Dosen Pengampuh : Dr. Haerunnisa, S.Pi., M.Si. / Harmin Adijaya, S.Si., M.Sc.
TUGAS
“KAWASAN KONSERVASI LAUT KARIMUNJAWA”
Disusun Oleh:
Herawati
190304002
Di Karimunjawa, terdapat tiga ekositem terumbu karang yakni jenis trumbu karang pantai
(fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan beberapa taka (patch reef).
Ekositem terumbu karang di kepulauan Karimunjawa terdiri dari 64 ganera karang yang
termasuk dalam 14 famili ordo scleractinian dan tiga non ordo sceractinian. Sedangkan yang
mendominasi ekositem ini adalah ganera Acropora dan Porites. Lebih lanjut dinyatakan, dalam
beberapa tahun terakhir, presentase penutupan terumbu karang berkisar antara 7-69% dengan
rata-rata penutupan 54,50%. Presentase penutupan ekositem dari terumbu karang di kepulauan
Karimunjawa ini menunjukan kenaikan dengan kisaran 40%. b) Ekositem Ikan-ikan Karang,
Kima, dan Penyu. Total jumlah spesies ikan karang yang ditemukan di seluruh perairan
Karimunjawa adalah 535 spesies yang termasuk dalam 117 genus dan 43 famili. Karimunjawa
juga memiliki lima spesies kima, yaitu T.derasa, T.crocea, T.maxima, T.squamosa, dan Hipopus
hipopus, dengan kelimpahan terbanyak ditemukan di Pulau Kembar dan kelimpahan terendah di
Pulau Cemara Besar. Spesies yang paling sedikit ditemukan adalah Hipopus hipopus. Di
kepulauan Karimunjawa ditemukan 2 spesies penyu, yaitu penyu hijau (Chlonia mydas) dan
penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Terdapat 12 pulau di Kawasan Taman Nasional
Karimunjawa yang merupakan lokasi pendaratan dan peneluran penyu. Pada tabel 3.1 adalah
tarif penerimaan Negara bukan pajak berdasarkan PP no. 59 Tahun 1998, Balai Taman Nasional
Karimunjawa dari wisatawan yang bisa digunakan untuk memberikan dampak positif bagi
preservasi dan konservasi di taman Nasional Karimunjawa.
2. Dampak terhadap vegetasi. Dampak positif pariwisata minat khusus snorkeling terhadap
vegetasi adalah upaya biodiversitas, reboisasi dan konservasi yang dilakukan di karimunjawa
adalah dengan melakukan penanaman kembali bakau sebagai kawasan penyanggah pesisir,
melakukan konservasi terhadap kawasan pantai di Karimunjawa, dan adanya upaya biodiversitas
dengan melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor biologi dan non biotik.
Dampak negaif bagi vegetasi yang pertama adalah pembalakan liar dan pembabatan pohon yang
dilakukan untuk menambah kawasan wisata baru untuk memnuhi kebutuhan wisatawan yang
datang, dan terjadinya penebangan pohon untuk dijadikan cinderamata seperti jenis pohon
Dewandaru (Fragrarea fragrans), Kalimosodo (Cordia subcordata).
3. Dampak terhadap kehidupan liar. Dampak positif terhadap kehudipan liar adalah adanya
upanya untuk konservasi, preservasi dan biodiversitas terhadap ekositem di Karimunjawa.
Kemudian ada upaya untuk pembiakan satwa seperti Hiu Karang di Pulau Menjangan Besar dan
kemudian dari hasil pembiakan tersebut Hiu Karang akan direlokasi ke habitat asli mereka.
Dampak negatif terhadap kehidupan liar adalah terjadinya perburuan hewan sebagai cinderamata
dan untuk dikonsumsi, dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Karimunjawa
tentunya permintaan akan cinderamata dari beberapa jenis hewan khas akan menjadi buruan
wisatawan, seperti cangkang kerang, dan juga permintaan untuk dijadikan bahan konsumsi akan
semakin memperbanyak upaya untuk memburu hewan khas Karimunjawa. Dampak kedua
adalah terjadinya pelecehan satwa liar untuk fotograi, ini terjadi di Pulau Menjangan besar,
dimana wisatawan bisa melakukan foto dengan beberapa satwa laut seperti Bintang Laut, Ikan
Buntal, Penyu, dan beberapa satwa laut lainnya. Ketiga dampak negatifnya adalah terjadinya
eksploitasi hewan untuk pertunjukan, masih di Pulau Menjangan Besar, wisatawan bisa turun ke
dalam kolam untuk berinteraksi dengan Hiu-Hiu karang dan beberapa penyu, yang ini akan
memberikan dampak selanjutnya bagi hewan hewan tersebut yakni terjadinya perubahan inting
dari hewan yang dijadikan objek fotograi dan untuk pertunjukan tersebut.
4. Dampak terhadap wilayah perkotaan dan perdesaan. Dampak pariwisata positif terhadap
wilayah perkotaan dan perdesaan di Karimunjawa adalah adanya penataan kota dan perdesaan,
seperti adanya pemisahan dermaga utama dan dermaga wisata, penataan pedagang cinderamata,
sampai ke memperindah ruang terbuka umum seperti alun-alun dan membangun pintu gerbang
ke objek wisata yang baik. Selanjutnya ada pemberdayaan masyarakat setempat dengan adanya
paguyupan-paguyupan yang bekerja bersama untuk memajukan taraf kehidupan masyarakat
dengan menjual layanan kepada wisatawan. Dampak negatif terhadap wilayah perkotaan dan
perdesaan yang pertama adalah tekanan terhadap lahan karena pembentukan dan pengembangan
atraksi wisata baru untuk memberkaya pilihan berwisata di Karimunjawa, seperti Bukui Joko
Tuo, Bukit Love, Bukit karimunjawa, selajutnya yang kedua adalah terjadinya fungsi lahan
tempat tinggal menjadi lahan komersil, masyarakat lokal mulai membangun penginapan-
penginapan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang setiap tahun selalu mengalami
peningkatan, dan ini dijadikan peluang bisnis oleh masyarakat lokal, dan yang ketiga adalah
ketika musim liburan sering terjadi kemacetan lalulintas, polusi udara dan polusi etetika. Ketika
musim liburan ada ribuan wisatawan ke Karimunjawa, dalams sehari akan ada ratusan kapal
wisata beroperasi untuk membawa wisatawan, ini akan memberikan kemacetan lalulintas, dan
polusi udara di karimunjawa, belum lagi ditambah dengan polusi etetika terhadap masyarakat
lokal, seperti berubahnya budaya lokal karena semakin besarnya gesekan dengan dunia luar.
1. Rekomendasi Makro
a. Perlu adanya penyusunan zonasi terbaru dengan memperjelas cakupan zona inti dan
perlindungan dengan zona wisata di Taman Nasional Karimunjawa. Sehingga akan
Nampak jelas zona mana yang memang diperuntukan untuk perlindungan dan keletarian,
dan zona mana yang bisa dikembangkan sebagai kawasan pariwisata.
b. Diperlukannya sumber daya manusia yang ahli dalam mengawasi aktiitas kepariwisataan
di terutama terhadap dampak-dampak yang dihasilkan.
c. Dalam pembangunan jenis akomodasi penginapan di Karimunjawa, perlu diterapkan
konsep “Compact Development”
d. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Jepara lebih baik untuk bisa
mengajak masyarakat di Karimunjawa dalam membuat aturan atau kebijakan tentang
pembangunan kawasan wisata di Karimunjawa, yang kedepannya diharapkan Taman
Nasional Karimunjawa juga bisa sebagai kawasan wisata yang bisa membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
2. Rekomendasi Meso.
a. Perlunya sumber daya manusia yang professional dalam menjadi pemandu wisata di
Karimunjawa. Seperti memberikan pelatihan menjadi pemandu wisata yang berwawasan
lingkungan kepada pemandi wisata di Karimunjawa.
b. Pemerintah Kabupaten Jepara perlu mengkaji tudi kelayakan tentang daya tampung
detinasi wisata Karimunjawa, karena pada beberapa kasus, faktor utama dari kerusakan
lingkungan di Karimunjawa adalah karena jumlah wisatawan yang sudah melampaui
ambang batas dari segi kuantitas wisatawan.
c. Pemerintah Kabupaten Jepara seharusnya juga membuat kebijakan dalam membatasi
jumah pembangunan akomodasi penginapan di kawasan Karimunjawa, dan membuat
aturan tentang tandar pembuatan akomodasi di Karimunjawa, seperti harus mempunyai
konsep “green hotel”
d. Pemerintah Kabupaten Jepara dalam membuat aturan dan kebijakan, juga perlu
mempertimbankan hasil dari penelitian ini terutama dalam pembentukan zonasi dan
pemberdayaan masyarakat lokal untuk sumber day ya pariwisata pariwisata yang
professional.
