Anda di halaman 1dari 20

KRITIK TERHADAP PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU

KECIL DI INDONESIA
(STUDI KASUS : PULAU KARIMUN JAWA)

Diajukan sebagai Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah


Pengelolaan Sumber Daya Pesisir

Dosen Pengampu :

Erry Ika Rhofita, S. TP, M. P

Oleh :

Vara Syarifah Ulfi Ilmiah

H75214019

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017
ABSTRAK
Negara Indonesia adalah negara maritim yang memiliki banyak pulau baik yang sudah
memiliki nama maupun belum. Salah satunya adalah pulau Karimunjawa, dimana pulau ini
memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Dibalik melimpahnya sumberdaya alam masih
terdapat kurangnya kepedualian masyarakat tentang pengelolaan yang berkelanjutan.
Pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebih dan krisis ekonomi yang menyebabkan
terjadinya persaingan untuk memperoleh sumberdaya alam yang tersisa mengakibatkan
terjadinya degradasi sumberdaya alam. Selain itu sistem kelambagaan yang kurang optimal
serta pola pemanfaatan yang kurang efektif dan efisien menjadi bagian dari permasalahan di
pulau Karimunjawa. Sistem pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu
dapat mengantisipasi terjadinya degradasi, pola pemanfaatan dan sistem kelembagaan yang
kurang optimal. Upaya ini peprlu didukung oleh pemerintah untuk melakukan forum
stakeholder Karimunjawa, konsultasi publik, rekonstruksi peraturan dan monitoring.

1.1 PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang cukup besar,
berdasarkan data Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2017 Indonesia
memiliki pulau sejumlah 2.590 buah. 1057 diantaranya telah memiliki nama, sedangkan
1533 belum memiliki nama. Jumlah pulau yang tidak sedikit inilah yang menjadikan salah
satu faktor banyaknya jumlah nelayan yang tersebar di bumi Nusantara Indonesia, yang
berjumlah sekitar dua juta nelayan. Indonesia juga kerap dikena sebagai negara maritim
yang memiliki wilayah laut 2/3 dari seluruh luas wilayah negara dan meiliki kekayaan
bahari yang melimpah, layaknya menjadi surga bagi setiap pelaut dan nelayan yang hidup
di bumi ini. Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial di Indonesia merupakan
wilayah perbatasan atau peralihan antara darat dan lautyang masih terjadi dipengaruhi oleh
aktivitas laut dan aktivitas daratan. Sumber daya ini sangat besar didukung oleh adanya
garis pantai sepanjang 81.000 km (Dahuri, 2001). Garis pantai yang sangat panjang ini
memiliki potensi yang sangat besar. Beberapa potensi sumber daya alam ini ialah potensi
hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya : perikanan, hutan mangrove dan terumbu
karang. Sedangkan, potensi non hayati, misalnya mineral dan bahan tambang serta
pariwisata. Selain itu, dalam vberbagai data dan informasi dari dalam maupun luar negeri

2
sering disebutkan bahwa wilayah perairan Indonesia masa lalu memiliki peran pentimg
dalam arus lalu lintas perdangangan baik lokal maupun antar negara.
Pulau-pulau kecil yang secara fisik memiliki sumberdaya alam daratan (terestrial)
sangat terbatas, tetapi sebaliknya meiliki sumberdaya alam kelautan yang melimpah,
merupakan aset yang strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi pada
pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan (environmental services) kelautan.
Dalam perkembangan selanjutnya akibat dari pertambahan jumlah penduduk, perluasaan
permukiman dan kegiatan industri, pariwisata dan transportasi laut, maka pulau-pulai kecil
merupakan potensi yang perlu dikembangkan secara hati-hati. Disetiap provinsi di
indonesia sebagian besar memliki pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil di indonesia
diantaranya adalah pulau weh, pulau mentawai, pulau raas madura, pulau bawean dan
pulau karimunjawa.
Karimunjawa adalah salah satu daerah wisata yang berada di kabupaten Jepara
lokasinya terpisah 46 mil laut di sebelah utara kabupaten Jepara, Karimunjawa memiliki
27 pulau 5 diantaranya yang berpenduduk selebihnya dijadikan tempat wisata bahari,
karena pulau-pulau kecil ini sangat indah, daerahnya yang masih asri dan sangat menarik
apalagi di daerah perairannya sangat indah. Dari tahun ketahun perkembangan
Karimunjawa saat ini semakin pesat didukung dengan adanya kelengkapan infrastruktur
yang saat ini sudah dimiliki, dari situlah banyak sekali orang atau kelompok-kelompok
yang mengiginkan lokasi usaha di Karimunjawa.
Masalah yang muncul di antaranya adalah isu penjualan beberapa pulau kecil di sekitar
kepulauan Karimunjawa walaupun hal itu belum bisa di buktikan. Masalah eksploitasi
lahan yang semakin marak , sebagian besar lahan ini di gunakan sebagai aset wisata yang
rencananya akan dibangun berbagai jenis hotel, penginapan dan yang berhungan dengan
kewisataan lainya. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan pengendalian pesisir yang
terpadu untuk menghindarkan dari kerusakan lingkungan akibat dari eksploitasi berat dan
rencana zonasi guna menjaga penjualan pulau kecil disekitarnya.

