Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program studi Manajemen Agribisnis merupakan salah satu program studi
pada Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering (MPLK), Politeknik Pertanian
Negeri Kupang yang menyelengarakan pendidikan vokasional setara diploma tiga
(D3). Sesuai dengan sistem pendidikan vokasional tersebut, dalam penerapan proses
pembelajarannya lebih ditekankan pada pengembangan keahlian dan keterampilan
mahasiswa sesuai dengan kebutuhan pasar. Visi program studi manajemen agribisnis
adalah menjadikan lulusan sebagai wirausahawan handal di wilayah NTT dalam
bidang manajemen agribisnis.
Untuk mencapai visi tersebut maka kurikulum dan kegiatan pembelajarannya
dirancang sedemikian rupah sehingga memberikan ruang yang cukup untuk untuk
menumbuh kembangkan jiwa kewirausahawan bagi mahasiswa, salah satunya adalah
praktek kerja lapangan (PKL) mandiri, dimana mahasiswa ditetapkan pada unit-unit
bisnis yang sesuai dengan minat usaha yang akan digeluti dalam pelaksanaan tugas
akhir. Komoditas dalam pelaksanaan tugas akhir dipilih sesuai minat mahasiswa dan
akan ditetapkan sesuai dengan lokasi PKL mandiri. Waktu pelaksanaan PKL selama
pandemic 1 - 3 bulan disesuaikan dengan kompetensi prodi masing-masing, sehingga
Program Studi Manajemen Agribisnis melaksanakan PKL selama 1 bulan.
Pelaksanaan PKL masa pandemic covid-19, selama 1 bulan berdasarkan
Pengumuman resmi Wakil Direktur I Politeknik Pertanian Negeri Kupang Nomor,
232/PL24/KM/2021.
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan PKL mandiri di kampus dan sekitarnya
untuk meningkatkan pengetauhan mahasiswa dalam pemasaran madu hutan dari
Amfoang yang baik dan benar. Melaluhi kegiatan tersebut mahasiswa mempelajari
bagaimana mencari pasar dan bagaimana memasarkan madu hutan Amfoang dengan
baik serta pemanfaatan sumber daya manusia dan pengolahan keuangan usaha.

1
Lebah madu adalah binatang sejenis serangga yang menghasilkan beberapa
produk lebah, sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lebah madu termasuk
serangga berdarah dingin, sehingga dalam kehidupannya dipengaruhi perubahan suhu
sekitarnya, pada suhu 33-34°C merupakan suhu optimal bagi lebah dalam melakukan
kegiatannya, di Indonesia pada umumnya temperatur rata-rata sekitar 26°C, sehingga
belum mengganggu kehidupan lebah (Maryana dan Supena, 2019).
Dalam kegiatan budidaya lebah madu di kenal dengan istilah koloni yaitu
suatu kumpulan grup lebah terdiri dari lebah pekerja dan penjantan yang di pimpin
oleh satu ekor ratu. Menurut Maryana dan Supena (2019) ada beberapa jenis koloni
yang sering di jumpai antara lain :
1. Lebah Klanceng/Teuweul (Apis trigona).
Koloni lebah klanceng merupakan koloni paling kecil dari jenis lebah yang
ada. Ukurannya sangat kecil, tidak mempunyai sengat, bersarang dan
lubang-lubang tembok/rumah, pada waktu panen sering menempel pada
rambut karena ada semacam lem perekat pada bagian tubuhnya. Lem
dimaksud sebenarnya merupakan senjata untuk melindungi diri. Koloninya
agak jarang dijumpai serta jarang dibudidayakan karena menghasilkan
madunya sangat sedikit.
2. Lebah lokal (Apis cerana).
Lebah ini koloninya lebih besar dibandingkan lebah klanceng tetapi lebih
kecil daripa lebah unggul atau lebah liar. Penyebarannya hampir terdapat di
seluruh daerah di Indonesia, dengan produksi madu± 6-12 kg per tahun
untuk setiap koloni.
3. Lebah unggul (Apis mellifera).
Lebah unggul koloninya cukup besar hampir sama dengan lebah liar (Apis
dorsata) tetapi lebih besar daripada lebah lokal, jenis lebah ini lebih banyak
dibudidayakan oleh para peternak lebah, termasuk di pusat perlebahan
Apriari Pramuka Cibubur – Jakarta dan di Parung Panjang (Perum
Perhutani) dengan produksi madu sekitar 30-60 kg per tahun untuk setiap
koloni.

2
4. Lebah Liar (Apis dorsata).
Koloni Apis dorsata lebih besar dari pada lebah unggul (Apis mellipera) di
Jawa Barat lebih di kenal dengan istilah Odeng. Kebiasaan bersarang di
cabang-cabang pohon besar, cirinya setiap koloni hanya membuat satu
sisiran dengan ukuran antara 30-100 cm, sampai dengan saat ini lebah
dorsata belum bisa di budidayakan karena sifatnya liar dan sangat galak
berproduksi madu setiap kali panen sekitar 50-60 kg/pohon.
Madu merupakan salah satu produk perlebahan yang telah dikenal oleh
masyarakat luas. Sebagai food suplement dan obat, madu mengandung berbagai jenis
komponen yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komponen yang
dimaksud adalah karbonat, asam amino, mineral, enzim, vitamin, dan air.
Menurut Maryana dan Supena (2019), standar mutu madu sangat tergantung
pada kadar air dan jenis pakan lebah, standar madu yang baik kadar airnya kurang
20%. Untuk mengetahui kadar air madu secara kasat mata dapat dibedakan dari
tingkat kekentalan atau encernya, untuk mengetahui lebih detai tentang kandungan
kadar air menggunakan alat ukur yaitu refraktor meter.
Madu merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh lebah madu yang
memiliki nilai nutrisi yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Maryana dan Supena, 2019). Madu merupakan salah satu produk perlebahan yang
sudah lama dikenal oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk di
Kota Kupang. Kota Kupang dengan jumlah penduduk saat ini hampir mencapai
463.350 jiwa (BPS, 2020) merupakan pasar potensial dalam rangka pemasaran madu.
Madu sendiri merupakan makanan dengan rasa manis yang memiliki kandungan gizi
tinggi.
Madu dapat dihasilkan dari beberapa jenis koloni lebah yaitu lebah klanceng,
lebah lokal, lebah unggul, dan lebah liar (Maryana dan Supena, 2019). Madu
Amfoang disebut juga madu lokal merupakan madu hutan asli yang dihasilkan oleh
lebah liar (Apis dorsata). Perlebahan madu Amfoang belum dikelola dengan serius,
sehingga pada awalnya konsumen madu di Amfoang dan sekitarnya lebih suka
mengkonsumsi madu yang dibeli dari toko, padahal madu yang didapatkan dari

3
masyarakat lebih dijamin keasliannya. Madu lokal sering dipasarkan secara curah
atau botolan yang tidak menggunakan merek dengan bentuk dan ukuran kemasan
tertentu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
1. Sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan proyek usaha mandiri
(PUM)
2. Sebagai salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa
semester VI
3. Menjadi bekal bagi penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menambah wawasan dan keterampilan tentang proses pemasaran madu
hutan dari amfoang
2. Menjadi acuan dalam melaksanakan Tugas Akhir
3. Mengetahui hal teknis dan manajemen usaha “Pemasaran Madu Hutan
Dari Amfoang” yang berkaitan dengan empat aspek

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk
Jumlah madu yang akan dipasarkan dalam PKL mandiri ini mahasiswa wajib
melaksanakan usaha mandiri dengan kapasitas minimal 10% (sebanyak 3 liter) dari
rencana tugas akhir dalam kegiatan PKL-nya. Dengan bekerja secara langsung,
terutama pada empat kelompok kegiatan yang disyaratkan, diharapkan para
mahasiswa dapat mengaitkan teori yang telah diperoleh dengan kenyataan di
lapangan, sehingga dapat diambil pelajaran yang berguna dalam pelaksanaan PKL
mandiri. Madu hutan di ambil dari pedagang pengumpul madu di Amfoang adalah
madu yang memiliki kualitas yang baik dan terjaga keaslihanya agar meningkatkan
nilai jualnya, yang di ukur menggunakan alat ukur refraktor meter, adapun cara
sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengetahui keaslian madu dengan melihat
ciri kekentalan madu dengan cara memiringkan botol dan menerawang untuk melihat
kadar air dalam botol tersebut.
2.2 Aspek Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain (Firdaus, 2018).
Sedangkan Abdullah dan Tangtri (2016), menyatakan bahwa pemasaran (marketing)
adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang dan jasa
yang dapat memuaskan keinginan kepada para konsumen saat ini maupun konsumen
potensial. Jadi berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran
adalah suatu proses sosial dan manajerial dari kegiatan bisnis yang dapat memuaskan
keinginan konsumen.

5
2.2.2 Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran menyangkut soal manajemen usaha dalam melakukan
aktivitas pemasaran produk pertanian. Menururt Hamzah (2019), fungsi pemasaran
terbagi ke dalam delapan fungsi yaitu: 1) fungsi pembelian; 2) fungsi penjualan; 3)
fungsi pengangkutan; 4) fungsi penyimpanan; 5) fungsi pengolahan; 6) fungsi
pendanaan; 7) fungsi penanggulangan resiko; dan 8) fungsi informasi pasar
1. Fungsi pembelian dan pengumpulan
Fungsi pembelian (buying) terkait dengan urusan pemindahan atau pemilikan
sejumlah barang hasil pertanian, dengan maksud untuk mencukupi kebutuhan
atau sebagai persediaan untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan fungsi
pengumpulan (assembling) sangat berkaitan dengan pembelian, karena dalam
usaha pengumpulan barang-barang yang di perlukan dari prosedurnya tentu saja
harus di tempuh dengan jalan pembelian. Pengumpulan terjadi, jika produk
yang dihasilkan petani jumlahnya sedikit, sehingga untuk memperoleh sejumlah
besar produk itu harus menghubungi beberapa produsen (petani) sehingga
jumlah produk yang di kumpulkan mencukupi. Beberapa tindakan yang lazim
dilakukan dalam mengkaji atau menganalisis fungsi buying dan assembing
adalah: (1) menetapkan kebutuhan-kebutuhan, baik jenis maupun jumlahnya;
(2) mencari sumber-sumber komoditas yang di butuhkan; (3) merundingkan
untuk memperoleh kesepakatan harga serta syarat-syarat pembelian; dan (4)
pelaksanaan transaksi pembelian.
2. Fungsi penjualan dan pembayaran
Aktivitas untuk mencari dan/atau mengusahakan agar produk pertanian atau
yang telah di miliki mendapatkan permintaan-permintaan pasar atau konsumen
adalah penjualan. Melalui fungsi penjualan (selling) ini maka nilai tambah dan
keuntungan dari produk yang dihasilkan atau ditawarkan itu dapat diketahui.
Selanjutnya menyusun pola-pola atau strategi penjualan yang menarik agar
tercipta permintaan yang sesuai dengan yang diharapkan, serta membangun
hubungan yang harmonis dengan para pelanggan guna mempertahankan omset
penjualan yang telah berlangsung. Dalam hubungan itu, hendaknya

6
diperhatikan lembaga-lembaga usaha perdagangan yang berorientasi pada
pemasaran. Melalui lembaga-lembaga pemasaran, seperti distributor, agen, dan
lain–lain., maka peluang untuk memperkenalkan produk kepada pasar akan
lebih menarik dan tentunya dapat lebih menguntungkan. Makin besar volume
yang dapat didistribusikan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang menjadi
mitra, semakin besar pula potensi pendapatan yang dapat di hasilkan. Dalam
menjalankan fungsi penjualan (selling) dan penyebaran (distributing), yang
perlu diperhatikan adalah bahwa peningkatan produksi yang tidak
memperhatikan (a) keseimbangan antara permintaan dan penawaran, (b) tidak
menunjukan jaminan mutu, akan menyebabkan produk sejenis lebih banyak di
pasaran dengan jumlah permintaan yang menurun atau sedikit. Dalam keadaan
demikian, kedudukan pembeli menjadi kuat (buyers market) dan tentunya
dapat mempengaruhi harga pasar dengan kecendrungan harga menurun.
Sebaliknya, peningkatan produksi dengan memperhatikan faktor penawaran
dan permintaan, peningkatan mutu, serta jaminan mutu produk akan
menjadikan kedudukan penjual kuat (seller market) dan tentunya dapat
memantapkan harga di pasaran. Dengan demikian, harga terakhir (marginal)
atas suatu produk untung atau rugi tergantung dari upaya pengendalian atas
keseimbangan antara penawaran dan permintaan akan produk tersebut di
pasaran. Oleh karena itu, sebagai petani atau pedagang yang baik, jika
produknya selalu mendapatkan harga marginal yang baik, maka usahakanlah
agar produk itu selalu dalam keadaan yang seimbang di pasaran. Tindakan
spekulasi atau manipulasi dengan maksud untuk melangkahkan produk di
pasaran ketika kebutuhan akan produk itu meningkat, seyogianya dapat di
lakukan. Keuntungan yang di peroleh hendaknya merupakan keuntungan yang
wajar demi kelangsungan hidup bersama, bukan keuntungan yang sebesar-
besarnya karena keuntungan yang demikian tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa yang mengutamakan kemaslahatan bersama.

7
3. Fungsi pengangkutan
Pengangkutan atau transportasi mempunyai arti memindahkan sesuatu produk
dari sumber penghasilan (petani) ke pasar atau tempat konsumen pada waktu
tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar atau
konsumen. Dengan kata lain, transportasi menciptakan dua kegunaan yaitu
kegunaan tempat dan kegunaan waktu. Kegunaan tempat, artinya produk itu
harus di sampaikan pada tempat tertentu dalam keadaan tidak rusak
(unpersihable), yang selanjutnya disebarkan di pasar dan konsumen. Sedangkan
kegunaan waktu, artinya waktu pemindahan produk produk pertanian itu harus
tepat baik menurut perhitungan atau kesepakan. Dalam hal ini, keterlambatan
penyampaian produk kepada konsumen dan pasar akan menimbulkan masalah-
masalah tersendiri, seperti resiko ganti rugi atas keterlambatan dan penilaian
yang negatif kinerja karena ingkar janji pengiriman. Dampak lainnya adalah
keterlambatan dari biasanya produk masuk dapat mengguncangkan harga
produk tersebut di pasar. Bagi produk-produk pertanian yang keadaan cepat
rusak, kelambatan transportasi dapat menimbulkan kemerosotan harga. Guna
menghindari resiko-resiko di atas, biasanya dalam pembelian secara kontrak,
pihak pembeli selalu meminta di cantumkan resiko yang harus di pikul penjual
apabila terjadi keterlambatan dalam penyampaian atau pengangkutan produk
tersebut, yang di tuangkan dalam klausula pembelian atau dalam surat
angkutannya.
4. Fungsi menghimpun atau menyimpan
Pada umumnya, tempat-tempat penyimpanan produk pertanian jauh lebih baik
jika berada di sekitar tempat produksi, atau pada gudang dari perwakilan
perusahaan yang ada di daerah-daerah, ataupun juga pada tempat-tempat yang
berdekatan dengan pasar atau konsumen. Dalam menetapkan satu tempat untuk
menyimpan (stroge) produk, pertanian harus mempertimbangkan beberapa hal,
antara lain: 1) upayakan agar berdekatan dengan konsumen (pasar) agar stok
yang ada mudah dan lancar untuk di pasarkan; 2) carilah lokasi yang strategis
yaitu: (a) tempat dimana tempat fasilitas penyimpanann yang baik, (b) tempat

8
dimana keseragaman tarif angkutan telah teratur dengan baik dan berjalan
lancar, (c) tempat yang berdekatan dengan lembaga-lembaga resmi yang
mengatur urusan tata niaga, dan (d) tempat yang keamanan lingkungannya
dapat terjamin.
5. Fungsi pengolahan dan pembakuan
Fungsi pengolahan (processing) di sini, tidak di maksudkan dalam arti
pengolahan, bentuk, ukuran, warna, dan sejenisnya karena pengolahan
demikian termasuk usaha industri. Fungsi pengolahan yang dimaksudkan dalam
tata niaga meliputi penyortiran (grading) dan memilah (classing) produk-
produk pertanian yang baik dan yang tidak baik. Kegiatan penyortiran
berhubungan erat dengan upaya pembakuaan produk (standardizing) dalam
bentuk penetapan ketentuan-ketentuan atau spefisikasi suatu komuditas, yaitu
penetapan kualitas komuditas tertentu berdasarkan kualitasnya yakni baik,
sedang, atau tidak baik. Pembakuan atau perstandaran (standardizing) suatu
komuditas dapat didasarkan pada berat, struktur, kadar kimiawi, kadar air,
bentuk dan/atau daya tahan. Gunanya tidak lain untuk memudahkan penjualan
serta penghematan tenaga kerja dalam melayani konsumen (pasar). Para
pedagang tidak perlu lagi memberikan penjelasan atau keterangan mengenai
produk tersebut secara panjang lebar karena produk-produk standar biasanya
telah diketahui umum, baik mutu maupun detail produknya. Pada umumnya,
produk yang telah memenuhi standar mutu tertentu memiliki nilai atau harga
yang baik di pasaran. Khusus dalam pemasaran produk pertanian, standarnisasi
produk merupakan syarat mutlak dalam tata niaga di bursa komuditas berjangka
(futures trading) dan dalam perdagangan antar negara (Internasional).
6. Fungsi pembiayaan atau pendanaan
Dalam tata niaga produk pertanian, masalah pendanaan atau pembiayaan
(finacing) secara sepintas tampaknya sederhana, yaitu cukup menyediakan
sejumlah uang kemudian lakukan transaksi jual-beli komuditas yang
diinginkan, padahal, sesungguhnya financing di bidang tata niaga produk
pertanian sesungguhnya mengandung aspek aspek yang cukup luas. Selain

9
pedagang atau perusahaan memerlukan dana untuk membeli barang-barang
keperluannya, ia juga harus menyediakan dana untuk membayar ongkos-ongkos
operasional usahanya. Di samping itu, pedagang juga harus menyediakan kredit
bagi para pelanggannya. Urusan inilah yang paling sulit di hadapi para pelaku
tata niaga produk pertanian, karena mereka harus berpacu dengan upaya
perputaran modal dengan waktu, mengingat sifat produk pertanian yang cepat
rusak. Penyediaan kredit bagi pelanggan ini dapat dilakukan dengan cara cicilan
(installment) maupun melalui perjanjian pelunasan pada waktu dan tanggal
tertentu (open account). Cara installment lazimnya lebih mahal karena di dalam
telah di perhitungkan bunga pinjaman, sedang pada sistem open account tidak
demikian tetapi waktu pembayarannya harus di tepati dan tentunya jika tidak di
tepati akan mengandung resiko yang di tanggung pelanggan.
7. Fungsi penanggulangan resiko
Menanggung resiko (risk taking) merupakan fungsi yang bersangkutan dengan
kerugian. Resiko di bidang tata niaga produk pertanian akan timbul apabila
suatu kegiatan di lakukan tanpa mengetahui hasil-hasil yang akan di peroleh,
atau di lakukan dengan kemungkinan hasilnya akan terjadi sebaliknya. Oleh,
karena itu aktivitas tata niaga di lakukan dengan penuh pertimbangan,
perhitungan, dan perencanaan. Resiko itu mungkin saja akan timbul, karena
faktor cuaca atau kecelakaan angkutan. Sehubungan dengan itu maka resiko
demikian itu, lazimnya pelaku tata niaga telah mengingat pertanggungan atau
mengalihkan kepada perusahaan asuransi, misalnya asuransi angkutan,
kebakaran, dan sebagainya.
8. Fungsi informasi pasar
Informasi pasar (marketing information) sangat di perlukan untuk kebijakan
pemasaran produk, selanjutnya guna kepentingan kelancaran dan peningkatan
keberhasilannya. Oleh karena itu, informasi pasar (market information)
meliputi pengumpulan dan penilaian fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul
sekitar arus atau lintas produk pertanian di antara produk-produk lainnya di
masyarakat. Dari fakta-fakta dan gejala-gejala yang di peroleh dapat di lakukan

10
perkiraan atau peramalan yang memungkinkan timbulnya kebijakan-kebijakan
(policies) baru atau yang lebih mantap untuk memperbaiki kinerja pemasaran,
termasuk perombakan struktur, cara-cara atau teknik pelaksanaannya dan
sarana atau perlengkapan pendukungnya. Ada beberapa dari manfaat bagi
petani dan pelaku tata niaga lainnya dengan di perolehnya informasi pasar
(market information) yang akurat yang kita dapat memprediksinya atau
memperkirakannya (a) produk apa, dalam keadaan bentuk dan kualitas
bagaimana, serta cara-cara mengepakan atau kemasan yang bagaimana di
kehendaki oleh konsumen atau pasar; (b) bagaimana agar produk-produk yang
tersedia menarik minat atau permintaan-permintan yang efektif, dan hal-hal apa
saja yang perlu mendapatkan perubahan atau perbaikan; (c) apakah pemasaran
produk itu perlu di bantu dengan penyebaran pramuniaga (salesgirls) untuk
melakukan penjualan dan menarik daya beli para konsumen melalui penjualan
dari rumah ke rumah (door to door selling) .dengan kata lain, melalui perolehan
informasi pasar yang akurat, pelaku tata niaga dapat memperbaiki produk dan
cara-cara pemasarannya, serta kebijakan-kebijakan baru yang lebih efesian dan
efektif.

2.2.3 Wilayah Pemasaran, Pasar Sasaran, dan Strategi Pemasaran


Gitosudarmo (2014) menyatakan bahwa wilayah pemasaran merupakan
pilihan suatu tempat yang menjadi sasaran dalam memasarkan suatu produk. Pasar
sasaran adalah sekelompok pembeli yang mempunyai sifat-sifat yang sama yang
mempunyai pasar itu sendiri.

2.2.4 Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu
dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang dijalankan
untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan (Mursid, 2017). Firdaus
(2018) menyatakan bahwa bauran pemasaran merupakan perencanaan pada masing-
masing variabel tersebut harus dikordinasi dan ditangani dengan baik, sebab setiap
variabel bauran pemasaran selalu saling berinteraksi dengan variabel lainnya.

11
Menurut Herlambang dan Marwoto (2014) ada beberapa macam strategi pemasaran
yaitu :
1. Strategi Produk (product)
Strategi produk (product) adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar
untuk mendapat perhatian, permintaan, pemakaian yang dapat memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen. Pada dasarnya ada tiga tingkatan produk
yang dapat dipergunakan untuk pemenuhan keinginan dan kebutuhan konsumen,
yaitu:
a. Produk inti (Core Product)
Produk ini terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Harus diketahui apa
sebenarnya yang dibutuhkan konsumen. Tiap produk memiliki manfaat dan
ciri tertentu, penjual harus dapat menjual manfaat, bukan ciri-ciri produk.
b. Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk actual (actual product)
disektor produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat
kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk
menyampaikan manfaat inti.
c. Produk Tambahan (augmented product)
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan
tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan
baik keluhan dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika
konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan.Manfaat dan layanan
tambahan dapat berupa garansi, pengiriman barang kerumah yang diberikan
oleh perusahaan. Ada 4 unsur produk tambahan: instalasi, jaminan,
penyerahan, dan layanan purna jual.
2. Strategi Harga (price)
Pertukaran atau jual-beli tidak dilakukan dengan cara barter atau menukarkan
barang dengan barang, tetapi dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran
atau alat penukar yang disebut dengan uang. Dikatakan uang sebagai sejumlah

12
nilai pertukaran. Penjual akan menerima sejumlah uang sebagai imbalan dari
kegiatan bisnisnya. Dan sebaliknya pembeli menerima barang atau jasa yang akan
membayarkan sejumlah uang kepada penjual sebesar nilai manfaat barang atau
jasa yang dibelinya. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah
produk atau jasa.Harga ditetapkan pembeli dan penjual melalui tawar menawar
dalam pertukaran (jual beli), dibayar dengan uang (nilai tukar). Penetapan harga
diperusahaan kecil oleh manajer puncak, diperusahaan besar oleh manajer divisi
atau manajer pemasaran. Tujuan penetapan harga meningkatkan penjualan,
mempertahankan dan memperbaiki market share, menstabilkan tingkat harga,
mengembalikan investasi dan mencapai laba maksimum.Penetapan harga pada
usaha industri (memproses bahan mentah menjadi produk jadi).
3. Strategi Promosi (promotion)
Strategi Promosi (promotion) merupakan salah satu kegiatan dari strategi
marketing mix yang dipergunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi
dengan pasar sasarannya. Promosi adalah semua kegiatan perusahaan untuk
memperkenalkan produk dan bertujuan agar konsumen tertarik untuk membeli
sehingga tercipta pertukaran dan pemasaran. Beberapa kegiatan yang ada dalam
promosi, secara garis besar dibagi menjadi empat yaitu:
a. Periklanan
Periklanan adalah komunikasi yang dilakukan dengan sejumlah biaya, melalui
berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan maupun individu.Periklanan
merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan, dalam
periklanan pihak memasang iklan disebut dengan sponsor.
b. Personal selling
Menjual produk dengan mengirim tenaga penjual ke lokasi atau di toko
perusahaan sendiri. Tujuan: membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan
pembeli untuk memutuskan membeli sebuah produk atau jasa dari perusahaan.
Keuntungan: tercipta interaksi langsung antara pembeli dan penjual,
mengetahui reaksi pembeli mengenai produk secara cepat.

13
c. Promosi penjualan
Komunikatif bila mengundang pembeli saat itu.Tercipta tanggapan lebih kuat
dan tepat. Bisa bersama bentuk kegiatan promosi lain, misalnya: pameran,
demonstrasi, pertujukan atau peragaan.
d. Public Relations atau hubungan masyarakat
Public relation merupakan sebuah kegiatan komunikasi yang terencana,
mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh Public relation
selalu terencana dengan baik sebelum dilakukan pelaksanaan kegiatan, kedalam
maupun keluar mengandung arti bahwa kegiatan Public relation dilaksanakan
kedalam maupun keluar organisasi bisnis, sehingga setiap kegiatan Public
relation tidak hanya untuk kepentingan keluar organisasi bisnis tetapi juga
bermanfaat untuk pihak didalam organisasi bisnis, komunikasi antara organisasi
bisnis dengan publiknya mengandung arti bahwa kegiatan Public relation
dilaksanakan untuk mencapai sebuah komunikasi antara organisasi bisnis
dengan publiknya dengan tujuan untuk saling pengertian.
4. Strategi Distribusi (place)
Saluran distribusi adalah saluran atau rute yang dipilih oleh perusahaan untuk
menyalurkan produk dari perusahaan ke konsumen akhir atau pemakai industri.
Dalam melakukan penyaluran produknya perusahaan dapat memilih cara sebagai
berikut:
a. Penyaluran Langsung
Yaitu, menjual sendiri ke konsumen akhir (mengirim tenaga penjual, membuka
toko).
b. Penyaluran Tidak Langsung
Yaitu, menggunakan perantara (pedagang besar, agen, pengecer). Pedagang
besar: membeli ke produsen banyak, dijual ke pedagang besar lain, pengecer,
industri. Agen: wakil rodusen dalam menjual produk. Mirip pedagang besar
tetapi tidak berhak memiliki produk karena tidak membeli banyak ke
produsen.Keuntungan berupa komisi.Pengecer: ke produsen atau pedagang
besar, kemudian dijual kepada konsumen akhir.

14
2.3 Aspek keuangan
2.3.1 Modal
Modal kerja yang dimiliki oleh usaha pemsaran madu hutan dari Amfoang
diperoleh dari modal sendiri. Dalam usaha pemasaran madu hutan amfoang adanya
kerja sama antara pelanggan potensial dan tetap. Sistem penulisan laporan keuangan
dalam usaha ini yaitu mencatat pengeluaran dan pemasukan setiap periode kegiatan
pemasran sehingga tidak mengalami kesulitan dalam perhitungan untuk kegitan
selanjutnya.

2.3.2 Biaya
Sujarweni (2009) menyatakan bahwa biaya mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan secara sempit. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dalam usahanya untuk mendapatkan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu baik yang sudah terjadi dan belum terjadi/baru
direncanakan. Biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam
satuan uang untuk memperoleh aktiva. Secara matematis total biaya yang
dikorbankan demi keberlangsungan usaha sebagai berikut: Biaya Total = Biaya Tetap
+ Biaya Variabel
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam
kisaran tertentu meskipun volume produksi perusahaan berubah. Biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sesuai dengan perubahan
volume produksi produk, semakin besar volume produksi semakin tinggi jumlah total
biaya variabel, semakin rendah volume produksi semakin rendah jumlah total biaya
variabel.

2.3.3 Penerimaan dan keuntungan


Soekatartawi (2006) menyatakan bahwa penerimaan adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dengan menggunakan formula atau
rumus berikut ini:

15
TR = Y x Py.
dimana :
TR : Total Revenue (Total Penerimaan)
Py : Price (Harga)
Y : Quantity (Jumlah)

Warisno dan Dahana (2017) menyatakan bahwa hasil pengurangan


penerimaan dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan, baik biaya eksplisit maupun
implisit.
Π = TR – TC

dimana :
Π : Income (Pendapatan)
TR : Total Revenue (Total Penerimaan)
TC : Total Cost ( Total Biaya)

2.3.4 Biaya Produksi Per Unit dan Metode Penetapan Harga


Lestari dan Permana (2017) menyatakan, perhitungan biaya baik berdasarkan
fungsi maupun berdasarkan aktivitas membebankan biaya kepada obyek biaya seperti
produk, pelanggan, pemasok, bahan baku, dan jalur pemasaran. Ketika biaya
dibebankan pada obyek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total
yang dibebankan dengan jumlah unit dari obyek biaya tertentu, biaya perunit adalah
total biaya yang berkaitan dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit
yang dihasilkan.
Total Biaya
Biaya Per Unit =
Unit Produksi
Kekurangan perhitungan biaya bisa berakibat fatal jika dihubungkan dengan
harga produk. Jika biaya produk yang terlalu rendah, harga yang ditetapkan akan
terlalu rendah. Hal ini akan merugikan perusahaan. Sebaliknya jika biaya produk
yang terlalu tinggi, maka harga yang ditetapkan bisa terlalu tinggi dari pesaing
sejenis.Akibatnya bisa kalah dalam bersaing.

16
2.3.5 Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal
sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam persentase. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung
rentabilitas ekonomis hanyalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu
yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian, maka laba yang
diperoleh dari usaha-usaha diluar perusahaan atau dari efek tidak diperhitungkan.
Untuk mengukur besarnya rentabilitas ekonomis dapat dipergunakan rumus, sebagai
berikut:
Laba
Rentabilitas Ekonomis = x 100 %
Modal

2.4 Aspek Tenaga kerja


Badan Pusat Statistik (2019) menyatakan bahwa status karyawan dapat dibagi
menjadi empat yaitu :
1. Harian lepas adalah status karyawan yang dibayar berdasarkan jumlah hari
kerja. Umumnya upah mereka tidak dapat dipisahkan antara gaji/upah pokok
dan tunjangan lainnya. Kontrak adalah status karyawan yang dibayar
berdasarkan kontrak kerja.
2. Borongan adalah status karyawan yang dibayar langsung oleh perusahaan
berdasarkan hasil kerja yang dihitung per satuan hasil, tidak termasuk
karyawan borongan yang bekerja di rumah sendiri secara makloon.
3. Harian tetap adalah status karyawan yang dibayar berdasarkan jumlah hari
kerjanya. Biasanya upah mereka terdiri dari upah pokok dan tunjangan yang
mungkin dapat dipisahkan sehingga kalau karyawan pekerja absen, bisa
dihitung potongan upahnya sesuai aturan yang berlaku.
4. Bulanan adalah status karyawan yang menerima upah/gaji pokok secara tetap
setiap periode pembayaran (umumnya bulanan kecuali tunjangan-tunjangan
dan perangsang lainnya yang tergantung jumlah hari atau jam kerja karyawan

17
yang bersangkutan). Bila karyawan bulanan dibayar 2 kali atau lebih dalam
sebulan tetap dimasukan sebagai karyawan bulanan.

Status pekerja adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan


di suatu unit usaha/kegiatan. Sejak tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7
kategori, yaitu:
1. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung risiko
secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah
dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja
dibayar maupun pekerja tak bayar, termasuk yang sifat pekerjaannya
memerlukan teknologi atau keahlian khusus.
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri, dan menggunakan buruh /pekerja tak dibayar dan
atau buruh/pekerja tidak tetap.
3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas risiko
sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang
dibayar.
4. Buruh/karyawan/pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau
instansi /kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik
berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap,
tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas.
Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki satu majikan
(orang/rumah tangga) yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pada sektor
bangunan batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh
lebih dari satu.
5. Pekerja bebas adalah gabungan antara pekerja bebas di pertanian dan pekerja
bebas di non pertanian. Pekerja bebas dikategorikan sbb:
a. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan
pembayaran yang disepakati.

18
b. Pekerja bebas di Pertanian adalah sesorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam
sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga
maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan
menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik
dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian
meliputi: pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
perternakan, perikanan dan perburuan, termasuk juga jasa pertanian.
c. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang
lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1 majikan), di usaha
nonpertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang
maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun
borongan. Usaha nonpertanian meliputi: usaha di sektor pertambangan,
industri, listrik, gas dan air, konstruksi/persewaan bangunan, tanah dan
jasa perusahaan, serta sektor jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan.
6. Pekerja keluarga/ tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang
lain yang berusaha dengan tidak mendapat gaji baik berupa uang maupun
barang. Pekerja tak dibayar tersebut terdiri dari:
a. Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri/anak yang
membantu suaminya/ayahnya bekerja di sawah dan tidak dibayar.
b. Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya,
seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung dan tidak
dibayar.
c. Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang
dibantunya, seperti orang yang membanut menganyam topi pada industri
rumah tangga tetangganya dan tidak dibayar.
7. Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari
perusahaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja. Lapangan
usaha dalam publikasi ini didasarkan pada klasifikasi baku lapangan usaha

19
Indonesia tahun 2009. Lapangan usaha dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu sebagai berikut:
a. Pertanian terdiri atas sektor pertanian, termasuk didalamnya pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perternakan, perikanan,
perburuan dan jasa pertanian.
b. Industri terdiri atas sektor pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, listrik, gas dan air, dan konstruksi.
c. Jasa terdiri atas sektor perdagangan besar/eceran, rumah makan dan
restoran, transportasi, pergudangan dan komunikasi, keuangan, asuransi
usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, dan jasa
kemasyrakatan, sosial dan perorangan.
Menurut BPS Pusat (2020), rata-rata upah nominal harian buruh tani nasional
pada Oktober 2020 adalah Rp 55.766. sedangkan upah tenaga kerja di sektor
pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan pada bulan Agustus 2020 di Provinsi
NTT sebesar Rp 1.129.730 per bulan

20
BAB III

METODE PELAKSANAAN PKL MANDIRI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan PKL mandiri usaha pemasaran madu hutan Amfoang dilaksanakan
selama bulan April tahun 2021. Madu hutan yang di beli dari Amfoang dan akan
dipasarkan di Kota kupang. Tempat pelaksanaan PKL mandiri dilaksanakan di
Kampus Politeknik Pertanian Negeri Kupang, gedung jurusan manajemen pertanian
lahan kering lantai satu ruangan pengolahan.
3.2 Tahap Pelaksanaan PKL
Tabel 1. Pelaksanaan PKL mandiri.
No Tanggal Kegiatan
1 8 maret 2021 Persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam
kegiatan usaha pemasaran madu hutan dari Amfoang
2 9 maret 2021 Pengemasan madu hutan dari Amfoang
3 9 maret 2021 Pemasaran madu hutan dari Amfoang

21
Gambar 1. tahapan pelaksanaan

3.3 Aspek Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang digunakan dalam PKL madiri usaha pemasaran madu hutan
adalah sebanyak 1 orang yaitu Penulis sendiri yang bertugas dalam merencanakan
hingga menjual produk madu hutan Amfoang

22
3.4 Aspek Pemasaran
3.4.1 Jumlah produk yang dipasarkan
Jumlah madu yang akan dipasarkan dalam pelaksanaan PKL (Praktek Kerja
Lapangan) mandiri sebanyak 3 liter. Madu hutan di ambil dari pedagang pengumpul
madu di Amfoang adalah madu yang memiliki kualitas yang baik dan terjaga
keaslihanya agar meningkatkan nilai jualnya.
3.4.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota
Kupang dapat di lihat pada Tabel :
Tabel 2. Alat yang Digunakan dalam Usaha Pemasaran Madu Hutan dari
Amfoang ke Kota Kupang.
No Alat Volume Satuan Fungsi
1 Saringan 1 Buah Untuk menyaring madu
2 Gelas Ukur 1 Buah Untuk mengukur volume
madu yang akan dikemas.
Sumber: Data Diolah (2021).

Gambar 2. Alat yang digunakan


Bahan yang digunakan dalam pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota
Kupang dapat di lihat pada Tabel :
Tabel 3. Bahan yang Digunakan dalam Usaha Pemasaran Madu Hutan dari
Amfoang ke Kota Kupang.
No Bahan Jumlah kebutuhan
1 Madu hutan murni (liter) 3
2 Kemasan botol 250 ml (buah) 12
3 Label kemasan (lembar) 12
Sumber: Data Diolah (2021)

23
Gambar 3. Bahan yang digunakan

3.4.3 Wilayah pemasaran dan pasar sasaran


Wilayah pemasaran yang akan dilaksanakan dalam usaha pemasaran madu
hutan adalah wilayah Kota Kupang. Dalam pelaksanaan PKL mandiri usaha
pemasaran madu hutan Amfoang yang menjadi pasar sasaran adalah civitas
akademika dan pegawai Politani Kupang, serta Rumah Tangga dan Konsumen
Individu di Kelurahan Kayu Putih dan sekitarnya.
3.4.4 Strategi Pemasaran
Strategiyang digunakan dalam pemasaran madu hutan yaitu:
1. Strategi produk
Produk yang di jual adalah madu hutan yang terjaga akan keaslihannya
dan di proses secara alami hingga sampai ke tangan konsumen.
2. Strategi harga
Berdasarkan pertimbangan biaya produksi per unit dan harga pesaing di
tingkat pengecer maka di tetapkan harga jual sebesar Rp 50.000 per botol
(250 ml).
3. Strategi promosi
Strategi promosi yang dilakukan adalah dengan melakukan promosi
melalui media sosial berupa iklan atau postingan pada marketplace
facebook yang ada di kota Kupang.

24
Gambar 4. Strategi promosi
4. Strategi distribusi
Setiap agribisnis harus menetapkan cara untuk memindahkan dan
meyalurkan (distribusi) produknya kepada pelanggan. Saluran distribusi
berkenaan dengan jejak penyalur barang dari produsen ke konsumen
akhir. Lembaga-lembaga yang ikut terlibat dalam penyaluran barang yaitu
produsen, perantara dan konsumen. Dalam usaha pemasaran madu hutan
Penulis bertindak sebagai pedagang pengecer sehingga strategi distribusi
yang ditetapkan dapat digambarkan sebagai berikut:

Produsen Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer

Konsumen

Gambar 5. Skema Distribusi Pemasaran Madu Hutan.

25
3.5 Aspek Keuangan
3.5.1 Biaya Produksi
Biaya usaha pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota Kupang dapat
dilihat pada Tabel.
Tabel 4. Biaya Usaha Pemasaran Madu Hutan dari Amfoang ke Kota Kupang
No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
(Rp) Biaya (Rp)
1 Tenaga kerja 1 Orang - -
2 Transportasi selama 1 Paket 50.000 50.000
Pemasaran Madu
3 Pulsa HP 1 Paket 25.000 25.000
4 Gelas Ukur 1 Buah - -
5 Saringan 1 Buah 5.000 5.000
6 Madu Hutan 3 Liter 120.000 360.000
7 Botol Kemasan (250 12 Buah 2.000 24.000
ml)
8 Kertas Stiker 12 Buah 1.000 12.000
Total Biaya 476.000
Sumber: Data Diolah (2021).
3.5.2 Biaya Produksi Per Unit dan Penetapan Harga Jual
Biaya produksi per unit yang dikenakan pada usaha pemasaran madu hutan dari
Amfoang ke Kota Kupang dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 5. Biaya Per Unit pada Usaha Pemasaran Madu Hutan dari Amfoang ke
Kota Kupang
No Uraian Jumlah
1 Total Biaya (Rp) 476.000
2 Total Produksi (Liter) 3
3 Biaya Produksi Per liter (Rp) 120.000
4 Biaya Produksi Per 250 ml (Rp) 50.000
Sumber: Data Diolah (2021).
Harga jual dalam usaha pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota
Kupang ditentukan dengan metode above, at,or below market pricing. Produk yang
sama di pasaran seperti Madu TJ harganya Rp 17.000 per 150 ml dan Penulis
menetapkan harga madu hutan sebesar Rp 50.000 per 250 ml. Penetapan harga ini
Penulis mempertimbangkan madu hutan merupakan madu asli dari hutan dijamin
keasliannya tanpa adanya bahan tambahan lain sedangkan madu yang dihasilkan oleh

26
pabrik (Madu TJ) sudah ada bahan tambahan. Sehingga penulis menetapkan harga
dengan above market pricing dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga yang lebih
tinggi daripada harga pasar. Persentase keuntungan dalam usaha pemasaran madu
hutan dari Amfoang ke Kota Kupang dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 6. Penentuan Persentase Keuntungan dari Usaha Pemasaran Madu Hutan
dari Amfoang ke Kota Kupang.
No Uraian Jumlah
1 Biaya Produk Per 250 ml (Rp) 50.000
2 Harga Jual 50.000
3 % Keuntungan 2,60%
Sumber: Data Diolah (2021).
Berdasarkan Tabel, persentase keuntungan dari usaha pemasaran madu
Laba 124 .000
hutan adalah 2,60% diperoleh dari x 100 % = x 100 % = 2,60%
Modal 476 .000
3.5.3 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan dalam usaha pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota Kupang
dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 7. Penerimaan Usaha Pemasaran Madu Hutan dari Amfoang ke Kota
Kupang
Uraian Jumlah
Harga jual (Rp) 50.000
Jumlah produk 12
Total penerimaan (Rp) 600.000
Sumber: Data Diolah (2021).
Pendapatan dalam usaha pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota
Kupang dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 8. Pendapatan dalam Usaha Pemasaran Madu Hutan dari Amfoang ke
Kota Kupang
Uraian Jumlah
Total penerimaan (Rp) 600.000
Total biaya (Rp) 476.000
Pendapatan (Rp) 124.000
Sumber: Data Diolah (2020).

27
3.5.4 Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas ekonomi usaha pemasaran madu hutan dari Amfoang ke Kota
Kupang dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 9. Rentabilitas Ekonomi Usaha Pemasaran Madu Hutan dari Amfoang ke
Kota Kupang
No Uraian Jumlah
1 Laba (Rp) 124.000
2 Modal (Rp) 476.000
3 Rentabilitas (%) 2,60%
Sumber: Data Diolah (2021).

Berdasarkan Tabel, rentabilitas ekonomi dari usaha pemasaran madu hutan dari
Amfoang ke Kota Kupang diperoleh angka Rentabilitas Ekonomi sebesar 2,60%
artinya, dengan modal sebesar Rp 476.00 penulis mampu menghasilkan laba sebesar
Rp 124.000 atau 2,60%.

28
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan PKL mandiri yang berlansung selama satu bulan mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
melaksanakan pemasaran madu hutan dari Amfoang.
2. Formulasi pemasaran madu hutan Amfoang dalam pelaksanaan PKL dapat
sebagai acuan dalam melaksankan tugas akhir.
3. Mahasiswa mengetahui pola manajemen usaha dari aspek produksi,
pemasaran, keuangan sampai pada pengelolaan suber daya manusia.
4.2 Saran
Dari hasil kegiatan lapangan mandiri yang dilakukan maka saya menyarankan :
1. Kepada pihak kampus
Untuk terus melaksanakan kegiatan praktek belajar lapangan, agar
mahasiswa dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang bagaimana
cara memasarkan madu hutan dari Amfoang sehingga dapat berdaya guna
dan berhasil guna.
2. Kepada para konsumen
Untuk terus mengkonsumsi produk lokal madu hutan dari Amfoang.
Karena madu hutan yang terjaga akan keaslihannya dan di proses secara
alami.

29
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Thamrin dan Tantri Francis. 2016. Manajemen Pemasaran. PT Radja


Grafindo Persada, Jakarta
BPS NTT. 2019. Sekilas Mengenai Survei Upah Buruh Sektor Pertanian,
https:///ntt.Bps.go.id/subject/19/upah-buruh-html
Badan Pusat Statistik. Perkembangan Upah Pekerja/Buruh November 2020.http.
www.bpspusat.go.id/pressrelease/2020/11/16/1732/upah-nominal-harian-
buruh-tani-nasioanal-oktober-2020-naik -sebesar-0-09-persen.html
BPS Kota Kupang. 2020. Kota Kupang dalam Angka 2020. Http://
kupangkota.bps.go.id
Firdaus, M. 2018. Manajemen Pemasaran. Bumi Askara, Jakarta.
Gitosudarmo. 2014. Manajemen Pemasaran. Edisi ke III. BPFE, Yogyakarta.
Hamzah, G.M. 2019. Hukum Tataniaga Produk Pertanian. PT Rajagrafindo Persada.
Depok
Herlambang, S dan Marwoto, H.B. 2014. Pengantar Ilmu Bisnis. Jilid 1, Parama
Publishing, Yogyakarta.
Kotler dan Keller. 2009. Pemasaran Agribisnis Tanaman Pertanian. PT. Agrowisata,
Magelang
Lestari, W dan Pernama, D.B. 2017. Akuntansi Biaya dalam Perspektif Manajerial.
Rajawali Pers, Depok
Maryana, I dan Supena, N. 2019. Kupas Tuntas Budidaya Lebah Madu. Deepublish,
Yogyakarta.
Mursid, M. 2017. Strategi Pemasaran. Bumi Aksara, Jakarta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2009. Manajemen Keuangan. PT. Pustaka Baru, Yogyakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia Pres, Jakarta
Tjiptono, F dan Diana, A. 2016. Pemasaran. Penerbit ANDI, Yogyakarta
Warisno dan Kres Dahana. 2017. Tiram Menabur Jamur, Menuai Rupiah. Gremedia
Pustaka Utama. Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai