Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan

Dosen Pengampuh : Dr. Haerunnisa, S.Pi., M.Si. / Harmin Adijaya, S.Si., M.Sc.

TUGAS
“KAWASAN KONSERVASI LAUT KARIMUNJAWA”

Disusun Oleh:

Herawati

190304002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
2022
Karimunjawa sebagai detinasi wisata yang berada di kabupaten Jepara Jawa Tengah dari
tahun 2009-2014 selalu mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawannya. pertumbuhan
jumlah wisatawan Karimunjawa menunjukan bahwa pada tahun 2009 wisatawan nusantara yang
mengunjungi Karimunjawa hanya 12.812 wisatawan dan wisatawan mancanegara 879
wisatawan, sedangkan di tahun 2014 jumlah wisatawan mancanegara menjadi 71.081 wisatawan
dan 8.669 wisatawan mancanegara. Regresi setiap tahun memiliki kecenderungan untuk selalu
naik, walau masih didominasi oleh wisatawan nusantara. perkembangan kunjungan wisatawan
selalu naik, dari kenaikan tersebut tentunya akan menghasilkan dampak atau tabrakan dari
kegiatan pariwisata dengan lingkungan yang ada di Karimunjawa terutama dari kegiatan
snorkeling.

Karimunjawa merupakan gugusan kepulauan berjumlah 27 pulau yang terletak di Laut


Jawa, yang secara administrasi masuk dalam wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Luas
Karimunjawa adalah 7.120 hektar atau 71,20 km2 . Dari 27 pulau tersebut ada 5 pulau
berpenghuni yaitu Pulau Karimunjawa (4.624 hektar atau 46,24 km2 ), Pulau Kemojan (1.626
hektar atau 16,26 km2 ), Pulau Nyamuk (139 hektar atau 1,39 km2 ), Pulau Parang (731 hektar
atau 7,31 km2 ) (BPS Kabupaten Jepara, tt:4), dan Pulau Genting (BTNKJ, 2017). Pulau yang
tidak berpenghuni meliputi Pulau Menjangan Besar (61 hektar), Menjangan Kecil (43,025),
Cemara Besar, Cemara Kecil (1,5 hektar), Geleyang, Burung, Bengkoang (105 hektar), Kembar,
Katang, Krakal Besar, Krakal Kecil, Sintok, Mrican, Tengah, Pinggir, Cilik, Gundul, Seruni,
Tambangan, Cendekian, Kumbang, dan Mencawakan/ Menyawakan.2 Belum semua pulau
terdata luas wilayahnya. Jika melihat luas pulaunya, maka Karimunjawa termasuk dalam
kategori pulau-pulau kecil. Sebagian wilayah Karimunjawa merupakan kawasan konservasi
dalam bentuk Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ). Dari 27 pulau yang ada 22 pulau masuk
dalam kawasan TNKJ. Adapun luas TNKJ adalah 111.626 hektar (SK Menhut No.
78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999) yang terdiri dari daratan di Pulau Karimunjawa seluas
1.285,50 hektar dan di Pulau Kemojan seluas 222,20 hektar, serta perairan di sekitarnya seluas
110.117,30 hektar (Kep.Menhut No. 74/ Kpts-II/2001 tentang Penetapan Batas Sebagian
Kawasan Taman Nasional Karimunjawa tanggal 14 Maret 2000). TNKJ dikelola oleh Balai
Taman Nasional Karimunjawa (BTNK). Pariwisata di Karimunjawa termasuk dalam Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), juga Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Jawa
Tengah. Ada beberapa dokumen yang menjadi acuan pengembangan pariwisata di Karimunjawa
yaitu dokumen Rencana Induk dan Rencana Detail KSPN Karimunjawa dan Sekitarnya, Rencana
Induk Pengembangan Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 – 2027 (Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2012), dan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2018 – 2027. Pariwisata Karimunjawa dari sisi 4
komponen pariwisata adalah: Atraksi,Aksesibilitas,Amenitas, Ancillary Services.

Habitat macam apa yang ditemukan di sana?


