Anda di halaman 1dari 28

Buku Ajar Silvikultur

BAB V.
METODE REPRODUKSI

A. Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Pembahasan tentang pengertian , tujuan dan macam metode reproduksi akan
menjadi dasar pemikiran tentang budidaya tanaman kehutanan, pengelolaan hutan dan
sistem-sistem silvikultur yang berlaku dalam bidang kehutanan.

Relevansi dengan Bab Lain


Dengan mengetahui pengertian, tujuan dan macam metode reproduksi berkaitan
erat dengan metode regenerasi (bab 2), pemeliharaan dan pengelolaan hutan (Bab 3),
teknik perlindungan hutan (Bab 4), metode penebangan/reproduksi (Bab 5) dan
sistem-sistem silvikultur yang diterapkan dalam bidang kehutanan (Bab 6).

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


a. Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu menjelaskan tentang
pengertian metode reproduksi
b. Setelah mengikuti kuliah ini mampu menjelaskan tentang tujuan metode
reproduksi
c. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan dan
membandingkan macam metode reproduksi
B. Penyajian
Uraian
5.1. Pengertian metode reproduksi
5.2. Tujuan metode reproduksi
5.3. Macam metode reproduksi
Ringkasan BabV

C. Penutup
a. Latihan
b. Tes Formatif
93
Buku Ajar Silvikultur

c. Umpan Balik
d. Tindak Lanjut
e. Kunci jawaban tes formatif

94
Buku Ajar Silvikultur

Uraian
5.1. Pengertian metode reproduksi
Metode reproduksi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
cara tegakan akan ditebang untuk menjamin permudaan tanpa memperhatikan
bagaimana tegakan yang terbentuk nanti akan diperlakukan sesudah mantap
(established).
Metode reproduksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
I. Metode Hutan Tinggi, permudaan dilakukan dengan biji
A. Tegakan seumur
1. Metode tebang habis
2. Metode pohon biji
3. Metode shelterwood
B. Tegakan tidak seumur
1. Metode seleksi
II. Metode Hutan Coppice (pangkasan), permudaan berasal dari tunas dan tunas
pengisap
A. Metode coppice
B. Coppice dengan standar

5.2. Tujuan metode reproduksi


Pelaksanaan dan pemilihan metode reproduksi yang dilakukan mempunyai
tujuan, antara lain :
a. mengambil pohon penghasil dengan cara sedemikian rupa sehingga menjamin
bahwa permudaan terjadi dalam periode waktu yang dapat diramalkan.
b. memberikan sejumlah pilihan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang spesifik
yang paling sesuai untuk pemantapan (established) suatu jenis.
c. memberikan cara untuk cara selektif untuk mengkhususkan suatu jenis diantara
yang lain.
d. memberi alternatif untuk memenuhi kendala estetika, rekreasi, margasatwa,
daerah aliran sungai, dan tanah dalam menangani suatu tegakan.
e. memberi kesempatan untuk memelihara atau mengembangkan struktur tegakan
tertentu.
95
Buku Ajar Silvikultur

f. memungkinkan pilihan diantara metode-metode untuk menggunakan teknologi


baru dalam pemungutan, pemanfaatan, dan produk secara efisien.

5.3. Macam metode reproduksi


5.3.1. Metoda Tebang Habis (Clear Cutting Method)
Batasan :
Metoda tebang habis adalah metoda dimana seluruh areal hutan yang ditunjuk
ditebang habis. Secara harafiah memang ditebang bersih, tetapi pada aplikasinya bila
ada pohon yang tidak komersial/tidak dapat dipakai biasanya ditinggalkan. Kadang-
kadang dalam istilah silvikultur metoda tebang habis ini disebut juga “Complete
Clearcutting”. Sesudah penebangan, baru kemudian diadakan permudaan baik secara
buatan atau permudaan alam.
Ada 2 kelompok :
1. Tebang habis dengan permudaan buatan
2. Tebang habis dengan permudaan alam.

