Anda di halaman 1dari 23

Data Kawasan Konservasi

Provinsi
Sulawesi Tenggara

Kabupaten / Kota
Nama Kawasan
Taman Nasional Laut Wakatobi

Dasar Hukum
SK. Menhut Nomor 7661/Kpts-II/2002; Tgl 19-8-2002

Tipe Kawasan
Taman Nasional Laut

Luas Kawasan
1,390,000.00

Kategori IUCN
II

Garis Lintang
0

Garis Bujur
0

Efektivitas Pengelolaan
(Klik untuk detail)

Informasi Tambahan
Foto

Kondisi Umum
Taman Nasional Laut Wakatobi di Sulawesi Tenggara yang luas areanya mencapai 1.390.000 ha (ditetapkan
berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 393/Kpts-V/1996) terkenal di dunia karena kekayaan jenis
terumbu karangnya. Wakatobi merupakan kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan
tersebut,
yaitu
Pulau
Wangi-wangi,
Pulau
Kaledupa,
Pulau
Tomia
dan
Pulau
Binongko.
Keanekaragaman jenisnya melebihi jenis terumbu karang di laut Karibia (50 jenis) dan Laut Merah di Mesir
(300 jenis) (Kompas, 5/12/08). Secara umum perairan lautnya mempunyai konfigurasi dari mulai datar
sampai melandai kearah laut, dan beberapa daerah perairan terdapat yang bertubir curam. Kedalaman
airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan sebagian besar berpasir
dan
berkarang.
Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling pantai dari pulau-pulau karang
sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa, A. hyacinthus,
Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta,
Merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata,
Sarcophyton
throchelliophorum, dan Sinularia
spp.
Di perairan Taman Nasional ini juga terdapat 93 jenis ikan hias bernilai ekonomi tinggi, seperti peackock
grouper (Cephalopholus argus), spotted rabbitfish (Siganus guttatus), ikan Napoleon, Humphead Wrasse
(Cheilinus undulates) dan lain-lain. Belum lagi beberapa jenis penyu seperti penyu sisik, Hawksbill turtle
(eretmochelys imbricate), penyu tempayan, loggerhead turtle (Caretta caretta) dan penyu lekang, Olive
ridley
turtle
(Lepidochlys
clivacea)
Selain terdapat beberapa jenis burung laut seperti angsa-batu coklat (Sula leucogaster plotus), cerek melayu
(Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo atthis); juga terdapat tiga jenis penyu yang sering mendarat
di pulau-pulau yang ada di taman nasional yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan
(Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Letak Geografis
Letak Administrasi : - Propinsi : Sulawesi Tenggara - Kabupaten : Wakatobi

Letak Astronomis : 1230 20' s/d 1240 39' BT 50 12' s/d 60 10' LS

Batas Kawasan : Utara : Laut Banda Selatan : Laut Flores Barat : Pulau Buton Timur : Laut Banda
Aksesibilitas
Untuk menuju Kepulauan Wakatobi dapat ditempuh lewat beberapa alternatif perjalanan dari kendari Ibukota
Propinsi
Sulawesi
Tenggara,
yaitu:
a.
Kendari
ke
kota
Wanci,
Ibukota
Kabupaten
Wakatobi
dengan
kapal
b. Kendari ke Bau-Bau (Buton) via Raha (Muna) dengan kapal cepat regular setiap hari dua kali
pemberangkatan dengan waktu tempuh ( 5 jam) kemudian dilanjutkan dengan naik kapal kayu ke Wanci
dengan waktu tempuh ( 8 jam). Dapat juga dari Bau-Bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat selama
dua jam, lalu naik kapal cepat lasalimu-Wanci selama ( 2 jam). Wanci merupakan pintu gerbang pertama
memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi. Perjalanan dari Jakarta atau Surabaya menuju Kepulauan
Wakatobi juga bisa menggunakan kapal laut PELNI yang singgah di Kota Bau-Bau dengan intensitas 3 atau
4 kali seminggu. Saat ini sudah dikembangkan jalur penerbangan udara dengan menggunakan Merpati
Airlines dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) ke Bau-Bau PP seminggu 3 kali (selasa,jumat dan
minggu). Dari kota Bau-Bau dapat dilanjutkan dengan kapal kayu ke Wanci.
Iklim
Posisi yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan kawasan TN Wakatobi beriklim tropis. Menurut
klasifikasi Schmidt-Fergusson iklim di Kepulauan Wakatobi termasuk tipe C, dengan dua musim yaitu musim
kemarau (musim timur: April - Agustus) dan musim hujan (musim barat: September - April) dengan suhu
harian berkisar antara 19 - 340C. Musim angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan
Maret yang ditandai dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup besar sehingga nelayan jarang yang
melaut.
Jumlah curah hujan di kepulauan Wakatobi tidak begitu tinggi. Data 10 tahun terakhir menyebutkan jumlah
curah hujan terendah terjadi pad abulan September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di
bulan Januari mencapai 229,5 mm.

Kondisi Perairan
Kondisi Ekonomi Perairan
Beberapa spesies yang terdapat di Taman Nasional Wakatobi termasuk jenis langka dan terancam punah
dengan status dilindungi seperti penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), ikan
Napoleon (Cheilinus undulatus), kepiting kenari (Birgus latro), kima (Tridacna sp.), lola (Trochus niloticus),
duyung (Dungong dugong), lumba-lumba (Delphinus delphis, Stenella longiotris, Tursiops truncatus) dan
cumi-cumi berbintik hitam. Sementara itu jenis burung laut yang terdapat di TN Wakatobi seperti angsa batu
coklat (Sula leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo anthis).
Adapun dari family Cetaceans tercatat beberapa jenis yang tergolong terancam punah (operation Wallacea,
2003) yaitu seperti paus sperma (physeter macrocephalus), Paus pemandu sirip pendek (Globicephala
macrorhyncus), paus pembunuh (Orcinus orca), Paus pembunuh kerdil (Feresa attenuata), lumba-lumba totol
(Stenella attenuata), lumba-lumba gigi kasar (Steno bredenensis), lumba-lumba abu-abu (Grampus griseus),
lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus), dan paus kepala semangka (Peponocephala electra).
Keanekaragaman jenis ikan di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi cukup tinggi, saat ini lebih dari 500 jenis
ikan yang telah teridentifikasi terdapat di Taman Nasional Wakatobi dan masih banyak yang belum
diidentifikasi. Umumnya berukuran kecil dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal
dengan ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah baik dalam jumlah individu maupun jenisnya
serta cenderung bersifat teritorial. Banyak jenis ikan indikator dan ikan target bernilai ekonomis penting juga
beberapa jenis ikan komersial yang selalu diburu seperti ikan napoleon (Cheillinus undulatus), ikan kerapu
(Serranedae), ikan kakap (Lutjanidae), ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan baronang (Siganidae), ikan bibir
tebal (Haemulidae), dll (LIPI, 2006). Tingginya keanekaragaman ikan di Kepulauan Wakatobi terutama ikanikan karang menunjukkan bahwa keadaan karang di Wakatobi masih baik, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa banyak ditemukan tempat-tempat pemijahan ikan (breeding site) di daerah terumbu karang. Kegiatan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menambah pendapatan adalah memenfaatkan
sumberdaya seperti pengolahan biji jambu mete dan kelapa, pembuatan kain tenun, penyewaan homestay,
budidaya rumput laut, pengambilan kayu dan kayu bakar mangrove, ikan, kepiting dan udang.

KONSERVASI TERPADU DI WAKATOBI


Wakatobi :

Terdiri dari empat gugusan pulau besar yaitu Wangi wangi, Kaledupa, Tomia,
Binongko dan ratusan pulau kecillainnya
Merupakan taman nasional terluas kedua di Indonesia setelahTaman Nasional Teluk
Cendrawasih
Memiliki luas 1,390,000 hektar yang terdiri dari 97 % laut dan 3 % daratan
Merupakan rumah bagi empat jenis penyu, ikan dan terumbu karang
Ditetapkan sebagai taman laut nasional sejak tahun 1996
Penelitian ilmiah menunjukkan hubungan sistematis antara Taman Nasional Wakatobi
dengan kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang mencakup wilayah enam
negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste hingga Kepulauan
Solomon. Kawasan Segitiga Terumbu Karang memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi
di dunia.
Selain menjadi habitat penting bagi empat spesies penyu laut, Taman Nasional Wakatobi
juga memiliki ekosistem terumbu karang sangat sangat kaya. Di kawasan ini ditemukan
setidaknya 396 spesies karangsceleractanian, 31 spesies fungia, 31 spesies foraminifera,
34 spesiesstomatopoda, dan lebih dari 942 spesies ikan.
Kawasan Taman Nasional Wakatobi dihuni oleh lebih dari 100.000 orang yang tersebar di
sekitar 100 desa di dalam empat gugusan pulau utama.Ini adalah salah satu fitur yang unik
dari Wakatobi mengingat taman nasional secara umum tidak memungkinkan orang-orang
untuk mendiami daerah untuk tujuan perlindungan dan pelestarian. Kondisi seperti ini
merupakan tantangan bagi masyarakat Wakatobi untuk menjaga dan mengelola daerah
sambil menjamin kelestarian keanekaragaman hayati, mengingat mayoritas masyarakat
Wakatobi menggantungkan hidupnya pada sumberdaya laut.

Ancaman
Ancaman utama Wakatobi adalah kerusakan terumbu karangakibat perubahan temperatur
air laut yang dramatis, penangkapan ikan dengan cara tidak ramah lingkungan seperti
menggunakan bahan peledak dan racun sianida. Ancaman lainnnya adalah penambangan
pasir, pembangunan infrastruktur di daerah pesisir, pengembangan kegiatan wisata yang

tidak memperhatikan aspek lingkungan, dan masalah sampah

Program dan Pencapaian WWF di Wakatobi


Program WWF di Wakatobi mencakup tiga program utama yaitu

Survey dan pemantauan


Mata pencarian yang berkelanjutan, pariwisata, dan perikanan
Penjangkauan dan penyadartahuan masyarakat.
WWF bekerjasama dengan mitra-mitra terkait untuk mendukung Balai Taman Nasional
Wakatobi meningkatkan efektivitas pengelolaan taman nasional.

Survey dan Pemantauan


Program pemantauan dan pengawasan sumber daya alam difokuskan pada pengumpulan
data pemanfaatan sumberdaya laut di delapan daerah terumbu karang, mangrove, rumput
laut, habitat penyu, burung laut, mamalia laut, dan daerah pemijahan. Mayoritas kegiatan
monitoring dilaksanakan untuk mengawasi penangkapan ikan menggunakan bom dan
sianida, serta perburuan ilegal penyu. Hasil monitoring umumnya digunakan untuk
mengukur tingkat efektivitas pengelolaan taman nasional serta memberi rekomendasi pada
manajemen tindakan apa yang perlu diambil.
Aktivitas pengawasan dan pemantauan ketat melalui patroli secara reguler dilakukan
melalui kerjasama antara Balai TN Wakatobi, Dinas Perikanan Wakatobi, WWF-Indonesia
dan kelompok-kelompok masyarakat.

Penjangkauan dan Penyadartahuan Masyarakat


Dukungan dari pemangku kepentingan, terutama dari masyarakat setempat yang
mendapatkan manfaat dari sumber daya dan Pemerintah Kabupaten Wakatobi, adalah
kunci efektivitas pengelola kawasan konservasi.Karena itu WWF memfasilitasi kedua belah
pihak untuk meningkatkan partisipasi aktif dalam perencanaan, manajemen dan evaluasi
pengelolaan taman nasional.Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat di
Wakatobi dilakukan antara lain dengan mengorganisir masyarakat dalam kegiatan
penyuluhan lingkungan dan memasukkan modul pendidikan lingkungan dan sumberdaya
alam dalam kurikulum lokal.
Mata pencarian yang berkelanjutan, pariwisata, dan perikanan
Pariwisata merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan pendapatan bagi

masyarakatdengan cara yang tidak merusak. WWF bersama-sama dengan mitra


membantu memfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan, perencanaan
dan pengembangan komunitas pariwisata berbasis ekologi. Program ini diharapkan akan
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menjamin kelestarian sumber daya alam
yangberkelanjutan.
Di sisi lain, WWF tetap mendukung penangkapanikan sebagai sumber utama pendapatan
masyarakat Wakatobi.Misalnya untuk menjamin kelangsungan perikanan kerapu dan kakap
WWF mendorong dan memfasilitasi pemerintah daerah dan masyarakat untuk melakukan
pemantauan dan perlindungan situs pemijahan serta mendorong nelayan lokal untuk
mengubah teknik memancing yang lebih baik. WWF membantu menjaga kelestarian tuna
dengan memfasilitasi nelayan lokal meningkatkan kualitas ikan yang ditangkap dan
membantu kelompok nelayan terhubung dengan pasar.
Kegiatan perikanan di Wakatobi dibatasi sesuai zonasi, mengutamakan
pemanfaatan oleh masyarakat setempat.
Penangkapan ikan secara berlebih (overfishing) mengancam stok ikan baik untuk industri
perikanan maupun keamanan pangan daerah.
Insert link

tips wisata ramah lingkungan


tips pengamatan terumbu karang yang ramah lingkungan
tips mengamati penyu
Pada Juli 2007, zonasi Wakatobi resmi diberlakukan. Dari luas total 1,390,000 hektar:

1.300 ha diperuntukkan sebagai kawasan inti, tidak boleh dijadikan tempat


pengambilan ikan maupun jalur lintasan, kecuali penelitian.
Sekitar 36.450 ha untuk zona perlindungan bahari,
6.180 ha untuk zona pariwisata,
804 ribu ha untuk pemanfaatan lokal,
495.700 ha untuk zona pemanfaatan umum,
46.370 ha untuk zona khusus daratan.
Tata ruang ini didukung oleh komitmen Pemerintah Kabupaten Wakatobi untuk
mengembangkan dan mengandalkan sektor perikanan dan kelautan yang berkelanjutan,
serta pariwisata.Sejak itu, praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan berhasil
dikurangi hingga lebih dari 90% di kawasan ekologis penting seperti lokasi pemijahan ikan
yang dilindungi dan dipantau secara berkala. Selain itu, kearifan adat masyarakat berupa

pola buka-tutup kawasan penangkapan ikan diakui dan diterapkan secara penuh sehingga
masyarakat mendapatkan ikan yang berlimpah.

SURGA BAWAH LAUT DI


WAKATOBI
Tidak salah memang Indonesia memiliki julukan Zamrud di Khatulistiwa, berbagai
keindahan tersaji untuk dinikmati mulai dari pemandangan alam yang permai, pantai
yang menakjubkan hingga taman-taman bawah laut yang indah dan mempesona.
Ekspedisi-ekspedisi yang di lakukan oleh orang asing maupun orang Indonesia
sudah menghasilkan ribuan objek-objek wisata yang kesemuanya indah. Dijadikan
sebagai destinasi wisata oleh jutaan penikmat keindahaan yang datang dari
berbagai penjuru dunia.

Keindahan Bawah Laut Wakatobi

Sebuah keindahan alam bawah laut kembali ditemukan di Indonesia, tepatnya di


Sulawesi Tenggara. Dan mulai lebih dikenal oleh banyak orang bahkan dunia pada
tahun 1995. Adalah seorang asing bernama Wallacea yang berasal dari Inggris yang
mulai memproklamirkan keindahan bawah laut yang dimiliki oleh Wakatobi.
Kemudian pada tahun 1996 pemerintah Indonesia menjadikan tempat ini sebagai
Taman Nasional yang sekarang kita kenal dengan nama Taman Nasional Wakatobi.
Luas Taman Nasional Wakatobi mencapai kurang lebih 1.390.000 hektar.
Sebelum tanggal 18 Desember 2003 Wakatobi bernama Kepulauan Tukang Besi
yang sejatinya masuk kedalam wilayah Kabupaten Buton. Nama Wakatobi sendiri
sebenarnya diambil dari (empat) awalan nama pulau utama yaitu Wangi-wangi,
Kalidupa, Tomia, dan Binongko. Wakatobi berada di Pulau Wangi-wangi, Ibukota
Wangi-wangi bernama Wanci.
Surga Bawah Laut Wakatobi

Coral di wakatobi

Wakatobi merupakan surga bagi para Diver karena keindahan taman bawah lautnya
yang menakjubkan. Di Taman Laut ini terdapat 750 jenis spesies koral, sebuah
jumlah yang menakjubkan karena didunia dikenal hanya sekitar 850 jenis spesies
koral. Itu artinya 80% koral didunia bisa kita temukan hanya di satu tempat yaitu
Taman Nasional Wakatobi.
Selain koral, Taman Nasional wakatobi juga di hiasi oleh kurang lebih 112 jenis
karang dari 13 family seperti:
1. Acropora Formosa

2. A. Hyacinthus
3. Psammocora profundasafla
4. Pavona cactus
5. Leptoseris yabei
6. Fungia molucensis
7. Lobophyllia robusta
8. Merulina ampliata
9. Platygyra versifora
10. Euphyllia glabrescens
11. Tubastraea fronds
12. Stylophora pistillata
13. Sarcophyton throchelliophorum
14. Sinularia spp
15. Dan lain-lain
Ikan dengan berbagi jenis dan ukuran juga hadir serta ikut memeriahkan taman
indah ini. Terdapat kurang lebih 93 jenis ikan hidup dan berenang bebas di antara
terumbu karang Taman Nasional Wakatobi. Diantaranya adalah:
1. Argus bintik (Cephalopholus argus)
2. Takhasang (Naso unicornis)
3. Pogo-pogo (Balistoides viridescens)
4. Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
5. Ikan merah (Lutjanus biguttatus)
6. Baronang (Siganus guttatus)
7. paus sperma (Physeter macrocephalus)
8. Amphiprion melanopus
9. Chaetodon specullum
10. Chelmon rostratus
11. Heniochus acuminatus
12. Lutjanus monostigma
13. Caesio caerularea
14. Dan lain-lain.

Tidak berhenti sampai disitu, di bagian atas Taman Wisata Wakatobi juga dihuni
oleh berbagai binatang dan burung, diantaranya:
Burung
1. Angsa-batu coklat (Sula leucogaster plotus)
2. Cerek melayu (Charadrius peronii)
3. Raja udang Erasia (Alcedo atthis)
Penyu
1. Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
2. Penyu Tempayan (Caretta caretta)
3. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
Nah tunggu apa lagi, datang dan nikmati keindahan Taman Nasional Wakatobi,
pantainya yang mempesona dan pulau-pulau karang yang mencapai 600 kilometer
ini telah menanti untuk di nikmati. berenang, diving, snorkeling, dan menjelajah!!
Mengakses Taman Nasional Wakatobi tidaklah sulit Pertama anda dapat
mengakses taman ini melalui laut.
Transportasi Laut
1. Naiklah kapal menuju Makassar. Kemudian menuju ke,
2. Kendari. Kemudian menuju ke,
3. Bau Bau Kemudian menuju ke,
4. Wangi-wangi.
5. Dari Wangi-wangi ada dapat meneruskan perjalanan antar pulau menggunakan
kapal cepat, kapal kayu atau speed boat.

Taman Nasional Wakatobi


Taman Nasional Wakatobi , Merupakan salah satu dari 50 taman nasoinal di Indonesia, terletak
dikabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Taman nasional total area 1,39 juta ha, menyangkut
keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang

menempati posisi prioritas tertinggi dari

konservasi laut di Indonesia. Kedalaman air di taman nasional ini bervariasi, bagian terdalam
mencapai 1 Kilo meter di bawah permukaan air laut, TN Wakatobi saat ini menjadi pusat penelitian
bawah laut Dunia.

Laut, Pantai Wakatobi


Taman Nasional Wakatobi terdiri dari empat pulau besar, yaitu: Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan
Binongko yang berada di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Gugusan terumbu karang dapat dijumpai ratusan jenis dari puluhan famili yang terletak di sepanjang
ratusan km garis pantai. Di beberapa tempat di sepanjang karang, terdapat beberapa gua bawah laut.
Memiliki hampir seratus spesies ikan yang berwarna warni. raja udang erasia dan beberapa jenis
penyu

yang

sering

bertelur

di

pantai.

Berbagai jenis burung laut yang bertengger di karang seperti: angsa-batu coklat dan cerek
melayu terbang ke laut untuk berburu ikan.

Ke lokasi Taman Nasional Wakatobi, sebaiknya melalui Bau-bau, kemudian ke Lasalimu menggunakan
kendaraan roda empat dengan waktu tempuh sekitar dua jam. selanjunya ke Pulau Wangi wangi
Wanci (Ibu Kota Kabupaten Wakatobi) perjalanan ditempuh menggunakan kapal laut dengan waktu
tempuh

sekitar

Pulau

Wangi-wangi

ini

satu
adalah

Pintu

jam
Gerbang

Taman

perjalanan.
Nasional

Wakatobi.

Ke Pulau Kaledupa, dari Wangi-Wangi, menuju Pulau Kaledupa dengan sebuah kapal pinisi.
Ke Pulau Hoga , dari Pulau Kaledupa menyeberang ke Pulau Hoga perjalanan sekitar 30 menit
Ke

Pulau

Tomia,

dari

Pulau

Kaledupa

ke

Pulau

Tomia

perjalan

sekitar

jam.

Ke Pulau Binongko , dari Pulau Tomia ke Pulau Binongko. dengan perahu cepat sekitar 1 jam
Pulau

Wangi-wangi

Dijumpai
menyelam.

beberapa resort yang secara khusus menyewakan beberapa fasilitas untuk kegiatan
Pulau

direncanakan

ini merupakan

pintu

gerbang Taman

dibangun

Nasional Wakatobi.

Bandara

Di Wangi-Wangi

Matahora

Wangi-Wangi dikenal sebagai daerah pemasok barang bekas impor berharga miring, juga terdapat
Masjid Liya di Wangi-Wangi. Masjid tertua setelah Masjid Keraton Buton di Pulau Buton. Letak masjid
ini di atas bukit, di dekat Benteng Liya Togo. Tidak jauh jauh dari benteng, ada makam Talo-Talo, raja
kecil ,

bagian

Kesultanan

Buton.

Talo-Talo

dalam

bahasa

setempat

berarti

Jagoan

Suatu kegiatan ritual adat Posepa yang diselenggarakan setiap Idul Fitri, semacam tawuran massal
yang diakhiri dengan saling ber bermaaf-maafan
Pulau
Di Kaledupa ada Karang Kaledupa , table coral (karang berbentuk meja) berukuran 2-3 meter

Kaledupa

Pulau

Hoga

Pulau Hoga adalah salah satu tempat favorit penyelam profesional dalam dan luar negeri. dan pada
bulan Juni-Agustus sangat banyak pengunjung, terutama Mahasiswa dari Eropa dan Amerika yang
meneliti

biota

laut

Ada sekitar 200 penginapan sederhana, berbentuk rumah panggung kecil dari kayu, tersebar di
sebagian

pulau.