Adapun flora yang ditemukan di karimujawa yaitu pohon dewandaru, pohon kalimasada dan
pohon slig tidak hanya itu dikarimunjawa juga kerap dijumpai berbagai flora yakni rusa,
trenggiling, landak, ular, bangau tong tomg, bangau abu-abu, wedi-wedi, terumbu karang, spons,
karang lunak, akar bakar, kerrang merah, penyu hijau,penyu sisik, ikan hias dan burung elang
laut dimana burung elang laut ini merupakan satwa langka yang dapat dijumpai di karimunjawa.

Apa spesies kunci yang ditemukan di sana?


Di Karimunjawa, terdapat tiga ekositem terumbu karang yakni jenis trumbu karang pantai
(fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan beberapa taka (patch reef).
Ekositem terumbu karang di kepulauan Karimunjawa terdiri dari 64 ganera karang yang
termasuk dalam 14 famili ordo scleractinian dan tiga non ordo sceractinian. Sedangkan yang
mendominasi ekositem ini adalah ganera Acropora dan Porites. Lebih lanjut dinyatakan, dalam
beberapa tahun terakhir, presentase penutupan terumbu karang berkisar antara 7-69% dengan
rata-rata penutupan 54,50%. Presentase penutupan ekositem dari terumbu karang di kepulauan
Karimunjawa ini menunjukan kenaikan dengan kisaran 40%. b) Ekositem Ikan-ikan Karang,
Kima, dan Penyu. Total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan di seluruh perairan
Karimunjawa adalah 535 spesies yang termasuk dalam 117 genus dan 43 famili. Karimunjawa
juga memiliki lima spesies kima, yaitu T.derasa, T.crocea, T.maxima, T.squamosa, dan Hipopus
hipopus, dengan kelimpahan terbanyak ditemukan di Pulau Kembar dan kelimpahan terendah di
Pulau Cemara Besar. Spesies yang paling sedikit ditemukan adalah Hipopus hipopus. Di
kepulauan Karimunjawa ditemukan 2 spesies penyu, yaitu penyu hijau (Chlonia mydas) dan
penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Terdapat 12 pulau di Kawasan Taman Nasional
Karimunjawa yang merupakan lokasi pendaratan dan peneluran penyu. Pada tabel 3.1 adalah
tarif penerimaan Negara bukan pajak berdasarkan PP no. 59 Tahun 1998, Balai Taman Nasional
Karimunjawa dari wisatawan yang bisa digunakan untuk memberikan dampak positif bagi
preservasi dan konservasi di taman Nasional Karimunjawa. c) Kegiatan wisata ramah
lingkungan. Kegiatan wisata ramah lingkungan di Karimunjawa ini didasarkan pada Keputusan
Direktoran Jendral PHKA No. SK.79/IV/Set-3/2005 tanggal 30 Juni 2005 tantang Revisi
Mintakat/Zonasi TN Kepulauan Karimunjawa. Zonasi di TN Karimunjawa seluas 111.625 hektar
pada poin ke-3 menyatakan bahwa zona pemanfaatan pariwisata seluas 1.226,525 hektar
meliputi perairan Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Menyawakan, Pulau
Kembar, Sebelah timur Pulau Kumbang, Pulau Tengah, Pulau Bengkoang, Indonor, dan Karang
Kapal. Pada zona pemanfaatan pariwisata, zona yang dikembangkan untuk kepentingan wisata
alam bahari dan wisata alam lain yang ramah lingkungan. Pada kawasan tersebut, dapat
dikembangkan sarana prasarana rekreasi dan pariwisata yang ramah lingkungan melalui perijinan
khusus.

Bagaimana spesies ini berinteraksi satu sama lain?