Bentuk hutan yang dihasilkan :


Suatu metode tebang habis adalah metode paling simple, bisa diterapkan baik
pada tegakan seumur maupun tidak seumur dan tegakan yang akan ditebang tersusun
dari pohon-pohon yang berukuran layak jual (“merchantable”). Bentuk baru dari
tegakan hasil tebang habis adalah tegakan seumur.

Penerapan Tebang Habis


Metode tebang habis ini secara logis diaplikasikan bila pohon sisanya tidak
berguna lagi untuk meningkatkan produksi lebih lanjut, sumber biji dan tujuan
berguna lainnya sudah diperlukan.
Jelas bahwa dalam pelaksanaan metode tebang habis ini diterapkan pada
tegakan yang sudah masak tebang. Metoda tebang habis ini juga bisa diterapkan
untuk mengganti tegakan yang jelek dengan jenis yang lebih baik.

Tebang Habis dengan Permudaan Buatan :

96
Buku Ajar Silvikultur

Dalam metode yang sederhana ini, tegakan ditebang habis dan diperbarui
dengan penanaman biji secara langsung atau dengan menanam semai. Ukuran dan
pola penebangan tidak dibatasi oleh kebutuhan perolehan biji alami tetapi disesuaikan
untuk menciptakan perencanaan yang efisien dari tegakan dengan memperhatikan
perbedaan dalam faktor tapak (bonita). Metode ini biasanya memerlukan
persemaian. Persiapan sebelum penanaman diperlukan baik dari dengan api,
herbisida atau alat-alat mekanik, untuk menghindarkan vegetasi lain masuk dan
tumbuh di areal penanaman.

Penerapan Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)


Di Amerika Utara dipakai untuk mengganti tegakan yang buruk/lambat
pertumbuhannya (hardwoods) ke loblolly pine. Juga untuk penanaman produksi pulp
dengan 30 tahun rotasi. Tujuannya, simple administrasinya.
Metode THPB dapat diterapkan ke semua jenis hutan. Hal yang logis untuk
mengantisipasi bahwa penggunaan metode THPB ini makin banyak dipakai dimana
silvikulturnya makin intensif. Alasan lain selain intensif, manajemennya juga lebih
murah untuk menanam daripada menderita kerugian waktu beberapa tahun dari
produksi kayunya.

Tebang habis dengan Permudaan Alam


Metode ini tergantung dari regenerasi dari biji alam di areal tebangan.
Reproduksi ini sebaiknya dimulai segera setelah penebangan tetapi biasanya tertunda
sampai biji yang baik muncul dan kondisi iklimnya mendukung untuk berkecambah
dan tumbuh anakan. Regenerasi yang lambat ditambah resiko masuknya jenis yang
tidak kita inginkan dapat menghasilkan tegakan yang perkembangannya tidak
berbentuk, misalnya : pohon tidak bisa lurus-lurus.

Sumber Biji :
a. Biji dari tegakan di sekitarnya
Biji dari asal tegakan terbawa angin dan tersebar di areal yang terbuka setelah
tebang habis. Permudaan banyak dijumpai (padat) di dekat batas pohon induk dan
makin sedikit ke tengah.

97
Buku Ajar Silvikultur

b. Biji dari pohon yang dipanen.


Jumlah biji yang cukup dapat didapat dari pohon-pohon yang ditebang asalkan
penebangannya dilakukan pada saat pohon berbiji banyak. Biji mungkin masih di
atas pohon atau jatuh berrsama-sama waktu pohon ditebang. Jenis softwood seperti
black spruce menyimpan biji dalam “cone” dan terbuka secara gradual di bawah
pengaruh temperatur yang tinggi. Juga jack pine setelah kena api akan terbuka
conenya.
Permudaan dari biji ini akan seragam dan tumbuh ke semai bila kondisinya
dijaga agar tetap favorable.
c. Biji tersimpan di lantai hutan
Beberapa jenis mempunyai biji yang tahan tersimpan di lantai hutan sampai
lebih dari satu tahun.

Modifikasi
Modifikasi dari metode tebang habis berdasarkan pada :
a. Variasi ukuran dan bentuk dari areal tebang habis
b. Penggunaan ukuran tambahan untuk mempersiapkan tapak.
c. Pengaturan individu tegakan di tebang habis dalam bentuk jalur atau kelompok
(patches).

