Anda di halaman 1dari 10

DESKRIPSI KAWASAN

SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

OLEH

NAMA : ADVENTIA ANGELINA MONTEIRO

NIM : 192385002

KELAS : MSDH V B

JURUSAN KEHUTANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2021

A. Latar belakang
Suaka margasatwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990
adalah sebuah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keunikan dan
atau keanekaragaman jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan
pembinaan terhadap habitatnya.

Sementara definisi singkat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suaka
margasatwa adalah cagar alam yang secara khusus digunakan untuk melindungi binatang liar di
dalamnya. Kawasan suaka margasatwa merupakan aset negara yang  dilindungi.

Sama halnya dengan cagar alam, kawasan suaka margasatwa dibentuk dengan tujuan
tertentu. Adapun tujuan pembentukan kawasan konservasi ini adalah sebagai berikut:

1. Melindungi satwa dari ancaman perburuan


2. Melestarikan satwa agar bisa bertahan hidup sesuai habitat asli
3. Mengembangbiakkan dan satwa tertentu agar tidak punah
4. Sebagai tempat konservasi hewan
5. Melindungi ekosistem tertentu secara keseluruhan
6. Sebagai sarana penelitian
7. Sebagai sarana ilmu pengetahuan dan pendidikan
8. Menunjang budidaya dan rekreasi
9. Merupakan aset negara dari sektor pariwisata

Indonesia memiliki berbagai kawasan sebagai tempat untuk lebih mengenal hewan-
hewan yang ada di sekeliling kita. Misalnya, edupark, kebun binatang, taman aquarium,
museum hewan, serta suaka margasatwa.Perbedaan nama tempat ini menunjukkan bahwa
setiap tempat memiliki ciri khas unik sehingga membuatnya berbeda.

Sebagai tempat konservasi satwa, tentu suaka margasatwa juga memiliki karakteristik
tertentu, seperti berikut:

1. Sisi geografis

Eksistensi kawasan suaka margasatwa jelas dipengaruhi oleh tata letak


astronomi.Jika letaknya di sekitar garis khatulistiwa, ciri khas satwanya berupa
satwa endemik hewan tropis.Jika jauh dari garis khatulistiwa, kemungkinan
jenis satwanya adalah subtropis. Di mana mereka seperti rakun, burung hantu,
kalkun, dan beruang dapat melakukan hibernasi selama musim dingin.

2. Sisi iklim

Sebuah suaka margasatwa dapat terbangun karena adanya perubahan iklim


tertentu yang membahayakan satwa sehingga perlu kawasan
konservasi.Contohnya hewan komodo hanya ada di Pulau Komodo. Hewan
endemik asli Indonesia ini memang hanya ada di Pulau Komodo karena
karakteristiknya yang tidak mau berpindah. Mereka lebih senang berada di
habitat aslinya.Oleh karena itu, kawasan ini tetap dijadikan habitat komodo
tidak terlalu dibangun untuk kepentingan rumah, industri, atau kepentingan
manusia lainnya.

3. Sisi hidrologis

Sisi hidrologis berhubungan erat dengan hewan-hewan air. Biasanya, satwa


liar yang terancam punah yang hidup di air akan dibuatkan wilayah
penangkaran.Contoh dari hewan air yang merupakan satwa langka adalah hiu
martil, hiu purba, coelacanth, nautilus, horseshoe crabs, goblin sharks, tadpole
shrimp, dan lain-lain.

4. Sisi Sosial Ekonomi

Keberadaan suaka margasatwa turut mengembangkan aspek sosial dan


ekonomi masyarakat.Sisi sosialnya, masyarakat bisa menyalurkan rasa peduli
terhadap satwa.Sementara sisi ekonominya, masyarakat sejahtera karena tempat
ini juga bisa digunakan sebagai rekreasi di sekitar kawasannya.

5. Bentuk Hutan

Berbeda dengan tempat di mana hewan hidup dan berkembang biak lainnya,
suaka margasatwa merupakan kawasan yang didesain mirip seperti habitat asli.
Tidak heran jika bentuknya adalah hutan. Membiarkan habitat aslinya berupa
hutan, danau, rawa, atau bukit, hewan langka diharapkan akan semakin betah.

6. Ekosistem Hutan Suaka Margasatwa


Pembuatan atau pelestarian hutan di suaka margasatwa ditentukan
berdasarkan ekosistem hewan tersebut. Contohnya, daerah konservasi hewan
gajah perlu danau yang luas untuk kebutuhan airnya. Daerah konservasi monyet
dan kera dibutuhkan pohon tinggi dengan batang menggelantung agar monyet
bisa leluasa bermain.

Adapun alasan saya mendeskripsikan tentang kawasan konservasi suaka margasatwa ini
selain sebagai persyaratan untuk lulus di mata kuliah MKKE, saya juga lebih ingin
mempelajari lebih dalam sehingga bisa membedakan serta mengenal lebih dalam antara suaka
margasatwa, cagar alam dan taman wisata alam.

B. Tujuan

mendeskripsikan suaka margasatwa pulau burung.


C. Pembahasan

1) Sejarah Penunjukan Kawasan.

Potensi wisata alam terbatas unggulan yang masih dapat dikembangkan di


Suaka Margasatwa Pulau Rambut antara lain adalah pengamatan burung (Bird
watching), pengenalan jenis flora dan fauina, photo hunting, pendidikan
konservasi/lingkungan dengan jelajah kawasan melalui jalur interpretasi,
ekowisata mangrove dan wisata bahari

Pulau Rambut diusulkan penetapannya sebagai kawasan konservasi


pertama kali oleh Direktur Kebon Raya Bogor kepada Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Jakarta dengan status berupa cagar alam. Alasan penting yang
mendasari usulan tersebut adalah dalam rangka melindungi berbagai jenis
burung air yang banyak terdapat di pulau tersebut. Secara resmi penetapan Pulau
Rambut sebagai cagar alam dilakukan pada tahun 1937 melalui Surat Keputusan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 3 Mei 1937. Selanjutnya
keputusan tersebut dimuat dalam Lembar Negara (Staatblat) No. 245 Tahun
1939.

2) Letak dan Luas Kawasan

Pulau Rambut ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Menteri


Kehutanan dan Perkebunan dengan Surat Keputusan Nomor : 275/Kpts-II/1999
tanggal 7 Mei 1999 seluas ± 90 Ha. Secara geografis kawasan Suaka
Margasatwa Pulau Rambut (SMPR) terletak diantara 106°41’14” - 106°41’46”
Bujur Timur dan 5°56’47” - 5°56’57” Lintang Selatan, yaitu ke arah Barat Laut
dari Pelabuhan Tanjung Priok.  Sedangkan menurut administrasi pemerintahan
termasuk kedalam wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kecamatan
Kepulauan Seribu Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

3) Kondisi Fisik Kawasan

Pulau Rambut merupakan daerah yang bertopografi datar dan berpayau


dengan ketinggian 0 – 1,5 meter di atas permukaan laut.  Keadaan iklim di
kawasan ini berdasarkan klassifikasi iklim Schmidt danFergusontermasuk
kedalam tipe C.  Musim kering dimulai setiap tahun pada bulan Mei dan
berakhir pada bulan Oktober dengan curah hujan (CH) terendah pada bulan
Agustus.  Curah hujan rata-rata pertahun adalah 1586 mm dengan banyaknya
hari hujan pertahun sebanyak 85,2 hari.  Selama musim barat (Desember –
Pebruari) dan musim timur (Juni – Agustus) keadaan laut sekitar Pulau Rambut
berbahaya bagi pelayaran karena besarnya angin dan gelombang.  Pada kedua
musim tersebut gelombang dapat mencapai tinggi 1,5 – 2 meter disertai hujan
dan angin yang bertiup terus-menerus selama 24 jam.

4) Potensi Fauna

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 9 jenis burung air yang


menempati kawasan mangrove Pulau Rambut yang dapat dilihat pada tabel 1.
Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax) merupakan jenis umum yang
paling sering ditemukan berkoloni dalam kawasan mangrove Pulau Rambut.
Koloni besar Burung ini terlihat banyak bersarang dikawasan utara Pulau ini.
Mereka terutama menggunakan kawasan mangrove Pulau Rambut untuk
bersarang dan beristirahat pada siang hari. Sedangkan pada malam hari mereka
pergi meninggalkan habitat tersebut untuk mencari makan di pesisir utara pulau
Jawa.

5) Potensi Flora

Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat 3 tipe vegetasi


yang dominan pada kawasan Pulau Rambut, yaitu vegetasi hutan campuran,
vegetasi hutan pantai, dan vegetasi hutan mangrove. Vegetasi hutan mangrove
sebagai tipe hutan yang mendominasi kawasan tekonsentrasi pada bagian utara
pulau ini.

6) Potensi Jasa Lingkungan

Potensi wisata kawasan SMPR yang dapat dikembangkan dan


dimanfaatkan khususnya untuk tujuan wisata terbatas antara lain :
 Hutan alam yang dihuni oleh puluhan ribu jenis burung (terutama
burung air) sebagai arena atraksi alami berupa keragaman jenis flora, jenis
burung, tempat hidup Biawak dan ular dan dapat dinikmati sebagai
panorama alam yang sangat menarik

 Pantai, sebagai sarana wisata bahari

 Terumbu karang.

7) Organisasi Pengelolah

Dalam pengelolaan P. Rambut, pihak dengan kepentingan paling besar


adalah pemerintah (0,278), diikuti oleh masyarakat P. Untung Jawa dan Tanjung
Pasir (0,229). Sesuai dengan alasan yang dikemukakan dalam penentuan
skenario, para pelaku menilai di masa depan masyarakat di sekitar Pulau
Rambut yang sebaiknya memiliki peran paling besar dalam pengelolaan selain
pemerintah. Pelaku berikutnya berturut-turut adalah perguruan tinggi, LSM,
pengunjung, dan terakhir swasta.
D. Penutup

 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahsan dapat ditetapkan bahwa pulau burung merupakan
kawasan suaka margasatwa yang memiliki luas kurang lebih 90 Ha dengan
potensi fauna yaitu burung dan flora yaitu tanaman mangrove .
 saran
Para pelaku menilai permasalahan utama adalah kerusakan hutan (0,192). Pulau
Rambut, tepatnya hutan mangrove dan hutan campuran, adalah habitat serta
tempat berbiak burung-burung merandai. Kerusakan hutan (yang kini makin
meluas) berarti kehilangan tempat tinggal terutama breeding site maka
dikhawatirkan mengancam burung-burung di pulau tersebut. Permasalahan
berikutnya adalah pencemaran (0,181), penurunan luas area pakan (0,175),
rendahnya kepedulian masyarakat (0,143), pengelola (0,110), gangguan oleh
pengunjung (0,094), minimnya sarana (0,063), dan terakhir predator kompetitor
(0,043).

E. Daftar Pustaka

https://jurnal.drdjakarta.id/index.php/jurnalDRD/article/view/28

http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/2461

Anda mungkin juga menyukai