Anda di halaman 1dari 29

GAMBARAN UMUM TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

1. Kondisi Geografis
1.1 Iklim
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schimidt dan Ferguson, kawasan TNKj
memiliki tipe iklim C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm per tahun.
Temperatur udara berkisar antara 30 - 31 C. Hujan turun sepanjang tahun, dalam
bulan April November jumlah hari hujan rata-rata 10 hari hujan tiap bulannya.
Sedangkan pada bulan Juni hujan rata-rata hanya turun 1 hari. Musim kering atau
kemarau terjadi pada bulan April-November dan musim hujan terjadi pada bulan
Desember-Maret. Pada saat musim hujan, angin bertiup sangat kuat dari arah barat
(musim barat) dan menyebabkan gelombang laut yang besar, hal ini pun terjadi
pada bulan Juli-Agustus, ketika bertiup angin dari arah timur (musim timur).
Karakteristik oseanografi Kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh
kondisi musim yang ada di Indonesia. Pada musim barat atau barat laut, arus kuat
di Perairan Karimunjawa berasal dari Laut Cina Selatan. Kecepatan angin pada
musim timur di Indonesia dapat mencapai 3,5 5 m/dt dan 7,5 m/dt pada musim
barat, sedangkan di perairan sekitar Jepara kecepatan angin rata-rata berkisar
antara 1,23 2,89 m/dt. Salinitas laut pada musim barat yaitu 32,6 ppm dan 32,2
ppm pada musim timur. Arus di perairan Kepulauan Karimunjawa pada musim
barat/barat laut berasal dari laut Cina Selatan yang menyeret massa air laut
menuju ke Laut Jawa sampai kearah 6 timur yaitu Laut Flores, Laut Banda, Laut
Arafura dan sebaliknya pada musim tenggara. Kecepatan arus permukaan rata-rata

berkisar antara 8-25 cm/detik. Kondisi ini sangat mempengaruhi kehidupan


perairan, terutama ekosistem terumbu karang (Anggraeni, 2008).
1.2 Geologi dan Geomorfologi
Kepulauan Karimun Jawa, secara geografis, terletak antara 5' 40" - 5' 57"
LS dan 110' 4" - 110' 40" BT, berada di perairan Laut Jawa yang jaraknya 45 mil
laut dari kota Jepara, termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan
Karimunjawa, Kabupaten Dati II Jepara. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.
161/Menhut/1988, Kepulauan Karimun Jawa ditunjuk sebagai taman nasional
dengan luas wilayahnya sekitar 111.625 Ha, terdiri dari luas daratan 7.033 Ha dan
luas perairan 104.592 Ha (Ariyati, 2007).

Gambar x. Peta kepulauan Karimun Jawa


Kepulauan Karimun Jawa memiliki luas 107.225 ha, yang terdiri dari
lautan seluas 100.105 ha, dan daratan seluas 7.120 ha yang tersebar di 27 pulau.
Dari 27 pulau tersebut, 5 diantaranya telah berpenghuni yaitu P. Karimunjawa, P.
Kemujan, P. Parang, P. Nyamuk dan P.Genting. Pulaupulau yang termasuk ke

dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari 22 pulau, sedangkan 5


pulau lainnya tidak termasuk ke dalam kawasan tersebut, yaitu P. Genting, P.
Sambangan, P. Seruni, P. Cendikian, dan P. Gundul. Pulau-pulau yang berada di
Karimunjawa berdasarkan ukuran luas dapat dibagi ke dalam 4 ukuran, yakni
ukuran besar terdiri dari pulau Karimunjawa seluas 4.302,5 ha; P.Kemujan
1.501,5 ha. Pulau yang berukuran sedang meliputi P. Parang seluas 690 ha; P.
Nyamuk 125 ha; dan P. Genting 135 ha. Pulau yang termasuk pulau kecil
diantaranya P. Menjangan Besar seluas 56 ha; P. Menjangan Kecil 46 ha; P.
Geleang 24 ha; P. Cemara Besar 3,5 ha. Pulau yang termasuk sangat kecil adalah
P. Kecil 2,0 ha; P. Cemara Kecil 1,5 ha; P. Mrico 1 ha; P. Burung 1,0 ha; dan P.
Batu 0,5 ha (Yusuf, 2013).
Kepulauan Karimunjawa terbentuk sekitar 65 juta tahun yang lalu, hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya batuan yang terbentuk pada zaman pra-tertier
yang dikenal dengan formasi karimunjawa (pTK) yang terdiri dari batu pasir
kuarsa, pasir mikaan, konglomerat kuarsa, lanau kuarsa, dan urat kuarsa. Selain
itu ditemukan batuan gunung api yang dibedakan menjadi formasi parang dan
anggota lava genting yang terbentuk antara 54 hingga 65 juta tahun yang lalu.
Subtrat dasar tanah rata-rata terdiri dari batu karang dan pada beberapa pulau
terbentuk endapan-endapan pasir di atas karang. Endapan pasir tersebut terdiri
dari batuan aluvial, sedimen, tanah liat, dan asosiasi mediteran coklat kemerahan.
Batuan aluvial tersebar di Pulau Menjangan, Kemujan, Geleang, Karimunjawa,
Parang, dan Genting dengan ketebalan bisa mencapai puluhan meter. Batuan
sedimen terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Gundul, Bengkoang,