Modifikasi metode tebang habis yaitu :


a. tebang habis dengan jalur yang selang-seling (clearcutting in alternate strips).
b. tebang habis dengan jalur yang berurutan (clearcutting in progressive strips).
c. tebang habis dengan areal yang kecil (clearcutting in patches)

a. Tebang habis dengan jalur yang berselang-seling


Tegakan dibagi ke dalam jalur-jalur seperti gambar berikut :

tebang tebang
habis habis

98
Buku Ajar Silvikultur

Jalur yang diarsir ditebang habis, beberapa tahun kemudian setelah permudaannya
tumbuh, kayu pada tegakan yang belum ditebang diambil. Penebangan kedua harus
dilakukan beberapa tahun kemudian setelah tebangan pertama, kalau bentuk hutan
seumur yang diharapkan.

50 tahun sesudah 45 tahun sesudah


• dari panjang rotasi adalah waktu yang dibolehkan.

Tebangan yang belum ditebang dapat pula sebagai sumber biji melindungi
areal yang telah ditebang habis. Arah angin di sini sangat berpengaruh dan lebar jalur
tergantung dari penyebaran biji, biasanya tidak akan lebih dari 5 kali tinggi pohon.
Untuk tebangan jalur kedua, reproduksi alami tidak lagi seperti pada tebangan
pertama, jadi untuk reproduksinya dapat dari biji yang ada di pohon atau dapat pula
dari tempat lain. Kalau penebangan tidak bisa ditunda sampai pohon berbiji dulu,
metode pohon benih atau shelterwood bisa diterapkan. Tidak ada alasan pasti harus
50% ditebang 50 % disisakan. Kalau melihat regenerasi jalur kedua sulit, maka
mungkin lebih baik jika lebih dari 50 % ditebang pertama. Jadi lebar jalur pun harus
tidak terlalu sempit, sehingga biji karena angin dapat menyebar. Pertimbangan lain
walaupun tebangan pertama bisa lebih dari 50 %, tetapi harus diingat agar tebangan
kedua tetap menghasilkan kayu. Secara umum jalur yang tersisa paling sedikit
selebar tinggi pohon.

b. Tebang habis dengan jalur yang berurutan

99
Buku Ajar Silvikultur

Dari modifiksi ini perlu lebih dari 3 tahap operasi diperlukan untuk menebang
semua tegakan.
1 2 3 1 2 3

tebangan beberapa beberapa tebangan beberapa beberapa


kesatu tahun tahun kesatu tahun tahun
setelah setelah setelah setelah
kesatu kedua kesatu kedua

areal tebangan areal tebangan

Aplikasi sederhananya adalah dengan periode tebangan yang singkat pada jalur satu
kemudian ke jalur selanjutnya. Tetapi pada skala besar agak sulit karena tidak bisa
cepat. Regenerasinya punya masalah yang sama pada tebang habis dengan jalur yang
berselang-seling.

c. Tebang habis dengan areal yang kecil


Pada kelerengan dan topografi yang bergelombang, dengan tegakan yang tidak
seragam dapat diterapkan pola ini.

Kelebihan dan kekurangan tebang habis


Kelebihan :
a. Semua kegiatan terkonsentrasi pada waktu dan ruang tertentu. Logging,
administrasi, kegiatan silvikultur simple dan efisien.
b. Tidak ada pohon tersisa yang mungkin kena serangan angin atau agen atmosfir.

Kekurangan :
a. Regenerasinya sering banyak masalah.
b. Kolonisasi jenis lain yang tidak diinginkan masuk.
c. Tanahnya tererosi, run off cepat.
Kekurangannya dilebih-lebihkan karena penebangan tradisional tanpa memperhatikan
proses regenerasinya.

5.3.2. Metode Pohon Benih (Seed Tree Method)

100
Buku Ajar Silvikultur

Alasan
Metode ini disebut pohon benih sebab semua areal ditebang pohonnya kecuali
pohon-pohon terpilih yang disediakan sebagai sumber benih. Pohon benih ini dapat
dalam jumlah individual maupun dalam kelompok. Secara alam pohon benih
memberi jaminan tersedianya benih secara alam. Setelah benih berkecambah dan
telah muncul permudaan baru dan terjamin terbentuknya hutan baru, kemudian
pohon-pohon benih ditebang.

