Anda di halaman 1dari 17

Paper Konservasi SDA

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (MARINE PROTECTED AREA):


KKPN SAP KEP. ARU BAGIAN TENGGARA DAN MONTEREY BAY
NATIONAL MARINE SANCTUARY

Disusun oleh:
RAFFI GANI
H041191007

Kelas:
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KKPN SAP KEP. ARU BAGIAN TENGGARA DAN SEKITARNYA
A. Lokasi
Kawasan SAP Aru Bagian Tenggara terletak di Kabupaten Kepulauan
Aru, Provinsi Maluku. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang relatif baru,
yang dimekarkan berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 tentang
pembentukan Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Seram bagian barat,
dan Kabupaten Kepulauan Aru di Provinsi Maluku, memiliki letak wilayah, batas
administrasi daerah dan luas wilayah, kondisi topografi, geologi yang tentu
berbeda dengan daerah otonom lain di indonesia.

Gambar 1. Lokasi KKPN SAP Kep. Aru Tenggara dan Sekitarnya


Secara geografis Kabupaten Kepulauan Aru terletak antara 50-80 LS dan
133,50-136,50 BT, dengan batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Selatan Papua
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Selatan Papua
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Arafura
SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara terletak di antara 134° 23’ 31” BT-
134° 49’ 18” BT dan 6° 49’ 4” LS - 7° 8’ 15” LS. Pada wilayah SAP terdapat 6
(enam) pulau kecil utama yang ada di 2 (dua) Desa yang berbeda Kecamatan di
Kabupaten Kepulauan Aru. Sisi Barat terletak di Desa Karey Kecamatan Aru
Selatan Timur (Pulau Enu, Pulau Karang, Pulau Jeh dan Pulau Maar) dan Sisi
Timur di Desa Afara Kecamatan Aru Tengah Selatan (Pulau Jin, dan Pulau
Kultubai Besar).
B. Sejarah dan Penetapan
Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Aru Bagian Tenggara
merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 63/MEN/2009
tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Aru Bagian
Tenggara dan Laut di Sekitarnya. Berikut kronologi penetapan Suaka Alam
Perairan (SAP) Kepulauan Aru Bagian Tenggara:
 Kawasan Kepulauan Aru Bagian Tenggara ditetapkan berdasarkan SK
Menteri Kehutanan Nomor 72/Kpts-II/1991 tentang Penunjukan Sebagian
Kepulauan Aru bagian Tenggara sebagai Cagar Alam Laut.
 Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan kepada Departemen Kelautan
dan Perikanan Nomor: BA.01/Menhut-IV/2009–BA.108/MEN.KP/III/2009
tanggal 4 Maret 2009, kawasan konservasi Kepulauan Aru Bagian Tenggara
dan Laut di Sekitarnya selanjutnya dikelola oleh Departemen Kelautan dan
Perikanan.
 Nama kawasan dirubah menjadi SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan
Laut di Sekitarnya pada 3 September berdasarkan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 63/MEN/2009 tentang Penetapan
Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan
Laut di Sekitarnya.
 Penyusunan Dokumen Pengelolaan KKP mengacu pada Surat Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan yang menegaskan
bahwa rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan disusun oleh satuan
unit organisasi pengelola, dalam hal ini dilimpahan ke Balai Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (Balai KPPN) Kupang.
 Pada 17 Oktober 2014, Kementrian Kelautan dan Perikanan RI mengesahkan
Surat Keputusan Menteri kelautan dan Perikanan No. 64/KEPMEN-KP/2014
Tentang Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Aru Bagian
Tenggara dan Laut di Sekitarnya di Daerah Maluku Tahun 2014-2034. SK ini
berisi landasan hukum untuk acuan pengelolaan Kawasan SAP Kep. Aru
Tenggara pada 20 tahun, dari 2014 hingga direview kembali pada 2034,
dengan jangka waktu menengah 5 tahun.
C. Potensi dan Pengelolaan
1. Potensi Ekologis
a) Kawasan Pesisir
Kawasan perairan Kepulauan Aru dan laut di sekitarnya di Provinsi
Maluku memiliki sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang tinggi
berupa terumbu karang, mangrove, litoral, dan rumput laut. Kepulauan Aru
mempunyai pantai berlumpur, dan pulau kecilnya didominasi pantai berpasir.