Pantainya sangat indah berpasir putih diiringi dengan

nyiur melambai dan sangat bersih.

Dari atas dermaga tampak pemandngan di bawah Air laut yang jernih terlihat ikan warna-warni
bermain di celah terumbu
Sebuah

dive site

atau

situs

penyelaman

yang terletak antara Pulau

Hoga dan

Kaledupa.

Menyelam hingga kedalaman 20 meter menggunakan pakaian selam (wet suit), sepatu katak (fin),
masker, dan tabung oksigen, atau hanya kacamata snorkel dengan selang menjulur ke atas untuk
nyemplung

ke

laut.

Tampak surga bawah laut. Karang warna-warni menggerombol di sana-sini. Anemon fish atau ikan
badut bermain di sela-sela karang lembut anemon yang jadi rumah mereka.
Selain Hoga Channel, ada sekitar 20 situs penyelaman tersebar di perairan Wakatobi. Situs Pinnacle,
di dekat Pulau Hoga. Di Kaledupa ada Karang Kaledupa , table coral (karang berbentuk meja)
berukuran 2-3 meter dan di Pulau Tomia ada Karang Mari Mabuk. dan setiap situs ini punya keunikan
masing-masing.

Struktur karang terindah di Pinnacle , karangnya bergunung-gunung, sesuai dengan namanya,


Pinnacle atau puncak. Lokasi ini juga menjadi habitat ikan barracuda yang khas . Ikan berbentuk
lonjong

seperti

peluru

dan

dapat

meluncur

sangat

cepat

ikan

barracuda

hidupnya

bergerombol. dijumpai juga pygmy, kuda laut berukuran sangat kecil.


Pulau Tomia
Selain Snorkeling di Tomia. jalan jalan ke Benteng Patua. beberapa sisa meriam kuno masih
terpasang, Jomba Katepi sebuah Sumur berlubang kecil sedalam lebih dari 100 meter , konon untuk
menceburkan orang-orang hukuman.
Pulau
Pulau
Diperairan

Biningko
Binongko

tempat

kehidupan

masyarakat pandai

besi.

Binongko, dapat juga ditemukan sejumlah ikan lumba-lumba beriringan yang sering

melintasi motor laut

Potensi Kawasan Taman Nasional Wakatobi


Perairan Wakatobi berada pada wilayah "Coral Tri-Angle" atau wilayah segitiga terumbu karang, yaitu
wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut lainnya
(termasuk ikan) tertinggi di dunia, yang meliputi Philipina, Indonesia sampai Kepulauan Solomon.
Wakatobi waters are located in coral triangle area, those are area whose coral reefs diversity and
biodiversity are highest in the world, consists of Philipines, Indonesian untill Solomon Island.

Peta Pusat Segitiga Karang Dunia

Lokasi dan Luasan Terumbu Karang (The Location of Coral Reefs and Each its Sum of
Hectares)
No
Lokasi Terumbu Karang
Luas
1.
kompleks Pulau Wangi-Wangi dan lebar terumbu mencapai 120 meter (jarak terpendek) dan 2,8
sekitarnya (P. Kapota, P. Sumanga, kilometer (jarak terjauh)
P. Kamponaone)
2.

Pulau Kaledupa dan Pulau Hoga

lebar terpendek terumbu adalah 60 meter dan terjauh 5,2


kilometer

3.

Kompleks atol Kaledupa

lebar terumbu 4,5 kilometer pada daerah tersempit dan 14,6


kilometer pada daerah terlebar, Panjang atol Kaledupa
sekitar 48 kilometer

4.

Pulau Tomia

rataan terumbunya mencapai 1,2 kilometer untuk jarak


terjauh dan 130 meter untuk jarak terdekat

Sumber Daya Penting TN Wakatobi (Primary Resources of WNP)


No
Sumber Daya Penting
Keterangan
1.
Terumbu Karang
Termasuk terumbu karang tepi (fringing reef), terumbu

2.

Padang Lamun

3.

Mangrove

4.

Cetacean

5.

Habitat Burung Pantai

6.

Pantai Peneluran Penyu

7.

Daerah Pemijahan Ikan

8.

