Anda di halaman 1dari 3

4.3.

Inisiatif cTI Summit

Penyelenggaraan CTI Summit merupakan inisiatif Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono, yang
dilaksanakan bersama World Ocean Conference. Dalam kaitan dengan CTI, para ahli ilmu pengetahuan
telah mengidentifikasikan apa yang disebut “the Coral Triangle” di dalam kawasan yang secara khusus
disebut Indo-Pasifik di samudera Pasifik bagian Selatan. Wilayahnya mencakup enam negara di kawasan
Asia Pasifik, yaitu Indonesia, Malaysia, Pilipina, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon.
Negara-negara lain yang berbatasan dengan wilayah Triangle ini adalah Australia dan Fiji.

di dalam kawasan The Coral Triangle terdapat 500 atau lebih spesies reef-building coral. Kekayaan
karang, ikan dan spesies begitu besar, sehingga kawasan ini sering disebut sebagai ”Amazon of the Seas”

Kawasan The Coral Triangle merupakan rumah dari:

a. 75 persen spesies karang yang sampai saat ini dikenal;

b. Lebih dari 3.000 spesies ikan reef dan spesies yang secara komersial bernilai termasuk yellowfin tuna,
skipjack tuna, bigeye tuna, bumphead parrotfish dan Napoleon wrasse;

c. Enam dari tujuh jenis spesies kura-kura laut termasuk: green, hawksbill, olive ridley, leatherback,
loggerhead, dan flatback;

d. Tempat migrasi ikan hiu paus dan manta rays yang tertarik akan adanya plankton yang maha luas;

e. Binatang laut termasuk 22 spesies ikan lumba-lumba, endangered dugong, Bryde’s whale, short-
finned pilot whale, tiga spesies sperm whale, humpback whale, Cuvier’s dan Blainville’s beaked whales
dan lokasi penelitian cetacean – Longman’s beaked whale.

Peta anggota negara-negara penggagas CTI Sumit adalah sebagaimana nampak dalam gambar di bawah
ini.

Gambar The coral Triangle

Sumber: http://www.coraltrianglecentre.org, diakses, 12 Januari 2009.


The Coral Triangle merupakan suatu kawasan yang telah muncul sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang dramatis telah menjadi mesin pembangunan
wilayah pantai yang tidak berkelanjutan dan mendorong permintaan bagi sumber alam laut seperti
produk ikan tuna, shark fin, kura-kura dan ikan reef hidup. Hal ini berdampak pada:

a. Sumber alam laut menjadi depleted pada suatu laju yang tidak berkelanjutan untuk mensuplai pasar
burgeoning seafood di dalam kawasan Asia Pasifik dan di luar kawasan ini.

b. Metode memancing yang berlebihan dan penangkapan ikan destruktif, termasuk penggunaan sianida
dan dinamit, telah menghancurkan karang yang cukup luas dan menurunkan populasi ikan. Hal ini
semakin diperparah dengan praktek menjala ikan secara besar-besaran .

c. Hutan bakau, yang merupakan tempat pemukiman banyak spesies ikan, telah lenyap dan tidak
dikembangkan, karena kegiatan wisata, dan untuk meningkatkan permintaan budidaya air dan bahan
bakar kayu.

d. Lebih dari 75 persen dari industri budidaya air atau aquaculture, berpusat di kawasan Asia Pasifik,
khususnya di Pilipina dan Indonesia, dan sedang meningkat di Malaysia.

e. Pemanasan Global berakibat anekaragam kehidupan laut dan kehidupan manusia yang tergantung
pada makanan dan penghasilan di laut.

Sementara itu manajemen yang jelek dari sumber alam laut di kawasan the Coral Triangle, didorong oleh
berbagai masalah, termasuk keterbatasan pengetahuan atas pentingnya pemanfaatan sumber alam
yang berkelanjutan, lemahnya kemauan politik dari para pengelola, tingginya tingkat kemiskinan, dan
lemahnya kerja sama di antara pemangku kepentingan (pemerintah, sektor swasta dan masyarakat –
baik di dalam maupun di luar kawasan Asia). Faktor-faktor ini membatasi peluang-peluang untuk
merealisasikan pembangunan ekonomi secara penuh di daerah pantai.

Pemerintah-pemerintah di kawasan Asia Pasifik saat ini sedang mengusahakan kerja sama dalam bentuk
kemitraan multilateral yang bertema: ”a Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food
Security”. Usaha ini didukung oleh 21 pemimpin dunia pada Konperensi Tingkat Tinggi APEC tahun 2007
terhadap Inisiatif Coral Triangle, dalam Deklarasi Para Pemimpin APEC atas Perubahan Iklim,
Pengamanan Energi dan Pembangunan yang Bersih, di mana Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudoyono berperan aktif di dalam proses terbentuknya kerja sama ini.