Daerah yang berlumpur banyak ditumbuhi oleh vegetasi mangrove dengan spesies
yang sering dijumpai antara lain Rhizophora sp. dan Bruguiera sp. Sedangkan
pantai berpasir ditumbuhi oleh vegetasi pantai, seperti cemara (Casuarina
equisetifolia) dan formasi Barringtonia) serta vegetasi budidaya seperti kelapa.
beberapa spesies vegetasi bakau diantaranya adalah Rhizophora mucronata,
Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Aegiceras comiculatum, Aegiceras
floridum, Avicennia alba, Sonneratia alba, Xylocerpus granatum, Excoecaria
agallocha dan sebagainya. Sedangkan luas ekosistem mangrove di sekitar
Kepulauan Aru berdasarkan hasil analisis citra satelit pada 2011, menunjukkan
luasan yang cukup besar, yaitu sebesar 111.177 ha yang tersebar di hampir
seluruh kecamatan di Kepulauan Aru.
b) Terumbu Karang
Luas ekosistem terumbu karang di sekitar Kepulauan Aru berdasarkan
hasil analisis citra satelit menunjukkan luasan sebesar 49.455 ha yang tersebar di
hamper seluruh kecamatan. Beberapa data terumbu karang di sekitar SAP
Kepulauan Aru Bagian Tenggara antara lain di Pulau Enu, Pulau Jin, Pulau
Barakan dan Panambulai, Pulau Koba, Pulau Lola, Pulau Waraba, dan Pulau
Kararai (Pulau Karaweira).
c) Lamun
Ekosistem Lamun tersebar merata di perairan Kepulauan Aru khususnya
di pulau-pulau kecil. Luas total ekosistem lamun di sekitar Kepulauan Aru
teridentifikasi sebesar 19.384,76 ha. Lamun di Kepulauan Aru terdiri dari famili
Potamogetonaceae dan Hydrochraritaceae, genus Cymodocea (C. ymodocea
rotundata, C. serrulata), Halodule, Syringodium isoeifolium, Thalasodendron
ciliatum, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, H. ovata, H. Spinulosa dan
Thalasaia hemprichii. Kepadatan dari lamun di Pulau Jeh adalah 410.05 ind/m2
dan 71.25%.
d) Satwa Dilindungi
Beberapa jenis satwa laut yang ditemukan di SAP Kepulauan Aru Bagian
tenggara tergolong satwa dilindungi. Beberapa mamalia laut dan reptil laut di
sekitar Kepulauan Aru dan sekitarnya diuraikan sebagai berikut:
 Jenis-jenis paus tersebut adalah Megaptera novaeangliae (Humpback whale),
Balaenoptera borealis (Sei whale), Balaenoplera musculatus (Blue whale),
Balaenopleraphysalts (Fin whale), Physeter catodon (Sperm whale),
Physeter sp., dan Orcinus orca (Killer whale).
 Setidaknya terdapat lima jenis lumba-lumba yang hadir di perairan pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil Kabupaten Kepulauan Aru ini yaitu Globicephala
macrorhynchus, Pseudorca crassidens, Delphinus delphis dan D. capensis
(lumba-lumba biasa), serta Tursiops truncatus (lumba-lumba hidung botol).
 Melalui berbagai hasil penelitian, diketahui perairan pesisir Kabupaten
Kepulauan Aru merupakan habitat utama dari Dugong dugon
(Dugong/Duyung). Diketahui Dugong hadir di hampir semua wilayah
ekologis perairan pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Kepulauan Aru.
 Laut Arafura adalah rumah bagi penyu hijau di Indonesia khususnya
Kabupaten Kepulauan Aru, dan merupakan dasar daerah tempat mencari
makan dan migrasi penyu sisik, penyu belimbing, dan kemungkinan penyu
pipih. Beberapa penelitian menguatkan bahwa empat spesies penyu laut
(Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata, Lepidochelys olivacea, Caretta
caretta) memiliki habitat di Kepulauan Aru. Kehadiran penyu di wilayah
perairan Kabupaten Kepulauan Aru diduga untuk tujuan bertelur (nesting),
serta untuk tujuan mencari makan sebelum menuju areal bertelur (nesting),
dan setelah bertelur dan kemudian bermigrasi menuju Australia yang
merupakan habitat utama bagi jenis penyu tersebut, terutama penyu hijau.
 Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, serta informasi dari
masyarakat nelayan, di areal hutan mangrove dari Pulau Enu terdapat buaya
yang dapat dikelompokan sebagai buaya air laut (asin). Hal ini kemungkinan
berkaitan erat dengan kondisi habitat yang sesuai bagi kehidupan dan
kehadiran jenis reptilia yang dilindungi tersebut.
2. Potensi Ekonomi
Menurut data, mata pencaharian utama masyarakat di sekitar SAP
Kepulauan Aru Bagian Tenggara banyak menggantungkan hidup dari hasil laut
seperti melakukan penangkapan ikan, budidaya rumput laut dan pengolahan
produk perikanan. Di samping itu, masyarakat tetap melakukan aktivitas pertanian
dan perkebunan untuk menunjang perekonomian bila kondisi hasil dari laut
berkurang.