101
Buku Ajar Silvikultur

Bentuk hutan yang dihasilkan :


a. Even age (hutan seumur)
b. Two-storied

Detail metodenya :
Bentuk sederhananya adalah meninggalkan pohon benih sekitar 10 - 20 % dari
areal penebangan. Jadi perlu penentuan berapa persen pohon-pohobn itu ditinggalkan
sebagai pohon benih.
Pada prinsipnya faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
jumlah pohon adalah :
a. berapa benih yang dapat dihasilkan oleh setiap pohon.
b. berapa daya kecambah benih dari pohon benih.
c. berapa persen hidup benih.
d. berapa jauh benih dapat disebarkan oleh angin.
Dengan pertimbangan faktor tersebut akan dapat ditentukan jumlah pohon
benih per satuan luas tertentu, sehingga semua areal dapat dipenuhi permudaan baru.

Modifikasi
Modifikasi dari pohon benih adalah :
a. Metode pohon benih berkelompok.
Pohon benih ditentukan dalam jumlah tertentu tetapi secara berkelompok.
Berkelompoknya pohon benih dapat berupa jalur atau kelompok kecil yang
tersebar.
b. Metode pohon benih tersebar individual.
Metode pohon benih ini, pohon ditentukan tersebar dalam seluruh areal secara
individual. Karena pohon benih tersebar merata diharapkan permudaannya juga
dapat merata mengisi seluruh areal.
c. Metode pohon benih yang dicadangkan
Metode ini hampir sama dengan metode kedua, tetapi pohon yang tersisa tidak
hanya diharapkan sebagai penghasil benih tetapi diharapkan pula pertambahan
riapnya. Karena kedua tujuan ini maka pohon benih yang dipilih adalah pohon yang
masih memiliki kemampuan tumbuh.
102
Buku Ajar Silvikultur

Kelebihan dan kekurangan metoda pohon benih


Kelebihan :
a. Logging dikonsentrasikan pada areal yang relatif kecil, sehingga biaya logging dan
transport dapat ditekan.
b. Mudah dan simpel dalam praktek pelaksanaannya.

103
Buku Ajar Silvikultur

c. Permudaan alamnya lebih terkontrol pada jenis yang diinginkan karena pohon
benihnya ada.
d. Cocok untuk jenis yang perlu kondisi terbuka untuk mempercepat
perkecambahannya.

Kekurangan :
a. Penebangannya mungkin membuat perkecambahan dan persemaiannya berat.
b. Proteksi terhadap erosi, run off sangat kurang.
c. Karena bahaya angin, hanya jenis-jenis dengan perakaran dalam yang cocok untuk
metode ini.
d. Metode ini juga terbatas untuk jenis yang persebaran bijinya oleh angin.
e. Untuk tegakan yang sudah melewati masa tebang “over mature” metoda ini tidak
bisa diterapkan karena masa berbijinya dengan biji yang berkualitas sudah lewat
masanya.

5.3.3. Metoda Pohon Pelindung (Shelterwood Method)


Batasan
Metoda pohon pelindung ini secara prinsip dilaksanakan dengan cara
menebang pohon dalam tegakan secara bertahap. Dengan penebangan pohon secara
bertahap dalam suatu kawasan yang sama akan diperoleh kemantapan permudaannya.
Pohon-pohon yang belum ditebang sekaligus berfungsi sebagai penghasil benih dan
sebagai pelindung terhadap permudaan yang baru. Secara sekilas metoda ini hampir
mirip dengan praktek penjarangan, hanya saja metoda ini lebih banyak pohon yang
diambil bila dibandingkan dengan penjarangan.

Bentuk hutan yang dihasilkan : - even age

Detail metodenya :
Pelaksanaan dari metode ini dikenal adanya beberapa tebangan :
a. Tebangan persiapan, yaitu tebangan yang dilakukan untuk mempersiapkan
permudaan yang baru. Tebangan ini dilakukan pada tahapan paling awal dan
memberi kesempatan cahaya matahari dapat masuk dan sampai ke atas permukaan

104
Buku Ajar Silvikultur

tanah. Prinsipnya adalah menciptakan kondisi ideal untuk perkecambahan benih


yang ada.