World Wide Forum (WWF) selama ini bekerja sama di kawasan Coral Triangle dalam bentuk kemitraan
dengan sektor swasta, lembaga pemerintah dan masyarakat, mulai dari penelitian, pembahruan
kebijakan, merintis manajemen yang berbasis masyarakat dan perlindungan wilayah laut yang berskala
luas.

4.4. Hasil cTI Summit: cTI leaders Declaration

Pada Konferensi Tingkat Tinggi CTI, telah berhasil diadopsi satu dokumen yang disebut CTI Leaders
Declaration. Dalam deklarasi tersebut, ke enam Negara Segitiga Terumbu Karang sepakat untuk
mengadopsi Rencana Aksi Regional CTI. Secara resmi deklarasi tersebut, pada intinya meluncurkan
program Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) untuk mengatasi
ancaman terhadap ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah Segitiga Terumbu Karang
melalui tindakan-tindakan bersama dan terakselerasi dengan mempertimbangkan partisipasi seluruh
stakeholders yang terdapat di masing-masing negara dan berkomitmen sebagai berikut :

i. Menyepakati bahwa Coral Triangle Initiative mempunyai fokus utama pada kerja sama adaptasi
perubahan iklim yang berhubungan dengan terumbu karang, perikanan dan ketahanan pangan.

ii. Mengadopsi CTI Regional Plans of Action yang merupakan dokumen hidup dan bersifat dapat
diperbaharui serta tidak mengikat secara hukum untuk mengkonservasi dan mengelola secara
berkelanjutan sumberdaya pesisir dan laut di wilayah Segitiga Terumbu Karang dengan
mempertimbangkan peraturan dan kebijakan yang berlaku di masing-masing negara.

iii. Mengakui bahwa implementasi CTI-CFF adalah kerja sama sukarela dan tidak mempengaruhi wilayah
teritorial dan hak kepemilikan sumberdaya laut dari 6 negara.

iv. Menegaskan bahwa kerja sama CTI-CFF mengacu pada hukum, peraturan, dan prioritas nasional
masing-masing negara, dan penerapan dari prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pengembangan,
pengelolaan spesies lintas batas, dan konservasi dalam area Coral Triangle akan menjadi pertimbangan
di forum kerja sama lingkungan multilateral, regional dan bilateral.

v. Menugaskan menteri-menteri bidang terkait untuk mengformulasikan implementasi CTI-CFF.

4.5. Hasil Sail Bunaken 2009: Pemecahan Rekor Kemaritiman Dunia

Beriringan dengan pelaksanaan WOC dan CTI Summit, dilaksanakan pulaacara Sail Bunaken 2009 di
Manado Provinsi Sulawesi Utara, yang merupakan bagian kegiatan penting dan strategis yang kembali
menguji kemampuan Sulawesi Utara menjadi tuan rumah pelaksanaanacara internasional tersebut.
Sekitar kurang lebih 4000 peserta dari berbagai negara terlibat dalamacara kemaritiman global yang
dipandang paling spektakuler di abad 21 ini. Serta pemecahan rekor penyelaman masal terbanyak
dengan melibatkan kurang lebih 2500 penyelam.

Di samping itu pula dalamacara Sail Bunaken 2009, mencatat prestasi monumental dan spektakuler,
yaitu pelaksanaan Upacara Bendera di dasar laut dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia ke-64. Kedua prestasi Indonesia di bidang kemaritiman ini tercatat
dalam The Guinness World of Record. Dalam hubungan itu, maka pelaksanaan Sail Bunaken 2009,
merupakan momentum strategis bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kepada dunia bahwa
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar yang senantiasa menjaga dan melestarikan aspek
kemaritiman dunia. Dengan suksesnya penyelenggaraan Sail Bunaken 2009 di Manado, membuktikan
bahwa Provinsi Sulawesi Utara semakin mampu menyelenggarakan iven MICE berskala internasional.

Oleh karena itu, pasca sukses penyelenggaraan beberapa iven internasional akbar tersebut, Sulawesi
Utara menjadi salah satu tujuan MICE internasional di Indonesia, walaupun sebelumnya Manado sudah
dikenal wisatawan dunia dengan Taman Laut Bunaken dan Selat Lembeh. Saat ini pula Kota Manado dan
sekitarnya sedang dipersiapkan pemerintah untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan iven internasional
forum ASEAN 2011 dan APEC 2013. Pada bulan Maret 2011, di Sulawesi Utara akan dilaksanakan iven
internasional Management Disaster Exercise yang akan dihadiri oleh 26 negara pesrta dan sejumlah
negara peninjau yang memiliki wilayah pantai. Kegiatan ini merupakan kerja sama pemerintah Indonesia
dan pemerintah Jepang.

Anda mungkin juga menyukai