Anda di halaman 1dari 4

SEADWELLERS ACTIVITES ON CORAL REEFS OF WAKATOBI ISLAND

A. INTRODUCTION
Lebih dari 100 negara memiliki garis pantai dengan terumbu karang. Di negara-negara itu
setidaknya puluhan juta orang bergantung pada terumbu karang sebagai mata pencaharian untuk
sebagian asupan protein mereka (Salvat, 1992). Jennings dan Polunin (1996) menghitung bahwa 1 km 2
terumbu karang yang tumbuh aktif dapat mendukung kehidupan lebih dari 300 orang pertahun jika tidak
ada sumber protein lain yang tersedia.

Pariwisata mendukung ekonomi dengan pertumbuhan tercepat terkait terumbu karang dan
mengalami pertumbuhan dua kali lipat belakangan ini, sebelum masa Corona virus, COVID-19. Seratus
juta wisatawan mengunjungi Karibia setiap tahun dan SCUBA diving di Karibia saja diproyeksikan
menghasilkan hampir $US 1 miliar pada tahun 2005 (Departemen Luar Negeri AS 1998). Perikanan yang
terkait dengan terumbu karang juga menghasilkan kekayaan yang signifikan bagi negara-negara yang
memiliki garis pantai terumbu karang. Setiap tahun, perikanan dalam ekosistem terumbu karang
menghasilkan setidaknya 6 juta metrik ton hasil tangkapan ikan di seluruh dunia (Munro 1996) dan
menyediakan lapangan kerja bagi jutaan nelayan (Roberts et al. 1998). Perikanan di daerah, terumbu
karang memiliki kontribusi ekonomi belakangan ini, dan merupakan sumber protein penting jutaan
masyarakat miskin di dunia. Misalnya, 25% hasil tangkapan ikan di negara berkembang diperoleh dari
perikanan yang terkait dengan terumbu karang (Bryant et al. 1998).

Potensi terumbu karang Wakatobi dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara regional,
nasional dan internasional. Masyarakat nelayan Wakatobi terbiasa membangun huma (rumah nelayan di
tengah karang) menggunakan bahan kayu bakau. Hutan bakau terancam punah perlu segera digantikan
dengan pemanfaatan kayu jati hasil penjarang petani jati dari pulau Buton. Luas area terumbu karang
Wakatobi 1,3 juta ha belum termanfaatkan secara optimum.

Dukungan pengadaan huma nelayan di area karang Wakatobi untuk pengembangan budidaya
ikan di samping mendukung pertumbuhan ekonomi juga berkontribusi sebagai persiapan booming
pariwisata global dan kegiatan penelitian akademik, sebagai wujud kontribusi ekonomi Wakatobi dalam
percaturan ekonomi pasca COVID-19. Secara global model ekonomi pasca Covid adalah menghubungkan
produk lokal, dalam hal ini ikan karang di Wakatobi, perlu sgera terhubung pada pasar global. Olehnya itu
upaya-uapaya memperbaiki kualitas produk lokal (ikan segar dari karang Wakatobi) perlu diupayakan agar
terserap baik pada pasar global.
Secara garis besar upaya ini dapat dimulai dari proses penangkapan ikan dengan
mepertimbangkan tiga aspek; social, ekonomi dan lingkungan agar produk ikan dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan (SDGs, sustainable development goals).

B. POTENSI PEMANFAATAN PRODUK IKAN DARI KARANG WAKATOBI

Lima langkah memperkenalkan produk ikan dari karang Wakatobi pada pasar global termasuk
pada pasar-pasar nasional baik secara virtual maupun secara actual. Pemanfaatan produk ikan dari karang
wakatobi tetap ditinjau dari segi social, profit/ekonomi dan ekologi agar keberlanjutan tetap terpelihara
baik.

1. Sea dweller village of Wakatobi (dukungan pembuatan huma)

Kebiasaan nelayan Wakatobi secara turun temurun membuat rumah atau huma di atas karang,
sebagai tempat tinggal dan sentral aktivitas selama menangkap ikan di area karang Wakatobi. Nelayan
membuat jerat menangkap ikan berupa bubu dan alat pancing tradisional, huma dijadikan tempat tinggal
dan proses pengolahan dan penampungan hasil-hasil tangkapan nelayan tersebut. Konstruksi huma
terbuat dari kayu bakau dan lantai menggunakan bamboo.