1.2 PERTANYAAN PENELITIAN


1. Bagaimanakah manajemen atau pengelolaan wilayah pesisir Karimunjawa?
2. Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi
masalah di pesisir?

1.3 PEMBAHASAN

3
Dalam rangka pengelolaan dan penyusunan rencana zonasi karimun jawa diperlukan
identifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan sehingga diperoleh gambaran kondisi
terakhir Taman Nasional Karimunjawa. Gambaran ini diharapkan dapat memberikan dasar
bagi penetapan tujuan, sasaran, progran kegiatan hingga rencana pengelolaan Taman
Nasional Karimunjawa yang ;ebih komperehensif dan realistis.
A. Kondisi umum kawasan
1. Letak dan Luas Kawasan
Kepulauan Karimunjawa terletak di sebelah Timur Laut kota Semarang tepatnya
pada posisi 50 40 - 50 57 LS dan 1100 4 1100 40 BT. Kep. Karimunjawa
termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara,
terdiri dari tiga Desa yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan dan Parang.
Luas wilayah daratan dan perairan Taman Nasional Karimunjawa adalah 111.62
hektar, berupa gugusan pulau sebanyak 22 buah. Dari 22 pulau tersebut terdapat empat
pulau berpenghuni yaitu P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang dan P. Nyamuk.

2. Aksesibilitas
Kepulauan Karimunjawa dapat dijangkau dengan sarana transportasi udara dan
laut. Transportasi udara ditempuh melalui Bandara Ahmad Yani Semarang menuju
Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan, saat ini penerbangan hanya dilakukan oleh PT.
Wisata Laut Nusa Permai (Kura-kura resort) untuk melayani wisatawan sesuai dengan
paket wisata yang dijual.
Transportasi laut dapat menggunakan kapal yaitu KM.Muria dan KM. Kartini I.
KM. Muria berlayar dua kali seminggu dari Pelabuhan Kartini di Jepara dengan waktu
tempuh selama enam jam, sedangkan KM. Kartini I berlayar empat kali seminggu dari
Pelabuhan Tanjung Mas di Semarang dan Pelabuhan Kartini di Jepara dengan rata-rata
waktu tempuh selama tiga jam.
3. Iklim
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman
Nasional Karimunjawa termasuk tipe C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm/tahun.
Temperatur udara berkisar antara 30o-31oC.
4. Oseanografi

Arus di perairan Kepulauan Karimunjawa pada musim barat/barat laut berasal


dari laut Cina Selatan yang menyeret massa air laut menuju ke Laut Jawa sampai kearah

4
timur yaitu Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafura dan sebaliknya pada musim tenggara.
Kecepatan arus permukaan rata-rata berkisar antara 8-25 cm/detik. Kondisi ini sangat
mempengaruhi kehidupan perairan, terutama ekosistem terumbu karang (Supriharyono,
2003)

5. Topografi

Topografi kawasan Taman Nasional Karimunjawa berupa dataran rendah yang


bergelombang, dengan ketinggian antara 0 506 m dari permukaan laut (dpl). Terdapat
dua buah bukit, yaitu Bukit Gajah dan Bukit Bendera yang merupakan puncak tertinggi
dengan ketingian + 506 m dpl.

6. Hidrologi

Di kawasan Taman Nasional Karimunjawa tidak terdapat sungai besar, namun


terdapat lima mata air besar, yaitu Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak,
Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan, yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum
dan memasak oleh masyarakat sekitar.

7. Tipe dasar perairan


Pada umumnya tipe dasar perairan di Kep. Karimunjawa mulai dari tepi pulau
adalah pasir, makin ke tengah dikelilingi oleh gugusan terumbu karang mulai dari
kedalaman 0.5 meter hingga kedalaman 20 meter. Ekosistem terumbu karang terdiri
dari tiga tipe terumbu, yaitu terumbu karang pantai (fringing reef), penghalang (barrier
reef) dan beberapa taka (patch reef). Tipe substrat dasar perairan berupa pasir
berlumpur dan lumpur berpasir.
B. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat
1. Demografi, Pendidikan dan Agama
Berdasarkan Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2002, kawasan
Taman Nasional Karimunjawa dihuni penduduk sebanyak 8.842 jiwa. Tingkat
pendidikan di Kepulauan Karimunjawa lebih banyak tamat, tidak tamat dan belum
sekolah. Hal ini menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan karena penduduk
usia sekolah banyak bekerja membantu orang tua, rendahnya kesadaran dan
keterbatasan biaya. Mayoritas penduduk Karimunjawa beragama Islam, tetapi ada
juga yang memeluk agama Kristen dan Katholik. Data kependudukan selengkapnya
beserta tingkat pendidikan dan agama tersaji dalam tabel 1.