Menjangan Besar, dan Menjangan Kecil dengan ketebalan bisa mencapai 1200 m.
Pada lereng timur dan barat Pulau Karimunjawa bisa ditemukan tanah liat dan
asosiasi mediteran coklat kemerahan (Anggraeni, 2008).
Kepulauan Karimunjawa memiliki topografi lahan berupa perbukitan
curam dengan ketinggian mencapai 500 mdpl. Secara morfologi Kepulauan
Karimunjawa dapat dibedakan menjadi tiga satuan, yaitu perbukitan, perbukitan
bergelombang, dan dataran rendah. Daerah perbukitan terbentang luas di Pulau
Karimunjawa dengan ketinggian 200 500 mdpl dengan puncak tertinggi di
Gunung Bendera yang disusun oleh batuan sedimen pra-tersier. Perbukitan
bergelombang dan dataran rendah terbentang di Pulau Karimunjawa, Kemujan,
Parang, dan Genting. Perbukitan bergelombang memiliki ketinggian antara 25
200 mdpl yang disusun oleh batuan sedimen dan batuan gunung api, dan daerah
dataran rendah memiliki ketinggian antara 0 25 mdpl yang disusun oleh batuan
sedimen dan aluvial (Anggraeni, 2008).
1.3 Lahan dan Vegetasi
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK 79/IV/Set-3/2005
tentang mintakat/ zonasi di Taman Nasional Karimunjawa, saat ini terdapat tujuh
zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Zona-zona yang ada di
kawasan Taman Nasional Karimunjawa adalah (Nababan, 2010):
1. Zona Inti,
2. Zona Perlindungan,
3. Zona Pemanfaatan Pariwisata,

4. Zona Pemukiman,
5. Zona Rehabilitasi,
6. Zona Budidaya,
7. Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional.
Tabel x.x Kawasan dan Luasannya

Tabel x.x Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Tabel xxx Peruntukan tiap Zona dalam Kawasan Taman Nasional Karimunjawa

Vegetasi yang terdapat pada Kepulauan Karimun Jawa antaralain:


a. Ekosistem terumbu karang
Luas ekosistem terumbu karang TNKJ adalah 713,107 ha. Gugusan
terumbu karang di Kep.Karimunjawa merupakan terumbu karang tepi dan
taka (gosong). Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Wildlife
Conservation Society (WCS) pada tahun 2003-2004 di 69 lokasi, tutupan
rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan
memiliki rata-rata sekitar 40 %. Selama survey tahun 2003-2006 jumlah
genera karang keras yang tercatat adalah sebanyak 64 genus yang
termasuk kedalam ordo Slclectina 14 famili dan 3 ordo non-Scleratinia.
Acropora dan Porites merupakan jenis genera karang yang mendominasi
di seluruh gugusan terumbu karang. Dominasi bentuk pertumbuhan karang
di masing-masing lokasi tergantung kapada sifatnya yang terbuka atau
terlindungi terhadap angin dan gelombang. Bentuk pertumbuhan karang di
daerah yang terbuka terhadap angin dan gelombang relatif beragam seperti
bercabang (branching), meja (tabulate), lembaran (foliose), mengerak
(encrusting), masif (massive), dan sebagainya, yang tumbuh lebih ringkas
dan padat (Anggraini, 2008) .
b. Ekosistem Mangrove
Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di
Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal
Kecil, Krakal Besar, Mrico, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove
terluas terdapat di Pulau Kemujan dan Karimunjawa seluas 396,90 ha
yang didominasi oleh jenis Exoccaria agallocha sedangkan jenis

