baik untuk membangun tema pariwisata ramah lingkungan. Hal ini
dapat membawa promosi positif pariwisata Indonesia.

Dalam menyikapi semangat Tahun Terumbu Karang Internasional 2008 (the International
Year of the Reef-IYOR) dan Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008 (Visit Indonesia Year
2008). Reef Check Indonesia melakukan inisiatif membangun sebuah wadah
www.goblue.or.id, sebuah portal yang dibangun bersama sebagai upaya membangun
kesadaran publik dalam memahami isu-isu konservasi terumbu karang (Coral Reef) dan
ekosistem terkaitnya, serta wadah promosi pariwisata ramah lingkungan di Indonesia.

Portal ini dibangun dari dan oleh komunitas peduli lingkungan, dimana setiap orang dapat
terlibat aktif untuk menulis, atau sekedar memberi respon, komentar, kabar, agenda
kegiatan, diskusi, maupun bertukar informasi yang berkaitan dengan isu-isu lautan.

Peta Daerah Perlindungan Terumbu Karang Dunia

The Wildlife Conservation Society (WCS) dan the International Institute for Geo-Information
Science and Earth Observation (ITC) telah mengembangkan model sains terbaru untuk
menentukan secara akurat lokasi terumbu karang yang “bermasalah” dan lokasi terbaik
untuk perlindungannya.

Model ini dikeluarkan untuk daerah lautan Indonesia, dengan mensintesa beberapa faktor,
misalnya saja: suhu air laut, cahaya fotosintesis dan ultraviolet, angin, arus, dan konsentrasi
plankton di permukaan air laut. Data ini dianalisa dengan melihat bagaimana faktor-faktor
tersebut bekerja di daerah-daerah karang yang terkena tekanan, termasuk coral bleaching.
Mereka menemukan bahwa tekanan tertinggi terhadap terumbu karang berada di utara
lautan Indonesia, di mana setengah daerah perlindungan laut berada.

Kepulauan Maladewa dan Seychelles berada di daerah dengan kondisi terumbu karang
yang paling buruk. Daerah dengan tekanan terendah terdapat di Mauritius, Rodriques, dan
Reunion. Berdasarkan model yang dibuat, daerah ini direkomendasikan sebagai daerah
dengan prioritas tertinggi untuk konservasi di lautan India.

Terumbu karang di seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Terumbu
menghilang dalam kecepatan 5.4% per tahun selama 30 tahun belakangan ini.

“Walaupun area terumbu karang yang berada dalam tekanan sangat besar, model sains ini
menemukan lokasi-lokasi terumbu karang yang baik. Kita punya alasan yang kuat untuk
mempunyai harapan bahwa terumbu karang kita bisa lebih baik di masa depan,” demikian
ujar salah satu anggota tim peneliti:
Dr. Timothy McClanahan.

Declaration of Reef Rights

Dalam rangka menghormati Tahun Terumbu Karang Internasional, Reef Check mengajak
Anda untuk menandatangani Declaration of Reef Rights seperti di bawah ini. Kami ingin
mengumpulkan satu juta tanda tangan yang akan diberikan kepada pemerintah negara-
negara yang memiliki terumbu karang pada Januari 2009. Tujuan ikrar ini adalah untuk
mengangkat nilai terumbu karang dan mendorong pemerintah dan setiap orang untuk
mendukung konservasi terumbu karang. Setelah membaca ikrar ini, silahkan mengisi form
dan doronglah kawan-kawanmu untuk menandatanganinya. Sertakan nama lengkap,
negara dan email – jika Anda ingin mendapatkan informasi perkembangan the Declaration
dan terumbu karang, silahkan isi form secara lengkap. Terimakasih atas dukungannya
terhadap terumbu karang.

Dr. Gregor Hodgson, Executive Director Reef Check Foundation

Untuk mengisi form dan menandatangani Declaration of Reef Rights, silahkan klik di sini

Declaration of Reef Rights


Baca dan Lihat Juga tentang Terumbu Karang (Coral Reef) di perairan laut Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung oleh tim Esplorasi Terumbu Karang Universitas Bangka
Belitung Klik di sini : 

Ekspedisi Terumbu Karang (Coral Reef) UBB di Bangka Belitung

Source : 

 Marthen Welly
 http://www.reefcheck.or.id
 damayanti

Dikirim oleh Admin 


Tanggal 2008-12-19
Jam 15:01:51

Anda mungkin juga menyukai