Potensi sumber daya kelautan dan perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru
adalah yang paling potensial. Posisi Kabupaten Kepulauan Aru yang dikelilingi
oleh Laut Aru dan Laut Arafura (potensi perikanan terbesar setelah laut Jawa dan
Cina Selatan) membuat kabupaten ini memiliki potensi sumberdaya hayati sangat
besar dengan tingkat keragaman jenis cukup tinggi pula berupa ikan dan non ikan
seperti berbagai jenis pelagis kecil, pelagis besar, demersal, ikan karang, ikan
hias, rumput laut, kerangkerangan (seperti mutiara, siput dara, kima), penyu,
udang, lobster, kepiting, cumi-cumi, dugong, dan sebagainya.
3. Potensi Sosial-Budaya
a) Budaya Pela
Pada umumnya desa-desa di Kabupaten Kepulauan Aru memiliki ikatan
adat antar desa yang disebut dengan “Pela”. Ikatan Pela ini adalah ikatan
persaudaraan yang terjalin antara satu desa dengan desa lainnya. Biasanya ikatan
pela ini terjalin karena hubungan saudara kakak beradik antara satu desa dengan
desa lainnya atau juga dengan mengangkat sumpah sebagai saudara oleh nenek
moyang warga desa pada zaman dahulu. Ikatan Pela yang sangat kuat biasanya
dikenal dengan sebutan Pela Tumpa Darah atau Pela Darah. Ikatan Pela ini bisa
mengikat 2 desa atau lebih.
b) Budaya Sasi
Adat Sasi yaitu suatu larangan untuk melakukan tindakan pengambilan
sumberdaya alam tertentu yang secara adat sudah disepakati. Biasanya berupa
hasil hutan, ladang dan hasil laut tertentu. Sasi memiliki batasan waktu dan lokasi,
meskipun kadang juga waktunya tidak secara eksplisit disebut dibatasi jangkanya,
tetapi sesungguhnya itu karena sifat fleksibilitas waktu sampai sumberdaya
tersebut cukup memadai untuk diambil. Dalam khasanah masyarakat Kepulauan
Aru, usaha manusia untuk menghormati alam diwujudkan dalam budaya Sasi.
Budaya sasi ini hampir dikenal dan ada merata diseluruh Aru. Umumnya sasi
yang dijalankan adalah sasi Teripang. Mekanisme sasi teripang ini adalah jika
Kepala Desa dan Pemangku Adat setempat melihat sumberdaya teripang sudah
mulai berkurang, maka diambil inisiatif oleh Kepala Desa berkumpul bersama
dengan Tokoh Adat, bermufakat menyatakan sasi terhadap teripang, maka
dibuatlah prosesi adat, yang dilanjutkan dengan do’a di Gereja atau Mesjid.
4. Potensi Pariwisata
Meskipun tidak secara spesifik ditujukan bagi pengelolaan pariwisata,
namun kawasan konservasi ini memiliki sejumlah potensi sumberdaya alam
hayati bagi pemanfaatan wisata bahari seperti pemandangan alam, diving spot dan
sebagainya. Sesuai dengan potensi dan daya dukung daerahnya, rencana kegiatan
kepariwisataan yang prospektif dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten
Kepulauan Aru antara lain adalah kawasan peruntukan pariwisata alam kawasan
wisata panorama alam terdapat di Pulau Ujir, Pulau Wasir, Pulau Babi, Pulau
Aduar, Pulau Mamien, Pulau Mariri, PulauLeer, Pulau Lola, Pulau Penambulai,
Pulau Jeh, Pulau Maar, Pulau Jeudin, Pulau Kultubai selatan, Pulau Enu, Pulau
Karang, Pulau Batu Goyang, dan Pesisir sebelah barat Pulau Trangan. Beberapa
objek ekowisata, yakni: wisata pesisir, terumbu karang, rekreasi perahu, wisata
satwa, dan lain-lain.
5. Pengelolaan Kawasan Konservasi
Pengelolaan dan zonasi dari SAP Kep. Aru bagian Tenggara dan Laut
Sekitarnya dilakukan menurut Surat Keputusan Menteri kelautan dan Perikanan
No. 64/KEPMEN-KP/2014 Tentang Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam
Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut di Sekitarnya di Daerah
Maluku Tahun 2014-2034. Berdasarkan SK Menteri tersebut, Kawasan SAP
Kepulauan Aru Bagian Tenggara memiliki sistem zonasi yang dibagi menjadi 4
(Empat) zona. Keempat zona yang dimaksud adalah zona inti, zona pemanfaatan,
dan zona perikanan berkelanjutan dan zona rehabilitasi.
Gambar 2. Zonasi dari KKPN SAP Kep. Aru bagian Tenggara dan Laut
Sekitarnya
Tabel 1. Lokasi dan Luas Masing-Masing Zona di KKPN SAP Kep. Aru bagian
Tenggara dan Laut Sekitarnya
No. Zonasi Lokasi Luas (Ha)
Pulau Karang 909
1 Zona Inti Pulau Enu bagian Selatan 1.443,67
Pulau Kultubai Besar bagian barat 25,34
Zona Perikanan Di seluruh Kawasan SAP Kep. Aru 96.771,01
2
Berkelanjutan Tenggara
Pulau Jin 8.137,22
3 Zona Pemanfaatan Pulau Majar 657,43
Pulau Jeh 1625, 36
Pulau Kultubai Besar 1.046,90
4 Zona Rehabilitasi
Pulau Enu Bagian Utara 902,8
a) Zona Inti
Zona inti bertujuan untuk melindungi : (1) Habitat penyu dan populasi
ikan di kawasan konservasi perairan SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara, (2)
Penelitian, dan (3) Pendidikan. Aturan pada zona inti yang ditujukan untuk
mempertahankan keutuhan zona ini antara lain:
(1) Kegiatan yang diperbolehkan di zona inti untuk perlindungan mutlak habitat
dan populasi ikan meliputi:
 Perlindungan proses-proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup
dari suatu jenis atau sumberdaya ikan dan ekosistemnya;
 Penjagaan dan pencegahan kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan; dan
 Pemulihan dan rehabilitasi ekosistem.
(2) Kegiatan yang diperbolehkan di zona inti untuk penelitian meliputi:
 Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data
dasar;
 Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring
kondisi biologi dan ekologi;
 Pengembangan untuk tujuan rehabilitasi. Peneliti harus mendapatkan izin
khusus (tertulis) dari pengelola suaka alam perairan atau pejabat yang
ditunjuk.
(3) Kegiatan yang diperbolehkan di zona inti untuk pendidikan tidak bersifat
ekstraktif.
(4) Zona Inti Suaka Alam Perairan merupakan daerah terlarang untuk melakukan
pengambilan (no take zone), pemanenan, menambang/eksploitasi,
mengganggu atau memindahkan sumber daya alam apapun (baik hayati
maupun non hayati) termasuk didalamnya memancing, mengumpulkan biota
laut baik yang hidup maupun mati.
(5) Tertutup untuk pengunjung dan aktifitas turisme (menyelam dan snorkelling).
(6) Kegiatan yang diijinkan di dalam zona ini adalah perlindungan dan
pengamanan oleh petugas pengelola, inventarisasi potensi kawasan, restorasi
lingkungan jika terjadi bencana.
(7) Dilarang mendirikan bangunan dan prasarana kecuali jika dianggap perlu
untuk tujuan pengamanan.
(8) Pada kawasan perairan, perahu nelayan, turis dan transportasi dapat melewati
zona ini tanpa berhenti.
(9) Dilarang membuang jangkar, benda dan sampah (minyak, kaleng, plastik dan
lain-lain) pada zona ini.
b) Zona Perikanan Berkelanjutan
Zona ini bertujuan untuk memberikan area/kawasan yang dapat dikelola
masyarakat yang berada di dalam kawasan SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara
dalam pemaanfaatkan sumberdaya alam hayati secara berkelanjutan dalam
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Zona perikanan berkelanjutan
diperuntukkan bagi:
 Perlindungan habitat dan populasi ikan;
 Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan;
 Budi daya ramah lingkungan;
 Pariwisata dan rekreasi;
 Penelitian dan pengembangan; dan
 Pendidikan.
c) Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan merupakan bagian dari kawasan Suaka Alam Perairan
yang berfungsi sebagai (a) pariwisata dan rekreasi; (b) perlindungan habitat dan
populasi ikan; (c) penelitian dan pengembangan; dan (d) pendidikan. Berkaitan
dengan fungsinya sebagai daerah pengembangan ekowisata sehingga di dalam
zona ini dimungkinkan dibangun sarana dan prasarana pariwisata alam.
d) Zona Rehabilitasi
Peruntukan Zona Rehabilitasi meliputi :
 Zona rehabilitasi untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak
menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya;
 Zona khusus untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat dan/atau
masyarakat adat yang tinggal di wilayah tersebut sebelum
dicadangkan/ditetapkan sebagai kkp dan sarana penunjang kehidupannya,
serta kepentingan yang tidak dapat dihindari antara lain berupa sarana
telekomunikasi, fasilitas transportasi, dan jaringan listrik.
6. Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan jangka panjang kawasan konservasi perairan SAP
Kepulauan Aru Bagian Tenggara yaitu:
a) Penguatan Kelembagaan
 Peningkatan sumberdaya manusia  Pengembangan Kebijakan
 Penatakelolaan kelembagaan;  Pengembangan sistem pendanaan;
 Peningkatan kapasitas para pihak  Pembangunan dan peningkatan kerja
 Pengembangan Infrastruktur sama pengelolaan
b) Strategi Pengelolaan Sumber Daya Kawasan
Strategi penguatan pengelolaan sumberdaya kawasan akan dilakukan
melalui program antara lain:
 Perlindungan habitat dan populasi  Pariwisata alam dan jasa
ikan; lingkungan;
 Rehabilitasi habitat dan populasi  Pengawasan dan pengendalian;
ikan; dan/atau
 Penelitian dan pengembangan;  Monitoring dan evaluasi.
 Pemanfaatan sumber daya ikan;
c) Strategi Pengembangan Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Kunci dari strategi pengembangan aspek sosial, budaya, dan ekonomi di sekitar
kawasan adalah peningkatan kesejehteraan sosial ekonomi, penghormatan
terhadap hak tradisional dan adat-budaya masyarakat serta pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena program yang perlu dikembangkan dalam strategi ini
yaitu:
 Pengembangan Sosial Ekonomi  Pelestarian Adat dan Budaya;
Masyarakat;  Monitoring dan Evaluasi.
 Pemberdayaan Masyarakat;
d) Program Pengelolaan
Pengelolaan kawasan harus memperhatikan daya dukung dan hubungan
dari potensi sumberdaya alam dan kegiatan yang telah ada saat ini. Potensi ini
sangat didukung oleh keberadaan ekosistem yang masih eksis. Standar pelayanan
minimal pengelolaan SAP Aru Bagian Tenggara dilakukan dengan
memperhatikan standar pelayanan minimal Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, yang meliputi aspek pelayanan dalam perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Berdasarkan program pengelolaan jangka panjang SAP Aru Bagian
Tenggara maka diuraikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pengelolaan
berdasarkan skala prioritas pengelolaan setiap 5 (lima) tahun dalam kerangka
pengelolaan jangka panjang SAP Aru Bagian Tenggara ke depan.
D. Informasi Terkini
Beberapa informasi terkini terkait KKPN SAP Kep. Aru bagian Tenggara
dan Laut Sekitarnya adalah:
1. Jum’at, 10 September 2021, peneliti masih mencari formula yang efektif
untuk mengendalikan perburuan satwa-satwa dilindungi dan terancam
punah di Kawasan konservasi Kep. Aru, seperti Hiu dan Pari. Meskipun
telah dikeluarkan aturan mengenai pemanfaatan sumber daya di Kawasan
konservasi, masih ada saja didapatkan kasus perburuan liar di Kep. Aru
bagian Tenggara.
2. Selasa, 28 September 2021, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional
(BKKPN) Kupang Wilayah Kerja Kepulauan Aru melakukan kegiatan
koordinasi lanjutan mengenai hibah lahan dari Pemda Aru kepada KKPN
Kep. Aru Tenggara.
3. Pada Kamis-Jum’at, 17-18 Maret 2022, Komisi DPR RI Bersama
Kementrian Kelautan dan Perikanan melaksanakan kegiatan sosialisasi
dalam rangka Bakti Nelayan di Kep. Aru. Dalam sosialisasi ini
disampaikan beberapa kebijakan penangkapan ikan terukur dan penerapan
PNBP pasca produksi yang menjadi program prioritas KKP untuk
mewujudkan ekonomi biru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Dalam 3 tahun terakhir telah keluar 2 jurnal mengenai KKPN SAP Kep.
Aru, yakni Implikasi Kebijakan Relokasi Kapal Izin Pusat terhadap
Nelayan Lokal di Kepulauan Aru oleh Yulianty, dkk. dan Dinamika
Populasi dan Tingkat Pemanfaatan Kepiting Bakau (Scylla serrata
FORSKAL, 1775) di Perairan Kepulauan Aru oleh Plane, dkk.
MONTEREY BAY NATIONAL MARINE SANCTUARY
A. Lokasi
Monterey Bay National Marine Sanctuary (Suaka Alam Perairan Nasional
Teluk Monterey) terletak di dalam ekosistem Laut Besar California dan berpusat
di atas ngarai bawah laut terbesar di lepas pantai barat Amerika Utara. Kawasan
ini merupakan bagian perairan laut yang dilindungi Federal AS di lepas pantai Big
Sur dan pantai tengah California. Kawasan ini memiliki luas 6.094 sq mi (15.780
km2).
Secara geografis, Monterey Bay National Marine Sanctuary (MBNMS)
berbatasan sebelah utara dengan Rocky Point 12 km sebelah utara dari jembatan
Golden Gate dan sebelah selatan dengan Cambria, San Luis Obispo County.
Sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan sebelah timur
berbatasan dengan pantai California dengan Panjang garis pantai 444,179 km
(sekitar seperempat dari pesisir California).