Rhizhophora stylosa menyebar di seluruh wilayah. Spesies mangrove yang


ditemukan di Karimunjawa terdiri dari 44 spesies yang terdiri atas 26
spesies mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada di
dalam kawasan dan 5 spesies di luar kawasan taman nasional (Anggraini,
2008).
c. Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun tersebar diseluruh kawasan taman nasional hingga
kedalaman 25 m. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 9 jenis yaitu
Enhalus acroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea
rotundata, C.Serulata, Halodule pinifolia, H.univervis, Syringodium
isotifolium, dan Thalassodendrum ciliatum. Dengan persentase penutupan
dan kerapatan relatif cukup banyak pada jenis Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis (Anggraini, 2008).
d. Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah
Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati ketinggian 0-506
m dpl di Pulau Karimunjawa. Hutan hujan tropis dataran rendah yang ada
di Pulau Karimunjawa merupakan hutan sekunder yang dicirikan dengan
keberadaan perintis seperti Medang Wangi (Crytocarya tementosa)
(Nababan et al, 2010). Tumbuhan yang ada merupakan sisa kebakaran
hutan yang terjadi pada tahun 1950-1960an. Berdasarkan hasil Eksplorasi
Flora yang dilakukan oleh LIPI tahun 2003 ditemukan 124 spesies dan 5
genus flora di kawasan hutan hujan tropis dataran rendah Karimunjawa.
Jenis pohon yang sering dijumpai adalah Sentul (Sandoricum koetjape),
Ande-ande (Antidesma montanum), Berasan (Gomphia serrata), Gondorio
(Bouea macrophylla). Termasuk di dalamnya keberadaan flora khas

Karimunjawa yaitu Dewadaru (Fragrarea fragrans) dan Kalimosodo


(Cordia subcordata) yang populasinya mulai menurun karena banyak
digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan oleh masyarakat.
Dewadaru tidak ditemukan dalam kawasan konservasi kecuali tunggaknya,
umumnya tumbuh di luar kawasan yaitu di daerah AlangAlang, Ujung
Gelam, Nyamplungan, dan Legon Nipah. Berbagai jenis fauna menghuni
kawasan hutan hujan tropis dataran rendah ini. Jenis fauna darat yang
umum dijumpai adalah Rusa (Cervus timorensis), Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis karimondjawae), kalong besar (Pteropus vampyrus),
tikus pohon ekor polos (Niviventer cremoniventer), landak (Hystrik
javanica), musang rase (Vivericula indica). Terdapat 16 jenis reptilia dan 2
jenis amphibia di Taman Nasional Karimunjawa, diantara reptil terdapat
jenis Ular Edor (Calloselasma rhodostoma). Lebih lanjut Mogea et al
(2003) menyatakan bahwa di Karimunjawa ditemukan 23 jenis kupu dari 8
famili.

Jenisjenis

kupu

endemik

adalah

Euploea

crameri

karimondjawaensis, Euploea sylvester karimondjawaensis dan Idea


leuconoee karimondjawae. Ditemukan sebanyak 8 jenis Capung
sedangkan pada jenis Belalang dijumpai 6 jenis. Selain itu ditemukan 54
spesies burung yang tergabung dalam 27 famili, 16 jenis diantaranya
merupakan spesies yang dilindungi Undang-Undang. Berbagai jenis
burung khas yang dapat dijumpai di Karimunjawa adalah Pergam Ketanjar
(Ducula rosaceae), Trocokan (Picnonotus govier var.karimunjawa) dan
Betet Karimunjawa (Psitacula alexandri var.karimunjawa). selain itu

ditemukan pula sekitar 22 spesies burung air migran yang melintasi


kawasan Taman Nasional Karimunjawa (www.dephut.go.id).

1.4 Sumber Daya Alam


Sumber daya alam pada kepulauan karimun jawa sangat beragam terutama
pada keragaman fauna lautnya yang melimpah. Meliputi florahutan hujan tropis
dataran rendah, hutan hujan mangrove, flora hutan pantai, flora padang lamun,
flora rumput laut, lumut, jamur, mamlia seperti kera ekor panjang, hingga lumbalumba, reptil, pisces, aves,

kerang dan coral. Flora khas seperti Dewadaru

(Fragaea fagran), Kalimasada (Cordia subcordata), Setigi (Pemphis acudula) dan


fauna yang dilindungi seperti Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricata), Junai Emas (Caloenas nicobarica), dan Keong Gelung
(Nautilus pompillus) (www.dephut.go.id)..
2. Kondisi Pariwisata
2.1 Potensi dan daya tarik
Menurut Faricha (2015), potensi dan daya tarik pariwisata Karimunjawa
adalah:

Hasil

Potensi hutan mangrove


monitoring menyebutkan

di

Karimunjawa

ditemukan

45

jenis

mangrove dan dua diantaranya termasuk jenis langka, yaitu Schyphiphora


hidrophylacea dan Sonneratia ovate. Zonasi mangrove pada kawasan pelestarian
di Karimunjawa dan Pulau Kemujan dari arah laut ke darat didominasi oleh

Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera


cylindrica, Ceriops tagal, Xylocarpus moluccensis, Luminitzera littorea, Heritiera
littoralis, Acanthus ebracteatus dan Acrostichum speciosum.