105
Buku Ajar Silvikultur

Tebangan persiapan 1 x : pohon yang ditebang

• Pohon-pohon yang ditebang dalam tebangan persiapan dipilih :


a. pohon yang kena penyakit
b. pohon ternaungi
c. pohon dengan tajuk yang ramping, mudah rebah bila kena angin
d. jenis yang diinginkan untiuk regenerasi berikutnya
Secara prinsip meninggalkan pohon-pohon dominan dan kodominan. Dalam
persentase volume, penebangan ini kira-kira mengambil 20 - 30 % volume tegakan.

106
Buku Ajar Silvikultur

Gambar : Tebangan persiapan 2 ; sama seperti TP 1 tetapi dikerjakan 3 tahun


kemudian

107
Buku Ajar Silvikultur

b. Tebangan benih

Tebangan tahap kedua ini dimaksudkan untuk membantu menetapnya


permudaan yang telah ada. Tebangan benih biasanya dilakukan terhadap pohon benih
sesudah pohon ini menghasilkan benih dan benih telah tertabur. Maksud dari
tebangan benih adalah memberi ruang tumbuh yang cukup bagi permudaan baru.

Tebangan benih ; kira-kira 5 tahun sesudah tebangan persiapan ke-2 (Gbr.TP 2)

Permudaan telah dan sedang terbentuk di bawah tegakan tua


x : pohon yang ditebang

c. Tebangan pemungutan
Tebangan pemungutan ini dilaksanakan berkali-kali dalam waktu tertentu.
Tebangan terakhir dari pelaksanaan tebangan pemungutan disebut dengan tebangan
akhir (final cutting). Pelaksanaan tebangan pemungutan harus dilaksanakan secara
berhati-hati, sebab seluruh areal telah dipenuhi permudaan. Apabila penebangannya
tidak dilakukan secara berhati-hati kerusakan akan terjadi.
Metode ini dipergunakan terhadap jenis-jenis intoleran pada saat telah tua dan
toleran pada saat masih muda. Biasanya pohon-pohon dengan ukuran besar dan
bagus batangnya, penebangan dilakukan paling akhir.
108
Buku Ajar Silvikultur

Modifikasi dari metoda pohon pelindung


a. Metoda “shelterwood” seragam
Metoda ini dilakukan secara seragam untuk seluruh areal yang ditunjuk.
Misalnya ditunjuk 10 blok, hutan seluas 1000 ha (bila 1 blok ditentukan 100 ha),
dilaksanakan tebangan persiapan, tebangan benih dan tebangan pemungutan dalam
tahun-tahun yang sama. Biasanya setiap tahap tebangan berjarak 5 tahun.

Seluruh areal ini dikenakan :


- tebangan persiapan
- tebangan benih
- tebangan pemungutan

b. Metode “shelterwood” dalam jalur


Hutan yang akan ditebang dan dipermuda dibagi ke dalam seksi-seksi.
Masing-masing seksi dibagi jalur-jalur. Setiap jalur akan ditebang dimulai pada tahun
tertentu. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut :
Tebangan Seksi A Tebangan Seksi B

109
Buku Ajar Silvikultur

T T T T T T T T T T T T
e e e e e e e e e e e e
b b b b b b b b b b b b
a a a a a a a a a a a a
n n n n n n n n n n n n
g g g g g g g g g g g g
a a a a a a a a a a a a
n n n n n n n n n n n n

p b p p b p p b p p b p
e e e e e e e e e e e e S a m a
r n m r n m r n m r n m d e n g a n
s i u s i u s i u s i u S e k s i A
i h n i h n i h n i h n
a g a g a g a g
p u p u p u p u
a t a t a t a t
n a n a n a n a
n n n n

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
6 6 7 6 7 7 7 7 8 7 8 8
4 9 4 9 4 9 4 9 4 9 4 9

Metode jalur ini lebih tahan terhadap pengaruh angin pada tegakan sisanya.
Reproduksinya juga akan lebih baik karena masih ada sumber benih dari luar jalur
tebangan. Lebar jalur tergantung dari toleransi terhadap angin, naungan dan
konservasi dari kelembaban tanah.