Gambar 3. Lokasi dari Monterey Bay National Marine Sanctuary


B. Sejarah dan Penetapan
Undang-undang Suaka Laut Nasional tahun 1972 adalah undang-undang
federal yang mengarahkan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional untuk
membuat suaka laut nasional di wilayah laut khusus Amerika Serikat dan
mengembangkan rencana dan peraturan untuk pengelolaan dan perlindungannya..
Berdasarkan hal itu, Monterey Bay National Marine Sanctuary ditetapkan pada 18
September 1992 oleh pemerintah federal (Administrasi Kelautan dan Atmosfer
Nasional atau National Oceanic and Atmospheric Administration-NOAA) di
bawah wewenang Undang-Undang Suaka Laut Nasional. Kongres menegaskan
penunjukan suaka alam ini karena kekayaan biologisnya, habitatnya yang unik,
hewan yang terancam dan hampir punah, dan keberadaan bangkai kapal dan
peninggalan budaya lainnya.
Pada tanggal 20 November 2008, NOAA memperluas MBNMS sebesar
775 mil persegi untuk memasukkan Davidson Seamount Anagement Zone.
Davidson Seamount adalah habitat gunung bawah laut dan merupakan gunung
bawah laut pertama yang dilindungi di dalam cagar alam laut nasional. Pada titik
terdalamnya, cagar alam mencapai 12.743 kaki.
Pada bulan Oktober 2021, Kantor Cagar Alam/Suaka Alam Laut Nasional
merilis revisi akhir rencana pengelolaan, peraturan, dan pernyataan dampak
lingkungan akhir untuk Monterey Bay National Marine Sanctuary. Dokumen-
dokumen ini adalah hasil dari enam tahun studi, perencanaan dan masukan publik
dan membahas isu-isu utama di Monterey Bay National Marine Sanctuary. Isu-isu
yang dibahas meliputi gangguan satwa liar, kualitas air, spesies yang
diperkenalkan, dan pembangunan pesisir.
C. Potensi dan Pengelolaan
1. Potensi
Sumber daya alam suaka ini mencakup salah satu hutan rumput laut
terbesar di negara kita, salah satu ngarai bawah laut terbesar di Amerika Utara,
gunung bawah laut lepas pantai, dan lingkungan laut dalam yang paling dekat
dengan pantai di benua Amerika Serikat. Suaka ini adalah rumah bagi salah satu
ekosistem laut paling beragam di dunia, termasuk 36 spesies mamalia laut, lebih
dari 180 spesies burung laut dan burung pantai, setidaknya 525 spesies ikan, dan
banyak invertebrata dan tumbuhan. Lingkungan laut yang sangat produktif ini
dikelilingi oleh pemandangan pantai yang spektakuler, termasuk pantai berpasir,
tebing berbatu, perbukitan, dan pegunungan terjal.
MBNMS merupakan habitat penting bagi kehidupan laut yang melimpah
dan beragam, termasuk setidaknya 34 spesies mamalia. MBNMS dianggap
sebagai area penting secara biologis untuk beberapa spesies paus balin. Spesies
paus balin yang terutama menghuni MBNMS termasuk paus biru, sirip, dan
bungkuk. Wilayah ini juga merupakan habitat penting bagi paus abu-abu yang
bermigrasi di sepanjang batas timur Pasifik Utara, bergerak melalui MBNMS di
mana anak-anaknya rentan terhadap predasi orca.
2. Sistem Zonasi

Gambar 4. Peta Kawasan Monterey Bay National Marine Sanctuary


Secara umum regulasi mengenai pemanfaatan di daerah MBNSM ini
membagi pengelolaan suaka alam menjadi 2 area. Area pertama terdiri dari area
sekitar 4.016 mil laut persegi perairan pesisir dan laut, dan tanah terendam di
bawahnya, di dalam dan sekitar Teluk Monterey di lepas pantai tengah California.
Ujung utara batas suaka alam terletak di sepanjang batas selatan Teluk Farallones
National Marine Sanctuary (GFNMS) dimulai di Rocky Point tepat di selatan
Pantai Stinson di Marin County. Batas suaka alam mengikuti batas GFNMS ke
arah barat ke titik sekitar 29 nmi lepas pantai dari Pantai Moss di San Mateo
County. Batas Suaka alam kemudian meluas ke selatan dalam serangkaian busur,
yang umumnya mengikuti isobath 500 depa, ke titik sekitar 27 nmi lepas pantai
Cambria, di San Luis Obispo County. Batas suaka alam kemudian memanjang ke
arah timur menuju pantai sampai memotong Mean High Water Line (MHWL) di
sepanjang pantai dekat Cambria. Batas suaka alam kemudian mengikuti MHWL
ke utara ke ujung utara di Rocky Point. Batas suaka alam ke pantai tidak termasuk
area kecil antara Point Bonita dan Point San Pedro. Pillar Point Harbour, Santa
Cruz Harbour, Monterey Harbour, dan Moss Landing Harbour semuanya
dikecualikan dari Sanctuary ke arah pantai dari titik-titik yang tercantum pada
aturan pemerintah, kecuali untuk Moss Landing Harbour, di mana semua Elkhorn
Slough di sebelah timur jembatan Highway One, dan di sebelah barat pintu air
pasang di Elkhorn Road dan menuju saluran tengah dari MHWL termasuk dalam
Sanctuary, tidak termasuk area di dalam Elkhorn Slough National Shore Research
Sanctuary.
