Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN KAWASAN

TAMAN HUTAN RAYA


LATI PETANGIS
DESA PETANGIS, KECAMATAN BATU ENGAU,
KABUPATEN PASER

Presented by :
Andrew Manurung
M. Bagus Fauzi Nugroho
Nina Hendraswari
DESKRIPSI KAWASAN

A. LOKASI
Secara geografis batas kawasan Taman Hutan
Raya Lati Petangis terletak diantara 02o02’31”
sampai 02o09’25” Lintang Selatan dan
antara 116o03’17” sampai 116o06’21” Bujur Timur.
Berdasarkan pembagian wilayah administrasi
pemerintahan, areal yang diorientasi batas
termasuk dalam wilayah Desa Petangis,
Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Tahura
Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut Lati Petangis
wilayah pengelolaan hutan termasuk dalam
wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Pasir,
Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur
DESKRIPSI KAWASAN
B. SEJARAH DAN DASAR HUKUM
Tahura Lati-Petangis adalah kawasan hutan yang merupakan bekas areal konsesi pertambangan PT. BHP
Kendilo Coal yang berakhir operasinya pada tahun 2002. PT. BHP Kendilo Coal Indonesia memegang Perjanjian
Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi I (pertama) tanggal 22 November 1981 di
daerah Kabupaten Paser, Kaltim seluas ± 5.266,90 ha yang terdiri dari Blok Petangis seluas ± 2.692,37 ha dan
blok Bindu Betitit seluas ± 2.574,53 ha.

• Pada tanggal 04 Maret 2013 terbitlah Keputusan Menteri


Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.141/Menhut-II/2013,
tentang Penunjukan Areal Penggunaan lain menjadi Kawasan
Hutan dengan fungsi Taman Hutan Raya Lati-Petangis seluas ±
3.964 Ha yang terletak di Kecamatan Batu Engau, Kabupaten
Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Setelah melalui proses yang
panjang akhirnya Tahura Lati-Petangis telah ditetapkan sesuai
SK.4335/MenLHK-PKTL/KUH/2015 tentang Penetapan
Kawasan Hutan Taman Hutan Raya Lati-Petangis seluas
3.445,37 ha di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
DESKRIPSI KAWASAN

C. INVETARISASI POTENSI
 Penutupan lahan yang terdapat di areal Taman Hutan Raya “Lati Petangis”
bervariasi dari hutan primer, hutan sekunder, hutan tanaman hasil reklamasi
tambang dan lahan terbuka
 Vegetasi yang mendominasi pada hutan primer dan sekunder adalah pohon-
pohon dari jenis asli/lokal seperti : Meranti (Shorea laevifolia), Bangkirai (Shorea
sp), Kapur (Dryobalanops spp), Keruing (Dipterocarpus spp), Sungkai (Peronema
canescens), dan lain-lain. Flora endimik seperti ulin, meranti, pulai dan pohon madu
(banggeris)
 Sedangkan jenis hutan tanaman yang terdapat dalam kawasan Tahura “Lati
Petangis” antara lain : Akasia (Acacia sp), Eucalyptus (Eucalyptus spp), Sengon
(Parasirienthes falcataria), Jati (Tectona garndis), Gamal (Gmelina arborea), Puspa
(Schima walichii), dan lain-lain.
 Jenis satwa yang terdapat di areal Tahura “Lati Petangis” dan sekitraya antara
lain Babi hutan, Landak, Pelanduk, Rusa, Tringgiling, Ular, dan lain-lain. Fauna
endimik seperti kukang (Slow Loris), Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata), Burung
Enggang (Hornbill) dan Rusa sambar (cervus unicolor)
DESKRIPSI KAWASAN
D. AKSESIBILITAS KAWASAN
Untuk menuju lokasi Taman Hutan Rakyat “Lati Petangis” dari Ibukota Kabupaten (Tanah Grogot) dapat melalui jalan
darat lintas propinsi baik menggunakan roda empat ataupun kendaraan lainnya sepanjang ± 30 km