Species laut dan pesisir yang


memberikan manfaat ekonomi

karang cincin (atol), terumbu karang penghalang (barrier


reef) dan gosong karang.
Sampai saat ini terdata 9 jenis lamun di Wakatobi
yaitu : Haludule uninervis, H. pinifolia,Cymodocea
rotundata, C. serrulata,Thalassodendron
ciliatum, Syringodium isoetifolium, Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii dan Halophila ovalis.
Sebaran jenis lamun umumnya merata di setiap pesisir pulau
dan di beberapa bagian di Karang Kaledupa, Karang Tomia,
Karang Koromaha dan Karang Koko.
Berdasarkan survey yang dilaksanakan tahun 2001, di
kawasan TN Wakatobi terdapat 22 jenis bakau sejati dan 13
jenis bakau ikutan. Keberadaan bakau di TN Wakatobi yang
terbanyak berada di Pulau Kaledupa. Sedangkan di Wanci
dan Tomia hanya beberapa desa saja yang pantainya
mempunyai pohon bakau, bahkan di Binongko hanya di
Desa Wali yang dapat ditemukan hutan bakau
Kawasan TNW sangat kaya biota laut dan keanekaragaman
hayati. Paus dan lumba-lumba sering dijumpai dan kawasan
ini merupakan salah satu jalur migrasi yang terbentang dari
Philipina sampai ke Australia. Sampai saat ini tercatat ada 4
jenis paus yang terlihat di kawasan TNW
yaitu Globicephala macrophyncus (short finned pilot
whale/paus pemandu sirip pendek), Feresa attenuata(pygmy
killer whale/paus pembunuh kerdil),Orcinus orca (paus
pembunuh) dan Physeter macrocephalus (sperm whale/paus
sperma). Saat ini survey dan monitoring masih terus
dilakukan oleh staf polhut TNW bersama dengan kegiatan
pengamanan, dan jenis baru sangat mungkin masih dapat
ditemukan pada saat survey.
Dari hasil beberapa pengamatan visual di kawasan TNW, di
P. Moromaho yang terletak di bagian paling tenggara
kepulauan Wakatobi diduga merupakan habitat burung
pantai dan daerah persinggahan/transit bagi beberapa jenis
burung migran yang bermigrasi dari benua Australia menuju
Pasifik. Namun sampai saat ini belum dilakukan identifikasi
dan inventarisasi untuk mengetahui informasi yang lebih
lengkap tentang habitat dan keragaman burung pantai di P.
Moromaho. Burung (aves) mempunyai peran sebagai
indikator kondisi suatu ekosistem atau habitat, selain itu
juga diduga berperan dalam penyebaran bibit beberapa jenis
tumbuhan dalam wilayah jelajahnya
Telah diidentifikasi 5 lokasi pantai peneluran, yaitu : Pulau
Moromaho, Pulau Cowo-Cowo, Pulau Kentiole, Pulau
Runduma dan Pulau Anano. Jenis penyu yang ada di
kepulauan wakatobi dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh TN Wakatobi saat ini teridentifikasi ada 2 jenis yaitu
penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu
sisik (Eretmochelys imbricata)
Meskipun pada survey pertama sejak tahun 2003 telah
teridentifikasi sekitar 29 lokasi SPAGs akan tetapi hanya 4
lokasi yang positif menjadi daerah pemijahan ikan (2 lokasi
pemijahan kerapu, 2 lokasi pemijahan kakap).
yaitu : Ikan target yang menjadi perdagangan ikan karang
hidup, Ikan pemakan herbivora yang banyak ditangkap
(baronang, kakaktua, kuli pasir (surgeon), Ikan pelagis yang
tertangkap di bawah ukuran minimun,atau tertangkap tidak

sengaja

Pemanfaatan Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan


Ekosistemnya
Pemanfaatan lestari SDAH&E TN Wakatobi, yaitu pemanfaatan SDAH&E yang diarahkan pada upaya
memelihara kelestarian eksistensi dan kelestarian fungsi SDAH&E TN Wakatobi. Secara umum
kegiatan pemanfaatan SDAH&E dapat dilakukan melalui :
1. Penelitian dan Pengembangan
2. Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan
3. Pembuatan film /video klip
4. Pembuatan foto komersial
5. Ekspedisi
6. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam, dll
Lebih khusus lagi Pemanfaatan Taman Nasional Wakatobi yaitu berdasarkan pada zonasi yang
tertuang pada Keputusan Dirjen PHKA No. SK 149 /IV-KK/2007 tentang Zonasi Taman Nasional
Wakatobi.
Dalam kegiatan pemanfaatan tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku di
Kawasan Konservasi dan umumnya yang berlaku di negara Indonesia. Berikut ini beberapa peraturan
yang perlu di pedomani dalam Konservasi SDAH &E :
Dalam kegiatan pemanfaatan tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan yang berlaku di
Kawasan Konservasi dan umumnya yang berlaku di negara Indonesia. Berikut ini beberapa peraturan
yang perlu di pedomani dalam Konservasi SDAH &E :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.

Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
Undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Undang-undang nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsabangsa mengenai Keanekaragaman Hayati.
Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
PP No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
PP No 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
PP NO 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
PP 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
PP NO 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru
PP No 41 tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing,
dan Orang Asing
Peraturan Dirjen PHKA No. SK 190/IV-Set/HO/2006 tentang Izin Masuk Kawasan Suaka
Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru

Sejarah Taman Nasional Wakatobi


Kawasan Kepulauan Wakatobi dan perairan di sekitarnya ditetapkan sebagai Taman Nasional Wakatobi
melalui tahapan sebagai berikut:
1.

Survey Penilaian Potensi Sumberdaya Alam Laut Wakatobi tahun 1987 (Surat Dirjen PHPA
Tanggal 9 tahun 1987);

2.

Usul Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kep. Tukang Besi/Wakatobi (Surat
Ka. Sub BKSDA Sultra No. 34/IV/6/SBKSDA-4/91 tanggal 6 April 1991);

3.

Permohonan Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kep. Tukang Besi/


Wakatobi (Surat Kakanwil Dephutbun Prop. Sultra No.533/270/Kwl-PHPA/91 tanggal 29 Mei
1991):

4.

Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi


(Surat Sekwilda Tk. II Buton No. 523.3/1255 tanggal 3 Juni 1991);

5.

Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi


(Surat Sekwilda Tk. I Sultra No. 566/3240 tanggal 4 Juni 1991);

6.

Usul Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi


(Surat Dirjen PHPA No. 1340/DJ-VI/PA-4/1991 tanggal 31 Juli 1991);

7.

Rekomendasi Usulan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi (Surat


Dirjen PHPA No. 2387/DJ-VI/PA-4/1991 tanggal 28 Agustus 1991);

8.

Rekomendasi Usulan Kawasan Konservasi Laut di Pulau Moromaho Dsk. Kab. Dati II Buton
Prop. Sultra (Surat Dirjen PHPA No. 3801/DJ-VI/PA-4/1992 tanggal 12 Nopember 1992);

9.

Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Sulawesi Tenggara (Surat Ka. Sub
BKSDA Sultra No. 602/V/7/SBKSDA-4/93 tanggal 17 Juli 1993);

10. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi


(Surat Bupati KDH Tk.II Buton No. 522.51/3226 tanggal 3 Nopember 1993);
11. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kep. Tukang Besi/Wakatobi (Surat Ka.
Kanwil Dephutbun Prop. Sultra No. 106/6168/Kwl-PHPA/93 tanggal 19 Nopember 1993);
12. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kep. Tukang Besi/Wakatobi (Radiogram
Pembantu Gub. Wil. Kepulauan Prop. Sultra No. 522.51/201 tanggal 25 Nopember 1993);
13. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut Sulawesi Tenggara (Surat Kadis Perikanan
Dati I Sultra No. 523/3220/1993 tanggal 13 Nopember 1993);
14. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi
(Surat Kadis Perikanan Dati I Sultra No. 523.2/85/1994 tanggal 11 Januari 1994);
15. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi
(Surat Gubernur KDH Tk. I Sultra No. 522.51/2548 tanggal 7 Maret 1994);
16. Rekomendasi Penetapan Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Tukang Besi/Wakatobi
(Surat Menhut RI No. 976/Menhut-VI/94 tanggal 2 Juli 1994);
17. Penunjukan Kawasan Perairan Kep. Wakatobi di Kab. Dati II Buton, Prop. Sultra seluas
306.690 (Tiga ratus enam ribu enam ratus sembilan puluh) Hektar sebagai Taman Wisata
Alam Laut (SK. Menhut RI No. 462/KPTS-II/1995 tanggal 4 September 1995);
18. Penunjukan Kepulauan Wakatobi dan perairan sekitarnya seluas 1.390.000 Ha sebagai
Taman Nasional (SK. Menhut RI No. 393/Kpts-Vi/1996 tanggal 30 Juli 1996);
19. Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Unit Taman Nasional (SK. Menhut RI No. 185/KptsII/1997 tanggal 31 Maret 1997);
20. Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional (SK. Menhut RI No. 6186/Kpts-II/2002
tanggal 10 Juni 2002);

21. Penetapan Kepulauan Wakatobi dan perairan sekitarnya seluas 1.390.000 Ha sebagai Taman
Nasional. (SK. Menhut RI No. 7651/Kpts-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002);
22. Penegasan Menhut bahwa letak dan luas TNW tidak berubah, pulau-pulau yang telah
berpenduduk dijadikan zona penyangga (Surat Menhut No. 723/Menhut-II/2005) tanggal 13
Nopember 2005);
23. Perubahan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi (TNKW) menjadi Taman Nasional
Wakatobi (TNW) (Permenhut No. P.29/Menhut-II/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional;
24. Organisasi dan Tata Kerja UPT Taman Nasional (Permenhut No.P.03/Menhut-II/2007)
Kondisi Fisik Kawasan :
1.

Letak

dan

Luas

Kepulauan Wakatobi sejak tahun 2003 telah menjadi Kabupaten sebagai pemekaran dari
Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara dengan batas-batas yang mengacu pada
koordinat

geografis

Titik

Referensi

sebagai

berikut

(Peta

terlampir)

1.

TN-3201 yang terletak di P. Wangi-Wangi (0502128 LS; 12303324 BT)

2.

TN-3202 yang terletak di Selatan P. Kaledupa (05034;12 LS; 12304618 BT)

3.

TN-3203 yang terletak di ujung Selatan P. Binongko (0600042 LS; 12400231

BT)
4.

TN-3204 yang terletak di P. Moromaho (0600754 LS; 12403559 BT)

5.

TN-3205 yang terletak di P. Runduma (0501927 LS; 12401921 BT)

Taman Nasional Wakatobi adalah kawasan konservasi perairan laut yang dibatasi atau
memiliki batas-batas luar yang berupa garis-garis yang menghubungkan titik-titik dengan
koordinat sebagai berikut (Peta terlampir) :
6.

Titik 1 dengan koordinat geografis 0501157 LS dan 12302000 BT;

7.

Titik 2 dengan koordinat geografis 0501204 LS dan 12303856 BT;

8.

Titik 3 dengan koordinat geografis 0501204 LS dan 12303901 BT;

9.

Titik 4 dengan koordinat geografis 0501204 LS dan 12305000 BT;

10. Titik 5 dengan koordinat geografis 0603604 LS dan 12302000 BT.


Berdasarkan administratif pemerintahan, wilayah Wakatobi terdiri dari 67 desa/kelurahan
dan 8 (delapan) kecamatan dan masuk dalam wilayah Kabupaten Wakatobi Propinsi
Sulawesi Tenggara.
Luas kawasan TNW adalah 1.390.000 Ha, sama persis atau overlap dengan luas dan letak
wilayah Kabupaten Wakatobi.

Dari luasan tersebut sebanyak 97% merupakan wilayah

perairan/laut dan sisanya sebanyak 3% merupakan wilayah daratan berupa pulau-pulau.


2.

Iklim

dan

Musim

Iklim di Kepulauan Wakatobi menurut Schmidt-Fergusson termasuk tipe C, dengan dua


musim yaitu musim kemarau (musim timur: April Agustus) dan musim hujan (musim
barat: September April). Suhu harian berkisar antara 19 340C.
3.

Hidrologi
Secara umum kondisi hidrologi di pulau-pulau yang ada di Kepulauan Wakatobi adalah
bersumber

dari

air

tanah,

yang

berbentuk

semacam

goa

(masyarakat

Wakatobi

menyebutnya Topa) yang dipengaruhi pasang surut air laut, sehingga rasanya tidak terlalu
tawar. Semakin dekat sumber air tersebut ke laut semakin payau rasa air tersebut. Di

seluruh pulau-pulau yang ada di kawasan TNW semuanya tidak mempunyai sungai, sehingga
air hujan yang jatuh langsung diserap oleh tumbuhan dan sebagian lagi mengalami aliran
permukaan. Air hujan oleh kebanyakan masyarakat Wakatobi ditampung dalam bak
penampungan sebagai cadangan air dalam musim kemarau yang digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga dan air minum.
4.