Area kedua, yakni Davidson Seamount Management Zone yang juga
merupakan bagian dari suaka alam. Daerah ini, dibatasi oleh garis geodesi yang
menghubungkan persegi panjang yang berpusat di puncak Davidson Seamount,
terdiri dari sekitar 585 nm persegi perairan laut dan tanah terendam di bawahnya.
Batas pantai dari bagian Sanctuary ini terletak kira-kira 65 nmi di lepas pantai San
Simeon di San Luis Obispo County.
3. Sistem Regulasi
Peraturan untuk MBNMS mendefinisikan aspek tertentu dari
operasi suaka, seperti otoritas yurisdiksi, kegiatan yang dilarang dan dibatasi,
prosedur perizinan, dan proses banding. MBNMS adalah bagian dari Sistem
Suaka Laut Nasional. Peraturan federal telah dibuat yang berlaku untuk semua
cagar alam laut nasional, dan beberapa peraturan federal telah dibuat yang berlaku
khusus untuk MBNMS. Peraturan seluruh sistem diterbitkan dalam Judul 15 dari
Kode Peraturan Federal di Bagian 922. Peraturan khusus MBNMS diterbitkan di
Subbagian M dari Bagian 922. Seluruh aktivitas di MBNMS dikelola dan diawasi
oleh Dikelola oleh: US Department of Commerce (DOC), National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA), National Ocean Service (NOS), dan
National Marine Sanctuaries (NMS).
Beberapa kegiatan yang dilarang untuk dilakukan di daerah MBNMS,
adalah:
 Menggali, mengembangkan, atau memproduksi minyak, gas, atau mineral
(kecuali batu jade/giok)
 Membongkar atau menyimpan hal-hal dari suaka alam, selain dari kapal
pesiar, kecuali: ikan, bagian-bagian kapal yang perlu dibersihkan, knalpot
mesin dan generator, dan material kerokan tertentu. Membuang atau
menyimpan bahan-bahan yang akan merusak sumber daya alam dan kualitas
suaka alam kecuali ke pembuangan resmi yang disediakan
 Merusak sumber sejarah di Kawasan suaka alam.
 Aktivitas pengeboran dan pembangunan, kecuali pada beberapa kasus yang
diberi izin
 Mengambil maupun mengganggu satwa-satwa laut.
 Melakukan budidaya di kawasan suaka alam
 Meninggalkan kapal tandas/karam serta bahan-bahan berbahaya di kawasan
suaka alam.
 Memasukkan satwa liar baru ke ekosistem suaka alam
 Mencegah penyelidikan terkait pelanggaran di Kawasan suaka alam
D. Informasi Terkini
1. Peneliti berusaha mengurangi kebisingan kapal frekuensi rendah di
Kawasan MBNMS selama pandemik untuk membantu migrasi, kopulasim,
dan segala aktivitas paus yang memanfaatkan ekolokasi.
2. Bom kebisingan untuk anjing laut dapat menjadi potensi permasalahan di
MBNSM.
3. Ditemukan mikroplastik dan microfiber di permukaan perairan MBNMS
serta keberadaan merkuri dan selenium pada ubur-ubur di MBNSM.
Keberadaan senyawa pencemar ini diduga terutama akibat aktivitas
perkapalan.
4. Pusat eksplorasi suaka alam perairan di MBNSM Kembali dibuka oleh
NOAA setelah ditutup selama masa pandemi. Pada kesempatan ini juga
dibuka lowongan relawan untuk membantu mengelola aktivitas di Suaka
Ala mini.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa perbedaan
Kawasan konservasi perairan di Indonesia (Contoh: SAP Kep. Aru Tenggara)
dengan di luar negeri (Contoh: Monterey Bay National Marine Sanctuary), yakni:
1. Dalam hal peruntukan, SAP Kep. Aru selain untuk area konservasi dan
rehabilitasi flora fauna, juga memiliki fungsi penting sebagai Kawasan
perekonomian masyarakat sekitar. Sementara pada Monterey Bay National
Marine Sanctuary (MBNMS) pemanfaatan untuk perekonomian kurang dan
Kawasan konservasi focus dijadikan sebagai tempat konservasi dan
rehabilitasi sembari dijadikan jalur perdagangan. Kedua lokasi masih menjadi
tempat Pendidikan dan penelitian.