Karimunjawa sebagai detinasi wisata yang berada di kabupaten Jepara Jawa Tengah dari
tahun 2009-2014 selalu mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawannya pertumbuhan
jumlah wisatawan Karimunjawa menunjukan bahwa pada tahun 2009 wisatawan nusantara yang
mengunjungi Karimunjawa hanya 12.812 wisatawan dan wisatawan mancanegara 879
wisatawan, sedangkan di tahun 2014 jumlah wisatawan mancanegara menjadi 71.081 wisatawan
dan 8.669 wisatawan mancanegara. Regresi setiap tahun memiliki kecenderungan untuk selalu
naik, walau masih didominasi oleh wisatawan nusantara. Dari data dapat terlihat bahwa
perkembangan kunjungan wisatawan selalu naik, dari kenaikan tersebut tentunya akan
menghasilkan dampak atau tabrakan dari kegiatan pariwisata dengan lingkungan yang ada di
Karimunjawa terutama dari kegiatan snorkeling.

Evaluasi KKL Anda

Di Karimunjawa, terdapat tiga ekositem terumbu karang yakni jenis trumbu karang pantai
(fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan beberapa taka (patch reef).
Ekositem terumbu karang di kepulauan Karimunjawa terdiri dari 64 ganera karang yang
termasuk dalam 14 famili ordo scleractinian dan tiga non ordo sceractinian. Sedangkan yang
mendominasi ekositem ini adalah ganera Acropora dan Porites. Lebih lanjut dinyatakan, dalam
beberapa tahun terakhir, presentase penutupan terumbu karang berkisar antara 7-69% dengan
rata-rata penutupan 54,50%. Presentase penutupan ekositem dari terumbu karang di kepulauan
Karimunjawa ini menunjukan kenaikan dengan kisaran 40%. b) Ekositem Ikan-ikan Karang,
Kima, dan Penyu. Total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan di seluruh perairan
Karimunjawa adalah 535 spesies yang termasuk dalam 117 genus dan 43 famili. Karimunjawa
juga memiliki lima spesies kima, yaitu T.derasa, T.crocea, T.maxima, T.squamosa, dan Hipopus
hipopus, dengan kelimpahan terbanyak ditemukan di Pulau Kembar dan kelimpahan terendah di
Pulau Cemara Besar. Spesies yang paling sedikit ditemukan adalah Hipopus hipopus. Di
kepulauan Karimunjawa ditemukan 2 spesies penyu, yaitu penyu hijau (Chlonia mydas) dan
penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Terdapat 12 pulau di Kawasan Taman Nasional
Karimunjawa yang merupakan lokasi pendaratan dan peneluran penyu. Pada tabel 3.1 adalah
tarif penerimaan Negara bukan pajak berdasarkan PP no. 59 Tahun 1998, Balai Taman Nasional
Karimunjawa dari wisatawan yang bisa digunakan untuk memberikan dampak positif bagi
preservasi dan konservasi di taman Nasional Karimunjawa.

Apa yang akan Anda tingkatkan atau ubah?


1. Dampak terhadap pantai dan pulau. Dampak positif dari wisata minat khusus snorkeling
terhadap pantai dan pulau yang pertama adalah adanya preservasi dan konservasi terhadap
ekositem pantai di Karimunjawa. Preservasi dan konservasi bagi beberapa jenis terumbu karang
dan spesies hewan laut yang ada di sekitar karimunjawa. Kedua, terdorongnya untuk membuat
kegiatan wisata yang ramah lingkungan, beberapa tour operator di Karimunjawa dalam menjual
paket wisatanya memasukan kegiatan untuk bisa menjaga dan memelihara pantai dan pulau di
Karimunjawa untuk selalu bersih dan terawat. Dampak negatif terhadap pantai dan pulau di
Karimunjawa ini dimulai dari rusaknya tepian pantai, terutama di pulaupulau yang dijadikan
tempat itirahat makan siang bagi wisatawan yang telah melakukan kegiatan snorkeling,
selanjutnya adalah kerusakan terhadap terumbu karang, wisatawan pemula yang belum pernah
melakukan kegiatan snorkeling sebelumnya cenderung sebagai penyebab utamanya, karena
mereka belum terbiasa dengan lingkungan laut, sehingga mereka tidak sadar bisa menginjak-
injak terumbu karang yang masih hidup, atau menjadikan terumbu karang sebagai tempat berdiri
ketika beritirahat di sela-sela mereka snorkeling. Hilangnya peruntukan lahan untuk pantai
tradisional adalah dampak negatif selanjutnya yang muncul, banyaknya pembangunan
akomodasi penginapan baru guna mencukupi kebutuhan wisatawan ketika liburan tiba adalah
salah satu penyebeb utamanya.