Potensi terumbu karang

Ekosistem terumbu karang terdiri dari 3 tipe terumbu, yaitu terumbu karang pantai
(fringing reef), penghalang (barrier) dan taka (patch reef). Pada tahun 2009, Balai
Taman Nasional Karimunjawa menetapkan 72 titik monitoring yang tersebar di
seluruh perairan Karimunjawa. Penelitian tahun 2003 oleh WCS diperoleh 62
jenis karang keras. Sedangkan data statistik BTNKj tahun 2009 ditemukan 64
jenis karang keras di Taman Nasional Karimunjawa, dengan tutupan karang pada
tahun 2009 berkisar 51.5 64%.

Potensi padang lamun

Sebaran lamun di Taman Nasional Karimunjawa dipengaruhi oleh kondisi


geografis. Daerah yang teduh dan tidak banyak dipengaruhi oleh arus dan
gelombang, lebih didominasi jenis Enhalus accoroides dan Thalasia hemprichii.
Persentase tutupan lamun tertinggi di dominasi oleh jenis Enhalus acoroides dan
Thalassia hemprichii berkisar antara 10-70 % di setiap lokasi pengamatan.

Potensi biota dilindungi

Dua jenis biota yang dilindungi yaitu karang hitam atau lebih dikenal dengan
akar bahar (Antiphates sp.), dan karang merah (Tubipora musica). Biota laut
lainnya yang dilindungi seperti kepala kambing (Cassis cornuta), triton terompet
(Charonia tritonis), nautilus berongga (Nautilus pompillius), batu laga (Turbo
marmoratus), dan 6 jenis kima lainnya.

Potensi endemik

Tumbuhan yang menjadi endemik Karimunjawa yaitu dewadaru (Crystocalyx


macrophyla) yang terdapat pada hutan hujan dataran rendah.

Potensi keanekaragaman biota

Satwa darat yang umum dijumpai antara lain rusa (Cervus timorensis subspec),
kera ekor panjang (Macaca fascicularis karimondjawae), 40 jenis burung seperti
pergam hijau (Ducula aenea), elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster),
trocokan atau merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), betet (Psittacula
alexandri), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas)
dan ular edhor. Burung elang laut perut putih merupakan satwa yang terancam
punah di dunia.

Potensi budaya

Kesenian rakyat dan budaya yang berkembang dan membudaya merupakan salah
satu daya tarik pariwisata karena kekhasannya atasa identitas daerah tersebut.
Budaya tersebut antaralain Reog Barongan, Perkawinan suku Bugis yang terdiri
atas acara Mapuce-puce, Masuro, Maduppa, Mappaenre dan Anggaukeung.
Upacara peluncuran perahu yang dilakukan setelah perahu sudah selesai dibuat,
dan kekhasan rumah adat suku Bugis Dukuh Batu Lawang, Legon Gede dan
Tlogo di Pulau Kemujan (Umardiono, 2011).

2.2 Aktivitas wisata

Pariwisata yang dilakukan pada kawasan karimun jawa dapat dilakukan pada
pulau-pulaunya maupun hamparan laut yang terbentang disekeliling pulau.
Pariwisata yang dilakukan antara lain (Sono, 2012):
1. Menyelam atau diving
Kegiatan ini dapat dilakukan disebelah utara dan barat pulau karimunjawa,
sebelah timur pulau menjangan besar, sekitar pulau Menjangan Kecil,
sebelah selatan dan barat pulau Geleang, sebelah barat pulau parang,
sebelah timur pulau kembar, sekita pulau Katang, sebelah utara dan timur
Krakal kecil dan sebelah barat pulau Kumbang
2. Snorkling
Aktivitas ini dapat dilakukan di pulau Menjangan Besar dan Menjangan
Kecil, sebelah barat pulau Bengkoang, sekitar pulau Kembar, sebelah
utaradan timur pulau Krakal Kecil.
3. Memancing
Memancing dapat dilakukan di sekitar pulau Menjangan Besar dan Kecil,
Pulau Menyawakan, pulau Tengah, pulau kemujaan, Pulau Parang, sekitar
pulau Kembar dan sebelah barat pulau Bengkoang
4. Berenang
Lokasi yang dapat dilakukan untuk aktifitas ini adalah pulau
Karimunjawa, bagian selatan dan barat pulau Menjangan Kecil, bagian
barat pulau Tengah, sekitar pulau Parang, pulau Kembar dan pulau
Kumbang.
5. Menjelajah laut
Selain berenang, snorkling dan diving, aktivitas lain yang dapat dilakukan
untuk menimkati indahnya keragaman flora fauna laut karimun jawa dapat
dilakukan dengan menggunakan kapal yang dilengkapi kaca pada bagain
bawahnya.
6. Melihat akuarium air laut

Pada

pulau

Menjangan

Besar

terdapat

fasilitas

akuarium

air

laut.disinidapat menikmatai keindahan ikan hias dan kehidupan ikan hiu


serta ikan ikan lainnya dengan nuasnsa khas yang tidak dapat ditemui di
tempat lain.