110
Buku Ajar Silvikultur

c. Metode “shelterwood” dalam kelompok (blok)


Metode ini sama dengan cara kedua. Bedanya hanya tidak dalam jalur tetapi
dalam kelompok atau blok. Metoda ini dilaksanakan pada daerah yang konfigurasi
lapangannya tidak rata. Perincian dari metode ini adalah sebagai berikut :

1
4 2
2
1 2 3

3 1

3 4
3
1 2

2 1

Shelterwood dalam kelompok

Blok 1. Tebangan persiapan 1970


Tebangan benih 1975
Tebangan pemungutan 1980

Blok 2. Tebangan persiapan 1975


Tebangan benih 1980
Tebangan pemungutan 1985

Blok 3. Tebangan persiapan 1980


Tebangan benih 1985
Tebangan pemungutan 1990

Blok 4. Tebangan persiapan 1985


Tebangan benih 1990
Tebangan pemungutan 1995

Kelebihan dan kekurangan “Shelterwood Method”

111
Buku Ajar Silvikultur

Kelebihan :
a. Jenis dengan biji yang berat dan terdistribusi karena gravitasi akan sukses dengan
metoda ini.
b. Reproduksi/permudaannya lebih komplit dan hasilnya lebih menjanjikan daripada
metode yang lain (tebang habis dan pohon benih)

112
Buku Ajar Silvikultur

c. Nilai produksi terhadap erosi, run off lebih baik daripada tebang habis dan pohon
benih.
d. Metoda ini paling baik diantara metoda hutan tinggi yang menghasilkan tegakan
seumur.

Kekurangan :
a. Shelterwood tidak bisa diterapkan di areal yang sering kena bahaya angin ribut
atau patah karena angin.
b. Shelterwood perlu biaya besar sehingga cocok bila pasarnya masih
menguntungkan untuk menebang tegakan dalam beberapa kali penebangan.
c. Kemampuan teknis pelaksana harus tinggi.
d. Sebagian besar dari permudaan akan rusak karena penebangan pemungutan.

5.3.4. Metoda Seleksi (Selection Method)


Batasan :
Tebangan seleksi dilakukan dalam hutan terhadap pohon-pohon yang ditunjuk
biasanya yang tertua atau terbesar. Setelah beberapa waktu kegiatan penebangan
dilakukan lagi. Tegakan tidak pernah terbuka seluruhnya tetapi terdapat di sana-sini
bukaan-bukaan kecil yang dapat memacu pertumbuhan anakan setelah penebangan.
Kebutuhan biji akan disuplai dari pohon di sekeliling bukaan (rumpang).

Bentuk hutan yang dihasilkan


- Uneven age/hutan tidak seumur.
Biasanya dikatakan hutan tidak seumur bila di dalam tegakan terdapat lebih dari 3
kelas umur.

Detail metodenya :
Pelaksanaan dari metode ini adalah memungut pohon-pohon besar yang sudah
tua baik secara individu maupun secara kelompok. Cara ini dilakukan berulang-ulang
hingga diperoleh suatu permudaan baru yang berhasil baik.
Pohon yang dipungut pada metode ini adalah :
a. berdasarkan ukuran batang yang terbaik dan terbesar pada hutan buatan.

113
Buku Ajar Silvikultur

b. berdasarkan jenis yang komersial pada hutan alam.


c. berdasarkan atas ukuran batang terbaik, terbesar dan jenis komersial (pada hutan
alam/buatan).