2. Dampak terhadap vegetasi. Dampak positif pariwisata minat khusus snorkeling terhadap
vegetasi adalah upaya biodiversitas, reboisasi dan konservasi yang dilakukan di karimunjawa
adalah dengan melakukan penanaman kembali bakau sebagai kawasan penyanggah pesisir,
melakukan konservasi terhadap kawasan pantai di Karimunjawa, dan adanya upaya biodiversitas
dengan melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biologi dan non biotik.
Dampak negaif bagi vegetasi yang pertama adalah pembalakan liar dan pembabatan pohon yang
dilakukan untuk menambah kawasan wisata baru untuk memnuhi kebutuhan wisatawan yang
datang, dan terjadinya penebangan pohon untuk dijadikan cinderamata seperti jenis pohon
Dewandaru (Fragrarea fragrans), Kalimosodo (Cordia subcordata).

3. Dampak terhadap kehidupan liar. Dampak positif terhadap kehudipan liar adalah adanya
upanya untuk konservasi, preservasi dan biodiversitas terhadap ekositem di Karimunjawa.
Kemudian ada upaya untuk pembiakan satwa seperti Hiu Karang di Pulau Menjangan Besar dan
kemudian dari hasil pembiakan tersebut Hiu Karang akan direlokasi ke habitat asli mereka.
Dampak negatif terhadap kehidupan liar adalah terjadinya perburuan hewan sebagai cinderamata
dan untuk dikonsumsi, dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Karimunjawa
tentunya permintaan akan cinderamata dari beberapa jenis hewan khas akan menjadi buruan
wisatawan, seperti cangkang kerang, dan juga permintaan untuk dijadikan bahan konsumsi akan
semakin memperbanyak upaya untuk memburu hewan khas Karimunjawa. Dampak kedua
adalah terjadinya pelecehan satwa liar untuk fotograi, ini terjadi di Pulau Menjangan besar,
dimana wisatawan bisa melakukan foto dengan beberapa satwa laut seperti Bintang Laut, Ikan
Buntal, Penyu, dan beberapa satwa laut lainnya. Ketiga dampak negatifnya adalah terjadinya
eksploitasi hewan untuk pertunjukan, masih di Pulau Menjangan Besar, wisatawan bisa turun ke
dalam kolam untuk berinteraksi dengan Hiu-Hiu karang dan beberapa penyu, yang ini akan
memberikan dampak selanjutnya bagi hewan hewan tersebut yakni terjadinya perubahan inting
dari hewan yang dijadikan objek fotograi dan untuk pertunjukan tersebut.

4. Dampak terhadap wilayah perkotaan dan perdesaan. Dampak pariwisata positif terhadap
wilayah perkotaan dan perdesaan di Karimunjawa adalah adanya penataan kota dan perdesaan,
seperti adanya pemisahan dermaga utama dan dermaga wisata, penataan pedagang cinderamata,
sampai ke memperindah ruang terbuka umum seperti alun-alun dan membangun pintu gerbang
ke objek wisata yang baik. Selanjutnya ada pemberdayaan masyarakat setempat dengan adanya
paguyupan-paguyupan yang bekerja bersama untuk memajukan taraf kehidupan masyarakat
dengan menjual layanan kepada wisatawan. Dampak negatif terhadap wilayah perkotaan dan
perdesaan yang pertama adalah tekanan terhadap lahan karena pembentukan dan pengembangan
atraksi wisata baru untuk memberkaya pilihan berwisata di Karimunjawa, seperti Bukui Joko
Tuo, Bukit Love, Bukit karimunjawa, selajutnya yang kedua adalah terjadinya fungsi lahan
tempat tinggal menjadi lahan komersil, masyarakat lokal mulai membangun penginapan-
penginapan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang setiap tahun selalu mengalami
peningkatan, dan ini dijadikan peluang bisnis oleh masyarakat lokal, dan yang ketiga adalah
ketika musim liburan sering terjadi kemacetan lalulintas, polusi udara dan polusi etetika. Ketika
musim liburan ada ribuan wisatawan ke Karimunjawa, dalams sehari akan ada ratusan kapal
wisata beroperasi untuk membawa wisatawan, ini akan memberikan kemacetan lalulintas, dan
polusi udara di karimunjawa, belum lagi ditambah dengan polusi etetika terhadap masyarakat
lokal, seperti berubahnya budaya lokal karena semakin besarnya gesekan dengan dunia luar.