Wisatawan domestik yang melakukan kunjungan ke Taman Nasional Laut


Karimunjawa, berdasarkan data temuan, dapat dideskripsikan sebagai berikut
(Umardiono, 2011):

Berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaannya, diketahui bahwa wisatawan


yang berkunjung berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 64% dan
perempuan sebesar 36% dengan variasi jenis pekerjaan sebesar 43,20%
adalah mahasiswa, sebesar 32,00% karyawan swasta, sebesar 8,80%
pedagang, sebesar 7,20% lain-lain, sebesar 4,80 persen pelajar dan sebesar

4,00% PNS.
Berdasarkan latar belakang pendidikan, wisatawan diketahui sebesar
52,80% adalah perguruan tinggi, sedangkan tingkat pendidikan sebesar
45,60% adalah SLTA dan sisanya berpendidikan di luar dua kategori

tersebut.
Berdasarkan asal wisatawan, wisatawan yang berasal dari Semarang
sebesar 32%, sebesar 20% berasal dari Jepara dan sebesar 48% dari luar
Semarang dan Jepara (termasuk Surabaya, Jakarta, Balikpapan dan

Makassar).
Berdasarkan karakteristik kunjungan wisatawan, dapat diketahui bentuk
kedatangan wisatawan sebesar 56,80% secara rombongan, sebesar 14,40%

berpasangan, sebesar 13,60% bersama keluarga, sebesar 12,80% dan

2,40% dilakukan bersama teman dan sendiri-sendiri.


Berdasarkan tujuannya, kedatangan wisatawan yaitu sebesar 60,00%
adalah tujuan rekreasi, sebesar 28,00% tujuan penelitian, sebesar 8,00%

tujuan lain-lain dan sebesar 5,00% tujuan tugas dinas.


Berdasarkan sumber-sumber informasi yang digunakan wisatawan untuk
mengunjungi kawasan ini, adalah sebesar 36% dari media, sebesar 30,40%

berasal dari teman dan sebesar 24% berasal dari travel/ biro perjalanan.
Objek-objek yang dikunjungi adalah pantai dengan persentase sebesar
52%, sebesar 28% laut, sebesar 12% daratan (desa dan lingkungan sekitar)
dan 8% pegungungan dan hutan.
Terkait dengan hal itu pula dapat diketahui sebenarnya kawasan

Karimunjawa menarik minat cukup besar dari para pengunjung di mana terjadi
peningkatan jumlah kunjungan baik wisatawan manca negara maupun domestik
tiap tahunnya. Hal tersebut tampak pada tabel kunjungan wisatawan berikut ini:

Tabel x.x Kunjungan dan Tingkat Pertumbuhan Wisatawan di Taman Nasional


Laut Karimunjawa Periode Tahun 1998-2005

Sumber: UPTD Dispar Kab. Jepara, 2007 dalam Umardiono, 2011.

2.3 Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Pulau Karimunjawa menurut Dephut (2015) dapat
ditempuh dengan:

Transportasi laut
Perjalanan

menuju

Pulau

Karimunjawa

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Muria dan Kapal Motor Cepat
(KMC) Kartini I.
a) Transportasi laut berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dilayani
oleh KMC Kartini dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam. Jadwal
keberangkatannya setiap hari Sabtu dengan tujuan Karimunjawa, selanjutnya
pada hari Minggu berangkat dari Karimunjawa menuju Semarang. Tarif kelas
bisnis sebesar Rp. 130.000,- dan kelas eksekutif sebesar Rp. 160.000,-.

b) Transportasi laut berangat dari Pelabuhan Kartini Jepara dilayani oleh KMP
Muria dengan waktu tempuh selama 6 jam. Jadwal keberangkatannya silih
berganti setiap harinya. Jika hari ini berangkat dari Jepara ke Karimunjawa,
maka besoknya akan berangkat dari Karimunjawa ke Jepara. Jadwal tersebut
dimungkinkan untuk berubah karena sangat berantung pada kondisi cuaca dan
ijin berlayar dari Syahbandar. Tarifnya terdiri dari kelas ekonomi sebesar Rp.
32.500,- dan kelas VIP sebesar Rp. 60.500,-.
c) Penyeberangan dapat juga dilakukan sewaktu-waktu dengan kapal nelayan,
namun membutuhkan waktu yang lebih lama. Tarif sewa kapal tergantung
kesepakatan dengan pemilik kapal.
d) Sampai saat ini belum ada kapal yang melayani transportasi antar pulau. Saat
ini transportasi antar pulau masih dilayani oleh kapal nelayan milik
penduduk.
Transportasi Udara
Transportasi udara dapat ditempuh dari Bandara Ahmad Yani Semarang
menuju Bandara Dewadaru di Pulau Kemujan. Saat ini penerbangan regular sudah
dihentikan, yang ada adalah sistem sewa pesawat kepada Sky White Aviation yang
berkantor di Jakarta.

