Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENYARADAN KAYU

MENGGUNAKAN TRAKTOR

Disusun oleh :

- Paswa Tiara Kandi (A211500009)

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

TAHUN 2022
l.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia terhadap kayu semakin lama bertambah dikarenakan nilai kayu
dan permintaan terhadap kayu yang semakin bertambah menyebabkan harga kayu
semakin tinggi. hal ini mendorong terjadinya pemanenan kayu semakin meningkat. Pada
saat ini kayu merupakan barang yang perlu dijaga namun harus digunakan maka kayu
berdiameter kecilpun ditebang. Sebelum melakukan kgiatan pemanenan areal harus
dibagi ke dalam petak–petak tebang, yaitu suatu unit terkecil dalam blok tahunan,
dimana seluruh kegiatan pemanenan kayu akan dilakukan. Dimana kegiatan pemanenan
kayu meliputi :
1.Penebangaan 2.Penyaradan 3.Pengumpulan 4.Pembagian batang 5.Pemuatan kayu
dan dari beberapa kegiatan pemanenan tersebut salah satu kegiatan pemanenan yang
yang penting adalah penyaradan Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu
dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian dari penyaradan


2. Mengetahui cara penyaradan menggunakan traktor
II. ISI

Berdasarkan ketentuan penebangan dalam Tebang Pilih Tanam Indonesia


(TPTI)dinyatakan bahwa ada salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
pemanenan hutan, yakni semua pohon yang berjarak (radius) 50 m dari sumber mata air, saka
alam atau suaka margasatwa, jalur vegetasi sepanjang jalan raya/ provinsi, pohon pada jarak
100 m dari daerah yang mengandung nilai estetika dan semua pohon pada jarak 200 m dari
tepi sungai atau pantai (Departemen Kehutanan, 1993).

Penyaradan adalah proses penarikan kayu dari permukaan tanah dengan alat
transportasi dengan menggunakan hewan atau peralatan mekanis. Kayu ditarik langsung
diatas tanah dengan menggunakan sumber tenaga yang digunakan. Efektifitas penggunaan
sumber tenaga mungkin akan mengakibatkan dampak bagi lantai hutan berupa pembersihan
permukaan. Penggunaan hewan sebagai sumber energi ketika digunakan dalam system
penyaradan terbatas pada kemiringan lapangan, kondisi permukaan, ukuran dan bentuk
kayu.

Kemiringan yang ideal adalah lebih kecil sama dengan 3%, jika lebih maka hewan akan
kesulitan melakukan penyaradan (Stenzel, 1985). Secara garis besar ada 3 tipe penyaradan,
diklasifikasikan berdasarkan penggunaan tenaganya, adalah: 1.Binatang 2.Traktor 3.Cable
yang ditarik oleh kekuatan mesin (yarder) 4.Forwarder Di Indonesia tipe 1 dan 2 yang banyak
digunakan. Sedangkan tipe 3 dan 4 sampai sekarang masih belum banyak, bahkan sistem 3
dilarang penggunaannya karena (terutama di luar Jawa) sistem tebangannya adalah tebang
pilih sehingga dikawatirkan penyaradannya dengan cable akan lebih merusakkan anakan
pohon tinggal. . Keuntungan pemakaian hewan dan traktor untuk penyaradan adalah karena
mobilitasnya yang tinggi. Kedua tipe ini dengan mudah menghindari anakan yang tidak boleh
rusak, dengan mudah mengambil kayu yang diinginkan dan dengan mudah membuat ilaran
api dan lain-lain. Sedangkan penyaradan dengan sistem kabel karena jalan saradnya selalu
dalam satu garis lurus, maka semua bends (termasuk anakan pohon dan tegakan tinggal) akan
terlanda oleh kayu yang disarad dansebagai akibatnya pasti rusak dan bahkan dapat mati.
Oleh karena itu sistem penyaradan dengan kabel biasanya hanya cocok untuk tebang habis
dan tidak untuk tebang pilih, karena pohon-pohon yang akan direncanakan untuk produksi
tebangan berikutnya sudah rusak oleh mekanisme penyaradan dengan kabel itu. Disamping
itu untuk menggunakan sistem kabel yang canggih diperlukan teknik yang tinggi dan beaya
yang sangat besar, sehingga dituntut produktivitas yang sangat tinggi persatuan waktunya,
agar modal bisa kembali dalam waktu yang ditentukan(Purwowidodo,1999). .Untuk
mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbun oleh
kegiatan penyaradan kayu, penyaradan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan
yang sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja
yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahun sebelum
kegiatan penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai di lapangan sebagai acuan
bagi pengemudi atau penyaradan kayu. Hal ini terutama berlaku untuk penyaradan yang
menggunakan traktor. Secara umum sistem penyaradan kayu dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : 1. Berdasarkan tenaga yang digunakan 2. Hubungan antara batang kayu yang disarad
dengan permukaan tanah. 3. Ukuran batang yang disarad.