2. Pada SAP Kep. Aru Tenggara, masyarakat memegang peranan penting dalam
menjaga, mengawasi, bahkan menentukan kebijakan terkait beberapa
aktivitas di daerah tersebut, baik melalui budaya kearifan loka maupun
melalui diskusi langsung dengan pemerintah. Sementara itu, pada MBNMS,
pengelola langsung dari pihak federasi Amerika Serikat secara langsung tanpa
ada campur tangan masyarakat secara langsung dan secara vital menjaga
lingkungan MPA.
3. Dalam hal pengembangan Kawasan, SAP Kep. Aru Tenggara masih
tergolong tertinggal dibandingkan MBNMS. Hal ini diduga karena kurangnya
penelitian di Kawasan ini, kurangnya perhatian pemerintah pusat, hingga
masyarakat yang masih kurang berpendidikan. Sementara pada MBNSM,
telah banyak teknologi-teknologi yang membantu pengembangan Kawasan
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ambari, M., 2021, Mongabay.co.id, Mencari Formula Efektif untuk Pengendalian


Perburuan Hiu dan Pari, Diakses pada tanggal 16 Mei 2022 melalui laman
https://www.mongabay.co.id/2021/09/10/mencari-formula-efektif-untuk-
pengendalian-perburuan-hiu-dan-pari/
Burton, E. J., dan Lea, R. N. 2019. Annotated Checklist of Fishes from Monterey
Bay National Marine Sanctuary with Notes on Extralimital Species. ZooKeys
887: 1–119.
Kashiwabara, L. M., Kahane-Rapport, S. R., King, C., DeVogelaere, M.,
Goldbogen, J. A., dan Savoca, M. S. 2021. Microplastics And Microfibers in
Surface Waters of Monterey Bay National Marine Sanctuary, California.
Marine Pollution Bulletin, 165, 112148.
Kementrian Kelautan dan Perikanan, kkp.go.id, Profil SAP Aru bagian Tenggara,
Diakses pada 16 Mei 2022 melalui laman
https://kkp.go.id/djprl/bkkpnkupang/page/567-profil-sap-aru-bagian-tenggara
Kementrian Kelautan dan Perikanan, kkp.go.id, Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No. 64 Tahun 2014, Diakses pada 16 Mei 2022 melalui laman
https://kkp.go.id/djprl/artikel/829-keputusan-menteri-kelautan-dan-perikanan-
no-64-tahun-2014
Monterey Bay national Marine Sanctuary-NOAA. montereybay.noaa.gov, History
of the Monterey Bay National Marine Sanctuary. Diakses pada 9 Juni 2022
melalui https://montereybay.noaa.gov/intro/mp/regs.html#appendixC
Monterey Bay national Marine Sanctuary-NOAA. montereybay.noaa.gov,
Sanctuary Laws & Regulation. Diakses pada 11 Juni 2022 melalui
https://montereybay.noaa.gov/intro/mp/regs.html#appendixC
Pane, A. R. P. dan Suman, A. 2019. Dinamika Populasi dan Tingkat Pemanfaatan
Kepiting Bakau (Scylla serrata FORSKAL, 1775) di Perairan Kepulauan
Aru. Bawal: Widya Riset Perikanan Tangkap, 11(3), 127-136.
Perrault, J. R. 2019. Mercury And Selenium Concentrations in Scyphozoan
Jellyfishes and Pyrosomes from Monterey Bay National Marine Sanctuary.
Marine Pollution Bulletin, 138, 7-10.
Ryan, J. P., Joseph, J. E., Margolina, T., Hatch, L. T., Azzara, A., Reyes, A., ...
dan Stimpert, A. K. 2021. Reduction Of Low-Frequency Vessel Noise In
Monterey Bay National Marine Sanctuary During The COVID-19 Pandemic.
Frontiers In Marine Science, 8, 587.
Simonis, A. E., Forney, K. A., Rankin, S., Ryan, J., Zhang, Y., DeVogelaere,
A., ... dan Baumann-Pickering, S. 2020. Seal Bomb Noise As A Potential
Threat To Monterey Bay Harbor Porpoise. Frontiers In Marine Science, 7,
142.
Yulianty, C., Kurniasari, N., Muhartono, R., dan Priyatna, F. N. 2019. Implikasi
Kebijakan Relokasi Kapal Izin Pusat terhadap Nelayan Lokal di Kepulauan
Aru. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi kelautan dan Perikanan, 9(1), 57-67.
Diakses melalui https://kkp.go.id/brsdm/sosek/artikel/35288-implikasi-
kebijakan-relokasi-kapal-izin-pusat-terhadap-nelayan-lokal-di-kepulauan-aru

Anda mungkin juga menyukai