Transportasi Darat
Transportasi darat di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan dapat

dilakukan dengan menyewa kendaraan roda dua atau roda empat milik
masyarakat. Angkutan bak terbuka biasanya dipakai oleh penduduk setempat,
namun umumnya hanya beroperasi pada waktu keberangkatan dan kedatangan
kapal Muria saja. Untuk wisatawan tersedia beragam mobil yang dikelola oleh
agen wisata maupun guide lokal dengan sistem sewa.

2.4 Fasilitas
Menurut Dephut Dirjen PHKA (2004), fasilitas umum yang telah ada di
Karimunjwa adalah:
Tabel x.x Fasilitas umum yang tersedia di Kecamatan Karimujawa

Sumber: PHKA, 2004


Fasilitas penginapan tersebar di Pulau Karimunjawa, Menjangan Besar,
Tengah dan Menyawakan dengan tarifnya berkisar antara Rp 50.000,- hingga Rp
500.000,-. Selain itu, terdapat pula fasilitas penyewaan sarana transportasi bagi
wisatawan yang ingin berkeliling BTNKj. Sarana transportasi ini berupa perahu
wisata (Rp 200.000,- Rp 500.000,-), perahu kaca untuk melihat keindahan
terumbu karang (Rp 400.000,-), speed boat (Rp 250.000,-), sepeda motor (Rp
30.000,- Rp 50.000,- per hari) dan mobil (Rp 150.000,- Rp 300.000,- per hari)
(Anggraeni, 2008).

2.5 Kelembagaan
Diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah
mendorong Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk merancang suatu sistem
pengelolaan bersama (Collaborative Management). Daerah berkewajiban untuk
mengelola dan melestarikan sumber daya nasional yang ada di wilayahnya. Usaha
pengelolaan dan pelestarian ini harus melibatkan semua pihak yang memiliki
kepentingan di Karimunjawa, seperti Pemerintah Daerah, lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tinggi, lembaga penelitian, masyarakat, sektor swasta dan
pihak-pihak lain. Melihat kompleksitas permasalahan di Karimunjawa, diperlukan
suatu pendekatan yang menyeluruh dengan visi bersama dan satu proses
koordinasi

yang

terencana,

agar

mekanisme

kerjasama

dapat

berjalan

sebagaimana mestinya. Diperlukan komitmen kelembagaan yang kuat dalam


melakukan pengelolaan Karimunjawa. Alternatif solusi dibawah ini diharapkan
dapat menjadi acuan untuk menyusun strategi pengelolaan dalam rangka
menyelesaikan permasalahan yang ada di Karimunjawa (PHKA, 2004):

Membangun Forum Stakeholders Karimunjawa


Forum Stakeholders Karimunjawa dapat menjadi media komunikasi untuk

berbagai kepentingan yang berkaitan dengan pengelolaan Karimunjawa. Balai


Taman Nasional diharapkan berperan sebagai inisiator forum, masyarakat
berperan sebagai pengguna sumberdaya alam dan MUSPIKA berperan sebagai
rekanan BTN dalam melaksanakan penegakan hukum di Karimunjawa. Forum ini
berfungsi mencari solusi bagi permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan

sumberdaya alam di Karimunjawa, termasuk mencari alternatif livelihood bagi


masyarakat

Karimunjawa,

apabila

sistem

pengelolaan

yang

baru

diimplementasikan.

Mengembangkan Mekanisme Konsultasi Publik Balai Taman Nasional


Pengembangan ini perlu melakukan sosialisasi program pengelolaan yang

akan dilakukan sehingga dapat membuka ruang partisipasi aktif bagi masyarakat.
Proses sosialisasi tentang zonasi yang gencar akan meningkatkan kesukarelaan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Komunikasi yang satu arah dari pihak
BTNKj ke masyarakat telah mengarahkan pemikiran bahwa konservasi identik
dengan larangan. Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
kawasan TNKj adalah tanggung jawab untuk mengelola HPWP (Hak Pengelolaan
Wilayah Perikanan), yaitu hak untuk menghalangi orang lain untuk ikut serta
dalam wilayah tertentu yang telah dijadikan obyek hak, hak untuk menetapkan
jenis dan jumlah penggunaan sumberdaya alam dalam wilayah tersebut, hak
untuk mengambil derma (pungutan) dari pemakai sumberdaya alam, pajak atau
sewa dari penjualan hak-hak tersebut.