Apa yang berhasil?


Berdasarkan hasil dari analisis dan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka diusulkan
rekomendasi terdiri menjadi 3 bagian yaitu rekomendasi makro, meso, dan mikro.

1. Rekomendasi Makro

a. Perlu adanya penyusunan zonasi terbaru dengan memperjelas cakupan zona inti dan
perlindungan dengan zona wisata di Taman Nasional Karimunjawa. Sehingga akan
Nampak jelas zona mana yang memang diperuntukan untuk perlindungan dan keletarian,
dan zona mana yang bisa dikembangkan sebagai kawasan pariwisata.
b. Diperlukannya sumber daya manusia yang ahli dalam mengawasi aktiitas kepariwisataan
di terutama terhadap dampak-dampak yang dihasilkan.
c. Dalam pembangunan jenis akomodasi penginapan di Karimunjawa, perlu diterapkan
konsep “Compact Development”
d. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Jepara lebih baik untuk bisa
mengajak masyarakat di Karimunjawa dalam membuat aturan atau kebijakan tentang
pembangunan kawasan wisata di Karimunjawa, yang kedepannya diharapkan Taman
Nasional Karimunjawa juga bisa sebagai kawasan wisata yang bisa membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

2. Rekomendasi Meso.
a. Perlunya sumber daya manusia yang professional dalam menjadi pemandu wisata di
Karimunjawa. Seperti memberikan pelatihan menjadi pemandu wisata yang berwawasan
lingkungan kepada pemandi wisata di Karimunjawa.
b. Pemerintah Kabupaten Jepara perlu mengkaji tudi kelayakan tentang daya tampung
detinasi wisata Karimunjawa, karena pada beberapa kasus, faktor utama dari kerusakan
lingkungan di Karimunjawa adalah karena jumlah wisatawan yang sudah melampaui
ambang batas dari segi kuantitas wisatawan.
c. Pemerintah Kabupaten Jepara seharusnya juga membuat kebijakan dalam membatasi
jumah pembangunan akomodasi penginapan di kawasan Karimunjawa, dan membuat
aturan tentang tandar pembuatan akomodasi di Karimunjawa, seperti harus mempunyai
konsep “green hotel”
d. Pemerintah Kabupaten Jepara dalam membuat aturan dan kebijakan, juga perlu
mempertimbankan hasil dari penelitian ini terutama dalam pembentukan zonasi dan
pemberdayaan masyarakat lokal untuk sumber day ya pariwisata pariwisata yang
professional.

3. Rekomendasi Mikro

a. Pemerintah harus berani mengambil kebijakan untuk menutup beberepa snorkeling yang
dianggap sudah sampai kepada kerusakan parah terhadap karang dan ekositem laut,
seperti di kawasan Pulau Cemara Kecil, selanjutnya bisa dijadikan sebagai kawasan
konservasi dan preservasi.
b. Pemerintah Jepara memberikan workshop tentang pantingnya sadar wisata di sebuah
detinasi wisata dengan menjalankan sapta pesona. Dalam pelaksanaannya bisa
bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam penyediaan sumber daya manusianya,
seperti membuka kesempatan magang kerja dan Kuliah Kerja Nyata bagi mahasiswa
pariwisata di Karimunjawa, agar masyarakat lokal bisa mendapat wawasan tentang
pariwisata.
c. Pemerintah diharapkan bisa membuat aturan tegas dan selanjutnya sanksi kepada
masyarakat atau operator tour wisata yang dalam melakukan aktiitas wisatanya
membiarkan wisatawan melakukan kegiatan yang bisa berdampak terhadap kerusakan
lingkungan.
d. Perlu dibuatnya klasiikasi spot snorkeling bagi beberapa tingkatan kemampuan
wisatawan. Wisatawan pemula, atau baru pertama kali melakukan snorkeling diberikan
spot snorkeling yang sebaran terumbu karangnya sudah banyak yang rusak, sedangkan
bagi wisatawan yang sudah mahir atau berpengalaman, terlebih sudah memiliki sertiikat
menyelam, bisa dibawa ke spot snorkeling yang lebih baik, karena jenis weiatwan yang
ini tentunya sudah paham tentang temubu karang dan ekositem di dalamnya.
e. Pemerintah Kabupaten Jepara harus memperketat aturan untuk membangun bangunan di
atas terumbu karang, baik itu dermaga, rumah atung atau hotel. Selanjutnya ada
pemantaualn ke lapangan tentang kegiatan yang bisa merusak terumbu karang di
Karimunjawa.
f. Operator wisata yang menjual paket wisata di Karimunjawa diharuskan memasukan
kegiatan wisata yang berbasis ekowisata dalam paket wisatanya. Seperti membawa
wisatawan untuk melakukan penanaman bakau, pelepasan penyu, sampai ke penanaman
kebali terumbu karang yang patah, atau menyumbangkan 10% dari hasil jualan paket
wisata mereka untuk upaya konservasi.
g. Perlunya penyediaan pusat data dan informasi yang selalu update sehingga kedepannya
segala jenis informasi bisa diakses dengan baik oleh masyarakat.
h. Perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut tentang kepariwisataan secara luas di
Karimunjawa, mengingat kedepannya, aspek pariwisata di Karimunjawa bisa menjadi
mesin penggerak majunya ekonomi masyarakat setempat

Bagaimana Anda menggambarkan keseluruhan misi Program Suaka Laut?


Kajian kebijakan dan kelembagaan tidak dapat dipisahkan dengan kajian desentralisasi
dalam pengelolaan kawasan konservasi. Aspek kelembagaan dalam pengelolaan kawasan
konservasi, tidak dapat dilepaskan dari institusi atau departemen yang mengelola dan
membawahi masing-masing sektor sumberdaya alam. Berbagai ketentuan peraturan di bidang
otonomi daerah maupun di bidang konservasi sumberdaya alam dan ekosistem belum memberi
ketegasan dan kejelasan arah pelaksanaan kebijakan dan peran yang harus dilakukan oleh
berbagai pihak, baik tingkat pusat maupun daerah. Menurut sistem hukum yang ada di Indonesia
(UU no.5/90, UU no.31/ 04, PP no.32/1990, PP no.68/1998) sumberdaya alam taman nasional
dikuasai oleh negara dimana kewenangan penetapan dan pengelolaan ada ditangan pemerintah.
Akan tetapi pemerintah pusat belum berhasil membentuk mekanisme pengelolaan taman
nasional yang efektif, hal ini dikarenakan adanya disharmonisasi sistem hukum dalam hal
kewenangan pengelolaan. Akan tetapi pemerintah pusat belum berhasil membentuk mekanisme
pengelolaan taman nasional yang efektif, hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih kewenangan
pengelolaan antara UU 5/1990 (Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya, UU 31/2004
(Perikanan) dan UU 32/ 2004 (Pemerintahan Daerah). menyajikan posisi kewenangan
pengelolaan dari hasil kajian terhadap substansi peraturan perundangan yang terkait dengan
pengelolaan TN.

Menurut Anda apa yang mungkin terjadi pada beberapa lingkungan laut ini jika tidak
dilindungi?
lingkungan hidup sudah banyak mengalami kerusakan. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini akan
menimbulkan dampak yang sangat besar pada ekosistem dimana kita ketahui bahwa Lingkungan
laut merupakan tempat hidupnya berbagai jenis biota laut dan tumbuhan yang sangat beraneka
ragam dan harus dilindungi untuk memertahankan ekosistim yang telah ada. Kerusakan
lingkungan laut diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak peduli dan akibat beberapa
pencemaran. Akibatnya itu manusia mempunyai peran lebih utama dalam mempertahankan
kepulauan dan biota sebagai pertahanan hidup dari tahun ke tahun. Sehingga lingkungan laut
khususnya negara Indonesia untuk kehidupannya disebut sebagai manusia maritim. Mengatur
laut adalah 'tanggung jawab kolektif umat manusia' dan hanya dapat dicapai dengan memastikan
bahwa mereka yang telah tinggal, bekerja di, dan mengelola perairan pesisir dan kontinental
selama berabad-abad atau ribuan tahun dilibatkan dalam keputusan tentang tata kelola di masa
depan. Garis pantai dan lembah laut adalah bentang laut budaya, dan telah dihuni dan diatur oleh
berbagai sistem kepemilikan yang dirancang, diperebutkan, dan digabungkan oleh penduduk
pesisir itu sendiri. "Warga laut" ini dan Lembaga mereka sangat penting untuk ekonomi laut
berkelanjutan. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan laut dan pemeliharaan akses ke laut
harus menjadi dua tujuan dalam mengatur laut masa depan.

Bagaimana budidaya laut terbuka mempengaruhi KKL?


Pemburuan hewan sebagai cinderamata atau konsumsi. Cinderamata dari hasil laut
adalah pernak-pernik atai aksesoris yang terbuat dari kerang-kerang kecil yang dirangkai
menjadi gelang, kaling, dan gantungan kunci. Sedangkan jenis yang dikonsumsi seperti Tenggiri
(Scomberomurus sp.), Tongkol (Euthinnus Sp.), Manyun (Netuma thalassina), Bantong (Selar
boobs), Sulir (Atule mate), Badong (Carangoides sp, Caranx sp.), Tunulan (Sphyraena sp.)
Banyar (Ratrelliger sp.) Todak (Tylosurus sp.)Teri (Hypoatherina sp.), Cumi (Laligo Sp.) Sotong
(Sephia sp.) Kepiting, lobter, dan ikan ikan karang seperti kerapu (Epinephelus sp.) Sunu
(Plectropomus sp.) Baronang (Sigamus sp.), Tambak (Lethrinus sp.) dan Kakap (Lutjanus sp.).
Dari 100% hasil tangkapan nelayan, rata-rata sebanyak 93% untuk dijual dan 7% untuk
dikonsumsi pribadi (BTNKJ 2014)
Pelecehan satwa liar untuk fotograi Atraksi wisata ini banyak terjadi di Pulau
Menjangan besar, dimana wisatawan bisa melakukan pengambilan gambar atau berfoto dengan
beberapa hewan laut. Wisatawan akan menambah 5.000 rupiah dari tiket masuk untuk bisa
berfoto dengan hewan di situ. Bintang laut, Ikan Buntal, Penyu, dan Ikan Pari. Kegiatan
wisatawan berfoto ini tentunya memberikan dampak pelecehan terhadap satwa liat untuk tujuan
potograi. Eksploitasi hewan untuk pertunjukan. Hiu karang, dan penyu di penangkaran hewan di
Pulau Penjangan Besar menjadi sasaran wisatawan selanjutnya. Dengan membayar retribusi
masuk ke tempat penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar ini, atau biasanya sudah termasuk
di dalam paket wisata, wisatawan bisa turun ke dalam kolam untuk bisa berforo tersama ikan hiu
karang, dan penyu. Perubahan inting hewan Ini terjadi di spot snorkeling Pulau Cilik, sebelah
timur pulau. Ketika wisatawan datang, dan akan melalkukan snorkeling, pemandu wisata
biasanya akan menyebarkan beberapa potong jenis roti tawar untuk memancing ikanikan karang
untuk muncul, dan ketika wisatawan urun untuk mengambil foto, wisatawan bisa berfoto di
antara banyak ikan yang terpancing dengan makanan yang disebar ke lautan. Secara alamiah ini
akan mengubah inting alami dari ikan di sekitar Pulau Cilik, Ikan tersebut akan jadi sangat
tergantung dari kegiatan wisatawan yang sering membagikan makanan ke laut. Kedua, terjadi
pada hiu karang di Pulau menjangan besar yang dijadikan objek pertunjukan dan fotograi, inting
asli ikan hiu yang merukan hewan predator dan karnivora ini sedikit banyak akan berumah
karena perilaku wisatawan ini Migrasi hewan. Pemandu wisata menyatakan bahwa di beberapa
sopt snorkeling jenis ikan yang biasanya banyak, tetapi seiring bertambahnya aktiitas wisatawan,
ada beberapa jenis ikan sudah jarang terlihat. Beberapa jenis ikan di Pulau Cilik yang paling
banyak terasa mulai jarang terlihat.