75 47

46 56 100 60 66 43
59
47

39

_____________________________________________________________________
____
Porsi ideal pada hutan dengan metode seleksi *angka : umur
Rotasi 100 tahun x : ditebang

47 57 61 67 76
63

114
Buku Ajar Silvikultur

_____________________________________________________________________
__
Satu tahun kemudian Permudaan umur 1 tahun

Modifikasi dari metode seleksi


a. Metode seleksi terhadap pohon secara individu (single tree selection method)
Pohon yang dipungut ini dipertimbangkan secara individual. Pohon-pohon
yang sudah masak, ditebang terdahulu. Pohon-pohon yang belum masak tebang
ditunggu sampai masak tebang baru akhirnya ditebang.

b. Metode seleksi secara berkelompok


Metode ini biasanya dilakukan pada hutan yang memiliki kelompok tempat
tumbuh yang berbeda-beda. Terjadi kelompok tempat tumbuh akan menyebabkan
adanya kelompok jenis-jenis tertentu atau ukuran tertentu. Pada metode ini
kelompok-kelompok yang ada dipertimbangkan untuk diadakan penebangan secara
bergantian. Kelompok jenis atau kelompok spesies tertentu dan kelompok ukuran
tertentu dapat terjadi karena adanya gambut, rawa, gunung, lembah, tanah berbatu,
dll. Pohon yang ditebang telah dipertimbangkan atas dasar pohon yang telah masak
tebang atau atas dasar jenis yang laku dijual.

c. Metode seleksi berdasar jalur


Pada metode ini, penebangan dilaksanakan atas jalur-jalur tertentu. Meskipun
demikian pohon yang ditebang tetap saja atas dasar pohon yang telah masak tebang
atau atas dasar jenis-jenis yang laku dijual. Pemilihan metode ini dipertimbangkan
atas dasar tiupan angin. Metode ini dilakukan di daerah yang banyak angin dan bisa
merusak tegakan. Adapun cara penebangan dalam jalur dan arah penebangan dapat
dilihat sebagai berikut :

angin

115
Buku Ajar Silvikultur

Umur 20 30 40 50 60 70 80 10 20 30

Metode seleksi (penampang melintang)

Kelebihan dan kekurangan metode seleksi


Kelebihan :
a. Mempunyai aspek perlindungan yang tinggi baik terhadap tapak maupun
regenerasi. Tajuk hutan tetap terjaga dan pembukaan hanya sedikit dan tersebar.
b. Dari segi estetika hutan metode ini merupakan metode terbaik
c. Kerusakan karena angin dapat dihindari
d. Regenerasi/permudaan lebih terjamin karena banyak pohon yang menghasilkan biji
di sekitar bekas tebangan.
e. Metode ini cocok diterapkan pada kawasan hutan yang tidak begitu luas, karena
memungkinkan memanen kayu masak tebang beberapa kali.

Kekurangan :
a. Biaya logging paling mahal dibanding metode lain karena pohon masak tebang
tersebar dan bercampur dengan permudaannya.
b. Karena kelas umurnya campur maka sulit untuk menekan kerusakan akibat
penebangan.
c. Kayunya lebih rendah kualitasnya daripada hutan seumur.
d. Memerlukan keahlian yang tinggi untuk penerapan metode ini secara intensif.

Ringkasan Bab V
Metode reproduksi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
cara tegakan akan ditebang untuk menjamin permudaan tanpa memperhatikan

116
Buku Ajar Silvikultur

bagaimana tegakan yang terbentuk nanti akan diperlakukan sesudah mantap


(established).
Pelaksanaan dan pemilihan metode reproduksi yang dilakukan mempunyai
tujuan, antara lain : mengambil pohon penghasil dengan cara sedemikian rupa
sehingga menjamin bahwa permudaan terjadi dalam periode waktu yang dapat
diramalkan, memberikan sejumlah pilihan untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang spesifik yang paling sesuai untuk pemantapan (established) suatu jenis,
memberikan cara untuk cara selektif untuk mengkhususkan suatu jenis diantara yang
lain, memberi alternatif untuk memenuhi kendala estetika, rekreasi, margasatwa,
daerah aliran sungai, dan tanah dalam menangani suatu tegakan, memberi kesempatan
untuk memelihara atau mengembangkan struktur tegakan tertentu, memungkinkan
pilihan diantara metode-metode untuk menggunakan teknologi baru dalam
pemungutan, pemanfaatan, dan produk secara efisien.
Pemilihan macam metode reproduksi menyesuaikan dengan kondisi lahan
hutan yang akan diambil hasilnya. Masing-masing metode reproduksi memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Penentuan metode reproduksi
sebaiknya dipertimbangkan dari segi ekologis tanpa mengabaikan sisi ekonomis dan
efisiensi.