3. Rekomendasi Mikro
a. Pemerintah harus berani mengambil kebijakan untuk menutup beberepa snorkeling yang
dianggap sudah sampai kepada kerusakan parah terhadap karang dan ekositem laut,
seperti di kawasan Pulau Cemara Kecil, selanjutnya bisa dijadikan sebagai kawasan
konservasi dan preservasi.
b. Pemerintah Jepara memberikan workshop tentang pantingnya sadar wisata di sebuah
detinasi wisata dengan menjalankan sapta pesona. Dalam pelaksanaannya bisa
bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam penyediaan sumber daya manusianya,
seperti membuka kesempatan magang kerja dan Kuliah Kerja Nyata bagi mahasiswa
pariwisata di Karimunjawa, agar masyarakat lokal bisa mendapat wawasan tentang
pariwisata.
c. Pemerintah diharapkan bisa membuat aturan tegas dan selanjutnya sanksi kepada
masyarakat atau operator tour wisata yang dalam melakukan aktiitas wisatanya
membiarkan wisatawan melakukan kegiatan yang bisa berdampak terhadap kerusakan
lingkungan.
d. Perlu dibuatnya klasiikasi spot snorkeling bagi beberapa tingkatan kemampuan
wisatawan. Wisatawan pemula, atau baru pertama kali melakukan snorkeling diberikan
spot snorkeling yang sebaran terumbu karangnya sudah banyak yang rusak, sedangkan
bagi wisatawan yang sudah mahir atau berpengalaman, terlebih sudah memiliki sertiikat
menyelam, bisa dibawa ke spot snorkeling yang lebih baik, karena jenis weiatwan yang
ini tentunya sudah paham tentang temubu karang dan ekositem di dalamnya.
e. Pemerintah Kabupaten Jepara harus memperketat aturan untuk membangun bangunan di
atas terumbu karang, baik itu dermaga, rumah atung atau hotel. Selanjutnya ada
pemantaualn ke lapangan tentang kegiatan yang bisa merusak terumbu karang di
Karimunjawa.
f. Operator wisata yang menjual paket wisata di Karimunjawa diharuskan memasukan
kegiatan wisata yang berbasis ekowisata dalam paket wisatanya. Seperti membawa
wisatawan untuk melakukan penanaman bakau, pelepasan penyu, sampai ke penanaman
kebali terumbu karang yang patah, atau menyumbangkan 10% dari hasil jualan paket
wisata mereka untuk upaya konservasi.
g. Perlunya penyediaan pusat data dan informasi yang selalu update sehingga kedepannya
segala jenis informasi bisa diakses dengan baik oleh masyarakat.
h. Perlunya penelitian-penelitian lebih lanjut tentang kepariwisataan secara luas di
Karimunjawa, mengingat kedepannya, aspek pariwisata di Karimunjawa bisa menjadi
mesin penggerak majunya ekonomi masyarakat setempat
Menurut Anda apa yang mungkin terjadi pada beberapa lingkungan laut ini jika tidak
dilindungi?
lingkungan hidup sudah banyak mengalami kerusakan. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini akan
menimbulkan dampak yang sangat besar pada ekosistem dimana kita ketahui bahwa Lingkungan
laut merupakan tempat hidupnya berbagai jenis biota laut dan tumbuhan yang sangat beraneka
ragam dan harus dilindungi untuk memertahankan ekosistim yang telah ada. Kerusakan
lingkungan laut diakibatkan oleh ulah manusia yang tidak peduli dan akibat beberapa
pencemaran. Akibatnya itu manusia mempunyai peran lebih utama dalam mempertahankan
kepulauan dan biota sebagai pertahanan hidup dari tahun ke tahun. Sehingga lingkungan laut
khususnya negara Indonesia untuk kehidupannya disebut sebagai manusia maritim. Mengatur
laut adalah 'tanggung jawab kolektif umat manusia' dan hanya dapat dicapai dengan memastikan
bahwa mereka yang telah tinggal, bekerja di, dan mengelola perairan pesisir dan kontinental
selama berabad-abad atau ribuan tahun dilibatkan dalam keputusan tentang tata kelola di masa
depan. Garis pantai dan lembah laut adalah bentang laut budaya, dan telah dihuni dan diatur oleh
berbagai sistem kepemilikan yang dirancang, diperebutkan, dan digabungkan oleh penduduk
pesisir itu sendiri. "Warga laut" ini dan Lembaga mereka sangat penting untuk ekonomi laut
berkelanjutan. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan laut dan pemeliharaan akses ke laut
harus menjadi dua tujuan dalam mengatur laut masa depan.