5
Tabel 1. Data kependudukan beserta tingkat pendidikan dan agama
Jumlah Pendidikan Agama
Luas penduduk Kepadatan
No. Desa/Pulau daratan penduduk
SD*) SLTP SLTA PT islam kristen
(Ha) per-Ha
1 Karimunjawa 443,750 4.137 0.01 3865 156 92 24 4107 30
2 Kemujan 150,150 2.698 0.02 2128 115 57 11 2687 11
3 Parang 690,00 2.007 2.91 1974 25 7 1 2007 0
Jumlah 594,590 8.842 - 7,967 296 156 36 8,801 41
*) sudah tamat, tidak tamat dan belum swkolah
Sumber data : monografi Desa Kecamatan Karimunjawa, 2002
2. Mata Pencaharian
Presentase mata pencaharian masyarakat karimunjawa didominasi oleh buruh
tani/nelayan yaitu sebesar 61%. Hal ini mengindikasikan tingginya ketergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya perikanan. Profesi sebagai petani menempati urutan
kedua yakni sebesar 19%, profesi buruh industri, PNS dan ABRI sebesar 5%, profesi
pedagang dan konstruksi sebesar 3%, dan sisanya menggeluti profesi dibidang
angkutan, jasa, penggalian dan pensiunan. Data mata pencaharian penduduk
berdasarkan Monografi Kecamatan Karimunjawa tahun 2002 tersaji dalam tabel 2.
Tabel 2. Data Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Karimunjawa
Jumlah Penduduk
No. Mata Pencaharian Total
Karimunjawa Kemujan Parang
1 Petani 445 297 168 910
2 Buruh tani/Nelayan 1483 873 527 2883
3 Penggalian 21 13 8 42
4 Buruh Industri 113 52 87 252
5 Pedagang 97 35 35 167
6 Konstruksi 79 38 35 167
7 Angkutan 31 27 15 73
8 PNS dan ABRI 168 47 28 243
9 Pensiunan 14 - - 14
10 Lainnya (jasa) 25 15 9 49
Jumlah 2476 1397 912 4785

6
Sumber Data : Monografi Desa Kecamatan Karimunjawa, 2002
3. Fasilitas Umum
Beberapa fasilitas yang telah ada di Karimunjawa dan terkait dengan pariwisata tersaji
dalam tabel 3.
Tabel 3. Fasilitas Umum yang tersedia di Kecamatan Karimunjawa
No. Jenis Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Hotel dan resort 3 buah Swasta & Dinas Pariwisata
2 Homestay 16 buah Milik Masyarakat
3 Komunikasi 1 buah TELKOM
4 Air bersih 4 buah PDAM Swakarsa
5 Listrik 2 buah PLTD Kalisda dan Telkom
Transportasi
Transportasi Air 2 buah KMP. Muria dan KMP. Kartini I
Transportasi Darat 11 buah Mobil dan Motor
6
Transportasi Udara 1 buah Kura-kura resort
Pelabuhan 6 buah Pemerintah, Swasta
Bandar Udara 1 buah Pemerintah
7 Kesehatan 5 kantor Puskesmas
Koramil, TN Karimunjawa dan
8 Keamanan 5 kantor
AL, Polsek, Pol Air.
9 Tempat Ibadah 38 buah Masjid, Musholla dan Gereja
10 Sekolah 18 buah SD, SLTP, SMU, SMK
11 Pasar 1 buah Di desa Karimunjawa
Lapangan sepak bola dan bola
12 Olahraga 16 buah
voli
Sumber Data : Monografi Desa Kecamatan Karimunjawa, 2002

4. Adat Istiadat
Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura, Bajo, Bugis, Muna,
Luwu, Buton dan Mandar. Mayoritas penduduk Karimunjawa berasal dari Jawa,
namun sebagian besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain.

7
Salah satu kebiasaan warga karimunjawa pada setiap Kamis malam adalah
mengadakan acara tahlillan secara bergilir di setiap lingkungan dengan tujuan
mempererat silaturahmi.
5. Kesehatan

Di kepualuan Karimunjawa terdapat lima pulau berpenghuni yang terpisah oleh


lautan dan sulitnya transportasi menyebabkan pelayanan kesehatan sulit untuk
dijangkau. Rendahnya kesadaran masyarakat juga mendorong rendahnya kualitas
kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas keliling dan
bidan terdapat dimasing-masing desa.

6. Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan lahan di Taman Nasional Karimunjawa sangat beragam tergantung
pada karakteristik lahan. Karakteristik pemanfaatan lahan darat berupa hutan rakyat,
kebun, sawah, tambak dan pemukiman. Pemanfaatan laut berupa kegiatan perikanan
dan pariwisata. Jenis pemanfaatan ini telah berlansung sejak lama, sehingga
membentuk pola-pola pemanfaatan yang khas dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Permasalahan pemanfaatan laut lebih kompleks dibandingkan wilayah
daratan dimana konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan, lebih sering terjadi.
7. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Daerah
Visi
Memanfaatkan potensi sumber daya yang ada dengan melestarikan fungsi
ekosistem menuju terwujudnya hubungan yang seimbang, seriasi, selaras antara
manusia dan lingkungannya yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan
di wilayah kepulauan karimunjawa.
Tujuan Pembangunan Kepulauan Karimunjawa
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan
kesempatan usaha.
2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan
pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan
lautan.
3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian
lingkungan.
4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisir
dan lautan.