Penegakan Hukum
Tidak efektifnya pelaksanaan pengamanan kawasan sangat tergantung

kepada keseriusan pihak berwajib dalam menegakkan hukum sesuai aturan yang
berlaku. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya kejelasan
mekanisme dan prosedur hukum yang bisa menjadi pedoman pihak yang
berwajib dalam menindak setiap pelanggaran yang terjadi. Selain itu, masalah
yang sering terjadi adalah kebocoran informasi tentang jadwal patroli. Hal ini

harus diantisipasi dengan membentuk tim khusus yang mempunyai wewenang


untuk menentukan kapan dan di mana patroli akan dilaksanakan sehingga dapat
mencapai target yang diinginkan.

3. Kondisi Sosial, Budaya, Ekonomi


3.1 Kependudukan
Tabel x.x Data kependudukan Kecamatan Karimunjawa

Sumber: BPS, 2010 dalam Dephut, 2013


Kependudukan Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura,
Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton, dan Mandar. Mayoritas penduduk berasal dari
Jawa, namun sebagian besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain
(Yulianto et al., 2007 dalam Anggraeni, 2008). Sebagian besar penduduk
beragama Islam dan bermatapencaharian sebagai nelayan. Pola pemukiman
penduduk pada umumnya bersifat mengelompok. Masyarakat pada umumnya
berpendidikan Sekolah Dasar dengan tingkat pendapatan yang kecil. Di samping
itu, kesadaran penduduk terhadap kehidupan masa depan yang berkaitan dengan
masalah lingkungan masih kurang (Sardiyatmo. 2005).
Tabel x.x Distribusi pekerjaan penduduk produktif di Pulau Karimunjawa

Sumber: Sardiyatmo. 2005


Tabel x.x Distribusi pendidikan masyarakat usia sekolah

Sumber: Sardiyatmo. 2005

3.2 Aktivitas kehidupan sehari-hari


Kegiatan perikanan tangkap Jumlah nelayan di Kecamatan Karimunjawa
sebanyak 2.944 orang yang tersebar di tiga desa. Dari data tersebut, 761 orang
adalah nelayan berstatus juragan dan 2.813 orang adalah nelayan pandega.
Armada penangkapan ikan di kecamatan ini terdiri dari dua jenis yaitu kapal
motor sebanyak 473 dan perahu motor tempel sebanyak 124 unit dengan tonase
kira-kira < 5 GT. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa jaring,
pancing, bubu, panah, branjang, dan muroami (Anggraeni, 2008).

Tabel x.x Jenis alat tangkap, musim (masa operasi) dan jenis ikan tangkapan

Sumber: Anggraeni, 2008


Produksi ikan laut yang tertangkap di perairan TNKJ dikelompokkan ke
dalam 2 kelompok yaitu kelompok ikan segar dan ikan hidup. Kelompok ikan
segar terdiri dari tongkol, tenggiri, cumi-cumi, badong, kakap merah, ekor kuning,
manyung, dan ikan campuran, sedangkan jenis ikan hidup terdiri dari sunuk,
kerapu, dan lobster (Anggraeni, 2008).
Saat ini terdapat 10 kelompok tani rumput laut di sekitar kawasan Taman
Nasional Karimunjawa dengan jumlah anggota 517 orang yang tersebar di Desa
Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Kelompok tani ini dibentuk dan dimodali
oleh seorang pengusaha rumput laut lokal dibawah organisasi bernama Forum
Komunikasi Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia cabang Jepara. Alat
produksi (tambang, tali rafia dan bibit) yang dibutuhkan pembudidaya disediakan
oleh pengusaha tersebut dengan sistem peminjaman yang disalurkan melalui ketua
kelompok masing-masing. Hasil produksi rumput laut dari tiap kelompok tani,
dibeli dalam keadaan basah seharga Rp 500,- /kg, lalu oleh pengusaha tadi
dikeringkan dan dipasarkan kedaerah Surabaya dengan harga jual Rp 6000,- /kg.

Secara umum, lokasi penanaman rumput laut pembudidaya berjarak 50-500 m


dari garis pantai, daerahnya terlindungi dari arus dan gelombang dan berada pada
daerah bersubtrat pasir atau karang, dengan kedalaman perairan antara 2,5 10 m
(Anggraeni, 2008).
3.3 Tradisi setempat
Masyarakat Karimunjawa yang terdiri atas beberapa suku mempunyai
kebudayaan yang unik dan menarik. Acara tradisional, meliputi perkawinan suku
bugis yang dimulai dengan acara mapuce-puce, masuro, madupa, mappaenre
belanja dan pesta anggaukeng. Selain itu terdapat pula tradisi upacara peluncuran
perahu, yaitu acara syukuran telah selesainya pembuatan perahu hari dengan cara
mendorong perahu kepinggir pantai kemudian dilepas sampai perahu berhenti
dengan sendirinya (Dephut, 2013).
3.4 Pasar tradisional
Kegiatan perekonomian masyarakat didukung dengan adanya dua unit
koperasi simpan pinjam yang terletak di Desa Karimunjawa dan Kemujan, satu
pasar umum dan satu pasar ikan di Desa Karimunjawa, selain itu terdapat 8 unit
kios yang menjual cinderamata bagi para pengunjung yang dipusatkan pada satu
tempat, dan beberapa kios yang diusahakan sendiri oleh penduduk dan letaknya
menyebar (Anggraeni, 2008).
3.4 Sejarah