E. KONDISI FISIK KAWASAN


 Iklim
Berdasarkan data statistik Kabupaten Pasir Dalam Angka Tahun 2018, curah hujan rata-rata di areal Taman Hutan
Raya “Lati Petangis” dan sekitarnya sebesar 67,1 mm/bulan dengan jumlah hari hujan sebesar 6,8 hari hujan/bulan.
Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Desember dengan hari hujan sebesar 255 mm dan curah hujan terendah jatuh
pada bulan Agustus dan Oktober dengan tanpa curah hujan (0 mm). Menurut Schmidt dan Ferguson merupakan daerah
iklim bertipe A.fa.
 Topografi
Keadaan topografi kawasan Taman Hutan Raya “Lati Petangis” pada umumnya datar dengan kelerengan 0 – 8%,
bergelombang ringan dengan kelerengan 8 – 15% dan bergelombang sedang dengan kelerengan 15 –25%.
 Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Kabupaten Pasir skala 1 : 250.000 yang bersumber pada Peta Geologi Indonesia skala 1 :
2.000.000 yang diterbitkan Direktorat Geologi Bandung Tahun 1965, struktur geologi lokasi Taman Hutan Raya “Lati
Petangis” terdiri dari jenis Paleogen yang berasal dari susunan batuan sedimen dan jenis Basa Menengah yang berasal
dari susunan batuan volkanik.
 Sebaran Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Kabupaten Pasir skala 1 : 250.000 yang bersumber Peta Tanah Eksploitasi Kalimantan
skala 1 : 1.000.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor Tahun 1971, jenis tanah yang terdapat di kawasan Taman
Hutan Raya “Lati Petangis” seluruhnya merupakan jenis Podsolik Merah Kuning yang berasal dari bahan induk batuan
beku dan endapan.
DESKRIPSI KAWASAN
F.KONDISI SOSIAL BUDAYA, EKONOMI DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN
Secara adminstratif Kawasan Taman Hutan Raya “Lati Petangis” berada dalam wilayah Kecamatan Batu Engau,
Kabupaten Pasir. Pengembangan kecamatan tersebut terdiri dari 13 desa dengan total luas wilayah 1.507,26 Km²

 Berdasarkan statistik Kabupaten Pasir Dalam Angka


Tahun 2018 tercatat jumlah penduduk Kecamatan Batu
Engau sebanyak 8.643 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk rata-rata 13 jiwa/km².

 Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Batu Engau


sebagian besar bertani dan berladang baik palawija
maupun tanaman keras lainnya. Sedangkan mata
pencaharian lainnya adalah pegawai negeri,
karyawan/buruh perusahaan, dan kegiatan swasta
lainnya.

 Fasilitas kesehatan yang tersedia Kecamatan Batu


Engau adalah 1 Puskesmas, 5 Puskemas Pembantu
dan 1 Puskesmas Keliling.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
DESKRIPSI MASING –MASING BLOK
Kriteria blok pengelolaan TAHURA sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.76/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional
dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Tanaman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, dalam
Pasal 9 ayat (1), meliputi :
a. kriteria blok perlindungan/perlindungan bahari, meliputi:
1) tempat perlindungan jenis tumbuhan dan satwa; dan/atau
2) tingkat ancaman manusia rendah.

b. kriteria blok pemanfaatan, meliputi :


1) merupakan wilayah yang memiliki obyek dan daya tarik wisata;
2) merupakan wilayah yang memiliki potensi kondisi lingkunga berupa penyimpanan dan/atau penyerapan
karbon, masa air, energi air, energi panas dan energi angin;
3) merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan
pemanfaatan kondisi lingkungan, penelitian dan pendidikan, dan wisata alam;
4) merupakan wilayah yang memiliki nilai sejarah atau wilayah dengan aksesibilitas yang mampu
mendukung aktivitas wisata alam.

c. kriteria blok tradisional merupakan wilayah yang memenuhi kriteria sebagai blok perlindungan /
perlindungan bahari atau blok pemanfaatan yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan tradisional masyarakat
secara turun temurun.
DESKRIPSI MASING –MASING BLOK
d. Kriteria blok rehabilitasi merupakan wilayah yang telah mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan
kegiatan pemulihan ekosistem.

e. kriteria blok religi, budaya dan sejarah merupakan wilayah yang memenuhi kriteria sebagai blok
perlindungan/perlindungan bahari atau blok pemanfaatan yang telah dimanfaatkan untuk kepentingan religi,
adat budaya, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.

f. kriteria blok khusus, meliputi :


1) terdapat bangunan yang bersifat strategis yang tidak dapat dielakkan;
2) merupakan pemukiman masyarakat yang bersifat sementara yang keberadaannya telah ada sebelum
penetapan kawasan tersebut sebagai TAHURA; dan/atau
3) memenuhi kriteria sebagai wilayah pembangunan strategis yang tidak dapat dielakkan yang
keberadaannya tidak mengganggu fungsi utama kawasan.

g. kriteria blok koleksi tumbuhan dan/atau satwa, meliputi:


1) wilayah yang ditujukan untuk koleksi tumbuhan dan/atau satwa liar;
2) terdapat tumbuhan dan/atau satwa asli atau unggulan setempat dalam jumlah yang cukup; dan/atau
3) lokasi dengan kondisi biofisiknya memenuhi syarat untuk dijadikan pusat pengembangan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa liar.

Anda mungkin juga menyukai