Apa hubungan Anda dengan lingkungan laut?


Hubungan manusia dengan laut didasarkan pada nilai moneter dan non-moneter yang
berkontribusi pada aspek kesejahteraan material dan non-material. Berbagai hubungan dan nilai
ini penting untuk kemajuan manusia. Termasuk kontribusi untuk identitas budaya dan sosial-
legal, rasa atas tempat, kebanggaan di tempat kerja dan rasa hormat untuk diri sendiri,
spiritualitas, kesehatan mental dan fisik, serta keamanan manusia Nilai dan kepentingan ini
berarti untuk individu dan msyarakat dan dapat direpresentasikan dengan lebih baik dalam
diskusi tentang kebijakan laut. Mengatur laut adalah 'tanggung jawab kolektif umat manusia' dan
hanya dapat dicapai dengan memastikan bahwa mereka yang telah tinggal, bekerja di, dan
mengelola perairan pesisir dan kontinental selama berabad-abad atau ribuan tahun dilibatkan
dalam keputusan tentang tata kelola di masa depan. Garis pantai dan lembah laut adalah bentang
laut budaya, dan telah dihuni dan diatur oleh berbagai sistem kepemilikan yang dirancang,
diperebutkan, dan digabungkan oleh penduduk pesisir itu sendiri. "Warga laut" ini dan lembaga
mereka sangat penting untuk ekonomi laut berkelanjutan. Oleh karena itu, pemeliharaan
kesehatan laut dan pemeliharaan akses ke laut harus menjadi dua tujuan dalam mengatur laut
masa depan. Perbedaan sejarah dan budaya antara dan di dalam negara bangsa dan hubungan
Masyarakat Adat pesisir dengan laut harus dipertimbangkan dalam mengusulkan jalan menuju
ekonomi laut yang adil dan berkelanjutan. Setiap negara dan warga pesisir memiliki visi dan
prioritas serta kemampuan yang berbeda untuk berinvestasi dalam ekonomi laut berkelanjutan
dan mendapatkan keuntungan darinya. Mengenali pandangan dan nilai yang beragam seperti itu
akan membantu untuk menyesuaikan inisiatif tata kelola lautan global dengan konteks lokal dan
pada saat yang sama mematuhi perjanjian internasional - termasuk kepemilikan tanah dan
wilayah laut, perikanan kecil dan hak-hak Masyarakat Adat.

Mengapa Anda harus peduli?


Karena Kita amemiliki kesempatan sekali dalam satu generasi untuk berhenti sejenak dan
dengan hati-hati mempertimbangkan dan memikirkan kembali hubungan kompleks kita dengan
laut sambil memastikan generasi mendatang dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
Untuk melakukan ini, umat manusia membutuhkan hubungan yang kaya, beragam, berkomitmen
dan berkembang dengan laut kita.

Anda mungkin juga menyukai