Berdasarkan legenda yang beredar di kepulauan, Pulau Karimunjawa


ditemukan oleh Sunan Muria. Legenda itu berkisah tentang Sunan Muria yang
prihatin atas kenakalan putranya, Amir Hasan. Dengan maksud mendidik, Sunan
Muria kemudian memerintahkan putranya untuk pergi ke sebuah pulau yang
nampak "kremun-kremun" (kabur) dari puncak Gunung Muria agar si anak dapat
memperdalam dan mengembangkan ilmu agamanya. Karena tampak "kremunkremun" maka dinamakanlah pulau tersebut Pulau Karimun (Gamawisata, 2012).
3.6 Peninggalan purbakala
Menurut Dephut (2013), peninggalan purbakala di Karimunjawa adalah:
*Makam Sunan Nyamplungan: merupakan objek wisata religi yang ada di
Karimunjawa tepatnya di Dukuh Nyamplungan. Sunan Nyamplungan
dipercaya sebagai orang pertama yang mendiami kepulauan Karimunjawa
dan juga murid Sunan Kudus.
*Sumur wali di Pulau Parang merupakan sumur yang disucikan. Apabila
mendapati air dalam sumur tersebut dan bisa mengambilnya, dipercaya akan
membawa keberuntungan bagi yang mengambilnya.
3.7 Kesenian
Kesenian rakyat masyarakat karimunjawa adalah Reog Barongan dan
Pencaksilat (Dephut, 2013). Reog Barongan yang terdapat di Pulau Parang sudah
hampir punah karena tidak ada yang meneruskan. Selain itu, kesenian Pencaksilat
yang diiringi gamelan juga hampir punah karena tidak ada yang meneruskan
(Umardiono, 2011).

Anggraeni, Retno. 2008. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman


Nasional Karimunjawa. Prodi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan
Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.[Skripsi].
Ariyati, R. W., Sya'rani, L., Dan Arini, E. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan
Pulau Karimunjawa Dan Pulau Kemujan Sebagai Lahan Budidaya Rumput
Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut, Vol.3,
No.1, 27-45
Dephut.

2013.

Informasi

Taman

Nasional

Karimunjawa.

http://www.dephut.go.id/uploads/files/INFORMASI%20TAMAN
%20NASIONAL%20KARIMUNJAWA.pdf

(Diakses

pada

Rabu,

Desember 2015, pukul: 18:13 WIB).


Dephut.

2015.Visit

Karimunjawa.

http://tnkarimunjawa.dephut.go.id/visit-

karimunjawa (Diakses pada Rabu, 2 Desember 2015, pukul 18:41 WIB).


Faricha, Anna. 2015. Ekowisata yang Berkelanjutan, Studi Kasus Kepulauan
Karimunjawa.

http://www.taka.or.id/ekowisata-yang-berkelanjutan-studi-

kasus-kepulauan-karimunjawa.html (Dikses pada Rabu, 2 Desember 2015,


pukul: 20.02 WIB).
Gamawisata.

2012.

Kepulauan

Karimunjawa.

http://www.gamawisata.com/index.php/component/content/article/39tempat-wisata/94-kepulauan-karimun-jawa?format=pdf (Diakses pada 2


Desember 2015, pukul 18:37).

Nababan. 2010. Statistik Balai Taman Nasional Karimun Jawa. Kementrian


Kehutanan Directorat Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai
Taman Nasional Karimun Jawa
PHKA. 2004. Penataan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara
Provinsi Jawa Tengah. Balai Taman Nasional Karimunjawa. Semarang.
Sardiyatmo. 2005. Kepedulian Masyarakat Pesisir Karimunjawa terhadap
Masalah Pencemaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sono, Y. W. 2012. Analisis Strategis Bersaing Pariwisata Bahari Indonesia (Studi
Kasus: Tiga Gili, Karimunjawa Dan Kepulauan Seribu). Universitas
Indonesia. Depok
Umardiono, Andy. 2011. Pengembangan Obyek Wisata Taman Nasional Laut
Kepulauan Karimun Jawa. Journal Unair 24 (3): 192-201.
Yusuf, M. 2013. Kondisi Terumbu Karang Dan Potensi Ikan Di Perairan Taman
Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Buletin Oseanografi Marina Vol.
2 54 60.

Anda mungkin juga menyukai