Penyaradan kayu dengan menggunakan traktor sangat populer dalam kegiatan


pemanenan kayu di hutan alam (HPH) di Indonesia. Penyaradan dengan cara ini sudah dimulai
pada tahun 1970-an. Untuk menghindari kerusakan lingkungan, penggunaan traktor pada
daerah yang mempunyai lereng lebih dari 30 %, walaupun secara teknis traktor masih mampu
bekerja pada kemiringan sampai 40 %. Penyaradan kayu mengguanakn traktor sangat cocok
untuk tebang pilih, hanya saja gangguan terhadap tanah cukup besar, untuk itu jenis traktor
yang akan digunakan harus disesuaikan dengan keadaan tanah di lokasi kegiatan. Satu regu
penyarad dengan traktor biasanya terdiri dari 2- 3 orang(Muhdi,2006). Produktivitas
penyaradan menggunakan traktor dengan tenaga sebesar 140 – 240 HP sebesar 50 – 100
m3/hari dengan waktu kerja efektif adalah 7 jam sehari. Jenis traktor yang umum digunakn di
Indonesia adalah traktor beroda ban (wheel skidder) dan traktor berban ulat/rantai (crawler
skidder). Wheel skidder adalah traktor yang dirancang khusus untuk penyaradan kayu.
Sedangkan crawler skidder disamping dapat digunakan untuk menyarad kayu, alat ini juga
digunakan utnuk membuat jalan atau membongkar tunggak, karena alat ini dilengkapi dengan
pisau (blade).

Pada umumnya traktor yang digunakan untuk menyarad kayu dilengkapi dengan
winch di belakangnya, yaitu alat yang berfungsi menarik kayu dengan cara menggulung kawat
baja diikatkan pada kayu. Sesuai dengan petunjuk teknis TPTI terdapat 2 prioritas kayu yang
harus disarad, yaitu : Kayu-kayu yang dekat TPn Dan Kayu-kayu yang diminta dipesan oleh
pembeli (kayu-kayu order) (Muhdi,2006). Selain itu,untuk mengurangi kerusakan pada pohon
dan kerugian ekonomi dari kegiatan operasional penyadaran traktor maka salah satu upaya
yang dapat dilakukan dengan melakukan rancangan jalan sarad yang dirancang sebelumnya
ternyata lebih menguntungkan dari segi ekonomi dan segi ekologi. Jalan sarad yang dirancang
sebelumnya juga akan memudahkan penebang untuk mengarahkan kayu yang akan ditebang
sehingga akan lebih mudah bagi traktor untuk menyaradnya tanpa membuat manuver-
manuver yang akan merugikan (Elias, 1997). Pada saat ini teknologi untuk meminimalkankan
kerusakan lingkungan akibat akibat penebangan kayu yang sudah ada yakni yang dikenal
dengan Reduced Impact Logging, teknik operasi yang kurang tepat atau terencana akan
mengakibatkan kerusakan lingkungan (hutan rusak, pemadatan tanah dan terjadinya
pengendapan akibat terjadinya erosi tanah). Untuk meminimalkan kerusakan tersebut
dilakukan dengan merencanakan logging yang baik dan teknik operasi yang tepat dan
terkendali. Reduced Impact Logging adalah pemanenan kayu yang didasarkan pada
rancangan kedepan dari tegakan yang akann dipanen yang didasari rencana yang akurat
untuk digunakan dalam perencanaan dan digunakan untuk mendisain lay out dari petak-petak
tebang dan unit-unit inventarisasi serta digunakan untuk merencanakan operasi penyaradan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penyaradan (Skidding) Perhitungan
biaya adalah menjadi andalan pemilihan metode penyaradan sampai saat ini. Tetapi didalam
praktek yang menentukan adalah pengalaman. Dengan pengalaman dapat ditentukan berapa
tingkat keseimbangan antara biaya penyaradan.dan biaya pengangkutan. Berapa intensitas
jalannya dan berapa panjang jarak rataratanya sehingga dicapai keseimbangan biaya antara
biaya penyaradan dan biaya pengangkutannya. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan prosedur penyaradan yang paling baik antara lain:

1.Ukuran dan karakter kayu.

Di hutan Jati di Jawa sampai sekarang penyaradannya masih menggunakan sapi,


karena baik ukuran dan karakteristik kayunya memungkinkan untuk disarad dengan sapi.
Tetapi diluar Jawa dimana ukuran kayunya sangat besar dan panjang, sapi tidak mungkin
digunakan lagi untuk menyarad dan sebagai gantinya dipakai traktor sarad.

2.Topografi.

Pada topografi yang sangat berat sehingga baik hewan maupun traktor tidak dapat
digunakan, maka ada kalanya digunakan sistem kabel.

3. Sistem pengelolaan atau sistem silivikultur.

Pada kebanyakan hutan yang dipanen kayunya, penyaradannya dengan traktor, akan
tetapi berdasarkan pertimbangan silvikultur dan kebijaksanaan pengelolanya penyaradan
dengan traktor dilarang karena dapat mematikan anakan dan juga mempersulit regenerasi

4.Pertimbangan iklim.

Traktor hanya tepat dipakai pada waktu musim kemarau, sebab bila dipakai dimusim
penghujan akan cepat merusakkan tanah. Dalam hal ini penyaradan dengan hewan lebih
fleksibel, bisa dipakai pada musim kemarau atau pada musim penghujan.
5.Jarak ke jalan angkutan.

Apabila jarak saradnya dirasa sangat jauh, maka penyaradannya biasanya memakai
dua sistem, mungkin traktor dengan kabel, mungkin traktor dengan hewan dan lain
sebagainya. manenan kayu (Elias, 1997).

Teknik Penyaradan Kayu Berbagai Medan Di bawah ini diuraikan beberapa teknik
penyaradan pada berbagai medan. a. Lokasi datar. Kayu-kayu yang terletak di daerah yang
datar, ujung yang diikat dengan chocker ditarik mendekati towing winch, sehingga bagian
kayu yang diikat terangkat sedikit,kemudian ditarik. b. Penyaradan menuruni lereng. Kayu-
kayu yang berada di lokasi menurun, penyaradan ditarik ke arah samping. c. Penyaradan
menaiki lereng. Kayu-kayu yang di lereng dan akan disarad menaiki lereng, maka ujung batang
kayu yang paling atas diikat dan selanjutnya ditarik. d. Penyaradan menggunakan winch.
Untuk kayu-kayu yang besar atau kayu berada di lembah biasanya traktor tidak mampu
menyarad. Pada kondisi demikian kayu dapat ditarik dengan menggunakan winch dan traktor
dalam keadaan diam. Kemapuan tarik winch umumnya lebih besar dari kemampuan tarik
traktor. Untuk itu dalam melakukan penebangan harus dilakukan dengan kerusakan tegakan
yang minim agar keuntungan yang didapat besar. Salah satu fungsi perencanaan pemanenan
kayu adalah menentukan tingkat produksi kayu lestari, baik lestari sumberdaya hutannya
maupun pengusahanya. Untuk kelestarian sumberdaya hutannya, maka kayu yang dipanen
harus tidak melebihi produktivitas (riap) hutan yang akan dipanen. Sedangkan untuk
menjamin agar pengusahaan hutan dapat lestari, maka perlu diupayakan agar jumlah kayu
yang dihasilkan minimal sama dengan biaya yang dikeluarkan (Iskandar, 2000).
III. PENUTUP
Adapun penutup dari makalah ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui bahwa
Penyaradan adalah proses penarikan kayu dari permukaan tanah dengan alat transportasi
dengan menggunakan hewan atau peralatan mekanis. 2. Mahasiswa mengetahui factor-
faktor yang mempengaruhi penyaradan kayu adalah ukuran atau karakter
kayu,topografi,system silvikultur,dan pertimbangan iklim.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kehutanan. 1993. Pedoman dan Petujuk Teknis Sistem Silvikultur
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Dirjen Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan
Republik Indonesia Jakarta. Elias 1997. Bahan Kuliah Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas
Kehutanan IPB Bogor. Bogor. Iskandar. 2000. Pengelolaan Hutan Tropika dan Alternatif
Pengelolaan Hutan yang Selaras dengan Desentralisasi dan Anatomi Daerah Biografi
Pubershing. Jakarta Muhdi. 2006. Pemanenan Hasil Hutan (Buku Ajar). USU. Medan.
Purwowidodo. 1999. Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Fakultas Kehutanan IPB Press.
Bogor. Stenzel, G., Thomas, A. Dan J. Kenneth P. 1985. Logging and Puplwood Production.
Second Edition. John Willey and Sons. New York.

Anda mungkin juga menyukai