Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH

BUDAYA ORGANISASI

IRAWAN MUSLIMIN
2021.456.42.1288

PROGRAM PASCA SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR
(STIEM BONGAYA)
2023
REVIEW JURNAL

JUDUL : Pemberdayaan Kelompok Ekonomi Produktif Pendukung Badan


Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Pajahan dan Munduk
Temu Kecamatan Pupuan, Tabanan

Jurnal : Jurnal Agribisnis

Tahun, Halaman : 2018

Penulis : I Ketut Sumantra, Anik Ypuesti, IB. Suryatmaja, AA. K Sudiana

Abstrak : Jurnal yang berjudul ”Pemberdayaan Kelompok Ekonomi


Produktif Pendukung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di
Desa Pajahan dan Munduk Temu Kecamatan Pupuan,
Tabanan” ini berisi tentang kondisi dua desa yaitu Desa
Pajahan dan Munduk Temu di kecamatan Pupuan yang tidak
memiliki perbedaan agro-klimatik yang mencolok, tetapi
memiliki potensi yang berbeda, di sisi lain potensinya belum
digali sehingga jumlah keluarga miskin di kedua desa tersebut
masih cukup tinggi. Mata pencaharian utama masyarakat di dua
desa adalah bertani di lahan musim kering dengan pola
polikultur. Polikultur yang menumbuhkan lebih dari 4 spesies
tanaman atau lebih banyak di bidang yang sama seperti kopi,
buah ular, manggis, durian, kakao dan gabungan dengan
tanaman hijauan.

Pendahuluan : Mata pencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu


masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik
lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki
pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja
serabutan lainnya. Menurut data BPS (2012) penduduk berumur
15 tahun ke atas 40 persen bekerja di sektor primer, 20 persen
di sektor sekunder, dan 40 persen di sektor tersier. Apabila
dikaitkan antara matapencaharian dengan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan maka produktivitas
sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan
sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di
sektor primer hanya berkontribusi 34 persen terhadap PDRB,
20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder hanya
menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen
penduduk yang bekerja di sektor tersier justru berkontribusi
terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015).
Pertumbuhan yang rendah ini sudah tentu berkorelasi dengan
kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat petani. Apabila
tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam
pembangunan pertanian maka pertanian akan semakin tidak
diminati oleh generasi muda. Data ini menunjukkan
kompleksitas permasalahan di sektor primer sangat besar.
Masalah utama kewilayaahan di dua desa ini adalah: 1) Volume
produksi dengan skala usaha kecil (small scale farming), 2)
Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu
tertentu dan mudah rusak. 3) Kurang memadainya pasar,
panjangnya saluran pemasaran, dan harga berfluktuasi. 4)
Rendahnya kemampuan tawar-menawar, dan kurangnya
informasi pasar. 5) Rendahnya kualitas produksi dan 6)
Rendahnya kualitas sumberdaya manusiadi perdesaan dan
tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai,
sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai
pascapanen tidak dilakukan dengan baik. Disamping itu,
pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek
budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran.
Pemerintah Kabupaten Tabanan mengembangkan sebuah
pendekatan pengembangan usaha ekonomi yang berbasis di
masyarakat khususnya perdesaan. Semangat yang dibangun
adalah memberdayakan segala potensi yang ada yang digarap
secara bersama-sama oleh semua pemangku kepentingan
mulai penyiapan bahan baku (hulu) hingga berada ditangan
konsumen dan siap dikonsumsi (hilir). Hal ini guna mengatasi
kendala yang ada dimana usaha pengembangan kegiatan
ekonomi produktif dimasyarakat baik yang diinisiasi oleh
pemerintah maupun perorangan belum membuahkan hasil
seperti diharapkan. Pendekatan yang diambil berupaya
mewadahi setiap proses pengembangan usaha ekonomi
produktif masyarakat melalui mekanisme BUMDes
(Sanjaya,2015). BUMDes merupakan bagian dari desa yang
akan fokus bergerak mengembangkan perekonomian
masyarakat denganmenjadikan BUMDes menjadi bagian dari
suatu proses produksi bagi produk-produk lokal berbahan baku
lokal. Tujuan kegiatan adalah : 1) Pembentukan unit-unit usaha
pemdukung bumdes; 2) Memberikan pelatihan ketrampilan
pembuatan produk pangan berbasis produk lokal; 3)
Memberikan pemahanan tentang manajemen, proses produksi
dan standarisasi produk sesuai kegiatan di masing-masing
kelompok; 3) Menyamakan persepsi dan standar operasi
kegiatan sesuai dengan devisi pada kelompok/desa berbeda.

Tujuan penelitian : Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendukung
kinerja sektor pertanian dengan pengembangan usaha ekonomi
produktif masyarakat melalui mekanisme BUMDes demi
peningkatan ekonomi dan sosial masyarakat Desa Pajahan dan
Munduk Temu Kecamatan Pupuan, Tabanan.

Pembahasan : Pengembangan usaha BUMDes harus dilakukan dengan


tumpuan: ketersediaan potensi yang prospektif, Embrio
kegiatan ekonomi produktif sebagai inti bisnis, Pengembangan
kegiatan ekonomi yang memenuhi hajat hidup orang banyak.
Matapencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu
masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik
lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki
pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja
serabutan lainnya. Jenis tanaman dominan yang ditanam di dua
desa ini adalah salak gula pasir, kopi, durian dan manggis
Berdasarkan potensi dan peluang yang dimiliki di kedua desa
maka inti bisnis yang dikembangkan adalah proses pengolah
biji kopi menjadi kopi bubuk yang berkualitas tinggi dan memiliki
kelayakan pasar. Produk olahan berbasis tanaman salak,
manggis, durian dan produk IRT. Disisi lain, potensi
pengembangan salak Gulapasir di desa Pajahan dan Munduk
Temu sangat tinggi, namun masih terkendala teknologi produksi
dan pembibitan. Permasalahan yang masih dihadapi dalam
pengembangan Bumdes adalah masalah permodalan, masalah
SDM, manajemen dan informasi teknologi dan masalah akses
pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan
BUMDes, lembaga pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan
Lembaga penjamin.

Hasil : hasil penelitian ini adalah inti bisnis pendukung BUMDes desa
Pajahan dan Munduk Temu yaitu proses pengolahan biji kopi
menjadi kopi bubuk, pengembangan tanaman salak gulapasir
dan tanaman manggis serta pengembangan produk olahan
berbasis tanaman salak, manggis, durian sebagai produk
unggulan industri rumah tangga yang harus diikuti dengan
penerapan GAP dan SOP untuk menghasilkan produk
berstandar dan bersertifikasi serta perlu dilakukan
pendampingan BUMDes, menyiapkan Lembaga pengawasan,
lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin untuk
terwujud BUMDes yang sehat di desa Pajahan dan Munduk
Temu.

Kesimpulan : penulis menyampaikan bahawa inti bisnis pendukung BUMDes


Desa Pajahan dan Munduk Temu adalah proses pengolahan biji
kopi menjadi kopi bubuk, pengembangan tanaman salak, gula
pasir dan tanaman manggis serta pengembangan produk
olahan berbasis tanaman salak, manggis, durian sebagai
produk unggulan insdutri rumah tangga memerlukan penerapan
GAP dan SOP untuk menghasilkan produk berstandar dan
bersertifikasi serta perlu dilakukan pendampingan BUMDes,
menyiapkan Lembaga pengawasan, Lembaga kemitraan usaha
dan Lembaga penjamin untuk terwujudnya BUMDes yang sehat
di Desa Pajahan dan Munduk Temu.

Kekuatan : kekuatan penelitian ini adalah metode yang digunakan oleh


penulis yaitu Sustainable Livelihoods Approach. Hal ini sangat
tepat arena melibatkan langsung masyarakat dalam
penelitiannya.

Kelemahan : kekurangan dari penelitian ini adalah penulis tidak


menyampaiakan solusi atas kendala yang dihadapi dalam
pengembangan BUMDes, seperti persoalan permodalan, SDM,
manajemen dan informasi teknologi serta akses pemasaran
produk.

Anda mungkin juga menyukai