8
Pengelolaan Wilayah Karimunjawa secara Terpadu
1. Terpadu, karena :
a. Keberadaan sumber daya pesisir dan lautan yang besar dan beragam
b. Peningkatan pembangunan dan jumlah penduduk
c. Tuntutan keseimbangan kepentingan konservasi dan pengelolaan wilayah
pesisir dan lautan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi dalam
proses pembangunan.
2. Pertimbangan aspek sosial, ekonomi dan budaya
Dilakukan secara kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat serta konflik kepentingan
dan pemanfaatan yang mungkin ada.
3. Keterpaduan, mencakup:
a. Keterpaduan ekologis
b. Keterpaduan sektor
c. Keterpaduan disiplin ilmu
d. Keterpaduan stakeholder
4. Pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan kep. Karimunjawa
menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud satu rencana dan
satu pengelolaan serta tercapainya pembangunan yang berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pengelolaan Kawasan Kep. Karimunjawa secara Terpadu
Pengelolaan kawasan Kep. Karimunjawa secara terpadu merupakan pengelolaan
Karimunjawa yang efektif dan efisien.
1. PWPT Karimunjawa merupakan suatu proses yang berkesinambungan,
alternatif, adaptif, partisipatif dan merupakan suatu mekanisme pembangunan
konsensus.
2. PWPT diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan umum yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya pesisir, seperti:
a. Apakah pemanfaatan sumber daya pesisir saat ini dapat dipertahankan
tanpa mengurangi kemampuan sumber daya tersebut untuk memulihkan
diri
b. Bagaimana kebutuhan dasar tetap terpenuhi
c. Nilai-nilai apa yang akan diambil

9
d. Bagaimana alokasi sumber daya dan ruang pesisir
e. Bagaimana dengan konflik-konflik yang ada dan akan terjadi
3. Untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumber daya wilayah pesisir secara
terpadu dan bekelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (rencana
strategis), mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan
(proposionalitas) antar dimensi ekologis, dimensi sosial, antar sektor, disiplin
ilmu dan segenap pelaku pembangunan (stakeholder).
4. Dalam rangka menciptakan pengelolaan wilayah Kep. Karimunjawa yang
berkelanjutan, terdapat beberapa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan,
yaitu:
a. Inventarisasi dan sistem informasi sumber daya alam Kep. Karimunjawa
b. Penyusunan profil sumber daya Kep. Karimunjawa (ATLAS)
c. Penyusunan rencana strategis pengelolaan sumber daya Kep.
Karimunjawa
d. Penyusunan zonasi dan tata ruang Kep. Karimunjawa
e. Penyusunan rencana pengelolaan spesifik kegiatan atau kawasan
f. Rencana kegiatan (master plan dan action plan) sebagai penjabaran dari
rencana strategis yang sudah ada.
5. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya
merupakan suatu proses yang bersifat pengulangan, sehingga diharapkan dapat
terwujud satu rencana dan satu pengelolaan serta tercapainya pembangunan
yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
6. Kelembagaan pengelolaan kawasan Kep. Karimunjawa terpadu (PKKKT),
dalam pelaksanaan dan kapasitas kelembagaan harus dikuatkan, yang
mencakup:
a. Kapasitas hukum dan administrasi
b. Kapasitas pendanaan
c. Kapasitas teknis
d. Kapasitas sumber daya manusia
e. Sehingga pelaksanaan, pemantauan PKKKT, resolusi konflik serta
penataan hukum dapat berjalan.
7. Langkah operasional penataan PWPT
a. Menetapkan dan mendefinisikan fungsi, kewenangan dari berbagai instansi
terkait secara proporsional

10
b. Memadukan fungsi dan kewenangan dari berbagai instansi secara
proporsional dalam sebuah model kelembagaan yang terpadu
c. Menyusun fungsi dan kewenangan model kelembagaan yang terpadu
d. Mendesain Kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah model
kelembagaan yang terpadu yang representatif bagi instansi terkait
e. Menyusun rangkaian program dan kegiatan secara komprehensif
f. Memadukan kapasitas pendanaan untuk mengelola kawasan kep.
Karmunjawa
Pengembangan Pariwisata

Pembangunan Kep. Karimunjawa harus mampu mengakomodir dua hal penting,


yaitu kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Oleh karenanya
pembangunan Karimunjawa harus memiliki manfaat terbesar untuk masyarakat.
Orientasi pengembangan harus memiliki keseimbangan kepentingan antara ekonomi
dan konservasi dan seluruh rangkaian proses dari pengembangan sampai dengan
pembangunan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait.

Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2003 tentang Rencana Strategis Jawa Tengah
2003-2008 yang dijadikan acuan untuk kebijakan strategis dalam pengembangan
Karimunjawa adalah kebijakan pengembangan di sekitar pariwisata diarahkan dengan
pendekatan kawasan melalui keterpaduan antar wilayah dan sektor yang berdaya
saing. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata dalam
struktur ekonomi regional dengan titik berat pada pemberdayaan ekonomi
kerakyatan. Pariwisata dikembangkan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut:

1. Pariwisata sebagai industri, dengan memberlakukan seluruh kegiatan pariwisata


sebagai sutu proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan
pengembangan berkelanjutan.
2. Pariwisata berkelanjutan, dengan memberlakukan pembangunan pariwisata yang
bertumpu pada pertimbangan layak secara ekonomi, berwawasan lingkungan,
diterima secara sosial dan budaya, dan dapat diterapkan secara teknologis untukm
sebesar-besarnya memberikan manfaat pada dunia usaha pariwisata, masyarakat
dan lingkungan hidup.

11
3. Pariwisata sebagai pengembangan wilayah, dengan melihat pariwisata sebagai
sebuah komoditas yang mampu difungsikan sebagai penggerak utama kegiatan
perekonomian wilayah dalam arti luas.
4. Keterpaduan sistem permintaan dan penawaran, dengan pendekatan pada aspek
titik temu antara permintaan dan penawaran.
5. Pemberdayaan masyarakat lokal, pendekatan pengembangan berdasarkan pada
kesesuaian aspirasi, komitmen masyarakat setempat untuk mencapai keberlanjutan
pembangunan pariwisata.
6. Pariwisata tanpa batas, hal mendasar dari pendekatan ini adalah karakteristik
pariwisata tidak mengenal batas ruang dan waktu.
7. Sinergis dan komplementasi, hal mendasar dari pendekatan ini bahwa kelemahan
yang masih seringkali dijumpai dalam pengembangan pariwisata adalah
pengembangan secara parsial dan belum ada keterpaduan konsep pengembangan
antar daerah dan sektor.

Dalam konteks ini Kep. Karimunjawa sebagai kawasan wisata, orientasi


pengembangannya harus memiliki program kegiatan dengan muatan yang seimbang
antara kepentingan pariwisata dan konservasi untuk kesejahteraan masyarakat sebagai
kawasan pariwisata. Karimunjawa haruslah dapat dikembangkan menjadi salah satu
wilayah pertumbuhan dan menjadi produk kolektif regional, sehingga kawasan dapat
dikembangkan menjadi:

1. Wilayah sebagai pusat pertumbuhan berdasarkan potensi yang dimiliki


2. Secara sengaja menciptakan integrasi fungsional berbagai pusat pertumbuhan
dengan pertimbangan adanya fungsi-fungsi yang komplementer
3. Pendekatan desentralisasi dengan mengembangkan prinsip pengelolaan wilayah

Dalam aspek konservasi ada tiga kebijakan yang terkait dengan pengembangan

yaitu:

1. Pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
2. Mewujudkan pengelolaan taman nasional yang relevan dengan aspek ekologis,
ekonomi dan sosial masyarakat
3. Meningkatkan kerjasama pendidikan konservasi lingkungan melalui pariwisata
alam

12
Dari segi program strategis, terdapat lima program berkaitan dengan
pembangunan, yaitu:

1. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional Karimunjawa melalui pendekatan


optimalisasi fungsi kawasan
2. Pengaturan terpadu pemanfaatan sumber daya kawasan
3. Pengembangan pendidikan dan wisata alam
4. Penyebaran informasi dan promosi upaya konservasi
5. Peningkatan kerjasama dan alternatif usaha ekonomi
6. Peningkatan sumber daya dan pembangunan sarana prasarana

Kemudian dari segi pengelolaan terpadu:

1. Penyusunan rencana pengembangan terpadu (pariwisata, perikanan dan kelautan,


pertanian, zonasi, pemberdayaan masyarakat/pengembangan usaha ekonomi,
rehabilitasi ekosistem, pengelolaan jenis, pelestarian jenis, pendidikan, penyuluhan
dan lainnya)
2. Penetapan pengaturan pemanfaatan sumber daya alam kawasan.

Dari segi kebijakan pengembangan, dalam kawasan Karimunjawa tercipta


keselarasan antara kepentingan ekonomi dengan konservasi untuk kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, hal penting dalam pengembangan Karimunjawa sebagai
kawasan wisata berbasis konservasi dan masyarakat, adalah pengaturan zonasi/tata
ruang kawasan dan penetapan jenis-jenis kegiatan yang dapat memberikan nilai
tambah terhadap konservasi dan masyarakat.

Terdapat tiga permasalahan utama dalam mengupayakan konservasi dalam


bentuk taman laut (salah satu bentuk atraksi wisata) yang dapat memberikan nilai
tambah bagi masyarakat, yaitu aspek manusia, aspek lingkungan dan usaha yang harus
dikelola. Ketiga aspek tersebut harus secara tepadu dikembangkan dalam satu wilayah
pertumbuhan dengan pendekatan pengembangan kawasan.

Tiga program pariwisata adalah:

1. Bina manusia, yang dapat mendorong kesadaran terhadap pengembangan


pariwisata melalui pemahaman sadar wisata, sehingga memperbesar peluang untuk
meraih manfaat dari kehadiran pariwisata. Hal ini dicapai melalui peningkatan

13
sumber daya manusia serta pengembangan potensi berbasis masyarakat dan
lingkungan hidup.
2. Bina lingkungan untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan guna mendukung
peningkatan kualitas hidup dan mendorong pelestarian lingkungan
3. Bina usaha dengan mendorong wawasan keterampilan usaha masyarakat agar
dapat lebih memanfaatkan peluang besar dan mendorong tumbuhnya pasar.
f. Permasalahan
Taman nasional merupakan salah satu kawasn pelestarian alam yang mempunyai ciri
khas tertentu. Taman nasional memilki fungsi perlindungan, sistem penyangga kehidupan,
pelestarian keanekargaman jenis tumbuhan an satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Secara umum, permasalahan mendasar yang terjadi di Taman Nasional Karimunjawa
adalah degradasi sumberdaya alam, kelembagaan, masyarakat dan pola pemanfaatn
sumberdaya alam.
g. Pengelolaan Taman Nasional Karimun Jawa
Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) merupakan penanggungjawab
pengelolaan ekosistem kawasan Taman Nasional Karimunjawa dalam rangka konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tanggung jawab ini, BTNKJ menyadari pentingnya
partisipasi dan keterlibatan dari semua pihak yang memiliki kepentingan di Karimunjawa.
Permasalahan yang terjadi di Karimunjawa sudah sangat kompleks dan merupakan hasil
rangkaian proses yang telah berlangsung lama. Dibutuhkan suatu paradigma baru untuk
melakukan perubahan dalam sistem pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa.
Paradigma ini harus mencakup aspek sosial ekonomi, ekologi, dan kebijakan.
Sistem pengelolaan yang telah berlangsung sampai saat ini memiliki kelemahan dan
kekurangan. Penegakan peraturan dan kebijakan yang berlaku dianggap hanya merupakan
tanggung jawab pihak Balai Taman Nasional. Hal ini dapat diidentifikasi dari rendahnya
tingkat partisipasi dan penerimaan masyarakat serta pihak-pihak lain dalam melaksanakan
aturan dan kebijakan yang telah ditentukan.
Diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah mendorong
Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk merancang suatu sistem pengelolaan bersama
(Collaborative Management). Pada pasal 10 disebutkan mengenai kewajiban daerah untuk
mengelola dan melestarikan sumberdaya nasional yang ada di wilayahnya. Usaha
pengelolaan dan pelestarian ini harus melibatkan semua pihak yang memiliki kepentingan

14
di Karimunjawa, seperti Pemerintah Daerah, lembaga swadaya masyarakat, perguruan
tinggi, lembaga penelitian, masyarakat, sektor swasta dan pihak pihak lain.
Melihat kompleksitas permasalahan di Karimunjawa, diperlukan suatu pendekatan
yang menyeluruh dengan visi bersama dan satu proses koordinasi yang terencana, agar
mekanisme kerjasama dapat berjalan sebagaimana mestinya. Diperlukan komitmen
kelembagaan yang kuat dalam melakukan pengelolaan Karimunjawa. Alternatif solusi
dibawah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi pengelolaan dalam
rangka menyelesaikan permasalahan yang ada di Karimunjawa.
1. Membangun Forum Stakeholder Karimunjawa

Forum Stakeholders Karimunjawa dapat menjadi media komunikasi untuk


berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pengelolaan Karimunjawa. Balai Taman
Nasional diharapkan berperan sebagai inisiator forum, masyarakat berperan sebagai
pengguna sumberdaya alam dan MUSPIKA berperan sebagai rekanan BTN dalam
melaksanakan penegakan hukum di Karimunjawa. Forum ini berfungsi mencari solusi
bagi permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam di
Karimunjawa, termasuk mencari alternative livelihood bagi masyarakat
Karimunjawa, apabila sistem pengelolaan yang baru diimplementasikan. Forum yang
beranggotakan semua pemangku kepentingan di Karimunjawa bertugas
mengidentifikasi peran-peran spesifik dari masing-masing pihak, membangun
kesepakatan bersama dan koordinasi. Keberadaan forum ini diharapkan mampu
mengakomodasi seluruh kepentingan untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan
program kerja.

Peran spesifik melibatkan kerjasama antara pemerintah daerah, Balai Taman


Nasional, perguruan tinggi, lembaga penelitian, sektor swasta, lembaga swadaya
masyarakat dan masyarakat. Melalui peran spesifik ini, masing-masing pemangku
kepentingan diharapkan dapat saling mengisi sehingga pola pengelolaan yang akan
diterapkan dapat dilakukan secara terpadu dan menyeluruh. Salah satu keuntungan
dari mekanisme ini adalah adanya penanganan yang efektif dan efisien dari masing-
masing pihak yang menguasai bidangnya sehingga tiap permasalahan dapat
diselesaikan dengan baik.

Salah satu wujud kerjasama telah dilakukan melalui proses zonasi yang
melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, taman nasional, perguruan tinggi, sektor

15
swasta dan pihak independen. Wujud kerjasama ini diharapkan bisa ditindaklanjuti
ketahap implementasi zonasi. Efektivitas dari zonasi yang baru tergantung pada
dukungan, keterlibatan dan kepatuhan dari semua pihak untuk menjalankan kebijakan
yang telah disepakati.

Balai Taman Nasional sebagai badan pengelola memiliki peran untuk


mengkoordinasikan semua kegiatan yang akan dilakukan di area konservasi.
Kejelasan program dari setiap pihak diharapkan mampu menghasilkan rencana
strategis untuk pengelolaan bersama taman nasional. Implementasi setiap kegiatan
yang akan dilakukan tetap mengacu pada rencana strategis. Pada tahap selanjutnya
semua pihak bisa secara bersama-sama melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
pengelolaan sehingga diperoleh sebuah pembelajaran yang baik dan dapat
memberikan rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan selanjutnya.

2. Mengembangkan Mekanisme Konsultasi Publik


Balai Taman Nasional perlu melakukan sosialisasi program pengelolaan yang
akan dilakukan sehingga dapat membuka ruang partisipasi aktif bagi masyarakat.
Proses sosialisasi tentang zonasi yang gencar akan meningkatkan kesukarelaan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Komunikasi yang satu arah dari pihak BTNKJ
ke masyarakat telah mengarahkan pemikiran bahwa konservasi identik dengan
larangan.
Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan TNKJ
adalah tanggung jawab untuk mengelola HPWP (Hak Pengelolaan Wilayah
Perikanan), yaitu hak untuk menghalangi orang lain untuk ikut serta dalam wilayah
tertentu yang telah dijadikan obyek hak, hak untuk menetapkan jenis dan jumlah
penggunaan sumberdaya alam dalam wilayah tersebut, hak untuk mengambil derma
(pungutan) dari pemakai sumberdaya alam, pajak atau sewa dari penjualan hak-hak
tersebut (Nikijuluw, 2002).
Studi sosial dapat juga dipakai sebagai salah satu bentuk partisipasi publik,
karena masyarakat secara langsung diminta pendapat mengenai zonasi. WCS pada
tahun 2003 telah melakukan survei sosial ekonomi tentang zonasi di Kep.
Karimunjawa. Hasil dari survey tersebut menunjukan bahwa masyarakat mempunyai
usulan lokasi-lokasi yang dapat dijadikan zona inti (Gambar 1). Walau tidak seluruh
usulan terakomodasi, hasil survey tersebut menjadi acuan bagi Balai Taman Nasional
dalam penetapan zona yang dapat diterima masyarakat.

16
Gambar 1. Lokasi Zona inti yang diusulkan masyarakat
Selain partisipasi aktif masyarakat, dibutuhkan juga partisipasi semua pihak
yang berkepentingan untuk membuat sistem pengelolaan yang akan diterapkan di
Taman Nasional Karimunjawa. Partisipasi ini dilakukan melalui mekanisme
konsultasi publik sehingga semua pihak dapat memahami dan menjalankan
pengelolaan Karimunjawa secara efektif dan efisien.
Melalui mekanisme konsultasi publik, peluang untuk melakukan kompromi
dalam menjalankan sistem pengelolaan bersama akan semakin besar. Sebagai contoh,
masyarakat akan sepakat mendukung keberadaan zona inti selama penegakan hukum
dilakukan dengan benar dan adanya pelarangan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan seperti Muroami, Jaring Ambai, Jaring Pocong, Jaring Kursin, Potas dan
alat bantu Kompressor.
3. Pengaturan Ulang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Kunci keberhasilan penerapan manajemen dalam rangka pemanfaatan sumber
daya perikanan yang berkesinambungan terletak pada dukungan dari masyarakat
sebagai pelaku utama. Tanpa dukungan dari masyarakat, proses-proses pengelolaan
sumberdaya perikanan di Karimunjawa tidak akan memberikan perubahan yang
berarti. Kegagalan pengelolaan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat
nelayan. Kerugian terbesar bagi masyarakat adalah berkurangnya stok ikan yg
mengarah kepada hilangannya rantai ekonomi sumberdaya perikanan yang selama ini
menjadi sumber mata pencaharian utama (Marnane dkk., 2004).
Penurunan stok ikan di Karimunjawa diindikasikan oleh penurunan hasil
tangkap, dilihat dari kuantitas maupun kualitas ikan yang tertangkap. Hal ini
disebabkan oleh rusaknya ekosistem terumbu karang, penangkapan berlebih dan