Latihan
1. Jelaskan pengertian metode reproduksi !
2. Jelaskan tujuan metode reproduksi !
3. Sebutkan macam-macam metode reproduksi !
4. Jelaskan modifikasi dari metode tebang habis !
5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode tebang habis !
6. Jelaskan pelaksanaan dari metode pohon pelindung !
7. Jelaskan metode reproduksi yang umumnya diterapkan pengusaahaan hutan di
Indonesia !
8. Jelaskan mengapa biaya logging pada metode seleksi lebih mahal dibandingkan
dengan metode reproduksi lainnya !
9. Jelaskan konsep metode pohon pelindung !
10. Jelaskan konsep metode pohon biji !
117
Buku Ajar Silvikultur

Test Formatif
Hanya ada satu jawaban benar :
1. Dari segi estetika hutan, metode reproduksi yang paling baik adalah :
a. metode seleksi c. metode pohon pelindung
b. metode pohon benih d. metode tebang habis

2. Metode pohon pelindung dikategorikan dalam metode reproduksi :


a. hutan rendah c. hutan sedang
b. hutan tinggi d. hutan coppice

3. Modifikasi dari metode tebang habis berdasarkan kepada :


a. variasi ukuran dan bentuk dari areal hutan c. peraturan pemerintah
b. keinginan pengusaha hutan d. pelaksana logging

4. Yang mengakibatkan kondisi tapak menurun kualitasnya karena run off


yangmeningkat adalah hasil dari pelaksanaan tebangan :
a. metode pohon benih c. metode tebang habis
b. metode pohon pelindung d. metode seleksi

5. Metode reproduksi yang paling baik diantara metode hutan tinggi yang
menghasilkan tegakan seumur adalah :
a. metode pohon benih c. metode tebang habis
b. metode pohon pelindung d. metode seleksi

6. Sistem TPTI yang digunakan mengacu pada metode reproduksi :


a. metode pohon benih c. metode tebang habis
b. metode pohon pelindung d. metode seleksi

7. Metode reproduksi yang memberikan kondisi ekologis tetap terjaga baik, yaitu :
a. metode pohon benih c. metode tebang habis
b. metode pohon pelindung d. metode seleksi

8. Pada pelaksanaan tebang benih pada metode pohon pelindung yang ditebang
adalah :
a. pohon-pohon yang sudah menghasilkan benih
b. pohon-pohon yang akan menghasilkan benih
c. pohon-pohon yang tidak dapat menghasilkan benih
d. anakan semai dari benih

9. Metode reproduksi yang memerlukan biaya besar dalam persiapan dan


pelaksanaannya adalah :
a. metode pohon benih c. metode tebang habis
b. metode pohon pelindung d. metode seleksi

118
Buku Ajar Silvikultur

10. Metode reproduksi yang hampir sama atau mirip dengan praktek penjarangan
adalah :
a. metode pohon benih c. metode tebang habis
b. metode pohon pelindung d. metode seleksi

Umpan Balik
Daya serap materi kuliah dapat diketahui oleh mahasiswa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah jawaban benar
Daya serap = ------------------------------ x 100%
Jumlah total soal

Tindak Lanjut
Bagi mahasiswa yang mempunyai nilai daya serap di bawah 70% diharapkan untuk
mengulangi sub bab atau materi bab ini, sedangkan yang mempunyai nilai daya serap
70% atau lebih dapat melanjutkan membaca bab berikutnya dengan seksama sambil
memperluas cakrawala cakupan materi dan memperkaya wawasan dengan menambah
bahan pustaka dan informasi dari sumber-sumber lain untuk melengkapi materi dan
pustaka yang ada.

Kunci Jawaban Test Formatif


1. a 6. d
2. b 7. d
3. a 8. a
4. c 9. b
5. b 10. b

119
Buku Ajar Silvikultur

120

Anda mungkin juga menyukai