OLEH:
KELOMPOK III
hayati laut terlengkap di dunia. Wilayah ini memiliki garis pantai yang mencapai 251,96 km,
900 jenis ikan,ditambah dengan keberadaan terumbu karang yang sangat luas. Wakatobi
sangatkaya akan terumbu karang, terdiri dari 750 jenis karang dari 850 spesies karangdunia
dengan luas 90.000 hektar, dan dikenal sebagai segitiga karang dunia (Hidayati, 2011).
Kabupaten Wakatobi juga merupakan Kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi dengan
luas 1.390.000 ha, ditetapkan sebagai taman nasional melalui Keputusan Menteri Kehutanan
karang; yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia
(Ayiful, 2004).
diterapkan pada program pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di dunia, terutama di
laut dapat dianggap sebagai manifestasi dari keinginan masyarakat untuk memenuhi
lestari, kebutuhan untuk menikmati keindahan alam dan kebutuhan untuk melindungi hak
Wangi-wangi yang memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata
bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut
kesejahteraan bagi masyarakat secara berkelanjutan. peluang, tetapi juga Kemajuan teknologi
dan globalisasi akan memberikan menjadi tantangan dan persoalan bagi sumber daya alam
daerah apabila tidak dikelola secara arif dan bijaksana. Terutama pada sumber daya laut yang
merupakan sasaran utama masyarkat nelayan. Sebab sebagian besar masyarakat wangi-wangi
berprofesi sebagai nelayan, hal ini didukung oleh potensi sumber daya laut yang melimpah.
Melimpahnya sumber daya laut adalah salah satu alasan masyarakat wangi-wangi berprofesi
sebagai nelayan (BPS. 2016). Menurut Bengen (2002), agar ekosistem dan sumber daya
dapat berperan secara optimal dan berkelanjutan maka diperlukan upaya–upaya perlindungan
dari berbagai ancaman degradasi yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas langsung. Upaya
ini Konservasi Sumber pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak dijelaskan dalam
UU. Nomor 5 Tahun 1990 tentang daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pasal 8 yaitu
a. Rumusan Masalah
3. Apa isu-isu pengelolaan yang terjadi pada daerah perlindungan laut di wangi-wangi ?
Desa Waha merupakan salah satu desa yang berada disebelah barat Pulau Wangi-
Wangi dan terletak di wilayah Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Luas wilayah
daratan Desa Waha 1.350 Km dengan luas perairan sekitar 16 Km 2 . Desa Waha secara
administratif terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Gelora, Dusun Menara, Dusun Membara
dan Dusun Limbo Tonga. Letak Desa Waha yang berada di pesisir pantai berhadapan
Desa Waha mewakili topografi pantai yang relatif dasar dengan ketinggian sekitar 1-2
meter dari permukaan laut, sedangkan daerah yang lebih jauh dari pantai terdiri atas
perbukitan dan banyak dimanfaatkan masyarakat setempat untuk kegiatan pertanian. Desa
Waha sebagaimana pantai tropik mengalami dua kali pergantian musim yaitu musim Barat
dan musim Timur. Aktivitas penangkapan ikan merupakan kegiatan utama yang dilakukan
pada sekitar perairan waha sampai lepas pantai. Hasil tangkapan ikan nelayan selain untuk
dikonsumsi juga dijual ke pasar atau industri yang ada di wilayah Wakatobi. Jarak tempuh
dari Ibu Kota Kecamatan menuju Desa Waha sekitar 8 Km. Untuk menjangkau Desa Waha
dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat seperti mobil, sepeda motor dan
sepeda, sedangkan dengan jalur laut bisa mengunakan perahu atau speedboat.
C. TUJUAN RENCANA PENGELOLAAN
Daerah Perlindungan Laut adalah daerah pesisir dan laut yang dipilih dan ditetapkan
untuk ditutup secara permanen dari berbagai aktivitas penangkapan ikan dan pengambilan
sumberdaya laut lainnya (Tulugen et al., 2002). Pengelolaan daerah perlindungan laut ini,
umumnya dilakukan oleh masyarakat, sehingga dikenal dengan sebutan daerah perlindungan
laut berbasis masyarakat. Dalam skala global, daerah perlindungan laut telah mencapai tujuan
konservasi dan memberikan manfaat secara sosial dan ekonomi kepada kegiatan perikanan
(Gell dan Robets, 2002). Word dan Hegerl (2002), menyebutkan beberapa manfaat dari
daerah perlindungan laut adalah (1) memproteksi habitat penting, daerah pemijahan dan
daerah pembesaran (spawning dan nursery grounds), (2) meningkatkan kelimpahan stok, (3)
meningkatkan rata-rata umur dan ukuran ikan, (4) memperbaiki potensi reproduksi perikanan,
(5) memproteksi keragaman geneti, (6) memelihara atau meningkatkan Kawasan perikanan.
Lebih lanjut Tulungan et al., (2002) mengatakan bahwa tujuan penetapan daerah
hayati pesisir dan laut seperti keanekaragaman terumbu karang, ikan, tumbuhan, dan
organisme lainnya; (3) dapat dikembangkan sebagai tempat yang cocok untuk daerah tujuann
masyarakat setempat dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam mereka; (6) mendidik
jawab dan keewajiban masyarakat untuk mengambil peran dalam menjaga dan mengelola
sumberdaya mereka secara lestari; dan (7) sebagai lokasi penelitian dan Pendidikan
keanekaragaman hayati pesisir dan laut bagi masarakat, sekolah, Lembaga penelitian dan
perguruan tinggi. Terdapat 3 fungsi kunci yang harus dipenuhi oleh suatu area perlindungan
laut: (1) melindungi biodiversitas laut; (2) menjaga produktivitas dan (3) konstribusi
kesejahteraan sosial dan ekonomi (United Nations Environmental Progam 1995; McManus et
al., 1998). Kawasan konservasi laut digunakan untuk menunjang bentuk tradisional lain dari
sumberdaya perairan yang cukup melimpah. Terumbu karang dan lamun yang terdapat di
Desa Waha merupakan ekosistem penting yang menjadi habitat dan pendukung bagi
kehidupan organisme yang berasosiasi didalamnya yaitu plankton, ikan dan organisme
bentik. Keanekaragaman hayati yang melimpah menjadikan perairan Desa Waha sebagai
sumberdaya alam yang sering dilakukan masyarakat menjadikan perairan Desa Waha bagian
Tetapi pada sisi yang lainnya sumberdaya pesisir dan laut dianggap bersifat open
access sering kali didalam pemanfaatannya terjadi eksploitasi yang berlebihan terhadap
sumberdaya yang menjadi ancaman besar bagi kelestriannya. Dengan berjalannya waktu,
sumberdaya pesisir dan laut. Sumberdaya perikanan tergolong kedalam sumberdaya yang
dapat diperbaharui (renewable resources), akan tetapi akan berdampak buruk terhadap
Mengingat persoalan tersebut maka pengelolaan pesisir dan laut yang lestari menjadi
sebuah kebutuhan yang penting. Salah satu langkah yang ditempuh untuk melindungi,
dengan mengalokasikan suatu wilayah menjadi area yang dilindungi atau diatur
pemanfaatannya dalam bentuk Daerah Perlindungan Laut (DPL). DPL merupakan salah satu
cara agar sumberdaya dapat tetap terjaga dan berkelanjutan. Adanya DPL dalam
penerapannya diharapkan tidak hanya memberikan manfaat dari sisi ekologis tetetapi juga
Problematika yang dihadapi saat ini adalah sejumlah DPL yang ada di Kabupaten
Wakatobi terbengkalai dan tidak terjaga kelestariannya dengan baik. Keadaan ini disebabkan
karena kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat yang mendiami wilayah sekitar
DPL yang tetap melakukan kegiatan perikanan dikawasan DPL. Namun salah satu DPL yang
masih berjalan dan termanfaakan yaitu DPL Waha yang berada di Kecamatan Wangi-Wangi
Kabupaten Wakatobi yang dikelola oleh lembaga Waha Tourisme Community (WTC).
Lembaga ini cukup progresif dalam mengelola DPL Desa Waha, bukan saja untuk
melindungi tetapi juga menjadikannya obyek wisata bahari untuk member manfaat ekonomi.
Menyadari urgensi fungsi dan manfaat DPL, maka dipandang perlu untuk meninjau
pengelolaan DPL Desa Waha oleh lembaga WTC dan sejauh mana tingkat keberlanjutannya
VISI
“Terciptanya masyarakat yang sejahtera dan lingkungan yang lestari melalui Daerah
Perlindungan Laut dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan
berkelanjutan”
MISI
adalah pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat bersama –sama dengan pemerintah
aktif dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan suatu pengelolaan. Dalam UU No. 27
pengawasan, dan pengendalian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sector, antar
pemerintah dan pemerintah daerah, antar ekosistem darat dan laut, serta antar ilmu
Desa Waha yaitu dengan kebijakan yang lebih diarahkan pada atribut yang cukup dominan
memberikan pengaruh dalam keberlanjutan pengelolaan DPL di Desa Waha dengan tidak
mengesampingkan aspek yang lain. Strategi yang dilakukan diupayakan untuk memperbaiki
atribut yang memiliki dampak besar terhadap keberlanjutan pengelolaan DPL namun belum
memberikan dampak positif, yaitu dengan menjadikan keberadaan DPL mampu memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat Desa Waha; meminimalisir aktivitas mencari ikan di area
DPL dan menghilangkan eksploitasi terhadap sumberdaya lingkungan sekitar DPL; serta
Ayiful, R.A. (2004). Strategi Pengemban gan Kegiatan Pariwisata Di Taman Nasional Kepulauan
Wakatobi Sulawesi Tenggara. Tugas Akhir, Jurusan Perencanaa n Wilayah dan Kota. FT-
UNDIP. Semarang.
Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten Wakatobi dalam Angka.Wanci. COREMAP II ADB. 2006.
Manual Tata Kelembagaan COREMAP II ADB(Governance Manual). Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan
Bengen DG. (2002). Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Program. Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian. Bogor
Faiza R. 2011. Efektifitas dan Keberlanju tan Pengelolaan Daerah Perlindu ngan Laut
BerbasisMasyarakat. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Hidayati, Deny, Ngadi dan Rusli Cahyadi. 2011. Pengelolaan Terumbu Karang Melalui Coremap di
Wakatobi Peran Masyarakat dan Dampaknya terhadap Pendapatan.Jakarta: Leuser Cipta
Pusataka, Coremap-LIPI