Penggunaan bakau dalam membangun huma dapat mengancam ekosistem hutan bakau,
beberapa alternative untuk menggantikan bakau adalah menggunakan kayu jati yang banyak terdapat di
hutan P. Buton
2. Fish product
Produk ikan dari tangkapan nelayan diangkut menggunakan kapal, mayoritas masih menggunakan
katintin, sampan kecil yang dilengkapi dengan mesin. Pada zaman sebelumnya angkutan ini
menggunakan kekuatan angin sebagai pendorong sampan atau perahu dari karang wakatobi sampai
tempat penjualan akhir di pasar-pasar lokal tradisional; pasar Tomia dan pasar Wanci/Wangi-Wangi.

3. Airport; Perusahaan Cargo dan Coldstore

Wakatobi memiliki dua Airport; satu terletak di P. Wangi-Wangi dan satunya terdapat di P. Tomia.
Dua airport ini dapat dilenkgapi dengan perusahaan Cargo dan Coldstore untuk mengangkat produk
local (ikan dari karang Wakatobi) ke pasar global, seperti kota-kota besar di Australia.

Kementrian perhubungan ditahun 2021 merencanakan membangun perusahaan cargo dan coldstore
di setiap bandara di Indonesia. Sehubungan Wakatobi sebagai salah satu top-10 destinasi wisata
nasional yang ditetapkan oleh pemerintahan Jokowi, diduga Wakatobi akan mendapat prioritas
fasilitas ini, apalagi Biaya Operasional Pariwisata (BOP) Wakatobi akan dimulai di tahun 2021 ini
dengan persiapan anggaran pemerintah pusat sebesar 28,6 Triliun rupiah.

4. Fasilitas penerbangan dikembangkan


Untuk menjamin produk ikan dari karang Wakatobi tiba pada pasar global dalam keadaan segar maka
fasilitas penerbangan dan perusahaan cargo akan dikembangkan. Hal serupa juga akan mendukung
kegiatan pariwisata bahari di area Taman Nasional Wakatobi.
5. Pasar global

Untuk meyakinkan produk ikan dari karang Wakatobi terserap baik di pasar global maka upaya-upaya
standarisasi dan koneksi dengan kota-kota besar dunia diperlukan, pelatihan-pelatihan stakeholder
dan penguatan relasi antar pelaku pasar dibutuhkan.

C. KEGIATAN PRIORITAS MASYARAKAT NELAYAN


kegiatan yang dapat dilakukan nelayan setempat adalah melakukan renovasi huma sebagai sentral
kegiatan dan tempat tinggal nelayan dalam menangkap ikan di karang Wakatobi. Renovasi huma
mengganti penggunaan bakau dengan kayu-kayu jati dari P. Buton. Di P. Buton dan P. Muna dan
Sulawesi Tenggara umumnya banyak terdapat hutan jati yang dipelihara masyarakat. Masyarakat
menanam jati dan pada umur terntrntu 8-11 tahun tanaman jati ini harus dilakukan penjarangan agar
memperoleh hasil ekonomi kayu jati yang baik. Kayu hasil penjarangan ini sangat cocok untuk
digunakan dalam membuat rangka huma yang tadinya digunakan kayu bakau.

Huma dapat dilengkapi dengan teknologi seperti desalinasi untuk memperoleh air tawar dari air laut,
dan lampu penerangan huma dapat digunakan dari teknologi tenaga surya. Huma juga dapat dibuat
beberapa kamar yang layak huni sebagai tempat menginap pengunjung untuk bermalam 2-3 hari,
sebagai kegiatan berlibur atau weekend sambil menikmati keindahan taman laut, snorkeling atau
diving. Pada kamar huma juga dapat dilengkap dengan peralatan renang atau memancing yang
sewaktu-waktu dapat digunakan pengunjung sebagai olahraga hiburan, dan menginap pada kamar
huma yang layak.
Nelayan disamping memperoleh nilai ekonomi dari kegiatan menagkap ikan juga dapat menerima
nilai ekonomi dalam menjaga dan merawat huma, memberi pelayanan kepada pengunjung sebagai
wisatawan local atau bahkan wisatawan dari mancanegara.

D. KESIMPULAN
Kabupaten Wakatobi telah memiliki nama di tingkat nasional maupun mancanegara dengan wisata
bahari, dalam mengemas pariwisata upaya-upaya keterlibatan masyarakat diperlukan. Nelayan
Wakatobi dengan keahlian lokal dapat berpartisipasi dalam meperbaiki produk ikan yang ditangkap
agar terjual pada pasar global. Teknologi yang dikuasai nelayan adalah pembuatan huma sebagai
sentra aktivitas. Oleh karena itu upaya-upaya untuk mendukung dan mengembangkan huma yang
merupakan teknologi tepatguna nelayan sangat dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai