Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Dedikasi Masyarakat, 2 (2) Maret 2019, hlmn. 44 – 51 ISSN.

2598-7984 (cetak)
ISSN. 2598-8018 (Online)

PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA MADU HUTAN DI DESA


PAPPANDANGAN, POLEWALI MANDAR MELALUI PROGRAM KEMITRAAN
MASYARAKAT

Dedy Putra Wahyudi1, Andi Nuddin2


Email: dedyputrawahyudi@gmail.com, 2)nuddinandi@gmail.com
1)
1)
Universitas Sulawesi Barat
2)
Universitas Muhammadiyah Parepare

ABSTRAK
Desa Pappandangan Kecamatan Anreapi merupakan daerah yang sebagian besar
penduduk laki-lakinya bekerja sebagai petani sawah maupun buah-buahan dan pencari
madu hutan sedangkan penduduk perempuan sebagian besar merupakan ibu rumah
tangga. Selama puluhan tahun, Desa Papandangan merupakan produsen madu hutan
yang memproduksi madu hutan asli dan berkualitas. Umumnya produk madu hutan Desa
Pappandangan dipasarkan secara curah menggunakan botol dan jerigen bekas tanpa
melalui proses pengemasan dan pemasaran yang baik sehingga harga jual dan daya
saing madu hutan produksi masyarakat di Desa Pappandangan ini cukup rendah. Tujuan
dilakukanya Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah untuk memberikan
bimbingan kepada masyarakat terutama untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga
sehingga dapat lebih memahami metode pengemasan yang lebih bersih serta
pendampingan pemasaran produk madu hutan sehingga diharapkan dapat memberikan
dampak ekonomi yang lebih baik terhadap masyarakat Desa Pappandangan.
Permasalahan yang dihadapi, yaitu (1) kurangnya motivasi berwira usaha masyarakat; (2)
kekurangan modal usaha; (3) tidak didukung informasi maupun sistem pemasaran yang
baik; (4) pengemasan produk madu hutan sangat tidak higienis; (5) tidak adanya harga yg
jelas untuk produk madu hutan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka Program
Kemitraan Masyarakat (PKM) ini menawarkan beberapa kegiatan, yaitu (1) Pemberdayaan
kaum perempuan dan ibu rumah tangga melalui pelatihan dan pendampingan proses
pengemasan; (2) Memberikan pelatihan dan pendampingan mengenai konsep produksi
yang baik, pemasaran moderen dan distribusi; (3) melakukan proses pendampingan
mengenai kualitas produk dan inovasi; dan (4) pembuatan produk madu asli kemasan
kemasan botol 250 ml.
Kata kunci: madu hutan; nilai ekonomi; peningkatan.

ABSTRACT
Pappandangan Village is an area where most of the male population work as rice
farmers and fruits and forest honey seekers while the female population is mostly
housewives. For decades, Papandangan Village is a producer of forest honey that
produces genuine and quality forest honey. Generally, Desa Pappandangan's forest honey
products are marketed in bulk using bottles and used jerry cans without going through a
good packaging and marketing process so that the selling price is very cheap. The purpose
of this Community Partnership Program is to provide guidance to the community,
especially to empower housewives so that they can better understand cleaner packaging
methods and assistance in marketing forest honey products so that they are expected to
have a better economic impact on the people of Desa Pappandangan. Problems faced are
(1) lack of community entrepreneurial motivation; (2) lack of business capital; (3) not
supported by good information and marketing systems; (4) packaging of very unhygienic
forest honey products; (5) lack of clear prices for forest honey products. To overcome
these problems, the Community Partnership Program (PKM) offers several activities
namely (1) Empowering women and housewives through training and mentoring the
packaging process; (2) Providing training and mentoring on the concept of good
45 | Wahyudi dan Nuddin

production, modern marketing and distribution; (3) carrying out mentoring processes
regarding product quality and innovation; and (4) the manufacture of genuine honey
packaging with 250 ml bottles.
Keywords: economic value; forest honey; improvement.

PENDAHULUAN semua jenis produk madu memiliki


khasiat membantu meningkatkan daya
Desa Pappandangan Kecamatan tahan tubuh. Sedangkan bagi konsumen
Anreapi merupakan daerah yang usia lanjut khasiat madu baik bagi
sebagian besar penduduknya bekerja penyakit yang biasa menyerang orang
sebagai petani sawah maupun usia lanjut, misalnya darah tinggi,
buah-buahan dan pencari madu hutan. kolestrol, jantung dan memperbaiki sel
Kegiatan pertanian maupun mencari yang rusak (Pratiwi, 2010).
madu umumnya dilakukan oleh kaum Sebagian besar produksi madu
laki-laki dimana Purba (2016) Desa Pappandangan dipasarkan secara
menyatakan bahwa kegiatan di ladang curah menggunakan jerigen tanpa
identik ke dalam pekerjaan berat yang melalui proses pengemasan dan
hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. pemasaran yang baik sehingga harga
Sedangkan kaum wanitanya bertugas jual dan daya saing madu hutan produksi
untuk memisahkan cairan madu dari masyarakat di Desa Pappandangan ini
sarang yang telah dipanen yang cukup rendah dibanding produk sejenis.
kemudian dikemas. Selama puluhan Hal ini disebabkan kegiatan mencari
tahun, Desa Papandangan merupakan madu hutan bukan merupakan pekerjaan
produsen madu hutan. Tingginya utama masyarakat, pencarian madu
produksi madu hutan di Desa hutan biasanya di dilakukan kaum
Pappandangan disebabkan banyaknya laki-laki/kepala rumah tangga setelah
jumlah tanaman buah-buahan baik yang kegiatan bertani sudah selesai dilakukan
tumbuh di lahan perkebunan masyarakat sehingga tidak ada cukup waktu lagi
maupun tumbuh secara liar di hutan. yang dapat dialokasikan para kepala
Madu merupakan sumber obat rumah tangga untuk mengoptimalkan
karena di dalamnya terkandung berbagai produksi madu hutan setelah lelah
jenis komponen antara lain karbohidrat, bekerja di sawah (Theresia, 2014).
asam amino, mineral, enxim, vitamin dan Produksi madu hutan di Desa
air (Fatriani et.al., 2014). Secara Pappandangan tidak dapat dilakukan
turun-temurun madu digunakan oleh setiap saat. Hal ini disebabkan
masyarakat Desa Pappandangan ketersediaan madu yang berasal dari
sebagai suplemen ketika sedang sakit lebah liar hanya tersedia pada saat
atau dalam masa penyembuhan, sebagai musim buah. Kondisi tersebut
obat gatal akibat gigitan serangga mengakibatkan waktu panen madu hutan
dengan cara dioleskan pada kulit dan tersebut terjadi pada waktu yang relatif
sebagai obat luka. Madu Hutan dapat bersamaan. Rendahnya pemahaman
dikonsumsi oleh semua golongan usia. mengenai teknologi dan penanganan
Bagi konsumen usia anak-anak, madu pasca panen untuk menjaga kualitas
dikonsumsi sebagai perangsang nafsu madu mengakibatkan para pemanen
makan dan madu yang paling baik bagi madu di Desa Pappandangan cenderung
anak. Bagi konsumen usia muda, madu menjual madu yang diperoleh dalam
dikonsumsi sebagai penambah stamina bentuk curah sehingga dapat terjual
dan menjaga daya tahan tubuh, selain itu
Pengembangan Kelompok Usaha Madu Hutan di Desa Pappandangan, | 46
Polewali Mandar Melalui Program Kemitraan Masyarakat

secepat mungkin walaupun dengan METODE PELAKSANAAN


harga yang murah serta enggan untuk
memasarkan menggunakan kemasan Program PKM “Kelompok Usaha
dan merek sendiri. Madu Hutan di Desa Pappandangan
Tujuan dilakukanya Program Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali
Pengabdian ini adalah untuk memberikan Mandar Provinsi Sulawesi Barat”
bimbingan kepada masyarakat terutama dilaksanakan di Kecamatan Anreapi
untuk memberdayakan kaum ibu rumah pada bulan Mei 2018 hingga September
tangga sehingga dapat lebih memahami 2018 dengan melibatkan 2 Dosen
pelaksana, 10 orang mahasiswa
pengemasan dan strategi pemasaran
pendamping, 10 orang ibu PKK dan 10
produk lokal, yang selanjutnya dapat ikut
orang anggota Karang Taruna Desa
membantu menghasilkan produk madu
Pappandangan.
hutan kemasan yang berkualitas dan
Usaha budidaya lebah madu
berdaya saing dengan produk sejenis
memerlukan lahan, modal, tenaga kerja,
melalui pemanfaatan teknologi tepat
pengetahuan, keterampilan budidaya
guna. Dengan kondisi seperti itu
lebah dan manajemen yang baik. Selain
diharapkan produk madu hutan Desa
itu diperlukan sari bunga sangat besar,
Pappandangan dapat ikut menunjang
sehingga peran petani sangat diandalkan
kebutuhan lapangan kerja dan kebutuhan
untuk membantu meningkatkan hasil
ekonomi masyarakat Desa
produksi pertanian dan perkebunan
Pappandangan.
(Farida, 2000). Oleh karena itu, untuk
Metode produksi madu hutan di
memberikan solusi dari beberapa
Desa Pappandangan dilakukan dengan permasalahan Petani Madu Hutan di
cara tradisional yang sebenarnya cukup Desa Pappandangan, maka metode
baik namun mengalami penurunan pelaksanaan dalam Program Kemitraan
kualitas dan harga. Hal ini disebabkan Masyarakat yang dilakukan meliputi
oleh beberapa faktor yaitu kurangnya inisiasi kerjasama, segmentasi, tes
motivasi berwira usaha di kalangan Desa pasar, pelatihan, evaluasi dan kerjasama
Pappandangan, lemahnya modal usaha keberlanjutan program (Gambar 1).
juga turut menyebabkan keengganan
ibu-ibu rumah tangga untuk memulai Langkah-langkah Pelaksanaan Solusi
suatu usaha. Tidak adaya dukungan
1) Pelatihan Pengemasan, dimana
sistem pemasaran yang baik turut
mitra diberikan pelatihan dan
berpengaruh, dimana sistem pemasaran
pendampingan mengenai sistem
hanya sebatas menunggu pembeli di
pengemasan, yaitu bagaimana
rumah sehingga konsumen madu hutan menciptakan kemasan yang menarik
ini sebatas orang mengenal lokasi Desa
namun tetap steril sesuai dengan
Pappandangan dan mengenal pemanen
target konsumen yang disasar.
madunya. Pengemasan produk madu
Tahap awal menyasar dua target
hutan yang sangat tidak higienis karena konsumen, yaitu untuk konsumen
menggunakan botol bekas maupun
umum dan konsumen anak-anak.
jerigen bekas tanpa melalui proses daur
2) Pelatihan strategi pemasaran dan
ulang dan sterilisasi, serta usaha yang
distribusi, dimana mitra diberikan
tidak memperhatikan keuntungan dari
pelatihan dan pendampingan
setiap penjualan pada produknya karena
mengenai bagaimana cara
tidak adanya harga yang jelas untuk
memasarkan produk dengan
produk madu hutan tersebut.
memanfaatkan chanel-chanel yang
47 | Wahyudi dan Nuddin

tersedia baik secara langsung mitra sangat berperan penting dalam


(menjalin kerjasama dengan realisasi Program Kemitraan Masyarakat
kios-kios) maupun memanfaatkan ini karena tingkat partisipasi masyarakat
media sosial sebagai wadah yang menjadi salah satu tolok ukur
pemasaran sehingga produk dapat keberhasilan PKM. Kedua mitra tersebut
dipasarkan secara luas. berperan aktif dalam mengikuti
3) Pelatihan Quality Control dan pelaksanaan berbagai materi
Inovasi, dimana mitra diberikanan pendampingan dan pelatihan tentang
pelatihan dan pendampingan manajemen usaha dalam bidang
mengenai bagaimana menjaga kerajinan rotan. Peran aktif kelompok
kualitas produk sehingga produk ibu-ibu rumah tangga dan kelompok
yang dihasilkan memiliki kualitas karang taruna Desa Pappandangan yang
yang baik dan dapat dipertahankan, dikoordinir oleh masing-masing ketua.
serta informasi mengenai pentingnya Partisipasi mitra yang diharapkan selama
menciptakan produk baru (inovasi) kegiatan, meliputi:
dalam menjalankan sebuah usaha (1) Kedua mitra membentuk sebuah
sehingga kegiatan usaha dapat kelompok usaha yang nantinya akan
berkelanjutan (Soetomo, 2010). bertugas melanjutkan kegiatan
produksi madu hutan dalam
Partisipasi Mitra kemasan.
Partisipasi masyarakat sebagai (2) Anggota kelompok berpartisipasi
Pengembangan Kelompok Usaha Madu Hutan di Desa Pappandangan, | 48
Polewali Mandar Melalui Program Kemitraan Masyarakat

dalam mencari bahan baku yang secara curah. Terdapat 4 dusun yang
akan digunakan dalam kegiatan dijadikan sasaran pelaksanaan program
pelatihan dan proses produksi. PKM, yakni Dusun Balla, Dusun Paladan,
(3) Anggota kelompok berpartisipasi Dusun Kananga, dan Dusun Batu.
aktif dalam mengikuti pelatihan
pengemasan dan pemasaran yang Persiapan Pelaksanaan
dilakukan. Proses Persiapan adalah salah
(4) Anggota kelompok diharapkan satu proses untuk mempersiapkan
bersedia menjalankan kegiatan kelompok mitra PKM yang dalam hal ini
usaha. adalah pemberian pemahaman awal
(5) Anggota kelompok diharapkan tentang permasalahan yang menjadi
berpartisipasi dalam memasarkan landasan diadakannya kegiatan di lokasi
produk dan ikut mendesain produk PKM. Dengan adanya proses persiapan,
sesuai dengan kondisi aktual di mitra memiliki pengetahuan awal
lapangan. mengenai tujuan kegiatan PKM dan
poin-poin yang ingin dicapai sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
solusi dari permasalahan yang telah
Program PKM “Kelompok Usaha dijelaskan sebelumnya. Dengan
Madu Hutan di Desa Pappandangan terlaksananya kegiatan persiapan ini
Kecamatan Anreapi Kabupaten Polewali maka kelompok masyarakat yang telah
Mandar Provinsi Sulawesi Barat” ditunjuk sebagai mitra mengetahui peran
dilaksanakan di Kecamatan Sendana dan fungsi masing-masing kelompok
pada bulan Mei 2018 hingga September dimana ibu-ibu PKK bertugas sebagai
2018 dengan melibatkan 2 Dosen pengemas madu hutan, dan kelompok
pelaksana, 10 orang mahasiswa Karang Taruna bertugas untuk
pendamping, 10 orang ibu PKK dan 10 mendesain nama dan jenis kemasan
ora`ng anggota Karang Taruna Desa yang akan digunakan. Selain itu pada
Pappandangan. proses persiapan ini juga telah dibentuk
kelompok yang nantinya merupakan
Menjalin Mitra Kerjasama produsen madu hutan kemasan yang
anggotanya merupakan gabungan dari
Untuk menjamin keberhasilan
ibu-ibu PKK dan pemuda Karang Taruna.
proses PKM, Universitas Sulawesi Barat
melakukan proses pencarian mitra yang Pelaksanaan Kegiatan
memiliki pemahaman mengenai Madu
Hutan, baik dari segi ekosistem maupun Kegiatan PKM ini terdiri dari
pengolahan produk yang selanjutnya beberapa tahapan utama, yaitu:
mitra ini akan bersama-sama dengan tim (1) Survei sistem pengemasan dan
pelaksana untuk mengelola pemasaran produk madu hutan
program-program PKM. Mitra PKM Madu secara tradisional dan sosialisasi
Hutan adalah ibu-ibu PKK sebagai rencana pengemasan dan sistem
sebuah kelompok masyarakat yang pemasaran yang akan dilaksanakan
sebagian besar merupakan istri-istri dalam kegiatan PKM.
pencari madu hutan. Mitra selanjutnya (2) Proses kegiatan PKM yang terdiri
adalah kelompok Karang Taruna yang dari pembentukan kelompok
merupakan generasi muda yang pengelola madu hutan, pemilihan
sebagian telah memasarkan madu hutan bahan kemasan hingga praktek
sistem tiris, pengemasan dan sistem
49 | Wahyudi dan Nuddin

pemasaran. Menurut Rachim (2011), Adapun peningkatan nilai


sistem tiris merupakan sistem ekonomis madu hutan yang terlihat
pemisahan madu dari sarang lebah secara langsung yaitu peningkatan harga
tanpa melalui proses pemerasan jual produk, dimana produk madu hutan
melainkan hanya di tiriskan sehingga yang tadinya dijual dengan kemasan
dengan sistem ini madu yang bekas yang berisi 800 ml per kemasan
diperoleh memiliki kualitas yang dijual seharga Rp 100.000,- atau
lebih baik dan bahan pencemar yang sebanding dengan Rp 12.500,-/100 ml.
rendah. Setelah adanya program PKM maka
(3) Survei pasar mengenai penilaian produk madu hutan dalam kemasan 250
konsumen terkait produk madu ml dapat terjual seharga Rp 50.000,- atau
hutan dan pengujian laboratorium Rp 20.000/100 ml.
produk madu hutan yang telah Peningkatan kualitas produk
dikemas untuk keperluan evaluasi setelah jalannya kegiatan juga dilakukan
atau perbaikan produk. Adapun jenis standarisasi terhadap tempat
pemeriksaan yang telah dilakukan penyimpanan dan pengemasan, dimana
adalah pengujian kadar air, kadar suhu ruang penyimpanan diusahakan
abu, derajat keasaman (pH), dan disuhu yang dingin, serta pengemasan
pengujian kandungan bakteri yang kedap udara. Hal ini dibuktikan
Escercia coli. dengan adanya perbandingan hasil
pengujian laboratorium dari produk madu
Manfaat terhadap masyarakat sasaran hutan. Terjadi peningkatan pada hasil
Salah satu manfaat yang pengujian kualitas madu hutan dari
dihasilkan dari kegiatan PKM ini adalah produk mitra PKM (Tabel 1).
peningkatan kesejahteraan petani madu Hasil pengujian menujukkan
hutan dan kelompok usaha. Dimana saat terjadi peningkatan kualitas produk
ini, petani madu hutan tidak lagi kesulitan luaran kegiatan, dimana setelah
untuk memasarkan produk madunya. Hal dilakukannya standarisasi tempat
ini disebabkan madu hutan yang telah penyimpanan, dan pengemasan madu,
dipanen oleh para petani langsung maka jumlah kadar abu, derajat
ditampung oleh kelompok usaha madu keasaman, dan kadar air membaik
hutan dengan harga sesuai. Selain itu, walaupun masih perlu penyempurnaan
ibu-ibu PKK dan pemuda karang taruna proses sehingga kualitas produk dapat
Desa Pappandangan juga memperoleh sesuai dengan kriteria SNI produk madu.
manfaat dimana yang tadinya tidak Selain itu kualitas madu secara sensoris
memiliki penghasilan menjadi memiliki biasanya ditentukan oleh warna, aroma
penghasilan tambahan diperoleh dari (khas madu) dan keadaannya
kegiatan berjualan madu hutan yang (kekentalan dan penampakan). Madu
telah dikemas. yang berwarna terang biasanya
Pengembangan Kelompok Usaha Madu Hutan di Desa Pappandangan, | 50
Polewali Mandar Melalui Program Kemitraan Masyarakat

berkualitas nomer satu tetapi menurut sudah berjalan cukup baik dilihat dari
beberapa ahli menyatakan bahwa madu respon masyarakat dan dukungan
berwarna gelap mengandung banyak pemerintah terkait pengolahan Madu
mineral terutama Fe, Cu dan Mn (Erwan Hutan menjadi produk yang lebih bernilai
& Yulianto, 2011). ekonomis dan dibuktikan dengan
Sistem penjualan yang saat ini peningkatan nilai/harga jual produk serta
dilakukan oleh kelompok usaha yaitu peningkatan kualitas produk (kadar air,
secara online dan bekerja sama dengan kadar abu, pH). Proses produksi madu
kelompok usaha PKH (Program Keluarga hutan dalam kemasan Desa
Harapan) KUBE E-Warung Desa Pappandangan masih harus terus
Pappandangan binaan Kemeterian diperbaiki terutama dari segi standarisasi
Sosial. Salah satu keuntungan yang tempat produksi agar proses perijinan
diperoleh dari sistem kerjasama ini salah dapat segera dilakukan sehingga
satunya dari adanya pelanggan tetap dari sesuai dengan standarisasi SNI.
KUBE E-Warung, dimana pelanggan
tetap tersebut merupakan masyarakat UCAPAN TERIMA KASIH
miskin penerima bantuan PKH yang
hanya dapat membelanjakan setiap Ucapan terimakasi diberikan
bulannya uang bantuan PKH hanya di kepada Kementerian Riset, Teknologi,
warung tersebut. Dengan demikian, dan Pendidikan Tinggi yang telah
dampak ekonominya tidak hanya memfasilitasi pendanaan kegiatan PKM
dirasakan oleh anggota kelompok tani ini, serta LPPM & PM Universitas
saja melainkan juga dirasakan oleh Sulawesi Barat yang telah memfasilitasi
penduduk desa lainnya yang juga ikut proses pengusulan dan memonitoring
memasarkan produk tersebut. kegiatan PKM ini. Pemerintah
Kecamatan Anreapi dan Pemerintah
Rencana Keberlanjutan Desa Pappandangan yang telah bersedia
Untuk menjamin keberlanjutan bekerja sama dan memberikan dukungan
usaha Madu Hutan di Desa sehingga kegiatan ini dapat terlaksana
Pappandangan, maka telah di bentuk dengan lancar.
sebuah Kelompok Tani yang anggotanya
DAFTAR PUSTAKA
merupakan gabungan dari kedua mitra
yaitu Pemuda Karang Taruna dan ibu-ibu Dahlia. 2012. Permodalan Koperasi.
PKK. Sedangkan sebagai modal awal http:dahlia-lya.blogspot.co.
kelompok akan diperoleh dari id/2012/12.
anggota-anggota kelompok tani dengan permodalan-koperasi.html.
sistem simpanan sukarela, mmenurut Diakses pada 6 Agustus 2018.
Dahlia (2012), bahwa modal yang Erwan & Yulianto, H. 2009. Studi
diperoleh dari anggota koperasi dapat Komposisi dan Karbohidrat dan
disamakan dengan simpanan sukarela Aktivitas Enzim Diastase pada
anggota untuk meningkatkan modal. Berbagai Jenis Madu yang
Beredar di Pasaran Kota
Modal dari anggota kelompok diharapkan
Mataram. ORYZA. Vol. VIII No.2
dapat berperan penting dalam Mei 2018.
peningkatan jumlah produksi.
Farida, I. 2000. Evaluasi Perkembangan
Usaha Lebah Madu Apis
KESIMPULAN
mellifera. Skripsi Fakultas
Pertanian IPB. Diakses pada
Proses pelaksanaan kegiatan
51 | Wahyudi dan Nuddin

tanggal 14 September 2018. Rachim, A, dkk. 2011. Pengelolaan


Madu Hutan Tesso Nilo Secara
Fatriani et.al. 2014. Analisa Usaha Lebah
Lestari. WWF. Indonesia
Madu Hutan dan Kualitasnya.
Program Riau. Pekanbaru.
Banjarbaru: Jurnal Hutan Tropis
Volume 2 Nomor 1. Soetomo. 2010. Strategi-strategi
Pembangunan Masyarakat.
Pratiwi, E. 2010. Strategi Pemasaran
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Industri Madu Pada PT Madu
Pramuka Di Kabupaten Theresia, A. Dkk. 2014. Pembangunan
Batang. Skripsi Sarjana Fakultas Berbasis Masyarakat. Bandung:
Pertanian Universitas Sebelas Alfabeta.
Maret: Surakarta.
Purba, SMG. 2016. Fungsi Kelompok
Tani Dalam Pemberdayaan
Sosial Ekonomi.
https://www.google.co.id/url?sa=t
&rct=j&q=&esrc. Diakses pada 6
Agustus 2018.

Anda mungkin juga menyukai