Oseanografi
Perairan TNW tergolong masih bersih dan belum terlihat adanya pengaruh kegiatan manusia
seperti limbah rumah tangga. Hal ini ditandai oleh tingginya dan homogennya kadar oksigen
terlarut (5,28 - 7,59 ppm), serta kadar nitrit (< 1,00 - 4,20 ppb) yang selalu lebih rendah
dibandingkan dengan kadar nitrat (< 1,00 - 22,46 ppb).

Suhu permukaan laut (2 m)

berkisar antara 27,26 28,730C. Nilai salinitas pada permukaan (2 m) berkisar antara
34,15 - 34,34 psu. Kecerahan pada permukaan (2 m) di perairan Wakatobi berkisar antara
70,8 86,1 %.

Nilai kekeruhan (turbiditas) sangat rendah yaitu < 1 NTU.

Intensitas

matahari mampu menembus sampai kedalaman antara 55 meter hingga 122 meter.
Kecepatan arus pada kedalaman 13 meter berkisar antara 25 43 meter/detik. (Laporan
CRITC-COREMAP LIPI, 2001)
5.

Geologi
Terbentuknya kepulauan Wakatobi dimulai sejak jaman Tersier hingga akhir jaman Miosen.
Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya proses geologi berupa sesar geser,
sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya gaya
tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu hingga sekarang. Secara keseluruhan
kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Terumbu karang di kepulauan ini
terdiri dari karang tepi (fringing reef), gosong karang (patch reef) dan atol. Empat pulau
utama di Wakatobi, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.

Dari proses pembentukannya, atol yang berada di sekitar kepulauan Wakatobi berbeda dengan atol
daerah lain. Atol yang berada di kepulauan ini terbentuk oleh adanya penenggelaman dari lempeng
dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya kemunculan beberapa pulau yang kemudian diikuti oleh
pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau. Terumbu karang yang ada di sekeliling pulau terus
tumbuh ke atas sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol yang terlihat sekarang, antara lain Atol
Kaledupa, Atol Kapota, dan Atol Tomia.
Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya Masyarakat :
1.

Ekonomi
Sebagian

besar

penduduk

Wakatobi

bermata

pencaharian

dengan

memanfaatkan

sumberdaya alam laut yang ada di perairan kawasan Taman Nasional Wakatobi sebagai
sumber pendapatan/mata pencahariannya yaitu sebagai nelayan tradisional dan petani
budidaya rumput laut. Sisanya sebagai pedagang atau berlayar dengan jarak berlayar bisa
sampai ke Singapura atau Malaysia, selain itu adalah sebagai petani sederhana yang hanya
berkebun singkong dan jagung karena kondisi tanah di seluruh Pulau-pulau yang ada di
Wakatobi adalah berupa karang/berbatu. Tingkat pendapatan masyarakat masih tergolong
rendah,
2.

sehingga

dapat

dikatakan

sebagai

kategori

miskin.

Sosial
Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam etnis yaitu etnis Wakatobi asli, Bugis, Buton,
Jawa dan Bajau. Namun kebudayaan etnis asli masih kuat dan belum banyak mengalami
akulturasi dan masing-masing etnis hidup dengan teratur, rukun dan saling menghargai.

Etnis Bajau merupakan etnis yang sangat unik, karena kehidupannya sangat tergantung
pada sumber daya laut, mulai dari pemukiman yang berada di atas pesisir laut dengan
memanfaatakan batu karang untuk membangun kawasan pemukimannya, sampai mata
pencahariaanyapun sanagat tergantung pada laut. Etnis Bugis, Buton dan Jawa umumnya
sebagai pedagang dan petani dan hanya sebagian kecil sebagai nelayan.
Wakatobi

seluruhnya

menganut

agama

Masyarakat
Islam.

Kondisi pendidikan masyarakat Wakatobi masih tergolong rendah, hal ini bisa dilihat dari
tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata hanya tamatan SD dan SMP, hanya sebagian
kecil yang merupakan lulusan SLTA dan Perguruan Tinggi. Sarana prasarana pendidikan juga
belum lengkap. Sarana prasarana pendidikan yang tertinggi baru sampai SMU, dimana di
setiap

pulau

telah

memiliki

satu

bangunan

SMU.

Kondisi kesehatan masyarakat Wakatobi tergolong sudah baik, hal ini dapat dilihat dari
kehidupan keseharian dan kondisi lingkungan yang ada di masyarakat Wakatobi yang
umunya dapat dikatakan bersih, dan pola pemukiman seta kesehatan pemukiman sudah
tertata dengan baik walaupun jumlah sarana kesehatan masih rendah. Masalah bidang
kesehatan di Kabupaten Wakatobi untuk sekarang ini adalah masih kurangnya jumlah
petugas
3.

kesehatan

terutama

dokter.

Budaya
Masyarakat asli Wakatobi terdiri dari 9 masyarakat adat/lokal, yaitu masyarakat adat/lokal
Wanci, masyarakat adat/lokal Mandati, masyarakat adat/lokal Liya, dan masyarakat
adat/lokal Kapota di Pulau Wangi-Wangi dan Kapota, masyarakat adat/lokal Kaledupa di P.
Kaledupa, masyarakat adat/lokal Waha, masyarakat adat/lokal Tongano dan masyarakat
adat/lokal Timu di P. Tomia, serta masyarakat adat/lokal Mbeda-beda di P. Binongko. Selain
itu juga terdapat dua masyarakat adat/lokal yang merupakan pendatang yaitu masyarakat
adat Bajau dan masyarakat adat Cia-cia yang berasal dari etnis Buton. Setiap masyarakat
adat/lokal tersebut memiliki bahasa yang khas untuk adat/lokal masing-masing. Walaupun
bahasa yang digunakan berbeda-beda tetapi diantara mereka tetap bisa saling memahami
saat melakukan komunikasi.

Tarian khas masyarakat Wakatobi diantaranya adalah Tari

Lariangi (Kaledupa), Pajoge, Tari Balumpa (Binongko), dll.

Anda mungkin juga menyukai