17
penggunaan alat tangkap yang merusak. Untuk itu wilayah yang mengalami tekanan
pemanfaatan perikanan yang relatif tinggi membutuhkan waktu untuk pulih secara
alami.
Untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan
dibutuhkan keseriusan dan konsistensi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam
penerapan kebijakan. Keseriusan dan konsistensi pemerintah ini diwujudkan dengan
regulasi bidang perikanan yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya perikanan dan
kebutuhan masyarakat setempat. Namun pada kenyataannya regulasi bidang
perikanan yang diterbitkan dan menjadi acuan dalam pemanfaatan sumberdaya
perikanan di Karimunjawa selama ini kurang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya
ikan yang ada dan juga tidak sesuai dengan tipologi perairan kepulauan Karimunjawa.
4. Penegakan Hukum
Tidak efektifnya pelaksanaan pengamanan kawasan sangat tergantung kepada
keseriusan pihak berwajib dalam menegakkan hukum sesuai aturan yang berlaku.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya kejelasan mekanisme dan
prosedur hukum yang bisa menjadi pedoman pihak yang berwajib dalam menindak
setiap pelanggaran yang terjadi.
Selain itu masalah yang sering terjadi adalah kebocoran informasi tentang
jadwal patroli. Hal ini harus diantisipasi dengan membentuk tim khusus yang
mempunyai wewenang untuk menentukan kapan dan dimana patroli akan
dilaksanakan sehingga dapat mencapai target yang diinginkan. Sebagai contoh, tim
khusus tersebut dapat berupa kelompok yang diprakarsai oleh BTN dan beberapa
wakil masyarakat Karimunjawa dengan nama Pamswakarsa, yang dibentuk untuk
melakukan pengawasan terhadap kemungkinan adanya kegiatan pemanfaatan
sumberdaya alam ilegal di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Inisiatif
bersama ini merupakan suatu tindakan positif yang dapat memecahkan masalah
penegakan hukum dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi. Kegiatan seperti ini
perlu dikembangkan dan diperbaiki lagi di masa yang akan datang, dengan harapan
partisipasi masyarakat didasarkan pada kesadaran dan tanggungjawab bersama untuk
melakukan pengelolaan sumberdaya alam Karimunjawa.
Kendala yang timbul dalam pelaksanaan patroli rutin adalah kurangnya
dukungan finansial untuk membiaya operasional patroli. Oleh karena itu, partisipasi
aktif dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan, antara lain dengan cara ikut
serta mengawasi dan menindak setiap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.

18
5. Program Monitoring Kondisi Ekosistem dan Sumberdaya Alam
Kondisi ekosistem dan sumberdaya alam suatu daerah selalu mengalami
perubahan, baik secara alami maupun akibat pengaruh manusia. Karimunjawa yang
terletak pada daerah khatulistiwa cenderung tidak mengalami perubahan yang drastis
secara alami. Perubahan akibat pengaruh manusia merupakan ancaman terbesar
karena seringkali melampaui daya dukung alami ekosistem tersebut.
Dalam suatu sistem pengelolaan, badan pelaksana perlu mengetahui perubahan
kondisi potensi sumberdaya dan seberapa besar potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan semua pihak dan tetap berada dalam batas-batas pemanfaatan yang
sustainable. Kurangnya data yang akurat mengenai kondisi ekosistem dan sumberdaya
alam Karimunjawa dapat ditanggulangi dengan program monitoring yang terpadu dan
berkesinambungan.
Monitoring yang kontinyu dapat menghasilkan suatu set data yang menjelaskan
dengan baik adanya perubahan-perubahan yang terjadi di ekosistem, juga dapat
mengidentifikasi dan mencegah meluasnya degradasi kondisi ekosistem. Hasil dari
kegiatan ini sangat penting dalam rancangan suatu perencanaan mengenai
pemanfaatan dan pengelolaan selanjutnya.

1.4 KESIMPULAN
Kepulauan kecil seperti Pulau Karimunjawa memiliki berbagai masalah. Manejemen
atau pengelolaan yang dilakukan masih jauh dari kata optimal sehingga pemerintah
maupun masyarakat harus bekerja sama untuk memperbaiki dan menjaga keberlanjutan
pulau Karimunjawa.
Upaya-upaya pengelolaan pulau karimunjawa berdasarkan permasalahan yang terjadi
yaitu menghmpun forum stakeholder Karimunjawa, Mengembangkan mekanisme
konsultasi publik, pengaturan ulan pemanfaatan sumber daya perikanan, penegakan
hukum dan program monitoring kondisi ekosistem dan sumberdaya alam.

1.5 DAFTAR PUSTAKA


Dahuri R. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Scara Terpadu.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Marnane MRL, Ardiwijaya JT, Wibowo, Pardede ST, Mukminim A, Herdiana Y. 2004.
Study on Muro-Ami Fishing Activity in Karimun Jawa Islands. Bogor. September
2003, Wildlife Conservation Society Marine program Indonesia. 126 hal.

19
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.. PT. Pustaka
Cidesindo. Jakarta.
Kementrian Pariwisata. 2015. Strategin Pengembangan Wisata Bahari. (on-line),
http://www.kemenpar.go.id.
Suryadi. 2015. Pengelolaan Lahan Pesisir Pantai Dusun Batulawang Desa Kemujan
Kecamatan Karimunjawa. Skripsi : Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang

20

Anda mungkin juga menyukai